Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

Disusun guna memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah


Keperawatan Komunitas Ⅱ

GI ILMU
NG K
TI

ES
H
SEKOLA

EH
S T I K E S

ATAN
SA
C

A
H G
B AY
A BAN
AN IN
JARMAS

Oleh :
MUHAMMAD RASYID RIDHA
16.20.2650

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya jualah
penulis dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya. Makalah ini disusun guna
memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas
Ⅱ.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada :

1. Bapak DR. Drs. Akhmad Murjani, M. Kes., SH., MH selaku Ketua Yayasan Cahaya
Bangsa Banjarmasin.
2. Ibu Dra. Hj. Sri Erliani, MM., M. MKes selaku Ketua STIKES Cahaya Bangsa
Banjarmasin.
3. Bapak Doni Wibowo, Ns., M. Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin.
4. Dosen Keperawatan Jiwa I.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat memberi manfaat
bagi dunia kesehatan dan masyarakat umumnya.

Banjarmasin, Mei 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 5
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi dan Lansia ................................................... 6
2.2 Teknik-Teknik Komunikasi pada Lansia ............................................ 7
2.3 Pendekatan Perawatan Lansia dalam Konteks Komunikasi.............. 8
2.4 Hambatan Berkomunkasi Dengan Lansia ......................................... 8
2.5 Masalah Umum yang Terjadi pada Lansia ........................................ 10
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ..................................................................................................................... 11
Saran .............................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA

iii
4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memung-


kinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kon-
trak dengan orang lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari
orang seringkali salah berpikir komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun
sebenarnya adalah proses yang kompleks yang melihatkan tingkah laku dan
hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan
dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlang-
sung secara dinamis yang maknanya dipacu dan ditransmisikan untuk memper-
baiki interpretasi pasien terhadap pesan, perawat harus tidak terburu-buru dan
mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan mudah dimengerti
dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata sering kali telah lupa
atau ada kesulitan dalam mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran!
6nstruksi yang 'erurutan dan sederhanadapat dipakai untuk mengingatkan
pasien dan sering sangat membantu. (Bruner & Suddart, 2001 : 188)
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan ver-
bal dan non verbal dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pa-
da isi tetapi juga pada perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan
hubungan (Potter-Perry, 301).
Komunikasi pada lansia membutuhkan perhatian khusus perawat harus
waspada terhadap perubahan fisik, psikologi, emosi, dan sosial yang mem-
perngaruhi pola komunikasi. perubahan yang berhubungan dengan umur dalam
sistem auditoris dapat mengakibatkan kerusakan pada pendengaran. Perubahan
pada telinga bagian dalam dan telinga mengalangi proses pendengaran pada
lansia sehingga tidak toleran teradap suara.
5

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian komunikasi dan pengertian lansia?
2. Apa itu Komunikasi pada lansia?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini :
1. Untuk memenuhi tugas .
2. Untuk mengetahui Pengertian komunikasi dan pengertian lansia.
3. Untuk mengetahui Komunikasi pada lansia.
6

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi dan Lansia


Komunikasi merupakan suatau hubungan atau kegiatankegiatan yang berkai-
tan dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebaagai saling tukar-menukar
pendapat serta dapat diartikan hubungan kontak antara manusia baik individu mau-
pun kelompok. (Widjaja, 1986 : 13) Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi
manusia yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan
meningkatkan kontak dengan orang lain. (Potter & Perry, 2005 : 301) komunikasi
yang biasa dilakukan pada lansia bukan hanya sebatas tukar-menukar perilaku,
perasaan, pikiran dan pengalaman dan hubungan intim yang terapeutik.
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam
ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu.
Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60
tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun
sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan
seseorang telah disebut lanjut usia.Kelompok lanjut usia ( LANSIA ) adalah kelompok
penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada
lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memper-
baiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-
lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin
banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang me-
nyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Mar-
tono, 1999;4). Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi
tiga kelompok yakni :
1. Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki
lansia.
2. Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
2.2 Teknik-Teknik Komunikasi pada Lansia
7

a. Tekhnik Asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara
dengan menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memper-
hatikan ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi atau pembicara
dapat dimengerti.
b. Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien
merupakan bentuk perhatian petugas kepada klien.
c. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi
komunikasi yang diinginkan.
d. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis
secara bertahap menyebab kan emosi klien relatif menjadi labil.
e. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komu-
nikasi tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mangajukan
pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu dilakukan
oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat diterima dan dipersepsi-
kan sama oleh klien.
f. Sabar dan Ikhlas
Klien lansia umumnya mengalami perubahan-perubahan yang terkadang
merepotkan dan kekanak-kanakan perubahan tersebut dapat disikapi dengan
sabar dan ikhlas.

2.3 Pendekatan Perawatan Lansia dalam Konteks Komunikasi


8

A. Pendekatan Fisik
Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian, yang di-
alami, peruban fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai dan
di kembangkan serta penyakit yang dapat di cegah progresifitasnya. Pendekatan
ini relative lebih mudah di laksanakan dan di carikan solusinya karena rill dan
mudah di observasi
B. Pendekatan Psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada perubahan pril-
aku, maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan
pendekatan ini perawat berperan sebagai konselor, advokat, supporter, inter-
preter terhadap sesuatu yang asing atau sebagai penampung masalah-masalah
yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrap bagi klien.
C. Pendekatan Sosial
Pendekatan ini di lakukan untuk menikatkan keterampilan berinteraksi dalam
lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau menga-
dakan kegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi dari pendekatan ini
agar klien dapat berinteraksi dengan sesama lisan maupun dengan petugas
kesehatan.
D. Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa membeikan kepuasan batin dalam hubunganya dengan
Tuhan atau agama yang dianutnya terutama ketika klien dalam keadaan sakit.

2.4 Hambatan Berkomunkasi Dengan Lansia


Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan tergannggu
apabila ada sikap agresif dan sikap nonasertif Agresif Sikap agresif dalam berkomunikasi
biasanya di tandai dengan prilaku-prilaku di bawah ini:
a. Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
b. Meremehkan orang lain
c. Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
d. Menonjolkan diri sendiri
9

e. Mempermalukan orang lain di depan umum, baik dalam perkataan maupun tin-
dakan
NON ASERTIF
Tanda tanda dari non aserti ini adalah
a. Menarik diri bila di ajak berbicara
b. Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
c. Merasa tidak berdaya
d. Tidak berani mengungkap keyakinaan
e. Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
f. Tampil diam (pasif)
g. Mengikuti kehendak orang lain

Faktor – faktor penghambat komunikasi

a. Kecakapan yang kurang dalam berkomunikasi. Kurang cakap berbicara ( teruta-


ma di depan umum ), berbicara tersendat – sendat, menyebabkan pendengar
menjadi jengkel dan tidak sabar.
b. Sikap yang kurang tepat. Seorang guru yang sedang mengajar di depan kelas,
sambil duduk diatas meja akan memberi kesan kurang baik bagi siswanya.
c. Kurang pengetahuan. Seorang yang kurang pengetahuannya jarang membaca
atau mendengarkan radio atau televisi. Akan mengalami kesulitan dalam mengi-
kuti pembicaraan orang lain.
d. Kurang memahami system social.
e. Prasangka yang tidak beralasan.
f. Jarak fisik, komunikasi menjadi kurang lancer bila jarak antara komunikator
dengan reseptor berjauhan.
g. Tidak ada persamaan persepsi.
h. Indera yang rusak.
i. Berbicara yang berlebihan. Berbicara berlebihan sering kali akanmengakibatkan
penyimpangan dari pokok pembicaraan.
10

2.5 Masalah Umum yang Terjadi pada Lansia

Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang
dewasa, yang sering disebut dengan sindroma geriatri yaitu kumpulan gejala-gejala
mengenai kesehatan yang sering dikeluhkan oleh para lanjut usia dan atau keluarganya
(istilah 14 I), yaitu :

 Immobility (kurang bergerak)


 Instability (mudah jatuh)
 Incontinence (beser BAB/BAK)
 Intellectual impairment (gangguan intelektual/ demensia)
 Infection (infeksi)
 Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran, penglihatan dan
penciuman)
 Isolation (Depression)
 Inanition (malnutrisi)
 Impecunity (kemiskinan)
 Iatrogenic (menderita penyakit pengaruh obat-obatan)
 Insomnia(sulit tidur)
 Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh)
 Impotence(Gangguan seksual)
 Impaction (sulit buang air besar)
11

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memung-


kinkan seseorang untuk menetapkan, mempertaankan dan meningkatkan kontrak
dengan oran lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang sering-
kali salah berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya
adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingka laku dan hubungan serta
memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan seki-
tarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang mak-
nanya dipacu dan ditransmisikan.
Komunikasi pada lansia tidaklah begitu sulit dibutuhkan teknik-
teknik tersendiri untuk melakukan komunikasi pada lansia banyak hal
-hal yang harus diperhatikan diantaranya :
1) Teknik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik.
2) Tehknik untuk wawancara.
3) Kendala dan hambatan dalam komunikasi.
4) Mood dan privasi
5) Aspek-aspek yang harus diperhatikan

Saran

Komunikasi pada lansia baiknya dilakukan secara bertahap supaya mudah


dalam pemahamannya. Lansia merupakan kelompok yang sensitif dalam perasaannya
oleh sebab itu, saat komunikasi harus berhati-hati agar tidak menyinggung perasaannya.
12

DAFTAR PUSTAKA

Stuart, Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Kaplan, A.I, Sadock B.J. (1998). Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat (I); Jakarta.

Widya Medika.

Hamid, A.Y.S. (2009). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa (I);

Jakarta. Buku Kedokteran ECG.

Prasetyo, H. Nugroho, P. (2009). Tingkat Pengetahuan Mahasiswa dalam Me-

rawat Pasien Jiwa pada Praktek Klinik Keperawatan Jiwa. Soedirman. 4 (1), 15-

19.

Anda mungkin juga menyukai