Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Di era globalisasi ini, orang-orang dapat saling mengenal antara satu kebudayaan
dengan kebudayaan lain bahkan hingga lintas negara sekalipun. Melalui media massa, baik
televisi maupun berbagai media sosial di internet, orang-orang dapat mengakses kebudayaan
di seluruh dunia. Salah satu budaya yang banyak di minati oleh masyarakat dunia saat ini adalah
budaya Korea. Bahkan, sering kali hal yang berbau Korea seperti tutorial make up ala Korea
dan musik Kpop menjadi trending topik di media sosial. Kepopuleritasan budaya Korea atau
yang biasa disebut Hallyu itu awalnya hanya mencakup wilayah Tiongkok saja. Hingga
kebudayaan itu berkembang dengan pesat kemudian menyebar ke berbagai belahan dunia,
diantaranya adalah negara Hongkong, Vietnam, Thailand, Indonesia, Filipina, Jepang,
Amerika Serikat, Amerika Latin dan Timur Tengah (Wahyuastri and Imron, 2014).
Hallyu sendiri berasal dari kata Han Liu yang berarti Korean Wave atau
gelombang korea. Lebih dalam lagi, Hallyu adalah proses penyebaran budaya Korea seperti
drama, musik, fashion, film, kuliner, dan lain-lain ke seluruh dunia pada awal abad ke 19 dan
selalu mengalami pembaharuan hingga saat ini. Kata Hallyu sendiri pertama kali di
perkenalkan oleh salah satu media massa dari Tiongkok yaitu Qingnianbao. Hingga akhirnya
masyarakat Tiongkok memperluas penyebutan tersebut bukan hanya pada hiburan-hiburan
yang di produksi oleh masyarakat Korea saja, namun juga pada budaya-budaya milik mereka
(Seong, Jeon and Yuwanto, 2014). Produk dari Hallyu sendiri yang disebarkan oleh Korea
Selatan ke ranah internasional antara lain adalah Kdrama, Kpop, dan Kfashion (Sari and
Jamaan, 2014).

Tidak menampik kenyataan bahwa Indonesia adalah salah satu dari berbagai negara
yang terkena pengaruh dari Hallyu. Hal ini dapat dibuktikan dari banyaknya perkumpulan atau
komunitas yang terbentuk di berbagai kota di Indonesia, kota Surabaya adalah salah satunya.
Di Surabaya berbagai komunitas berbau Korea terbentuk dan terdapat banyak even Kpop yang
diselenggarakan oleh beberapa pihak dalam komunitas-komunitas itu.

Apalagi saat ini budaya Korea dapat dinikmati tanpa batas oleh berbagai lapisan
masyarakat. Hal ini berdasarkan prinsip globalisasi modern yang menghendaki kebudayaan
berpengaruh terhadap berbagai lapisan masyarakat, baik lapisan atas, lapisan menengah
ataupun lapisan bawah (Ramadhan, 2015). Sehingga hal ini membuat budaya Korea makin
disukai oleh masyarakat, khususnya masyarakat Surabaya.

Awalnya, banyak orang yang menyukai budaya Korea karena musik Kpop dan Kdrama
yang melejit terlebih dahulu. Bukan hanya musik dan dramanya yang digandrungi oleh seluruh
kalangan, namun yang menjadi fokus dari para khalayak pecinta Korea adalah wajah dari idol
Korea yang tampan dan cantik, sehingga banyak dari khalayak yang menjadi pengagum setia
dari idol-idol tersebut. Lama kelamaan kecintaan terhadap Kpop dan Kdrama semakin besar,
khalayak akan merepresentasikan kecintaaannya dengan memakai segala bentuk barang yang
berbau Korea, termasuk fashion yang mereka pakai.

1
Dalam hal ini, media massa juga memiliki peran yang penting terhadap persebaran
berbagai genre fashion terutama fashion Korea yang sedang mendunia saat ini. Di mana para
idol-idol Korea lah yang sudah menyebarkan genre fashion Korea lewat style yang mereka
pakai saat perform di atas panggung. Hal itu kemudian akan mempengaruhi fans mereka
sehingga para fans yang cenderung imitatif akan menjadikan mereka acuan dalam
berpenampilan. Seperti yang di kemukakan oleh (Rivers, 2004) dalam (Sari, 2014), “Media
bukan saja bisa menjadi pembujuk kuat, namun media juga bisa membelokkan pola perilaku
atau sikap-sikap yang ada terhadap suatu hal”. Para fans yang menjadikan Korea sebagai kiblat
fashion mereka terutama di Surabaya dalam hal ini, secara langsung maupun tidak langsung
mereka akan menjadikan tren fashion Korea sebagai trensetter dalam lingkungan mereka
sendiri. Hingga akhirnya fashion Korea dipakai bukan hanya oleh para fans saja tapi khalayak
yang tidak terlalu condong kepada budaya Korea sendiri (Sari and Sadewo, 2015).

Saat ini juga telah bermunculan berbagai make up tutorial ala Korea yang terkesan
simple dan natural. Make up ala Korea saat ini tengah menjadi tren di masyarakat dan beberapa
waktu lalu pernah menjadi tranding di You tube karena menampilkan perubahan yang
signifikan pada wajah sebelum dan sesudah make up. Sebagian besar remaja di kota Surabaya
terutama remaja perempuan memakai make up ala Korea. Seolah-olah acuan make up itu
menunjukkan identitas mereka sebagai perempuan yang terkesan cute dan lembut. Saking
berpengaruhnya dan saking cepatnya penyebaran budaya Korea, banyak remaja di Surabaya
baik laki-laki maupun perempuan yang menjadikannya sebagai acuan untuk berpenampilan
modis.

Fashion-fashion Korea juga terlihat sering dipakai oleh mahasiswa dalam ranah
kampusnya, tak terkecuali mahasiswa Fisip Unair. Mahasiswa Fisip Universitas Airlangga
adalah mahasiswa yang terkenal bebas dalam hal berpenampilan. Jika di Fakultas lain,
kebanyakan mahasiswanya diharuskan berpenampilan formal, lain halnya dengan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
membebaskan mahasiswanya untuk berpenampilan sesuai dengan style mereka asalkan sopan
untuk dipakai. Kebanyakan dari mahasiswa Fisip Unair khususnya kaum wanita
berpenampilan beragam namun tetap modis dan fashionable.

Berdasarkan asumsi dari pernyataan berikut bahwa “Semakin sering mengkonsumsi


budaya pop, maka secara tidak sadar budaya pop tersebut menjadi bagian dari kehidupan
sehari-hari masyarakat.” (Al Amroshy and Imron, 2014) dan di dukung oleh peluang
banyaknya mahasiswa Fisip Unair yang menyukai budaya Korea terutama Kpop. Peneliti ingin
mengetahui adanya pengaruh terhadap gaya penampilan mahasiswa Fisip Unair oleh budaya
Korea. Berdasarkan hal-hal diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Budaya Korea Terhadap Gaya Penampilan Mahasiswa Fisip Unair” .

Penelitian tentang pengaruh budaya Korea dalam gaya penampilan sudah pernah
dilakukan sebelumnya dalam jurnal “Fenomena Budaya Korea Modern Dalam Cara
Berpakaian Di Kalangan Remaja SMA Negeri 3 Cirebon Di Kelas X6” oleh Fitri Suryaning
Dewi, Heriyani Agustina, dan Tajudin Faza. Kelebihan dari penilitian kami dibandingkan
penelitian terdahulu adalah kami mengkaji secara rinci fenomena pengaruh budaya Korea
terhadap gaya penampilan yang dalam hal ini meliputi model pakaian, model make up, dan

2
model rambut sehingga cakupannya lebih luas, sedang penelitian sebelumnya hanya mencakup
model pakaian saja. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan pemahaman yang lebih
dalam terhadap pengaruh budaya Korea dalam hal fashion pada kalangan mahasiswa Fisip
Unair.

1. 2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh budaya Korea terhadap gaya penampilan mahasiswi
Fisip Unair?

1. 3 Batas Kajian
1. Budaya Korea
2. Gaya Penampilan
3. Mahasiswa Fisip Unair

1. 4 Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh budaya Korea terhadap gaya penampilan mahasiswa
Fisip Unair.

1. 5 Manfaat Penelitian
1. 5. 1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan sumber
informasi mengenai pengaruh budaya Korea terhadap gaya berpenampilan mahasiswa.

1. 5. 2 Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai kalangan.
Bagi mahasiswa penelitian ini bermanfaat agar mahasiswa lebih memahami fenomena
merebaknya budaya Korea dan dapat menyikapi adanya perubahan kebudayaan akibat difusi
budaya Korea sehingga dapat menghargai orang-orang yang menyukai budaya Korea.
Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti lain sebagai pengalaman dan
sebagai referensi untuk mengetahui pengaruh budaya Korea modern terhadap gaya penampilan
mahasiswa terutama mahasiswa Fisip Unair.

1. 6 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model penelitian sequential explanatory
yaitu metode kombinasi dengan pengumpulan data dan analisis data kuantitatif dalam bentuk
kuesioner kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan dan analisis data kualitatatif dalam
bentuk wawancara dan pengamatan untuk memperjelas penelitian kuantitatif yang dilakukan
sebelumnya.

1. 6. 1 Teknik Kuesioner
Pada tahap pertama, peneliti menggunakan teknik kuesioner. Peneliti
mulai dengan menyebar kuesioner berupa google form ke grup-grup yang ada
3
pada sosial media seperti Line dan Whatsapp. Dalam penyebaran kuesioner ini
peneliti memperoleh sebanyak 53 responden yang terdiri dari prodi Antropologi
dengan responden paling banyak sebesar 32 responden, prodi Ilmu Komunikasi
dan Perpustakaan sebesar 11 responden, prodi Sosiologi sebesar 3 responden,
prodi Administrasi Negara sebanyak 2 responden, prodi Ilmu Komunikasi
sebanyak 2 responden, prodi Ilmu Politik sebanyak 1 responden, dan terakhir
prodi Hubungan Internasional sebanyak 1 responden. Pertanyaan yang ada pada
kuisioner ini ditujukan kepada mahasiswi Fisip Unair terutama yang mengikuti
fashion Korea baik gaya berpakaian, gaya berdandan ataupun gaya rambut.
1. 6. 2 Teknik Wawancara
Pada tahap kedua, peneliti menggunakan teknik pengamatan dan
wawancara. Peneliti melakukan pengamatan terhadap mahasiswa Fisip
berkaitan dengan penampilan mereka (pakaian, make up, dan rambut).
Kemudian melakukan wawancara terhadap 4 narasumber yang tidak terlalu
condong terhadap budaya Korea, namun mengaplikasikan fashion ala Korea
baik dalam hal model make up, model pakaian, ataupun model rambut.

1. 7 Landasan Teori

1. 7. 1 Teori Pengaruh
“Pengaruh merupakan dorongan atau bujukan dan bersifat membentuk
atay merupakan suatu efek” (Louis Gottschalk, 2000). Pengaruh dapat
membentuk suatu reaksi yang timbul berupa suatu tindakan akibat dorongan
untuk mengubah sesuatu. Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pengaruh yang timbul akibat media ataupun lingkungan dapat mengubah atau
menggeser kebudayaan kita. Seperti saat ini dimana negara kita telah banyak
mengalami pergeseran kebudayaan karena pengaruh kebudayaan lain yang
eksistensinya lebih kuat dari budaya lokal.

1. 7. 2 Teori Budaya
Seperti yang kemukakan oleh (Malinowski, 1982) dalam teori Kontak
budaya bahwa “Budaya yang lebih tinggi dan aktif akan mempengaruhi budaya
yang lebih rendah dan pasif melalui kontak budaya.” Teori Malinowski ini
sangat nampak pada budaya kita yang perlahan-lahan mengalami pergeseran
karena bersaing dengan kebudayaan yang keberadaannya sangat kuat.
(Strinarti 2016) dalam (Sari, 2018) menunjukkan bahwa suatu
kebudayaan yang masuk dalam lingkungan tertentu kemudian di terima oleh
sebagian atau sebagian besar masyarakatnya, akan membuat kebudayaan
tersebut dianggap sebagai kebudayaan dalam masyarakat itu sendiri.

Dari teori budaya di atas, apapun bentuk suatu kebudayaan yang masuk
ke dalam suatu wilayah kemudian di adaptasi sedemikian rupa oleh
masyarakatnya, maka kebudayaan itu akan diterima dan dianggap kebudayaan
masyarakat itu sendiri, sedangkan budaya lokal akan lama kelamaan tergeser.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengaruh budaya Korea terhadap gaya penampilan mahasiswa Fisip

19%

Laki-laki
81%
Perempuan

Diagram 2. 1 Tanggapan mengenai jenis kelamin responden

21%

Suka
79% Tidak Suka

Diagram 2. 2 Tanggapan responden mengenai budaya Korea

5
14% 24%
Kdrama
17%
Kpop
45% Make up
Pakaian

Diagram 2. 3 Tanggapan responden mengenai konten kebudayaan Korea


modern yang disukai

42%
Mengikuti
58%
Tidak mengikuti

Diagram 2. 4 Tanggapan responden mengenai tutorial make up dan gaya pakaian di


medsos

6
42%
58% Ya
Tidak

Diagram 2. 5 Tanggapan responden mengenai pengaplikasian fashion Korea

14%

50% Gaya Pakaian


36% Gaya make up
Gaya rambut

Diagram 2. 6 Tanggapan responden mengenai koten pengaplikasian gaya penampilan


Korea style

7
Tabel 2. 1 Hasil Wawancara Narasumber 1

Narasumber Pertanyaan Jawaban


Ika Apakah kamu suka memakai “Kalo aku sih nggak ya, aku
make up ala Korea? kalo make up ya biasa-biasa
aja,yang natural aja gitu biar
kelihatan gak pake make up.”
Sering suka make liptint “iya suka banget. Aku sering
nggak? make liptint, karena emang
keren gitu, tapi sayang
harganya mahal jadi kalo
habis kadang suka make
lipstik lain yang bukan
liptint.”
Apakah tren make up yang “Aku awalnya makeup kayak
kamu ikuti berasal dari gini pas aku perform dance
lingkungan atau media waktu SMA. Waktu itu aku
massa? di make up sama kakel, nah
dari sana aku jadi lebih
nyaman dan pede pas aku
make up natural.
Apakah gaya pakaian yang “Kalo gaya pakaian emang
kamu ikuti berasal dari style kesukaan aku,
lingkungan atau media pokoknya kayak yang aku
massa? pake ini, nggak terlalu
ngikutin tren baru.”

Tabel 2. 2 Hasil Wawancara Narasumber 2

Fee Apakah kamu suka make up “Suka seh make up Korea,


ala Korea? tapi nggak mengaplikasikan
make up Korea karena alat
make up nyamahal-mahal.
Aku kan sering nih liat

8
tutorialnya di Youtube, ribet
dan banyak banget make up
nya. Jadi ya kalo make up
biasa aja.”
Sering suka make liptint “Iyes, kalo pake liptint
nggak? emang suka seh, diombre-
ombre ala Korea gitu.”
Apakah tren make up yang Tren make up ku nggak dari
kamu ikuti berasal dari mana-mana seh. Ya pokonya
lingkungan atau media make upjadi udah. Kalo
massa? liptint jujur, aku tahu dari
temenku yang Kpop. Aku
iseng nyoba ehh ternyata
bagus. Yaudah aku make
liptint deh
Apakah gaya pakaian yang “Nggak kok, sesuai sama
kamu ikuti berasal dari style ku ae. Aku suka yang
lingkungan atau media lebih casual.”
massa?

Tabel 2. 3 Hasil Wawancara Narasumber 3

Endah Apakah kamu suka make up “Oh nggak kok. Aku gak bisa
ala Korea? niruin model korea-korea
gitu.”
Sering suka make liptint Emang suka make sejak
nggak? kuliah ini, tapi sekarang ini
nggak pake soalnya malah
bibirku jadi kering.”
Apakah tren make up yang Aku nggak ikut-ikut an tren,
kamu ikuti berasal dari pokoknya tinggal touch-up
lingkungan atau media aja. Sederhana kok, Cuma
massa? bedakan pake blush on, sama

9
pake pensil alis dan pake
lipstik.”
Apakah gaya pakaian yang “Nggak kok, senyaman aku
kamu ikuti berasal dari aja. Kalo aku nyaman dan
lingkungan atau media pede ya aku bakal pake.”
massa?

Tabel 2. 4 Hasil Wawancara Narasumber 4

Medina Apakah kamu suka make up “Aku mood-mood an aja,


ala Korea? kadang suka make up ala
Korea kadang suka make up
ala bule.”
Sering suka make liptint “iya, aku sering pake.”
nggak?
Apakah tren make up yang “Aku pribadi emangsering
kamu ikuti berasal dari liat-liat tutorial make up di
lingkungan atau media instagram, soalnya aku
massa? emang follow akun-akun
yang suka buat tutorial make
up. Jadi ya kadang aku
praktek langsung ke
wajahku. Nggak kayak
temen-temenku yang lain,
mereka banyak yang suka
Kpop jadi mereka sering
mengaplikasikan.”
Apakah gaya pakaian yang “Kalo make up aku masih
kamu ikuti berasal dari berdasarkan tren, ya kadang-
lingkungan atau media kadang sih. Tapi kalo gaya
massa? pakaian sesuka aku aja.
Nggak niru-niru dari internet
atau dari temen.”

10
Untuk mendapat perspektif dari mahasiswa Fisip, peneliti menyebar kuesioner online
melalui grup line dan grup whatsapp, dalam penyebaran kuesioner ini peneliti berhasil
memperoleh 53 responden. Berdasarkan data yang peneliti peroleh, dari 53 responden
sebanyak 43 responden adalah perempuan dan sebanyak 10 responden adalah laki-laki yang
bersedia mengisi kuesioner peneliti. Berdasarkan respon individu, sekitar 7 laki-laki menyukai
budaya Korea dan sebanyak 3 orang laki-laki tidak menyukai budaya Korea. Sedangkan pada
perempuan sebanyak 39 orang yang menyukai budaya Korea dan sisanya yaitu sebanyak 4
orang wanita tidak menyukai budaya Korea. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
mahasiswa Fisip 2018 baik perempuan maupun laki-laki menyukai konten budaya Korea.

Berdasarkan data yang peneliti peroleh, responden menyukai konten budaya Korea
yang berbeda-beda. Sebagian besar responden yaitu sebanyak 19 responden merupakan
penyuka musik Kpop lalu disusul oleh penyuka drama Korea sebanyak 10 responden kemudian
disusul oleh penyuka make up ala Korea sebanyak 7 responden, dan yang terakhir penyuka
gaya pakaian beserta assesorisnya sebesar 6 responden.

Dari data diatas peneliti dapat memberikan kesimpulan awal bahwa ada 2 tipe
mahasiswa Fisip Uair 2018 yang menyukai fashion Korea. Yang pertama, mahasiswa penyuka
fashion Korea yang terpengaruh oleh idol-idol yang berperan dalam penyebaran musik Kpop
dan idol-idol yang merupakan aktor maupun aktris yang berkontribusi dalam pembuatan drama
Korea. Penampilan para idol yang modis-modis inilah yang mempengaruhi para mahasiswa
untuk menyukai fashion Korea.

Yang kedua adalah mahasiswa yang memang menyukai fashion Korea secara langsung
tanpa terpengaruh oleh aktor maupun aktris dalam musik Kpop maupun drama Korea. Hal ini
bisa jadi karena pengaruh media sosial yang ikut andil dalam menyebarkan konten budaya
Korea sendiri. Karena media sendiri memiliki pengaruh yang kuat untuk menjadikan budaya
yang diperkenalkannya seolah-olah menjadi budaya dari masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini
media yang dimaksud adalah media sosial, seperi Youtube ataupun instagram karena keduanya
memiliki pengaruh yang sangat besar dan dimiliki oleh hampir semua orang diseluruh dunia.

Hal ini terbukti dari data-data yang peneliti peroleh, dari 53 responden sebanyak 31
responden mengaku bahwa mereka mengikuti mode atau fashion Korea dan tutorial make up
ala Korea di media sosial, dalam hal ini peneliti mengkhususkan Youtube dan Instagram.
Seringkali pula kedua media tersebut yang meviralkan berbagai fashion Korea terutama tutorial
make up ke seluruh dunia. Karena seperti yang kita ketahui bahwa keduanya dapat

11
menampilkan konten yang paling banyak dicari oleh para penggunanya. Sehingga semakin
banyak yang mengakses laman tersebut, kedua media sosial tersebut juga akan terus
menampilkannya di laman beranda atau di laman rekomendasi.

Namun, hal ini berbanding terbalik dengan data peneliti selanjutnya. Berdasarkan data
yang peneliti peroleh, hasil menunjukkan bahwa dari 53 responden sebanyak 31 responden
mengaku tidak mengaplikasikan fashion Korea dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan
sisanya sebesar 22 reponden mengaku mengaplikasikan fashion Korea dalam kehidupan
sehari-hari. Padahal dari data-data sebelumnya, responden terlihat menunjukkan ketertarikan
yang kuat terhadap budaya dan fashion Korea dengan menyukai konten-konten Korea serta
megikuti fashion Korea di media sosial.
Responden yang mengaplikasikan fashion Korea dalam hal gaya pakaian sebesar 11
reponden, sedangkan yang mengaplikasikan make up ala Korea sebesar 8 responden, dan
terakhir yang mengaplikasikan gaya rambut ala Korea sebesar 3 responden. Dari ketiga unsur
fashion Korea, gaya rambut adalah yang paling sedikit pengaplikasiannya dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini karena mahasiswa laki-laki tidak terlalu memusingkan soal gaya rambut
sedangkan mahasiswa perempuan banyak yang memakai hijab sehingga tidak banyak dari
mereka yang mengaplikasikan gaya rambut ala Korea dalam kehidupan sehari-hari.

Dari data-data yang kami peroleh, alasan responden mengaplikasikan fashion Korea
karena fashion Korea sangat trendy, tidak ketinggalan jaman, unik, cute, natural dan masih
banyak lagi pendapat-pendapat positif mengenai fashion Korea. Mereka mengaplikasikan
fashion Korea karena menurut mereka fashion ala Korea sedang sangat digemari dan sedang
hits di kalangan remaja. Uniknya, ada 2 responden yang mengaku bahwa mereka memang
menyukai konten-konten Korea seperti musik Kpop dan Kdrama. Namun, mereka tidak
mengaplikasikan fashion Korea dengan alasan terhalang oleh keterbatasan biaya. Ini berarti
tidak semua mahasiswa yang menyukai budaya Korea dan terpengaruh pada gaya penampilan
idol akan mengaplikasikan fashion Korea sebagai style mereka. Sebagian dari mahasiswa yang
menyukai Kdrama dan Kpop akan terpengaruh dengan gaya penampilan idol, namun mereka
tidak mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari karena ketidakmampuan membeli
barang-barang yang berpusat pada fashion Korea, termasuk di dalamnya alat make up, pakaian,
maupun assesoris.

Pada metode penelitian kualitatif, peneliti melakukan pengamatan lebih lanjut pada
gaya berpakaian dan gaya make up mahasisiwa Fisip Universitas Airlangga. Peneliti

12
mendapatkan hasil pengamatan berupa sebagian besar mahasiswa Fisip terutama kaum
perempuan menerapkan make up ala Korea dan beberapa juga menerapkan gaya berpakaian
ala Korea dalam ranah kampus. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengumpulkan data lebih
lanjut untuk mendapatkan informasi mengenai pengaruh budaya Korea terhadap gaya
penampilan mahasiswa Fisip.

Dalam wawancara kali ini, peneliti tidak menyertakan fashion gaya rambut dalam
pertanyaan wawancara. Hal ini karena pengamatan yang dilakukan sebelumnya dan jawaban
dari kuesioner telah cukup jelas. Dalam wawancara ini peneliti hanya menanyakan fashion
make up dan gaya pakaian ala Korea pada mahasiswa yang masih perlu data lebih lanjut untuk
membuktikan asumsi.

Hasil dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap 4 narasumber


menunjukkan bahwa hampir semua responden mengaku tidak mengaplikasikan make up ala
Korea maupun gaya pakaian ala Korea dalam kehidupan sehari-hari. Uniknya ada satu
narasumber yang mengaku senang mengaplikasikan make up ala Korea meskipun narasumber
tidak menyukai konten budaya Korea seperti Kpop dan Kdrama.

Hal ini juga diperkuat dengan semua narasumber yang sering memakai liptint meskipun
ada satu narasumber yang mengaku tidak lagi memakainya. Liptint sendiri adalah pewarna
bibir yang diperkenalkan Korea yang memberikan gradasi warna pada bibir. Liptint juga
merupakan produk yang selalu dipakai oleh para idol Korea dan dari sanalah liptint mendunia.
Liptint seakan-akan menjadi ikon make up ala Korea.

Hal ini bertolak belakang dengan kenyataan dalam pengamatan peneliti bahwa hampir
sebagian besar mahasiswa mengaplikasikan make up ala Korea dan beberapa juga
mengaplikasikan gaya pakaian ala Korea. Fashion Korea sangat berpengaruh pada mahasiswa
Fisip dan hal ini sangat jelas apabila diamati secara menyeluruh. Berdasarkan asumsi tersebut,
mahasiswa yang tidak mengakui telah mengaplikasikan make up dan atau gaya pakaian ala
Korea, sebenarnya secara tidak sadar telah mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari
terutama dalam ranah kampus.

Hal ini diperkuat oleh hasil pengamatan yang telah dilakukan dan hasil wawancara
terhadap 4 narasumber. Bahwa keempat narasumber telah memakai liptint yang merupakan ciri
khas dari make up ala Korea. Hal ini menunjukkan kesesuaian dengan teori budaya diatas,
bahwa mahasiswa telah menerima fashion Korea dan mengaplikasikannya dalam kehidupan

13
sehari-hari. Namun mereka tidak mengakui hal tersebut karena sebagian besar dari mereka
tidak sadar bahwa fashion Korea telah menjadi bagian dari budaya mereka.

14
BAB III
PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Pengaruh budaya Korea sangat besar bagi kehidupan masyarakat terutama remaja yang
dalam hal ini adalah mahasiswa Fisip Unair. Hampir sebagian besar mahasiswa menyukai
konten-konten budaya Korea terutama fashion Korea. Dalam hal ini mahasiswa dibagi menjadi
dua tipe, yaitu mahasiswa yang terpengaruh gaya penampilan idola mereka dalam Kpop atau
Kdrama dan mahasiswa yang pada dasarnya sudah menyukai fashion Korea melalui media
yang telah menyebarkannya. Hampir sebagian besar mahasiswa di lingkungan Fisip
mengaplikasikan fashion Korea, namun kebanyakan dari mereka tidak sadar telah
mengaplikasikan fashion Korea dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini karena budaya Korea
terutama fashionnya tanpa sadar telah merasuk ke dalam lingkungan kita dan menyebabkan
masyarakat menganggap fashion Korea adalah bagian dari budaya kita. Itulah sebabnya para
mahasiswa tidak sadar telah mengaplikasikan fashion Korea dalam penampilan mereka.

3. 2 Saran

Saran yang dapat kami berikan kepada peneliti selanjutnya berkaitan dengan topik ini
adalah untuk menyebar kuesioner menyebar kuesioner kepada target per program studi agar
lebih relevan dengan judul yang mengangkat subjek penelitian mahasiswa Fisip Unair 2018.
Serta sebaiknya peneliti mewawancarai lebih banyak narasumber agar data lebih bervariasi dan
kuat dalam membuktikan asumsi.

15

Anda mungkin juga menyukai