Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

KIMIA ANALISIS JAMU


“Analisis Jamu Secara Makro, Mikro dan Kimiawi”

OLEH :
IDAWATI
(917312906201003)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN AVICENNA
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam pendidikan kesehatan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini telah kami slesaikan dengan sebaik – baiknya dan kami akui
masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh
kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan –
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 2 Agustus 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian ( galenik) atau campuran
dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat bahan alam yang ada di Indonesia
saat dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu jamu, obat herbal terstandar dan
fitofarmaka.
Semakin maraknya penggunaan obat tradisional berdasarkan khasiat yang
turun temurun semakin memperluas kesempatan terjadinya pemalsuan simplisia
bahkan ada beberapa jamu yang mengandung bahan kimia obat (BKO) yang
telah jelas dilarang penambahannya baik sengaja maupun tidak disengaja
kedalam produk obat tradisional.
Oleh karena itu, maka diperlukan adanya analisis terhadap sediaan jamu
yang beredar dipasaran yang meliputi analisis makroskopik dan mikroskopik
serta analisis kimia untuk melindungi masyarakat luas dari peredaran obat
tradisional yang mengandung simplisia palsu maupun bahan kimia obat.
Pemeriksaan mutu simplisia dapat dilakukan secara argonoleptik,
makroskopik, mikroskopik, biologi dan kimiawi. Pemeriksaan argonoleptik dan
makroskopik dilakukan untuk memeriksa kemurniaan mutu simplisia dengan
menggunakan manusia. Caranya adalah dengan mengamati ciri-ciri luar seperti
bentuk, warna, rasa, dan bau simplisia. Setelah dilakukan pemeriksaan
makrskopik selanjutnya dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik untuk
melihat ciri-ciri histiologi terutama untuk menegaskan keahliannya. Selanjtnya
dilakukan penetapan mutu untuk senyawa aktif didalam simplisia tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. MAKROSKOPIS
a. Definisi
Metode makroskopik merupakan cara untuk mengidentifikasi
simplisia baik dalam keadaan tunggal maupun campuran. Cara ini dapat
diterapkan pada obat tradisional rajangan, obat tradisional godogan, dan obat
tradisional dalam bentuk serbuk maupun bentuk modifikasinya, pil, tablet,
parem, namun tidak dapat diterapkan pada obat tradisionalyang diolah
menjadi ekstrak / sari simplisia.
Secara makroskopis, identifikasi maklhuk hidup dapat dilakukan
dengan melihat struktur morfologinya. Identifikasimakhluk hidup secara
morfologis ada dua macam yaitu dengan kunci determinasidan identifikasi.
Determinasi dan identifikasi mempunyai tujuan yang sama, yaitumenemukan
nama suatu obyek yang sedang dicari tetapi metode yang digunakanuntuk
mencarinya berbeda. Determinasi tumbuhan dilakukan denganmenggunakan
kunci determinasi, yang berisi pernyataan- pernyataan yangmemungkinkan
pengguna untuk sampai kepada suatu nama tertentu . sedangkanidentifikasi
adalah proses pencarian nama dengan menggunakan informasisebagian yang
diperoleh dari spesimen tumbuhan. Informasi sebagian tersebut dapat berupa
sifat struktural morfologis, anatomis, bau, fifiologi, kegunaan ataubukti
artefak lain yang memungkinkan sebagai jalan untuk menemukan nama.
b. Uji tanaman obat secara makroskopis

Di Indonesia terdapat banyak tumbuhan yang telah dimanfaatkan


sebagai obat tradisional. Salah satunya adalah tumbuhan dari suku
zingiberaceae. Dari suku ini dikenal ada beberapa marga, diantaranya: alpinia,
amomum, curcuma, kaempferia, phaeomaria, dan zingiber. Ada tumbuhan
yang berbeda marga seperti Curcuma mangga, C. zedoaria (marga curcuma),
dan Kaempferia rotunda (marga kaemferia) ketiganya memiliki nama daerah
temu putih (Ochse and Van Den Brink, 1977). Menurut Heyne, 1987 antara
C. mangga dan C. zedoaria memiliki banyak persamaan sehingga perlu
diidentifikasi lebih lanjut. Demikian halnya dengan Kaempferia rotunda yang
memiliki khasiat mendinginkan, sifat ini juga dimiliki oleh temu putih lain
yang mungkin merupakan varietas yang sukar dibedakan. Dalam rangka
identifikasi tumbuhan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan
melakukan determinasi (Backer & van Den Brink, 1968), pemeriksaan
makroskopi, dan mikroskopi (Tyler & Schwarting, 1969; Brain & Turner,
1975; Serrano, dkk., 2010).
Disamping itu juga dapat dilakukan pemeriksaan kandungan
senyawanya, baik golongan senyawa seperti glikosida, alkaloid, saponin,
protein, karbohidrat, maupun senyawa identitasnya. Penelitian terhadap
ekstrak metanol dan fraksinasi ekstrak dengan heksan dan etil asetat dari
rimpang C.mangga terhadap 7 cell lines kanker manusia menunjukkan bahwa
ekstrak dan fraksinya memiliki aktivitas sitotoksik terhadap 7 cell lines kanker
manusia tersebut (Sri Nuresti dkk., 2011).. Ekstrak etil asetat, n- heksan dan
air dari rimpang kering C. zedoaria menunjukkan aktivitas antioksidan yang
kuat, sedang ekstrak petroleum eter, kloroform dan etanol menunjukkan
aktivitas antioksidan yang lebih rendah dibanding ekstrak etil asetat, n-
heksan dan air (Himaja, dkk., 2010). Hasil pengujian aktivitas antioksidan
dari K. rotunda menunjukkan bahwa aktivitas antioksidannya lebih rendah
dibanding K. angustifolia, dan kedua kaempferia tersebut memberikan
aktivitas larvasida sedang (Neoh Bee Keat, 2006).
Dari kenyataan di atas, penelitian ini bertujuan untuk melakukan
identifikasi makroskopi, mikroskopi, dan pemeriksaan komponen penyusun
minyak atsiri dengan GC-MS dari rimpang C. mangga, C. zedoaria, dan K.
rotunda yang ketiganya memiliki nama daerah temu putih. Dengan harapan
agar diperoleh ciriciri pembeda dari ketiga rimpang tersebut dan diperoleh
senyawa identitas dari minyak atsirinya. Dengan demikian maka kedepannya
diharapkan tidak akan terjadi kerancuan di dalam penggunaan rimpang
tersebut dalam pengobatan.
 Klasifikasi
 Klasifikasi tanaman mangga :

KINGDOM Plantae

SUB KINGDOM Viridiplantae

INFRA KINGDOM Streptophyta

SUPER DEVISI Embryophyta

DEVISI Tracheophyta

SUB DEVISI Spermatophytina

KELAS Magnoliopsida

SUPER ORDO Rosanae

ORDO Sapindales

FAMILI Anacardiaceae

GENUS Mangifera L

SPESIES Mangifera Indica .L

Anda mungkin juga menyukai