Anda di halaman 1dari 10

Lulu, Pelaksanaan Pengembangan Kemampuan Bahasa . . . . . .

(48-56)

PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF


DAN BAHASA EKSPRESIF ANAK TUNARUNGU KELAS TK 1 A
(STUDI DESKRIPTIF DI LPATR PANGUDI LUHUR, KEMBANGAN
JAKARTA BARAT)
Lulu Fatimah
(Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNJ)

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan pengembangan
kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif anak tunarungu di kelas TK 1 A LPATR
Pangudi Luhur. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan memberi kosakata sebanyak-
banyaknya terhadap anak tunarungu maka bahasa reseptif anak tunarungu akan semakin
bertambah sehingga bahasa ekspresif anak tunarungu akan muncul dengan sendirinya
bergantung pada kemampuan masing-masing anak.
Kata kunci : pelaksanaan pengembangan, kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif,
anak tunarungu.

PENDAHULUAN bukan menjadi suatu masalah bagi orang


Manusia sejatinya adalah makhluk yang memiliki pendengaran normal.
sosial yang pada kesehariannya selalu karena disadari atau tidak orang yang
mengadakan interaksi dengan manusia memiliki pendengaran normal
lain dalam berbagai kegiatan. Banyak memperoleh bahasa melalui pengalaman
manfaat yang bisa didapat ketiks atau situasi bersama dengan orang lain di
seseorang mengadakan komunikasi, sekitarnya. dengan cara menghubungkan
diantaranya adalah sebagai media untuk antara pengalaman sehari-hari dengan
pembentukan konsep diri, pernyataan lambang pendengaran (bahasa batini)
eksistensi diri, memperoleh pengetahuan, yang dipahami dalam bentuk reseptif,
kelangsungan hidup, memupuk suatu kemudian diungkapkan kembali dalam
hubungan, serta berbagai manfaat lain. bentuk ekspresif. Anak tunarungu adalah
Komunikasi erat kaitannya dengan anak yang mengalami kehilangan
kemapuan bahasa, mustahil seseorang pendengaran baik sebagian atau
dapat berkomunikasi apabila tidak seluruhnya, hal ini akan sangat
mempunyai kemampuan atau berpengaruh pada dirinya sebagai
keterampilan berbahasa terlebih dahulu. individu dan sebagai makhluk sosial,
Bahasa adalah simbol/lambang yang telah terlebih jika ketunarunguan dialami sejak
disepakati bersama secara arbiter lahir atau ketika masa kanak-kanak
(manasuka) untuk melangsungkan dimana anak belum menguasai bahasa.
komunikasi. Bahasa dan komunikasi Masalah terbesar yang dialami anak

48
Lulu, Pelaksanaan Pengembangan Kemampuan Bahasa . . . . . . (48-56)

akibat ketunarunguannya adalah pengembangan kemampuan bahasa


keterbatasan bahasa (miskin bahasa), reseptif dan bahasa ekspresif anak
baik bahasa reseptif maupun bahasa tunarungu kelas TK 1 A LPATR Pangudi
ekspresif yang akan berdampak pada Luhur” dengan pertanyaan-pertanyaan
aspek perkembangan lainnya baik dari penelitian bagaimana perencanaan, proses
segi perkembangan psikologis, pelaksanaan, evaluasi, faktor yang dapat
kepribadian, sosial, kecerdasan dan mempengaruhi pelaksanaan pengembang-
ekonomi. Untuk itu anak tunarungu perlu an kemampuan bahasa reseptif dan bahasa
mendapat intervensi dini dalam hal ekspresif anak tunarungu di kelas TK 1 A
layanan pendidikan yang dapat dan bagaimana kemampuan bahasa
menggantikan masa pemerolehan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif anak
yang tidak anak tunarungu dapatkan tunrungu di kelas tersebut.
secara alami akibat ketidakberfungsian Dengan demikian penelitian ini
pendengarannya. LPATR Pangudi Luhur bertujuan untuk memperoleh informasi-
sejak lama dikenal sebagai lembaga informasi dan data sebanyak-banyaknya
pendidikan yang memberikan layanan secara terperinci dan mendalam mengenai
pendidikan khusus bagi anak tunarungu pelaksanaan pengembangan kemampuan
mulai dari kelas persiapan hingga jenjang bahasa reseptif dan ekspresif anak
pendidikan menengah atas. Kesuksesan tunarungu di kelas TK 1 A di LPATR
LPATR Pangudi Luhur dalam Pangudi Luhur, Jakarta Barat.
memberikan layanan pendidikan bagi
anak tunarungu dapat dilihat dari KAJIAN TEORI
lulusannya yang mampu melanjutkan Pengembangan terkait pembelajaran
pendidikan hingga perguruan tinggi, menurut Gentri adalah sebagai
berwirausaha, dan berkompetisi pendekatan sistematis bagi rancangan,
diberbagai bidang baik dengan sesama produksi, evaluasi dan implementasi suatu
tunarungu maupun dengan anak pembelajaran (Dewi Salma Prawiradilaga,
mendengar. Untuk itu peneliti bermaksud 2008: 16).
ingin mengetahui secara mendalam Bahasa reseptif adalah kecakapan
mengenai upaya pelaksanaan menerima dan memahami bahasa,
pengembangan kemampuan bahasa sedangkan bahasa ekspresif adalah
reseptif dan bahasa ekspresif anak kemampuan mengekspresikan diri secara
tunarungu di LPATR Pangudi Luhur. verbal (Sutjihati Somantri, 2006: 200).
Mengacu pada konteks penelitian yang Anak tunarungu atau dalam banyak
telah ditetapkan maka yang menjadi fokus sumber disebut juga tuli merupakan
penelitian adalah “Pelaksanaan istilah gangguan pendengaran (hearing

49
Lulu, Pelaksanaan Pengembangan Kemampuan Bahasa . . . . . . (48-56)

impairment) dipakai dalam menjelaskan kode-kode pada data hasil peneltian


baik orang yang benar-benar “tuli” secara efisien guna memperkuat dan
maupun orang yang hanya “sulit mempercepat proses analisis data.
mendengar”. Menurut definisi yang Kemudian menyusun kategorisasi
dikembangkan dalam PL-94-142 : sulit (kategorisasi) yaitu, mengelompokan atau
mendengar merupakan gangguan mengklasifikasikan data-data agar dapat
pendengaran (hearing impairment) yang disusun dan dibandingkan menurut pada
bisa bersifat permanen maupun kategori-kategori yang sama kontennya.
sementara, yang jelas berpengaruh pada Terakhir, analisis data dilakukan dengan
prestasi pembelajaran anak, namun tidak menulis laporan hasil observasi,
termasuk definisi “tuli” pada bagian ini. wawancara dan pemeriksaan dokumen
Sedangkan “Tuli” berarti suatu gangguan kemudian merumuskannya ke dalam
pendengaran (hearing impairment) yang temuan penelitian untuk dianalisis dengan
sangat berat sehingga si anak tidak bisa mengaitkannya dengan teori-teori yang
melakukan proses informasi bahasa relevan.
melalui pendengaran, dengan ataupun
tanpa alat pengeras suara, yang dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
jelas mempengaruhi prestasi pembelajaran Berdasarkan data yang diperoleh
akademis (J.David Smith, 2006: 270-271). melalui hasil observasi, wawancara dan
pemeriksaan dokumen dapat dipaparkan
METODE PENELITIAN temuan hasil penelitian dan pembahasan
Pendekatan penelitian yang digunakan seperti berikut :
adalah pendekatan kualitatif dengan (1) Dalam kegiatan belajar
metode deskriptif. Penelitian dilakukan mengajar/KBM di kelas TK 1 A LPATR
pada bulan November hingga Desember Pangudi Luhur terkait dengan
2011di kelas TK 1 A LPATR Pangudi pelaksanaan pengembangan kemampuan
Luhur. Prosedur pengumpulan dan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif, guru
perekaman data dilakukan dengan kelas tidak membuat perencanaan
menggunakan teknik triangulasi, yaitu administratif berupa silabus dan Rencana
dengan menggabungkan beberapa teknik Program Pembelajaran/RPP layaknya
dalam pengumpulan data dan sumber data sekolah lain pada umumnya. Hal ini
yang telah ada, seperti observasi, dilakukan karena sekolah ini tidak
wawancara dan pemeriksaan dokumen. menggunakan kurikulum yang telah
Teknik analisis data dilakukan melalui dibakukan seperti kurikulum TK reguler
tiga tahapan yaitu, pemberian kode milik yayasan maupun kurikulum PLB
(koding), koding merupakan pelabelan dari pemerintah, kedua kurikulum tersebut

50
Lulu, Pelaksanaan Pengembangan Kemampuan Bahasa . . . . . . (48-56)

hanya dijadikan salah satu informasi dan Pada pelaksanaan pengembangan


bahan evaluasi bagi guru untuk kemampuan bahasa reseptif dan bahasa
mengarahkan pengembangan bahasa anak ekspresif di kelas TK 1 A, Ibu Wr telah
tunarungu di kelasnya agar anak mematahkan banyak teori yang
tunarungu di kelasnya tidak tertinggal beranggapan bahwa proses pembelajaran
dengan anak mendengar, tetapi tidak akan berjalan dengan lancar dan tujuan
menjadi acuan atau tujuan pembelajaran, pembelajaran akan dapat tercapai dengan
karena kurikulum tersebut dinilai tidak baik apabila di dahului dengan membuat
sesuai jika diterapkan bagi anak perencanaan. Jika perencanaan yang
tunarungu di kelas persiapan seperti TK 1 dimaksud dalam banyak teori tersebut
A yang belum berbahasa (pra bahasa). merupakan perencanaan yang dibuat
Guna keperluan dokumentasi dan evaluasi secara administratif seperti kurikulum,
setiap harinya guru kelas membuat silabus dan RPP maka sekolah dan guru-
laporan akhir kegiatan pembelajaran yang guru di LPATR Pangudi Luhur memang
ditulis dalam buku Laporan Mingguan. tidak membuatnya, akan tetapi guru yang
Dalam buku “Perencanaan Pembelajaran” mengajar di sekolah ini tidak datang
R.Ibrahim dan Nana Syaodih mengajar tanpa berbekal suatu apapun.
mengungkapkan bahwa salah satu hal Melainkan sekolah ini telah memiliki
yang memegang peranan penting bagi empat pilar pokok yang memuat metode,
keberhasilan pengajaran adalah proses pendekatan dan strategi yang jelas guna
pelaksanaan pengajaran. Pelaksanaan melaksanakan pembelajaran di sekolah
pengajaran yang baik sangat dipengaruhi ini. Empat pilar pokok tersebut menjadi
oleh perencanaan yang baik pula. pedoman bagi guru dalam melaksanakan
Pengajaran berintikan integrasi antara pengembangan kemampuan bahasa anak
guru dengan siswa dalam proses belajar tunarungu jadi guru tidak perlu
mengajar. Proses belajar mengajar dua hal menuliskannya kembali pada RPP seperti
yang berbeda tetapi membentuk satu di sekolah lain pada umumnya. Guru juga
kesatuan, ibarat sebuah mata uang yang tidak perlu membuat materi pembelajaran
berisi dua. Agar pelaksanaan yang direncanakan sebelumnya dalam
pembelajaran pengajaran berjalan efisien RPP karena materi pembelajaran berasal
dan efektif maka diperlukan perencanaan dari hasil percakapan yang berlangsung
yang tersusun secara sistematis dengan secara alami, spontan dan fleksibel antara
proses belajar mengajar yang lebih anak tunarungu di kelas setiap harinya
bermakna dan mengaktifkan siswa serta sehingga guru hanya perlu
dirancang dalam suatu skenario yang jelas mendeskripsikannya pada laporan
(R. Ibrahim dan Nana Syaodih,2003:31). mingguan yang di tulis setiap hari usai

51
Lulu, Pelaksanaan Pengembangan Kemampuan Bahasa . . . . . . (48-56)

kegiatan pembelajaran agar kegiatan digunakan adalah pendekatan oral-aural,


pembelajaran terdokumentasi dengan baik oral yaitu menuntut anak tunarungu untuk
dan proses dan hasilnya dapat dievaluasi mau dan mampu berkomunikasi secara
dengan baik pula. Data analisis hasil oral/bicara, sementara aural adalah
asesmen masing-masing anak juga memanfaatkan sisa-sisa pendengaran anak
menjadi pedoman guru dalam tunarungu melalui penggunaan ABD
melaksanakan pengembangan (Alat Bantu Dengar). Media yang
kemampuan bahasa mereka, pada kondisi- digunakan dalam pelaksanaan
kondisi tertentu ketika proses pengembangan kemapuan bahasa reseptif
pembelajaran berlangsung selain dan bahasa ekspresif anak tunarungu di
mengajar secara klasikal guru juga kelas TK 1 A meliputi media langsung
mengajar secara individual sesuai dengan dan media tidak langsung, yakni media
kondisi masing-masing anak karena tiga langsung adalah alat-alat peraga konkrit
belas anak tunarungu di kelas TK 1 A yang terkait dengan percakapan dan
memiliki karakteristik, kondisi dan latar bacaan yang sedang dipelajari, sedangkan
belakang yang berbeda-beda sehingga media tidak langsung berupa gambar atau
diperlukan strategi individual yang foto-foto terkait dengan percakapan dan
berbeda pula dalam menangani hambatan bacaan tersebut. Strategi yang digunakan
yang dialami tiap anak. guru kelas ketika KBM berlangsung di
(2) Proses pelaksanaan pengembangan kelas TK 1 A terkait dengan pelaksanaan
kemampuan bahasa reseptif dan bahasa pengembangan kemampuan bahasa
ekspresif anak tunarungu di kelas TK 1 A reseptif dan bahasa ekspresif merupakan
dilakukan pada semua kegiatan strategi yang dilakukan guru secara
pembelajaran di kelas bersama seorang spontan tanpa perencanaan sebelumnya,
guru kelas juga dalam kegiatan di luar guru menggunakan berbagai strategi
kelas pada kegiatan BKPBI bersama dengan menyesuaikan kondisi anak ketika
seorang guru BKPBI di ruang BKPBI dan KBM berlangsung dengan melakukan
kegiatan bina wicara bersama seorang beberapa strategi diantaranya, drill atau
guru wicara di ruang terapi wicara. pengulangan, remedial atau perbaikan dan
Metode yang digunakan dalam KBM di juga guru memberikan reward dan
sekolah ini adalah Metode Maternal punishmet terhadap anak yang
Reflektif/MMR, dengan tujuan sekolah melakukuan perilaku tertentu.
yang ingin membuat anak tunarungu (3) Evaluasi hasil pelaksanaan
dapat berkomunikasi dengan cara bicara pengembangan kemampuan bahasa
dan membaca ujaran bibir lawan bicara reseptif dan bahasa ekspresif anak
maka pendekatan pembelajaran yang tunarungu di kelas TK 1 A dilakukan

52
Lulu, Pelaksanaan Pengembangan Kemampuan Bahasa . . . . . . (48-56)

dalam tiga jenis evaluasi, yaitu evaluasi reseptif dan bahasa ekspresif tersebut.
harian yang dilakukan oleh guru kelas Faktor-faktor tersebut meliputi hal yang
setiap hari melalui latihan reflektif dan mempengaruhi yang berasal dari sekolah
tugas-tugas anak yang langsung dikoreksi adalah fasilitas atau sarana prasarana
dan dinilai oleh guru, kemudian latihan- belajar, seperti media pembelajaran dan
latihan tersebut dibawa pulang oleh anak kompetensi guru dalam mengajar.
agar orang tua juga dapat melakukan Sedangkan beberapa faktor yang berasal
evaluasi terhadap perkembangan bahasa dari anak adalah kemampuan intelektual
anaknya di sekolah. Guru juga melakukan atau tingkat kecerdasadan dan
evaluasi terhadap hasil pengembanngan penggunaan ABD pada anak tunarungu
kemampuan bahasa anak melalui evaluasi itu sendiri. Kerjasama dan komunikasi
mingguan yang disebut sebagai ulangan yang baik dan kooperatif antara orang tua
mingguan, dengan tujuan guna dan guru juga turut berpengaruh terhadap
merefleksikan kembali bahasa yang telah proses dan hasil pengembangan
diperoleh anak selama sepekan agar anak kemampuan bahasa anak tunarungu.
memiliki ingatan yang kuat dan bahasa Seluruh faktor tersebut jika terpenuhi atau
yang telah diperoleh anak tersebut dapat dilaksanakan secara benar dan sesuai
dimilikinya. Sekolah ini juga mengadakan maka akan mendukung kelancaran proses
evaluasi terhadap perkembangan bahasa dan hasil dari pengembangan kemampuan
anak tunarungu dalam ulangan umum bahasa anak tunarungu, akan tetapi bila
yang diadakan setiap menjelang akhir sebaliknya maka akan sangat
semester, dengan materi adalah semua menghambat kelancaran proses serta hasil
bahasa atau kosakata yang telah diperoleh pengembangan bahasa anak tunarungu
anak selama kurun waktu satu semester. tersebut untuk itu dari pihak guru dan
Kemudian hasil ulangan umum tersebut sekolah memiliki berbagai cara untuk
dilaporkan kepada orang tua melalui buku mensiasati hal-hal yang dapat
raport dengan bentuk penilaian menghambat dalam proses pengembangan
menggunakan penilaian kualitatif dengan kemampuan bahasa reseptif dan bahasa
skala huruf disertai dengan deskripsi ekspresif anak tunarungu di sekolah ini,
perkembangan anak. siasat tersebut disesuaikan dengan
(4) Dalam pelaksanaan pengembangan masalah, hambatan atau kondisi dari
kemampuan bahasa reseptif dan bahasa masing-masing anak.
ekspresif anak tunarungu di kelas TK 1 A (5) Kemampuan bahasa reseptif dan
ini terdapat faktor-faktor yang bahasa ekspresif anak tunarungu di kelas
mempengaruhi proses dan hasil TK 1 A dikembangkan mulai dari awal
pengembangan kemampuan bahasa mereka masuk di kelas TLO Pagi, TLO

53
Lulu, Pelaksanaan Pengembangan Kemampuan Bahasa . . . . . . (48-56)

Siang dan kini di kelas TK 1 A semester mengekspresikannya melalui kemampuan


1. Terlihat jelas bahwa kemampuan bahasa ekspresif baik lisan maupun tulis.
bahasa reseptif dan bahasa ekspresif Secara umum anak tunarungu di kelas
mereka semakin luas dan berkembang, TK 1 A telah menguasai kosakata-
kosakata yang mereka miliki juga kosakata layaknya anak usia TK pada
semakin banyak. Akan tetapi tingkat umumnya, hanya saja anak tunarungu
perkembangan kemampuan bahasa lebih tertinggal dalam pemerolehannya.
masing-masing anak tidak dapat Berdasarkan pemeriksaan dokumen
disamaratakan, karena bergantung pada terlihat bahwa jumlah kosakata baru yang
kemampuan dan keterbatasan yang telah diperoleh dalam satu semester di
dimiliki anak itu sendiri. Seperti yang kelas ini adalah sekitar tiga ratus kosakata
terjadi pada anak tunarungu di kelas TK 1 yang telah terdokumentasi dengan baik
A ini, ada anak yang lebih dominan pada kartu identifikasi/kosakata yang
berkembang kemampuan bahasa dibuat oleh guru kelas. Kosakata-kosakata
reseptifnya daripada kemampuan bahasa tersebut meliputi konsep bahasa di sekitar
ekspresifnya, ada juga anak tunarungu lingkungan anak tunarungu itu sendiri,
yang lebih dominan berkembang seperti diri sendiri, lingkungan keluarga,
kemampuan bahasa ekspresifnya daripada lingkungan kelas dan sekolah, beberapa
kemampuan bahasa reseptifnya dan ada jenis mainan, film anak, makanan dan
anak yang perkembangan kemampuan minuman, perlengkapan sekolah, dan
bahasa reseptif dan bahasa ekspresifnya beberapa kegiatan dalam kehidupan
yang berkembang setara. Seiring dengan sehari-hari anak.
kemampuan bahasa anak yang semakin
berkembang, maka bahasa/kosakata yang KESIMPULAN DAN SARAN
telah mereka peroleh dari TLO Pagi Berdasarkan hasil penelitian dan
hingga di kelas TK 1 A semester 1 mulai analisis data pada Bab IV, peneliti
mereka aplikasikan dalam kehidupan menyimpulkan beberapa hal diantaranya
sehari-hari. Guru-guru di sekolah ini pelaksanaan pengembangan kemampuan
menyebutnya sebagai masa “muntah bahasa reseptif dan bahasa ekspresif anak
bahasa” dimana anak tunarungu yang tunarungu di kelas TK 1 A LPATR
bahasa reseptifnya sudah mulai Pangudi Luhur dilakukan dalam kegiatan
berkembang yaitu memiliki belajar mengajar/KBM setiap hari, dalam
perbendaharaan bahasa/kosakata dalam KBM tersebut guru kelas tidak membuat
jumlah yang banyak maka kemudian anak perencanaan secara administratif berupa
tunarungu tersebut akan silabus dan RPP seperti kebanyakan
sekolah lain. Hal ini dilakukan karena

54
Lulu, Pelaksanaan Pengembangan Kemampuan Bahasa . . . . . . (48-56)

materi pembelajaran merupakan kosakata- yang lebih berkembang daripada


kosakata yang muncul spontan dari anak kemampuan bahasa reseptifnya. Terdapat
ketika kegiatan percakapan dari hati ke juga anak yang menunjukan kemampuan
hai (Perdati). Guna kepentingan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif yang
dokumentasi dan evaluasi maka guru berbanding lurus, baik lisan maupun tulis.
kelas membuat laporan hasil KBM setiap Perkembangan kemampuan bahasa
harinya yang dimuat dalam buku laporan reseptif dan bahasa ekspresif anak
mingguan. Kurikulum yang digunakan tunarungu tersebut dipengaruhi beberapa
adalah kurikulum lintas bahasa yaitu, hal, diantaranya kondisi anak tunarungu
menjadikan bahasa atau kosakata yang itu sendiri, dalam arti anak tunarungu
diperoleh anak tunarungu dijadikan murni yang tidak memiliki kecacatan lain
sebagai jembatan untuk melintas selain ketunarunguannya serta memiliki
keberbagai mata pelajaran dengan tujuan IQ minimal rata-rata dan menggunakan
agar anak tunarungu dapat menguasai ABD. Faktor lainnya adalah tersedianya
bahasa sehingga dapat berkomunikasi dan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
memperoleh pengetahuan. Metode yang dalam KBM serta kompetensi guru, faktor
digunakan adalah Metode Maternal lain yang juga menunjang perkembangan
Reflektif/MMR yang disandingkan kemampuan bahasa anak tunarungu
dengan pendekatan oral-aural. Dalam adalah terjalinnya konsultasi yang aktif
pelaksanaan pembelajarannya juga antara orangtua dengan guru, orang tua
menggunakan media pembelajaran berupa juga harus proaktif dalam membimbing
alat peraga langsung maupun tidak anak tunarungu belajar di rumah, dengan
langsung. Sedangkan evaluasi terhadap demikian kemampuan bahasa anak
pengembangan kemampuan bahasa anak tunarungu akan berkembang sesuai
tunarungu dilakukan melalui berbagai dengan potensi yang dimiliki masing-
latihan reflektif kosakata/bahasa dalam masing anak.
kegiatan evaluasi harian, mingguan dan Berdasarkan hasil deskripsi teoritis,
akhir semester. Dapat diuraikan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah
kesimpulan pula bahwa kemampuan dipaparkan maka peneliti memberikan
bahasa reseptif dan bahasa ekspresif saran kepada pihak-pihak terkait seperti
masing-masing anak tunarungu di kelas berikut:
TK 1 A ada sebagian anak yang (1) Kepala TLO dan TKLB LPATR
memperilhatkan kemampuan bahasa Pangudi Luhur
reseptif yang lebih berkembang daripada Diharapkan agar Kepala sekolah
bahasa ekspresifnya, sebagian lainnya senantiasa konsisten dalam
menunjukan kemampuan bahasa ekspresif menggunakan MMR dan pendekatan

55
Lulu, Pelaksanaan Pengembangan Kemampuan Bahasa . . . . . . (48-56)

oral-aural sebagai metode dan reseptif dan bahasa ekspresif anak


pendekatan pengajaran bahasa bagi tunarungu.
anak tunarungu, karena dengan
menggunakan metode dan pendekatan DAFTAR PUSTAKA
tersebut anak tunrungu di sekolah ini
Dewi Salma Prawiradilaga. Prinsip
terbukti dapat mengembangkan Desain Pembelajaran. Jakarta:
Prenada Media Group, 2008.
kemampuan bahasa reseptif dan
R. Ibrahim dan Nana Syaodih.
bahasa ekspresifnya. Perencanaan Pengajaran.
(2) Guru kelas TK 1 A dan guru anak Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Smith, J.David. Inklusi Sekolah Yang
tunarungu lainnya Ramah Untuk Semua. Bandung:
Bagi guru kelas TK 1 A maupun guru Penerbit Nusantara, 2006.
Sutjihati Somantri. Psikologi Anak Luar
anak tunarungu lainnya agar selalu Biasa. Bandung: Refika Aditama,
mendampingi dan membimibing 20
siswanya dalam memperoleh bahasa
dengan secara konsisten memberi
berbagai latihan reflektif sebagai
bentuk refleksi bahasa yang telah
diperoleh hingga kemudian dapat
mengembangkan kemampuan bahasa
reseptif dan bahasa ekspresif anak
tunarungu yang didiknya.
(3) Orang tua dari anak tunarungu
Orang tua dari anak tunarungu tidak
boleh berpangku tangan dengan hanya
mengandalkan KBM yang berlangsung
di sekolah saja, orang tua harus
memiliki komitmen dan konsistensi
dalam melatih dan mengulang
bahasa/kosakata yang diperoleh anak
di sekolah. Orang tua juga harus
kooperatif berkonsultasi dengan guru
kelas, karena kedua hal tersebut
merupakan sebagian dari faktor
penting yang dapat mempengaruhi dan
menentukan keberhasilan dalam proses
pengembangan kemampuan bahasa

56
Lulu, Pelaksanaan Pengembangan Kemampuan Bahasa . . . . . . (48-56)

57

Anda mungkin juga menyukai