Oleh:
FERAWATI
Abstrak Abstract
Penjatuhan pidana mati sebagai The imposition of death penalty
bentuk konsistensi pemerintah as a form of consistency
Indonesia dalam memerangi Indonesian government in the
peredaran narkotika kembali fight against trafficking and
menuai perdebatan baik pro abuse of narcotics, back reap
ataupun kontra dari berbagai pihak. good debate the pros and cons
Ada sejumlah pihak beranggapan from avariety of parties. The are
bahwa perumusan pidana mati a number of parties who argue
dalam Undang-undang dan that the formulation of the death
pelaksanaan pidana mati terhadap penalty in law and executions
terpidana narkotika bertentangan against convicted narcotics
dengan Hak Asasi Manusia, contrary to human rights. This
khususnya pemenuhan hak untuk paper aims to examine how the
hidup. Tulisan ini bertujuan untuk teaching of human rights
mengkaji bagaimana ajaran Hak regarding the rights to life and
Asasi Manusia mengenai hak untuk outlines some of the view that
hidup dan menguraikan beberapa consider the need for the
pandangan yang menganggap imposition of the deat penalty
perlunya dilakukan penjatuhan against convicted narcotics.
pidana mati terhadap terpidana
narkotika.
A. Pendahuluan
baik secara de jure maupun de facto. Pro dan kontra atas keberadaan
pidana jenis ini karena dianggap tidak manusiawi dan tidak efektif. 1
tujuan hukum sebagai bagian dari wajah konkrit konsep moralitas warga
Indonesia sendiri tujuan dari hukum pidana itu diorientasikan pada aspek
Dasar 1945.
1
Eva Achjani Zulfa, Pergeseran Paradigma Pemidanaan, Bandung, Lubuk Agung,
2011, hlm. 104.
140
VOLUME 4 NO. 3September 2014-Januari 2015 JURNAL ILMU HUKUM
ditentukan. 2
teknologi canggih dan didukung oleh jaringan organisasi yang luas dan
B. Pembahasan
Manusia.
dipisahkan dari persoalan Hak Asasi Manusia. Dalam konteks Hak Asasi
2
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta, Rineka Cipta, 2008, hlm. 7.
141
VOLUME 4 NO. 3September 2014-Januari 2015 JURNAL ILMU HUKUM
Manusia dimana hak hidup (rights to life) merupakan hak yang tidak
dalam Hak Asasi Manusia yaitu bahwa tidak seorang pun dapat dicabut
a. Setiap manusia berhak atas hak untuk hidup yang melekat pada
dirinya. Hak ini wajib dilindungi oleh hukum. Tidak seorang pun
dapat dirampas hak hidupnya secara sewenang-wenang.
b. Di negara-negara yang belum menghapuskan hukuman mati,
putusan hukuman mati hanya dapat dijatuhkan terhadap beberapa
kejahatan yang paling serius sesuai dengan hukum yang berlaku
pada saat dilakukannya kejahatan tersebut, dan tidak bertentangan
dengan ketentuan konvenan dan kenvensi tentang pencegahan dan
hukum kejahatan genosida. Hukuman ini hanya dapat dilaksanakan
atas dasar keputusan akhir yang dijatuhkan oleh suatu pengadilan
yang berwenang.
c. Apabila suatu perampasan kehidupan merupakan kejahatan
genosida, harus dipahami bahwa tidak satu pun dalam Pasal ini
yang memberikan kewenangan pada negara yang menjadi pihak
dalam konvenan ini, untuk mengurangi kewajiban apapun yang
telah dibebankan oleh ketentuan dalam konvensi tentang
Pencegahan dan hukuman bagi kejahatan genosida.
d. Setiap orang yang telah dijatuhi hukuman mati berhak memohon
pengampunan atau penggantian hukuman. Amnesti, pengampunan
atau penggantian hukuman mati dapat diberikan dalam semua
kasus.
e. Hukuman mati tidak boleh dijatuhkan atas kejahatan yang
dilakukan oleh seseorang di bawah usia delapan belas (18) tahun
3
Eva Achjani Zulfa, Op.Cit, hlm. 105.
142
VOLUME 4 NO. 3September 2014-Januari 2015 JURNAL ILMU HUKUM
Hak Asasi Manusia tidak dapat dijatuhkan terhadap anak-anak, dan hanya
genosida. Berdasarkan Resolusi 2857 tahun 1971 dan Resolusi 32/61 tahun
pidana mati sebagai tujuan universal yang ingin dicapai, meskipun secara
lain:4
tahun atau diatas tujuh puluh tahun dan juga tidak boleh
sebagai berikut:5
5
Eva Achjani Zulfa, ibid, hlm.106-107.
144
VOLUME 4 NO. 3September 2014-Januari 2015 JURNAL ILMU HUKUM
tersebut juga termaktub pula dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-
negara, namun dapat dilihat pula bahwa konsep pelaksanaan Hak Asasi
tersebut.
untuk hidup tersebut dapat mengangkangi hak orang lain, terutama dalam
skala besar hak dari masyarakat. Inilah yang menjadi alasan dasar bahwa
menghormati hak untuk hidup yang dimiliki oleh orang lain. Berdasarkan
pelaksanaannya.
Pengedar Narkotika.
mati.6
8
Barda Nawawi Arief, Tujuan dan Pedoman pemidanaan Perspektif Pembaharuan Huum
Pidana dan Kajian Perbandingan Beberapa Negara, Semarang, Universitas Diponegoro, 2009,
hlm.19.
9
Syaiful Bakhri, Perkembangan Stelsel Pidana Indonesia, yogyakarta, Total Media, 2009,
Hlm.29-30.
148
VOLUME 4 NO. 3September 2014-Januari 2015 JURNAL ILMU HUKUM
1945 dan Pasal 9 ayat (1) jo. Pasal 4 Undang-undang No. 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia) serta hak untuk bebas dari penghilangan
nyawa (Pasal 33 Undang -undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia).
1999 tentang Hak Asasi Manusia bahwa “ setiap orang berhak untuk
being has the right to life” namun dalam Pasal 6 Ayat (1) ICCPR
his life”. Jadi walaupun Pasal 6 Ayat (1) ICCPR menyatakan bahwa” setiap
manusia mempunyai hak untuk hidup” tapi tidak berarti hak untuk
hidupnya itu tidak dapat dirampas, yang tidak boleh adalah “perampasan
serious crime.”
tetap memperhatikan klausul Pasal 10 huruf (a) jo. Pasal 11 KUHP jo.
Militer jo. Peraturan Kapolri No. 12/ 2010 tentang tata cara pelaksanaan
bentuk stelsel yang bersifat kejam, oleh karena pidana mati yang bersifat
terhadap si terpidana.
10
Ide keseimbangan monodualistik diterapkan dalam syarat pemidanaan dalam konsep
yang bertolak dari pemikiran keseimbangan antara kepentingan masyarakat dengan kepentingan
individu, antara faktor objektif dan faktor subjektif. Lihat : Barda Nawawi Arief , Bunga rampai
Hukum Pidana Indonesia, Semarang, Universitas Diponegoro, 2009, Hlm. 17.
11
Ibid, hlm. 20.
150
VOLUME 4 NO. 3September 2014-Januari 2015 JURNAL ILMU HUKUM
apabila ada pendapat yang mengatakan pidana mati adalah pidana yang
kejam dan tidak layak diterapkan oleh karena pemberian pidana mati
nasional.
C. Penutup
D. Daftar Pustaka
Agung, 2011.