Anda di halaman 1dari 30

REVIEW JURNAL

KIMIA ANALISIS II
“Spektro UV-vis, Spektro Ir dan Spektro AA-S”

OLEH :
IDAWATI
(917312906201003)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN AVICENNA
KENDARI
2019
PROFIL DISOLUSI TERBANDING TABLET RIFAMPISIN
MEREK DAN GENERIK MENGGUNAKAN SPEKTOFOTOMETRI UV-vis

1. Spektrofometri Uv-vis
 Defenisi spektro UV-vis

Spektro uv-vis adalah cahaya yang berasal dari lampu deuterium


maupun wolfram yang bersifat polikromatis diteruskan melalui lensa menuju ke
monokromator pada spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer.
Prinsip dari spektrofotometri ultraviolet sinar tampak (UV-Vis) adalah
melewatkan cahaya dalam rentang daerah ultraviolet dan sinar tampak ke
sampel yang akan diuji. Sampel akan menyerap cahaya pada panjang
gelombang tertentu dan meneruskan cahaya selain panjang gelombang tertentu
dan meneruskan cahaya selain panjang gelombang tersebut. Sampel yang
mampu menyerap cahaya dalam daerah tampak atau senyawa bewarna
mempunyai elektron. Elektron tersebut pada keadaan normal atau berada pada
kulit atom dengan energi terendah disebut keadaan dasar (ground state). Energi
yang dimiliki sinar tampak mampu membuat elektron tereksitasi dari keadaan
dasar menuju kulit atom yang memiliki energi lebih tinggi atau menuju keadaan
tereksitasi (Rialita 2013).
 Senyawa obat

Obat generik saat ini masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat
karena alasan kualitas dari obat generik lebih rendah dibandingkan obat merek.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan profil disolusi rifampisin
tablet merek (A, B, C) dengan tablet rifampisin generik (D, E). Parameter
penting dalam menentukan mutu obat dalam bentuk tablet adalah penetapan
kekerasan, penetapan waktu hancur dan uji disolusi. Pengambilan sampel
dilakukan berdasarkan produk yang beredar di pasaran yaitu 3 sampel merek
dan 2 sampel generik tablet rifampisin. Tablet rifampisin yang digunakan
adalah tablet salut selaput dengan dosis 450 mg. Tablet diuji sifat fisik meliputi
keseragaman bobot, kekerasan, waktu hancur dan uji disolusi.
Mutu suatu tablet ditentukan dari beberapa parameter fisik yang harus
dipenuhi antara lain: penetapan kadar, kekerasan tablet, kerenyahan tablet,
waktu hancur dan disolusi. Faktor-faktor tersebut di atas saling mempengaruhi,
jika semakin keras suatu tablet maka kerenyahannya kecil, waktu hancur lama
dan disolusinya semakin kecil. Uji laju disolusi merupakan contoh prosedur
laboratories yang dapat merefleksikan perilaku obat invivo (Ringoringo, 1985),
Sehingga uji disolusi dapat menjadi salah satu metode untuk membuktikan
kulitas suatu sediaan termasuk tablet rifampisin generic dan bermerek.
 Metode penilitian
Bahan: Bahan yang digunakan adalah rifampisin baku (Kimia Farma),
tablet rifampisin merek (Bernofarm, Sanbe, Sandoz), tablet rifampisin generik
(Kimia Farma dan Hexpharm), aquabidestilata (Widatra) dan HCl Merck (p.a).

Alat: Alat-alat yang digunakan adalah Spektrofotometer UV-Vis


Shimadzu 1601®, alat dissolution tester (LID 6D), alat-alat gelas, neraca
analitik (Shimadzu AUY 220), alat disintergration tester (ZT 301 Erweka) dan
Stokes-Monsanto Hardness Tester.
1. Pengambilan sampel
Jumlah sampel tablet rifampisin merek dan generik adalah 19 dan 5 jenis
sampel (Tabel 1). Dari jumlah tersebut kemudian dicari sesuai dengan jenis
sediaan dan dosis yang sama. Jenis sediaan dan dosis yang digunakan untuk
penelitian ini adalah kaplet (kapsul tablet) dengan dosis 450 mg. Sampel yang
sesuai dengan jenis sediaan dan dosis tersebut terdapat 7 jenis sampel merek dan
2 jenis sampel generik. Untuk jenis sampel merek selanjutnya diambil dengan
penarikan akar dari jumlah populasi sampel yang ada. Dari hasil penarikan akar
tersebut diambil sebanyak 3 jenis sampel untuk jenis merek sedangkan untuk
generik digunakan 2 jenis sampel.
2. Uji Sifat Fisik Tablet
o Uji keseragaman bobot

Sepuluh tablet ditimbang, dihitung bobot rata rata tiap tablet. Jika ditimbang
satu per satu, tidak boleh lebih dari dua tablet yang bobotnya menyimpang lebih
besar dari bobot rata-ratanya yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tabletpun
yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan
kolom B (DEPKES RI, 1979).
Tabel 1. Sediaan Rifampisin di pasaran (ISFI, 2008)
o Uji kekerasan tablet

Alat yang digunakan adalah Stokes-Monsanto Hardness Tester. Sebuah tablet


diletakan pada ujung alat dengan posisi vertikal. Putar sekrup pada ujung yang
lain, sehingga tablet tertekan. Pemutaran dihentikan sampai tablet pecah,
tekanan tablet dibaca pada skala. Lakukan percobaan sebanyak 5 kali dan hitung
harga puratanya
o Uji waktu hancur tablet

Lima buah tablet dimasukkan kedalam alat uji waktu hancur (disintegration
tester). Setiap tabung diisi satu tablet, kemudian dimasukkan ke dalam penangas
air dengan suhu sebesar 37ºC. jalankan alat sampai semua fraksi pecahan tablet
lewat ayakan yang terletak pada bagian bawah alat. Catat waktu yang
diperlukan sebagai waktu hancur tablet.
3. Uji Disolusi
Pembuatan medium disolusi HCl 0,1 N Pipet 8,36 ml HCl (p.a) masukkan
dalam labu takar 1000,0 ml kemudian diencerkan dengan akuabidest sampai
tanda. Pembuatan larutan stok 0,1000 g rifampisin baku ditimbang kemudian
dilarutkan dalam 100 ml HCl 0,1 N. Konsentrasi larutan tersebut adalah 1 mg/ml
atau 1000 ppm. Kemudian larutan konsentrasi 1000 ppm diencerkan menjadi 100
ppm. Larutan stok dipipet sebanyak 2,5 ml dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml
dan diencerkan dengan HCl 0,1 N sampai tanda batas. Penetapan panjang
gelombang maksimum larutan stok sebanyak 40 ml diencerkan dengan larutan
HCl 0,1 N sampai 10,0 ml.
Masukkan larutan dalam kuvet dan dibaca absorbansinya pada panjang
gelambang antara 400 nm-800 nm. Catat panjang gelombang maksimal yang
diperoleh. Pembuatan seri konsentrasi Untuk membuat kurva baku perlu dibuat
suatu seri konsentrasi. Pembuatan seri konsentrasi dibuat dengan cara
mengencerkan rifampisin baku dari larutan stok 100 ppm menggunakan pelarut
HCl 0,1 N. Seri konsentrasi yang akan dibuat adalah 0,5; 10; 20; 30; 40; 50 dan
60 ppm. Dari larutan stok rifampisin 100 ppm dipipet masing-masing 0,05; 1; 2;
3; 4; 5 dan 6 ml ke dalam labu takar 10 mL, kemudian larutan tersebut ditambah
HCl 0,1 N sampai tanda batas. Pembuatan kurva baku Kurva baku ditentukan
dengan menggunakan larutan yang telah dibuat seri konsentrasinya yaitu 0,5; 10;
20; 30; 40; 50 dan 60 ppm. Dari larutan stok rifampisin 100 ppm dipipet
masingmasing 0,05; 1; 2; 3; 4; 5 dan 6 ml ke dalam labu takar 10 mL, kemudian
larutan tersebut ditambah HCl 0,1 N sampai tanda batas.
Masing-masing seri konsentrasi tersebut dibaca absorbansinya pada alat
spektrofotometerUV-Vis pada panjang gelombang maksimal. Dari kurva
hubungan antara konsentasi rifampisin dengan luas area dapat diperoleh harga
koefisien korelasinya. Dengan harga koefisien korelasi tersebut dapat ditentukan
linearitasnya bagus atau tidak dan dapat digunakan untuk menentukan kadar dari
obat yang akan dianalisis.
 Hasil dan Pembahasan

Sampel yang digunakan untuk penelitian sebanyak 5 jenis sampel. Dari 5 jenis
sampel tersebut diantaranya 3 sampel tablet rifampisin merek dan 2 sampel
tablet generik. Dimana tiap jenis sampel terdiri atas 28 tablet dimana 3 tablet
untuk disolusi, 10 tablet untuk uji kekerasan sekaligus untuk uji keseragaman
bobot dan 15 tablet untuk uji waktu hancur.
1. Hasil Uji sifat fisik tablet

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tablet Rifampisin yang


digunakan memenuhi persyaratan uji keseragaman bobot sesuai dalam
Farmakope Indonesia III (1979). (tabel 2), bahwa untuk tablet dengan bobot >
300 mg tidak boleh lebih dari 2 tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot
rata-ratanya dari harga yang ditetapkan pada kolom A yaitu 5% dan tidak satu
tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga
yang ditetapkan kolom B yaitu 10% Berdasarkan hasil uji kekerasan tiap tablet
rifampisin baik yang merek maupun generik tidak memenuhi persyaratan sifat
kekerasan tablet secara umum yaitu 4-10 kg (tabel 3) namun kekerasan tablet
salut selaput lebih besar dari 10 masih dapatditerima, asalkan masih memenuhi
persyaratan waktu hancur disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan
(Sulaiman, 2007). Dengan adanya penambahan tekanan kompresi makaakan
meningkatkan nilai kekerasan tablet selain itu penambahan bahan pengikat yang
terlalu banyak juga dapat meningkatkan nilai pada kekerasan tablet (Lachman et
al, 1994).
Tabel 2. Hasil Uji Keseragaman bobot Tablet Rifampicin

Keterangan A. RIFAMTIBI; B. RIMACTANE; C. RIFABIOTIK; D. KIMIA FARMA GENERIK; E.


HEXPHARM GENERIK

Selain profil disolusi parameter disolusi yang juga penting adalah nilai C45
dan DE45. C45 yaitu jumlah zat aktif yang terlarut pada menit ke 45. Pada
monografi Farmakope Indonesia IV mencantumkan bahwa konsentrasi 75%zat
terlarut untuk rifampisin (C43H58N4O12) ditunjukkan pada menit ke 45. Hasil
penelitian ini sesuai karena pada menit ke 45 konsentrasi yang diperoleh lebih
dari 75% (tabel 5).
Tabel 5. Nilai parameter C45 tablet rifampisin

*
Keterangan : = tidak ada perbedaan yang signifikan dengan taraf kepercayaan 95%; A.
RIFAMTIBI; B. RIMACTANE; C. RIFABIOTIK; D. KIMIA FARMA GENERIK; E. HEXPHARM GENERIK

DE45 atau dissolution efficiency pada menit ke-45 merupakan salah satu dari
parameter disolusi. Dimana nilai DE45 menunjukkan kecepatan pelarutan obat
ke dalam medium mendekati profil absorpsi obat secara in vivo. Hasil
menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada DE45 antara
tablet rifampisin merek dan generik. Sehingga dari hasil yang diperoleh tersebut
dapat menunjukan bahwa rifampisin tablet merek dan generik memiliki khasiat
dan mutu yang sama.
Tabel 3. Hasil DE45 tablet rifampisin

*
Keterangan : = tidak ada perbedaan yang signifikan dengan taraf kepercayaan
95%; A. RIFAMTIBI; B. RIMACTANE; C. RIFABIOTIK; D. KIMIA FARMA GENERIK; E.
HEXPHARM GENERIK
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa
tidak ada perbedaan yang signifikan antara profil disolusi tablet rifampisin merek
dengan tablet rifampisin generik begitu pula pada uji sifat fisik tabletnya.

9
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI. 2004. Pedoman Uji Bioekivalensi. Jakarta: Badan Pengawasan Obat
dan Makanan Republik Indonesia.
DEPKES RI. 1979. Farmakope Indonesia Ed. III. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
DEPKES RI. 1979. Farmakope Indonesia Ed. III. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
ISFI. 2008. Informasi Spesialite Obat Indonesia. ISFI: Jakarta
Mursyidi, A., dan Rochman, A. 2006. Pengantar Kimia Farmasi Analisis :
volumetri dan gravimetri. Yogyakarta: Yayasan Farmasi Indonesia. Hlm. 29.
Ramadhana, B. 2005. Analisis disolusi dan Waktu Hancur Tablet Salut dan Non
Salut Asam Mefenamat 500 mg. [Tugas Akhir]. Bogor: Akademi Kimia Analisa.
Siregar C, Agoes G, Logawa B. 1992. Validasi Mutu Sediaan Solida. Sukmadjaja
A; Mar’u U;
Badruzaman S; editor; ITB, 1 Mei 1992. Bandung: Institut Teknologi Bandung
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran
Teknologi Farmasi (Terjemahan) Noerono, S. Edisi V. Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada Press.

1
0
Analisis Kadar Siprofloksasin dalam Sediaan Tablet dengan Metode
Spektroskopi Near-Infrared dan Kemometrik
(Ciprofloxacin’s Level Analysis on Tablet Dosages Form by Near-Infrared
Spectroscopy Method and Chemometric)
A. Definisi Spektroskopis Infra Merah (Ir)

Spektroskopi Infra Red atau Infra Merah merupakan suatu metode


yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang
berada pada daerah panjang gelombang 0,75–1.000 μm atau pada bilangan
gelombang 13.000–10 cm-1 dengan menggunakan suatu alat yaitu
spektrofotometer Inframerah. Tujuan spektroskopi infra merah, yaitu
untuk mendeteksi adanya gugus fungsi dalam senyawa organik. Daerah di
bawah frekuensi 650 cm-1 dinamakan infra merah jauh. Sedangkan daerah
di atas frekuensi 4000 cm-1 dinamakan infra merah dekat. Metode ini
banyak digunakan pada laboratorium analisis industri dan laboratorium
riset karena dapat memberikan informasi yang berguna untuk analisis
kualitatif dan kuantitatif, serta membantu penerapan rumus bangun suatu
senyawa.
a. Senyawa obat

Siprofloksasin adalah antibiotik golongan kuinolon kelompok


fluorokuinolon yang bekerja dengan menghambat enzim topoisomerase II
(DNA gyrase) dan topoisomerase IV pada bakteri. Siprofloksasin efektif
digunakan dalam terapi infeksi saluran kemih, infeksi saluran napas
maupun infeksi saluran pencernaan. Pada penelitian ini dilakukan
penetapan kadar siprofloksasin dengan menggunakan instrumen Near-
Infrared (NIR) karena bersifat non destruktif, lebih ekonomis dan praktis.
Penetapan kadar dengan metode spektroskopi Near-Infrared memerlukan
suatu analisis data multivariat (kemometrik) untuk mengekstrak informasi
yang diperlukan dari spektrum inframerah NIR. Tehnik yang digunakan
dari metode kemometrik untuk analisis kuantitatif dan analisis kualitatif

1
1
dalam penelitian ini masing-masing adalah Partial Least Square (PLS) dan
Linear Discriminant Analysis (LDA)
produk tablet siprofloksasin yang beredar di pasaran adalah 250
mg, 500 mg dan 750 mg. Kadar siprofloksasin dalam produk harus dijamin
tepat untuk mempertahankan mutu sesuai yang diinginkan produsen
sehingga pengawasan mutu perlu dilakukan. Hal ini penting diperhatikan
mengingat tablet siprofloksasin dosis tunggal dengan kadar yang berlebih
dapat menimbulkan berbagai efek samping dan resistensi. Persyaratan
kadar untuk sediaan siprofloksasin menurut USP 30 yaitu mengandung
siprofloksasin tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
jumlah yang tertera pada etiket. Dalam penelitian ini akan dilakukan
pengembangan dan validasi metode analisis penetapan kadar
siprofloksasin dalam sediaan tablet menggunakan metode spektroskopi
NIR dan kemometrik. NIR merupakan salah satu instrumen dalam analisis
farmasetika yang dikenal secara luas digunakan untuk pengujian bahan
baku, proses monitoring dan kontrol kualitas
Spektrum yang dihasilkan oleh NIR tidak dapat diekstrak dan
digali informasinya secara langsung sehingga untuk mengekstrak
informasi spektrum yang diperlukan dan menggunakan informasi
spektrum tersebut untuk aplikasi kualitatif dan kuantitatif diperlukan
metode analisis data multivariat. Metode statistik multivariat sering
disebut dengan metode kemometrik [4]. Metode kemometrik merupakan
salah satu cara untuk memperoleh informasi penting mengenai objek
tertentu pada data dengan menggunakan tehnik statistik atau matematika
[5]. Analisis kemometrik dengan teknik Partial Least Square (PLS) dan
Linear Discriminant Analysis (LDA) merupakan teknik kalibrasi
multivariat yang bisa digunakan untuk penentuan multikomponen.
NIR kini menjadi penting dalam analisis sampel farmasetika
dikarenakan ketangguhan (robustness) yang sangat menonjol dari
instrumen tersebut [6]. Berbagai keuntungan dari NIR dibandingkan
dengan metode lain yang masih tradisional diantaranya adalah cepat,

1
2
sedikit atau tidak memerlukan preparasi, memiliki kapasitas pengukuran
terpisah (menggunakan probe serat optik), dapat memprediksi sifat fisika
kimia dari sebuah spektra tunggal [1], dan dapat menganalisis sampel yang
utuh sehingga sampel dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut [7]. Dari
berbagai keuntungan diatas maka NIR dapat menjadi alternatif dalam
penetapan kadar siprofloksasin dari metodemetode yang sudah ada.
Sebagai metode pembanding digunakan metode spektrofotometri UV-Vis
yang telah banyak digunakan dalam penetapan kadar siprofloksasin.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi model PLS yang
efektif untuk mendeteksi kadar siprofloksasin dan menentukan hasil
pembentukan model klasifikasi siprofloksasin berdasarkan spektrum
inframerahnya menggunakan LDA,mengaplikasikan metode NIR (Near
Infrared) dan kemometrik yang telah dikembangkan untuk menentukan
kadar siprofloksasin dalam sediaan tablet siprofloksasin yang beredar di
pasaran dan mengetahui kesesuaian hasil yang diperoleh dari metode Near-
Infrared (NIR) jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari metode
pembanding.
 Metode Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:


Spektrofotometer UV-Vis (Hitachi), spektroskopi Near Infra-Red
Brimrose Luminar 3070, perangkat lunak Brimrose, perangkat lunak
Prospect, perangkat lunak The Unscrambler X 10.2 (Camo), perangkat
lunak Validation Method of Analysis versi 1.03, alat-alat gelas yang
lazim digunakan di laboratorium analisis (Pyrex), kuvet, neraca analitik
(Sartorius), botol, ball pipet, pipet tetes, keranjang alat, lemari pendingin,
batang pengaduk, mortir, stamper, bejana ultrasonik, ayakan B-60, pot
plastik dan kertas tisu. Bahan-bahan yang digunakan dalam melakukan
penelitian ini meliputi: standar siprofloksasin (Bernofarm), sampel obat
siprofloksasin generik dan paten dari berbagai pabrik, aquadest, NaOH p.a
(Brataco Chemika), dan sampel pengisi tablet dari Brataco Chemica, yaitu

1
3
amilum (pharmaceutical grade), laktosa (pharmaceutical grade) dan
avicel (pharmaceutical grade).
Sampel training set, test set dan sampel nyata dalam penelitian ini
adalah sediaan tablet siprofloksasin (generik dan paten) yang dipilih
berdasarkan mayoritas ketersediaannya di apotik yang dikumpulkan
berdasarkan tehnik pengambilan sampel Purposive Sampling. Teknik ini
juga berlaku dalam pengambilan sampel bahan pengisi tablet (matriks),
dimana matriks yang dipilih adalah pengisi sediaan tablet yang umum
digunakan dan tersedia di laboratorium. Sejumlah 20 tablet dari
seluruh sampel training set, test set dan sampel nyata (paten dan generik),
yang digunakan masing-masing ditimbang dan dihitung berat rata-ratanya,
kemudian masing-masing tablet digerus sampai halus dan diayak dengan
ayakan B-60, setelah itu disimpan dalam pot plastik yang telah diberi
label. Sampel training set, test set dan sampel nyata yang telah dipreparasi
tersebut kemudian ditentukan data spektrumnya dengan instrumen
spektroskopi Near Infra-Red Luminar 3070 dan diolah lebih lanjut untuk
pembuatan model kalibrasi dan klasifikasi dengan tehnik kemometrik
menggunakan perangkat lunak The Unscrambler X 10.2
kuantitatif dalam penelitian ini dibentuk dengan teknik analisis
multivariat PLS, sedangkan model klasifikasi yang digunakan dibentuk
dengan tehnik analisis multivariat LDA. Masing-masing model yang telah
terbentuk kemudian divalidasi menggunakan dua tehnik validasi silang,
tehnik yang pertama adalah Leave One Out Cross Validation (LOOCV)
dengan mengolah data training set pada perangkat lunak The
Unscrambler X 10.2 dan teknik kedua adalah validasi silang 2-Fold-Cross-
Validation (test set) menggunakan sampel tablet siprofloksasin generik
maupun paten yang berbeda merk ataupun nomor batch dari sampel- sampel
yang digunakan dalam training set.
Model kalibrasi yang telah dinyatakan valid kemudian diterapkan
pada penetapan kadar sampel nyata dengan instrumen NIR. Kadar yang
diperoleh kemudian dibandingkan dengan kadar yang diperoleh dari metode

1
4
pembanding. Kadar yang diperoleh dari kedua metode tersebut kemudian
diuji dengan uji T Dua Sampel Berpasangan untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan kadar yang diberikan keduanya.
 Hasil Penelitian

Berdasarkan tehnik pengambilan sampel Purposive Sampling


diperoleh 20 sampel training set yang terdiri dari objek atau sampel yang
diketahui pengkategoriannya dan digunakan untuk membentuk model
klasifikasi kemometrik [8], 10 sampel test set yaitu sampel yang telah
diketahui pengkategoriannya dan digunakan untuk mengevaluasi reliabilitas
model yang telah dibentuk oleh training set, 10 sampel nyata yang
ditetapkan kadarnya setelah terbentuk model yang valid dan 3 bahan
pengisi tablet yaitu amilum, avicel dan laktosa. Spektrum yang dihasilkan
dari penentuan data NIR baik untuk standart siprofloksasin, sampel obat
yang mengandung siprofloksasin maupun bahan pengisi tablet ditunjukkan
pada Gambar 1.

Kadar yang ditetapkan dengan metode spektroskopi NIR dan


metode spektrofotometri UV-Vis (metode pembanding) dibandingkan
dengan kadar yang tertera pada etiket dan memberikan hasil kadar
perolehan kembali (% rekoveri). Dalam uji presisi, dilakukan pengukuran
sebanyak 6 replikasi pada konsentrasi 100% dari konsentrasi uji, yakni
konsentrasi 10 ppm. Kemudian dicari % rekoveri tiap replikasi,

1
5
lalu dihitung koefisien variasi (KV) dari keenam replikasi. Penilaian
parameter presisi menggunakan spektrofotometri UV-Vis seperti yang
tertera pada Tabel 1 ini dinyatakan presis berdasarkan syarat
penerimaan nilai KV untuk uji presisi yaitu harus ≤ 2,7 [12]. Selanjutnya,
untuk uji akurasi dalam penelitian ini digunakan metode standar adisi.
Penambahan analit ditentukan dengan menggunakan 3 macam
konsentrasi antara 30%-60% kali dari analit yang diperkirakan [13].
Persyaratan penerimaan% rekoveri adalah 98% - 102% untuk
konsentrasi analit ≥10% dan KV ≤ 2,7 [12]. Oleh karena memenuhi
persyaratan untuk penerimaan nilai KV dan % rekoveri, maka penilaian
parameter akurasi dengan spektrofotometri UV-Vis ini dinyatakan akurat.
Berdasarkan hasil pengujian terhadap parameter-parameter validasi, yang
meliputi linieritas, batas deteksi dan batas kuantitasi, presisi, dan akurasi,
metode analisis kadar siprofloksasin dalam sediaan tablet dengan
menggunakan spektrofotometri UV-Vis ini dinyatakan valid
Pembentukan model kalibrasi dengan PLS dalam penelitian ini
dibentuk dari 175 komposisi set kalibrasi (training set). Seluruh set
kalibrasi telah diperoleh data absorbansinya pada panjang gelombang 850-
2300 nm. Pemilihan set data yang digunakan harus memenuhi spesifikasi

berdasarkan nilai R2, RMSEC, dan RMSECV. Parameter yang


dipertimbangkan dalam pembentukan model yang baik adalah berdasarkan

nilai R2 kalibrasi dan R2 validasi yang merupakan nilai korelasi dimana


pemilihan model terbaik apabila nilai korelasi yang diperoleh semakin
besar, dan nilai galat yaitu nilai RMSEC (Root Mean Square Error of
Calibration), dan RMSECV (Root Mean Square Error Cross Validation)

dengan nilai yang paling rendah [14]. Nilai R2 yang ditunjukkan


pada gambar 2 membuktikan bahwa model tersebut mempunyai tingkat
linieritas yang baik. Nilai galat yang ditampilkan dari model tersebut juga
baik yang artinya model yang terbentuk tidak memiliki penyimpangan

1
6
dalam memprediksi konsentrasi hasil prediksi dengan konsentrasi
sebenarnya.
Model klasifikasi dalam penelitian ini dibuat dengan LDA.
Kemampuan model dalam membedakan sampel yang mengandung bahan
aktif (“siprofloksasin”) dengan bahan tambahan (“matriks”) dapat dilihat
berdasarkan nilai % akurasi terhadap sampel dalam training set. Pemetaan
model LDA yang telah terbentuk sesuai gambar 3 menunjukkan bahwa
nilai % akurasi adalah 100% yang menunjukkan bahwa model tersebut
dapat mengklasifikasikan ke-20 sampel training set dengan benar.
Metode validasi lain yang digunakan adalah 2-fold cross
validation. pada penelitian ini, validasi ini menggunakan 10 sampel
independen (test set) dengan konsentrasi yang telah diketahui. Sampel
tersebut kemudian diprediksi menggunakan model kalibrasi terpilih.
Korelasi antara konsentrasi hasil prediksi model dengan konsentrasi

teoritis diketahui dengan melihat nilai koefisien determinasi (R2) prediksi.


menunjukkan bahwa model kalibrasi dari sampel training set yang telah
dibentuk memiliki reliabilitas yang baik untuk diimplementasikan. Model
klasifikasi LDA yang divalidasi dengan menggunakan 10 data sampel test
set yang dikelompokkan sesuai dengan kategori yang telah ditentukan.
Hasil validasi menunjukkan bahwa nilai % akurasi adalah 100%
artinya semua sampel sudah masuk dalam kategori yang benar,
diklasifikasikan dengan akurat dan tidak ada satupun kelompok sampel
yang masuk dalam kategori yang salah
Model PLS yang telah terbentuk dalam perangkat lunak The
Unscramble X 10.2 diterapkan dalam analisis kuantitatif sampel, yaitu
untuk menentukan kadar sampel siprofloksasin dengan metode
spektroskopi NIR. Berdasarkan data yang tertera pada tabel 3, baik
kadar sampel nyata yang diperoleh dari metode spektroskopi NIR maupun
spektrofotometri UV-Vis seluruhnya terbukti memiliki kadar yang sesuai
dengan persyaratan USP 30 bahwa siprofloksasin tablet mengandung
tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% siprofloksasin dari yang

1
7
tertera pada etiket. Analisis statistik dengan uji T Dua Sampel
Berpasangan terhadap data tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan bermakna pada kadar sampel nyata yang ditetapkan dengan
kedua metode, dimana nilai signifikansi yang diperoleh adalah
0,249 dengan tingkat kepercayaan 95%. Nilai signifikansi tersebut >
0,05 sehingga pengambilan keputusan hipotesis dinyatakan H0 diterima

(tidak ada perbedaan bermakna) dan Ha ditolak (ada perbedaan) Analisis


sampel secara kualitatif dilakukan dengan metode LDA. Model yang
telah terpilih digunakan untuk memprediksi sampel yang belum
diketahui klasifikasinya. Berdasarkan hasil prediksi menggunakan LDA,
dapat diketahui bahwa seluruh sampel, baik sampel matriks
maupun sampel yang mengandung bahan aktif siprofloksasin
diklasifikasikan dalam kategori yang benar dengan perhitungan %
kemampuan prediksi memberikan hasil sebesar 100%, apabila nilai
kemampuan prediksi kurang dari 100% maka menunjukkan bahwa model
tersebut tidak dapat memprediksi seluruh sampel dengan benar [18].

1
8
KESIMPULAN
Metode spektroskopi NIR untuk analisis kadar siprofloksasin dalam sediaan
tablet ini dapat diaplikasikan pada sediaan tablet siprofloksasin yang beredar di
pasaran. Hasil analisis kadar siprofloksasin dengan metode spektroskopi NIR dan
kemometrik memberikan hasil yang sama bila dibandingkan dengan metode
spektrofotometri UV-Vis dan perlu dikembangkan metode penetapan kadar
siprofloksasin dalam bentuk sediaan lain dengan metode spektroskopi NIR dan
kemometrik.

1
9
DAFTAR PUSTAKA
Gowen, A. A., O’Donnel, C., Cullen, P., dan Bell, S . E .J. 2008.Recent
Applications of Chemical Imaging to Pharmaceutical Process Monitoring
and Quality Control. Dublin : School of Food Science and Environmental Health
Dublin Institute of Technology.
syarif, Estuningtyas, Setiawati, Muchtar, Arif, Bahry, Suyatna,Dewoto,
Utama, Darmansjah, Wiria, Nafrialdi, Wilmana, Ascobat, Setiabudy, Sunaryo,
Wardhini, Suherman, Gunawan, Ganiswarna, Arozal, Mariana, Istiantoro,
Sadikin, Louisa dan Elysabeth. 2009. Farmakologi dan Terapi. Edisi kelima.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Pharmacopeia USP. 2007. The National Formulary. Edition 30. TheUnited
States Pharmacopeial Convention.
Berrueta, L. A., Alonso-Salces, R. M. & Héberger, K. 2007.Supervised
Pattern Recognition in Food Analysis. Journal of Chromatography A.
http://www.chemres.hu/userfiles/supervisedheberger_2007_cikk %281%29 pdf.
[29 Maret 2013].

Grewal, A.S., Patro, S.K., Kanungo, S.K., dan Bhardwaj, S.K. 2012.
Simultaneous Specthrophotometric Estimation of Ciprofloxacin and Ornidazole
in Tablet Dosage Form, IJPSR, 3(8): 2716-2720.

Indrayanto, A., Indrayanto G., dan Mulja, M. 2003. Validation Method of


Analysis v1.03. Software from General Public Licence . Surabaya: Universitas
Airlangga.

Wulandari, L., Yuwono, M., dan Indrayanto, G. 2012.


DensitometricDetermination of Mebhydrolin Napadisylate in Tablets. Journal
ofPlanar Chromatography, 25(1): 60-64.

Huber, L. 2007. Validation and Qualification in Analytical Laboratories. Second


Edition. New York: Informa Healthcare USA, Inc.
Indrayanto, G. dan Yuwono, M. 2003. Validation of TLC Analysesin
Encyclopedia of Chromatography 2004. New York : Marcel Dekker Inc.

2
0
PENENTUAN KADAR BESI DARI TABLET MULTIVITAMIN
MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

1. Definis spektrofotometri serapan atom

Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metode analisis untuk


menentukan konsentrasi suatu unsur dalam suatu cuplikan yang didasarkan
pada proses penyerapan radiasi sumber oleh atom-atom yang berbeda pada
tingkat energi dasar (ground state). ). Proses penyerapan energi terjadi pada
panjang gelombang yang spesifik dan dipengaruhi oleh karakteristik tiap
unsur. Proses penyerapan tersebut menyebabkan atom yang menyerap
tereksitasi, yaitu elektron dari kulit atom meloncat ketingkat energi yang
lebih tinggi. Banyaknya intensitas radiasi yang diserap sebanding dengan
jumlah atom yang berada pada tingkat energi dasar yang menyerap energi
radiasi tersebut. Dengan mengukur tingkat penyerapan radiasi yang
diteruskan atau transmintans, maka konsentrasi unsur dalam suatu cuplikan
dapat diketahui Spektrofotometer serapan atom adalah suatu instrumen
yang digunakan pada metode analisis untuk mentukan kadar unsur-unsur
logam dan metaloid yang didasarkan pada penyerapan sinar oleh atom
bebas (Haryati 2009).
 Metode Percobaan
o Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada percobaan spektrofotometri serapan atom


(SSA), yaitu Spektrofotometer Serapan Atom, labu takar 50 ml, lampu
Katode Rongga Fe, Corong, pipet mohr 10 ml, gelas piala 50 ml, gelas ukur
10 ml. Bahan yang digunakan adalah HCl pekat, larutan standar Fe 100
ppm, air deionisasi, tablet multivitamin dan kertas saring.

 Prosedur Percobaan
o Preparasi larutan standar.

Disiapkan larutan standar Fe dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4, 5, 6


dan 7 ppm dan dibaca absorbans dari larutan standar pada SSA. Preparasi
larutan sampel dan pengukuran absorbans.
Sejumlah tablet dimasukkan ke dalam gelas piala dan ditambahkan 7
ml HCl pekat, kemudian dipanaskan secara perlahan menggunakan
lempeng hangat pada ruang asam hingga larut (berwarna hitam seperti

2
1
arang). Setelah itu tambahkan 50 ml air deionisasi dan saring dengan kertas
Whatman No 40 saat dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. Dicuci residu
dengan 25 ml air deionisasi dan ditera. Preparasi sampel dilakukan triplo.
Dan dibaca absorbans larutan sampel pada SSA. Sampel selanjutnya juga
diukur menggunakan spektrofotometri UV-Vis dengan terlebih dahulu
mengukur panjang gelombang maksimum yang akan digunakan dalam
percobaan. Sampel yang telah dipreparasi sebelumnya diukur
absorbansnya. Data yang diperoleh selanjutnya dicatat dan diolah
menggunakan perangkat pengolah data.
 Pembahasan

Prinsip kerja dari spektrofotometri adalah cahaya yang berasal dari


lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat polikromatis diteruskan
melalui lensa menuju ke monokromator pada spektrofotometer dan filter
cahaya pada fotometer. Monokromator kemudian akan mengubah cahaya
polikromatis menjadi cahaya monokromatis atau cahaya tunggal.
Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan
dilewatkan pada sampel yang mengandung suatu zat dalam konserasi
tertentu. Maka terdapat cahaya yang diserap atau diabsorbsi dan ada pula
yang dilewatkan atau ditransmisikan. Cahaya yang dilewatkan ini
kemudian diterima oleh detektor. Detektor kemudian akan menghitung
cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel.
Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terkanding
dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel
secara kuantitatif (Ralita 2013).
Mengukur konsentrasi besi dalam tablet multivitamin dibuat
terlebih dulu deret standar dari larutan induk menjadi 1 ppm, 2 ppm, 3
ppm, 4 ppm, 5 ppm, 6 ppm dan 7 ppm dan dipipet sesuai konsentrasi yang
diinginkan, yaitu 0.5 mL,1.0 mL,1.5 mL, 2.0 mL, dan 2.5 mL. Gambar 1
menujukkan hubungan antara larutan standar Fe dengan absorbans
menggunakan SSA, semakin tinggi konsentrasi Fe yang diberikan
semakin tinggi nilai absorbansnya dengan kemiringan kurva (R2) cukup
baik yaitu 99,38%. kemudian sampel dipreparasi dengan HCl pekat
funsinya untuk membentuk FeCl2 (ion Fe2+) dan dipanaskan. Alat
spektrofotometer serapan atom harus dipersiapkan terlebih dulu dengan
cara mengatur agar cahaya yang dipancarkan oleh lampu katoda berongga
berada tepat pada titik yang telah ditentukan. Software pada komputer
dipersiapakan dan dipastikan komputer telah terhubung langsug ke alat
spektrofotometer serapan atom. Pada proses persiapan sebelum analisis,
harus diperhatikan kebersihan dalam pengerjaan. Hal tersebut sangat
berpengaruh pada ketelitian dan keakuratan hasil pengukuran.
Kalibrasi alat spektrofotometer serapan atom dilakukan terlebih
dulu dengan menggunakan larutan Fe yang telah diencerkan. Hal ini
bertujuan untuk memeriksa respon instrumen terhadap keadaan
standarnya. Blangko yang digunakan adalah larutan HCl pekat, agar HCl
pekat tidak memberikan nilai absorbans sehingga absorbans yang terukur

2
2
hanya berasal dari Fe, setelah dikoreksi oleh absorbans blangko.
Persamaan garis yang didapat adalah y = 0.0118 + 0.0242x. data yang
diperoleh ini dapat dilihat pada lampiran
Larutan Konsentrasi (ppm) Absorbans Aterkoreksi
Blanko 0,0028
Standar 1 1 0,0337 0,0309
Standar 2 2 0,0622 0,0594
Standar 3 3 0,0916 0,0888
Standar 4 4 0,1163 0,1135
Standar 5 5 0,1386 0,1358
Standar 6 6 0,1558 0,153
Standar 7 7 0,1814 0,1786
Blanko 0
Sangobion 1 0,9833 0,0374 0,0346
Sangobion 2 0,8417 0,034 0,0312
Sangobion 3 1,6625 0,0537 0,0509
Sangobion 4 1,6208 0,0527 0,0499
Sangobion 5 1,2792 0,0445 0,0417
Sangobion 6 1,1875 0,0423 0,0395
Meskipun memiliki banyak kelebihan, metode spektrofotometri
serapan atom juga memiliki beberapa kekurangan seperti terdapat
beberapa unsur yang tidak dapat menghasilkan uap atom pada keadaan
dasar saat mencapai nyala seperti tidak terdisosiasi. Selain itu, beberapa
nyala juga lebih tepat untuk beberapa unsur tertentu, maka dengan
bertambahnya analit juga akan dilakukan pertukaran terhadap sumber
sinar gas pembakaran, dan diperlukan lampu katoda yang mahal untuk
setiap unsur (Haryati 2009).
Kadar Fe juga ditentukan secara spektrofotometri UV-Vis untuk
membandingkan hasil yang didapat dari spektrofotometri serapan atom.
Spektrum absorbsi yang diperoleh dari hasil analisis dapat memberikan
informasi panjang gelombang dengan absorbans yang dihasilkan oleh
larutan standar digunakan untuk membuat kurva standar. Konsentrasi
suatu senyawa atau unsur dapat dihitung dari kurva standar yang diukur
pada panjang gelombang dengan absorbans maksimum. Hasil yang
diperoleh menunjukkan penentuan panjang gelombang maksimum
terhadap nila absorbans tertentu dengan panjang gelombang 471 nm.
Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan untuk
mengetahui pada panjang gelombang berapa diperoleh penyerapan
maksimum oleh larutan dengan konsentrasi terbesar dan agar diperolah
data yang akurat. Serapan Fe3+ metode standar adisi pada panjang
gelombang maksimum menghasilkan nilai kemiringan sebesar 93.13%.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa Serapan Fe3+ metode
standar adisi menunjukkan bahwa semakin tinggi absorbansinya semakin
baik nilai kemiringan yang akan diberikan.

2
3
Kelinearitas kurva standar secara spektrofotmetri serapan atom jauh
lebih baik bila dibandingkan dengan spektrofotometri UV-Vis (Gambar
1 dan Gambar 3). Ketepatan yang diperoleh pada penentuan secara
spektrofotometri serapan atom jauh lebih besar dibandingkan secara
spektrofotometri UV-Vis (lampiran). Hal ini menunjukkan bahwa
pengukuran dengan spektrofotometer serapan atom lebih baik. Hal ini
karena sifatnya yang selektif, spesifik, tidak membutuhkan biaya analisa
yang mahal, sensitivitasnya tinggi, dapat dengan mudah membuat
matriks yangsesuai dengan standar, dan waktu analisa sangat cepat (Haryati
2009).

2
4
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan ini dapat ditentukan kadar besi dalam tablet
multivitamin dengan menggunakan spektrofotometri serapan atom maupun
spektrofotometri UV-Vis. Penentuan kadar Fe dalam tablet multivitamin
menggunakan spektrofotometri serapan atom lebih baik bila dibandingkan
dengan menggunakan spektrofotmetri UV-Vis. Hal ini ditunjukkan dengan
perbedaan nilai ketelitian dan ketepatan dari kedua instrumen yang digunakan.

2
5
Daftar Pustaka
Haryati. 2009. Analisis unsur pengotor Fe, Cr, dan Ni dalam larutan uranil nitrat
menggunakan spektrofotometer serapan atom. Jurnal Teknologi Bahan
Bakar Nuklir. 5(1) : 565-572
Rialita, et al . 2013. Analisis kafein dalm kopi bubuk di kota Menado
menggunakan
spektorfotometri UV-Vis. Jurnal Ilmiah Farmasi. 2(4) : 122-128

2
6
Lampiran Spektorofotometri AAS
Tabel 1 Konsentrasi standar Fe pada standar dan sampel sangobion

Larutan Konsentrasi (ppm) Absorbans Aterkoreksi


Blanko 0,0028
Standar 1 1 0,0337 0,0309
Standar 2 2 0,0622 0,0594
Standar 3 3 0,0916 0,0888
Standar 4 4 0,1163 0,1135
Standar 5 5 0,1386 0,1358
Standar 6 6 0,1558 0,153
Standar 7 7 0,1814 0,1786
Blanko 0
Sangobion 1 0,9833 0,0374 0,0346
Sangobion 2 0,8417 0,034 0,0312
Sangobion 3 1,6625 0,0537 0,0509
Sangobion 4 1,6208 0,0527 0,0499
Sangobion 5 1,2792 0,0445 0,0417
Sangobion 6 1,1875 0,0423 0,0395

0,2
Absorbans

0,15
0,1 y = 0,0242x + 0,0118
R² = 0,9938
0,05
0
0 2 4 6 8
Konsentrasi (ppm)

Gambar 1 hubungan konsentrasi standar Fe terhadap absorbans

4
Tabel 2 Kadar Fe pada sampel sangobion
Bobot Konsentrasi (ppm)
Larutan sangobion Setelah Sebelum Bobot Fe (g) Kadar Fe (%)
(g) pengenceran pengenceran
Sangobion 1 0,0106 0,9833 4,9165 0,0005 4,6382
Sangobion 2 0,0116 0,8417 4,2085 0,0004 3,6280
Sangobion 3 0,0141 1,6625 8,3125 0,0008 5,8954
Sangobion 4 0,0104 1,6208 8,104 0,0008 7,7923
Sangobion 5 0,0123 1,2792 6,396 0,0006 5,2000
Sangobion 6 0,0111 0,1875 0,9375 0,0001 0,8446
Rerata 4,6664
SD 2,3346
Ketelitian 49,9703

Tabel 3 Penentuan panjang gelombang maksimum dengan metode spektrofotometri UV-VIS


λ (nm) Absorbans 461 0.1637
425 0.1931 463 0.1624
427 0.1904 465 0.1612
429 0.1739 467 0.1574
431 0.1605 469 0.1561
433 0.1618 471 0.1612
435 0.1618 473 0.1475
437 0.1681 475 0.1463
439 0.1759 477 0.1439
441 0.1759 479 0.1379
443 0.1752 481 0.1319
445 0.1765 483 0.1261
447 0.1752 485 0.1249
449 0.1726 487 0.1180
451 0.1752 489 0.1180
453 0.1765 491 0.1124
455 0.1726 493 0.1152
457 0.1688 495 0.1129
459 0.1675 497 0.1085

5
499 0.1051 513 0.0835
501 0.1018 515 0.0814
503 0.1007 517 0.0814
505 0.0931 519 0.0804
507 0.0910 521 0.0762
509 0.0846 523 0.0620
511 0.0846 525 0.0600

Keterangan: panjang gelombang dengan absorbans tertinggi di kisaran hipotesis

0,2500

0,2000
471; 0,1612
Absorbans

0,1500

0,1000

0,0500

0,0000
425 445 465 485 505 525
Panjang gelombang (nm)

Gambar 2 Kurva antara panjang gelombang dan absorbans

Tabel 4 Penentuan absorbans standar Fe dengan metode spektrofotometri UV-VIS λ=471 nm


[Fe]
Rataan
Larutan standar Ulangan Absorbans
Absorbans
(ppm)
1 0.087247
Larutan 1 1.00 2 0.087247 0.08375
3 0.076756
1 0.131944
Larutan 2 2.00 2 0.128427 0.13156
3 0.134304
1 0.154902
Larutan 3 3.00 2 0.145087 0.15413
3 0.162412
1 0.443697
Larutan 4 4.00 2 0.443697 0.44370
3 0.443697
Larutan 5 5.00 1 0.555955

6
2 0.540608 0.54373
3 0.534617
1 0.707744
Larutan 6 7.00 2 0.725842 0.71231
3 0.703335

0,8

0,7

0,6

0,5
Absorbans

0,4

0,3

0,2 y = 0,1334x - 0,122


R² = 0,9313

0
0 1 2 3 4 5 6 7
Konsentrasi Standar Fe3+(ppm)

Gambar 3 Hubungan antara konsentrasi besi standar dan absorb

Anda mungkin juga menyukai