Anda di halaman 1dari 114

SKRIPSI

2017

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI TERHADAP TINGGI


BADAN MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN ANGKATAN 2017

OLEH

JUSMA WIJAYA KUSUMA GESWAR


C11114074

PEMBIMBING :
Prof. DR. dr. NURPUDJI A. TASLIM, MPH., Sp.GK(K)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
HUBUNGAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI TERHADAP TINGGI
BADAN MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN ANGKATAN 2017

Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin


Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran

Jusma Wijaya Kusuma Geswar


C111 14 074

Pembimbing :
Prof. DR. dr. Nurpudji A. Taslim, MPH., Sp.GK(K)

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR
2017

i
HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui untuk dibacakan pada seminar akhir di Ruang Pertemuan


Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (Lt.2) dengan judul :

“Hubungan Pola Makan dan Status Gizi Terhadap Tinggi Badan Mahasiswa
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Angkatan
2017”

Hari/Tanggal : Rabu, 13 Desember 2017

Waktu : 11.00 wita – selesai

Tempat : Ruang Pertemuan Bagian Gizi Fakultas Kedokteran UNHAS


(Lt.2)

Makassar, 13 Desember 2017

(Prof. DR. dr. Nurpudji A. Taslim, MPH., Sp.GK(K))

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Jusma Wijaya Kusuma Geswar

NIM : C111 14 074

Fakultas/Program Studi : Kedokteran/Pendidikan Dokter

Judul Skripsi : Hubungan Pola Makan dan Status Gizi Terhadap Tinggi Badan
Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Angkatan 2017

Telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar sarjana
kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

PEMBIMBING

Prof. DR. dr. Nurpudji A. Taslim, MPH., Sp.GK(K)

PENGUJI 1 PENGUJI 2

dr. Aminuddin, M.Nut & Diet, Ph.D dr. A. Yasmin Syauki, M.Sc., Sp.GK

Ditetapkan di : Makassar

Tanggal : 13 Desember 2017

iii
BAGIAN GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2017

TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN DIPERBANYAK

Judul Skripsi :

“Hubungan Pola Makan dan Status Gizi Terhadap Tinggi Badan Mahasiswa
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Angkatan 2017”

Makassar, 13 Desember 2017

(Prof. DR. dr. Nurpudji A. Taslim, MPH., Sp.GK(K))

iv
Lembar Pernyataan Anti Plagiarisme
Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh skripsi ini adalah hasil karya
saya. Apabila ada kutipan atau pemakaian dari hasil karya orang baik berupa tulisan,
data, gambar, atau ilustrasi baik yang telah dipublikasikan atau belum dipublikasi,
telah preferensi sesuai dengan ketentuan akademis.

Saya menyadari plagiarisme adalah kejahatan akademik, dan melakukannya


akan menyebabkan sanksi yang berat berupa pembatalan dan sanksi akademik yang
lain.

Penyusun,

Jusma Wijaya Kusuma Geswar


NIM C111 14 074

v
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua dengan segala

keterbatasan yang penulis miliki, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “Hubungan Pola Makan dan Status Gizi terhadap Tinggi Badan

Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Angkatan 2017” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada program

studi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudddin. Pada

kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Allah SWT atas kekuatan dan nikmat yang tak terhingga sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu.

2. Orang tua penulis yang senantiasa membantu dalam memotivasi, mendorong

dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Prof. DR. dr. Nurpudji A. Taslim, MPH., Sp.GK(K) selaku dosen

pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam

pembuatan skripsi ini dan membantu penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

tepat waktu.

4. dr. Aminuddin, M.Nut & Diet, Ph.D. dan dr. A. Yasmin Syauki, M.Sc.,

Sp.GK selaku dosen penguji.

vi
5. Muh. Ikram yang selalu memberikan semangat dan mendukung penulis

dengan penuh kesabaran baik dalam keadaan susah maupun senang.

6. Teman-teman kelompok belajar penulis (Athena FK Unhas, Anak Rusa,

Suhud, Fira, Hamka) yang senantiasa memberikan semangat kepada penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman dan kakak-kakak yang sudah membantu melalui sumbangsih

pikiran maupun bantuan fisik dan moril secara langsung maupun tidak

langsung dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan secara satu per satu yang terlibat

dalam memberi dukungan dan doanya kepada penulis

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga

dengan rasa tulus penulis akan menerima kritik dan saran serta koreksi membangun

dari semua pihak.

Makassar, 12 Desember 2017

Penulis

vii
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
DESEMBER 2017
Jusma Wijaya Kusuma Geswar
Prof. DR. dr. Nurpudji A. Taslim, MPH., Sp.GK(K)
Hubungan Pola Makan Dan Status Gizi Terhadap Tinggi Badan Mahasiswa
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Angkatan
2017
ABSTRAK
Pendahuluan: Di seluruh belahan dunia, pada tahun 2015, terdapat 156 juta anak
dengan perawakan pendek, sekitar 45% diantaranya tinggal di negara-negara
berkembang dan negara berkonflik. Masalah kesehatan masyarakat dianggap berat
bila prevalensi perawakan pendek sebesar 30-39% dan serius bila ≥40%. Sulawesi
Selatan sendiri berada pada urutan ke-3 dalam kategori serius. Di Indonesia,
khususnya di Sulawesi Selatan, angka perawakan pendek masih tinggi.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observational analitic dengan
pendekatan cross sectional menggunakan data yang dikumpulkan diperoleh dari hasil
wawancara berupa kuesioner dan hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan pada
mahasiswa program studi Pendidikan Dokter FK Unhas angkatan 2017. Data
dianalisi dengan menggunakan program statistik komputer.

Hasil: Sampel yang diteliti sebanyak 179 mahasiswa dan terdapat 48 mahasiswa
(26,82%) yang dikategorikan perawakan pendek. Usia mahasiswa 16-18 tahun yang
terdiri dari 134 mahasiswa (74,86%) perempuan dan 45 mahasiswa (25,14%) laki-
laki. Hasil uji chi Square status gizi laki-laki(p=0,540)perempuan(p=0,053), pola
makan TB/U laki-laki(p=0,101)perempuan(p=0,680), asupan makanan yang terdiri
dari asupan energi (p=0,140), asupan protein (p=0,228), asupan lemak (p=0,100), dan
asupan karbohidrat(p=0,131) serta faktor genetik terdiri dari tinggi badan laki-laki
terhadap tinggi badan ibu (p=0,253), tinggi badan perempuan terhadap tinggi badan
ibu (p=0,342), tinggi badan perempuan terhadap tinggi badan ayah (p=0,959), tidak
memiliki hubungan dan pengaruh yang signifikan terhadap tinggi badan mahasiswa.
Sedangkan pada variabel pola makan status gizi berat badan terhadap tinggi badan
laki-laki(p=0,003)perempuan(p=0,001) dan tinggi badan laki-laki terhadap ayah
(p=0,003) memiliki hubungan dan pengaruh signifikan terhadap tinggi badan
mahasiswa.

Kesimpulan: Didapatkannya hubungan antara pola makan dan faktor tinggi badan
ayah terhadap tinggi badan mahasiswa.

Kata kunci : pola makan, status gizi, tinggi badan, asupan makanan, faktor genetik

viii
ESSAY
FACULTY OF MEDICINE
HASANUDDIN UNIVERSITY
DESEMBER 2017
Jusma Wijaya Kusuma Geswar
Prof. DR. dr. Nurpudji A. Taslim, MPH., Sp.GK(K)
Relationship Between Food Pattern and Nutritional Status of Stature on Medical
Students Faculty of Medicine Hasanuddin University Lecting 2017.

ABSTRACT

Introdution: Around the world, by 2015, there are 156 million stunting children,
about 45% of whom live in developing countries and conflict countries. Problem is
public health are considered severe when the stunting prevalence is 30-39% and
serious when ≥40%. South Sulawesi is at third position in the serious category. In
Indonesia, especially in South Sulawesi, the stunting is still high.
Method: This research method is analytic observational research with cross sectional
approach using data through interview in the form of questionnaires and result
measurements on medical students of Medicine Faculty of Hasanuddin University
Lecting 2017. The data was analyzed using computer statistics program.

Result: The sample was 179 students and 48 students (26,82%) that categorize
stunted. Student age between 16-18 years to consist of 134 female students (74,86%)
and 45 male students (25,14%). The result of chi square test nutritional status
male(p=0,540)female(p=0,053), food pattern H/A male (p=0,101)female(p=0,680),
food intake consisting of energy intake (p = 0,140), protein intake (p = 0,228), fat
intake (p = 0,100), and carbohydrate intake = 0,131) and genetic factors consist of
male height by mother's height (p = 0,253), female height by mother’s height
(p=0,342), female height by father’s height (p = 0,959) did not have relationship
reputation and signifikan influence on height students. With variable Food pattern
nutritional status W/A male(p=0,003)female(p=0,001) and male height by father’s
height (p=0.003) proved to have significant correlation and influence on height
students.

Conclusions: There is significant relationship between food pattern of nutritional


status and genetic factor of father’s height againts student height.

Keyword: Food Pattern, nutritional status, height, food intake, genetic factors

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. 1i

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN CETAK ................................................................... iv

LEMBAR PERNYATAAN ANTI PLAGIARISME............................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................ vi

ABSTRAK ................................................................................................................ viii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ x

DAFTAR TABEL...................................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1. 1 Latar belakang .................................................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah ................................................................................................ 3

1.3 Tujuan penelitian ................................................................................................. 4

1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................... 4

1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................................................. 4

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 5

1.4.1 Manfaat Praktis................................................................................................. 5

1.4.2 Manfaat Teoritis ............................................................................................... 5

x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 6

2.1 Status Gizi ........................................................................................................... 6

2.2 Penilaian Status Gizi............................................................................................ 8

2.2.1 Antropometri................................................................................................. 8

2.2.2 Klinis ............................................................................................................. 8

2.2.3 Biokimia........................................................................................................ 8

2.2.4 Biofisik.......................................................................................................... 9

2.2.5 Penilaian status gizi secara tidak langsung ................................................... 9

2.3 Perawakan Pendek ............................................................................................. 10

2.4 Pola Makan ........................................................................................................ 11

2.4.1 Definisi pola makan .................................................................................... 11

2.4.2 Prinsip asupan nutrisi seimbang ................................................................. 12

2.4.3 Gizi seimbang untuk anak dan remaja ........................................................ 13

2.4.4 Kebutuhan asupan gizi ................................................................................ 15

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL HIPOTESIS PENELITIAN ................. 21

3.1 Kerangka Teori .................................................................................................. 21

3.2 Kerangka Konsep .............................................................................................. 22

3.3 Definisi operasional dan kriteria objektif .......................................................... 22

xi
3.3.1 Variabel Dependen ..................................................................................... 22

3.3.2 Variabel Independen ................................................................................... 23

3.4 Hipotesis Penelitian ........................................................................................... 25

3.4.1 Hipotesis nol (H0) ....................................................................................... 25

3.4.2 Hipotesis alternative (Ha) ........................................................................... 26

BAB IV METODE PENELITIAN .......................................................................... 27

4.1 Jenis Penelitian .................................................................................................. 27

4.2 Lokasi Penelitian ............................................................................................... 27

4.3 Waktu Penelitian ............................................................................................... 27

4.4 Populasi dan Sampel.......................................................................................... 27

4.4.1 Populasi....................................................................................................... 27

4.4.2 Sampel ........................................................................................................ 28

4.5 Kriteria Seleksi .................................................................................................. 28

4.6 Metode Pengambilan Sampel ............................................................................ 29

4.7 Instrumen Penelitian .......................................................................................... 29

4.8 Pengelolaan Data ............................................................................................... 30

4.8.1 Tahap persiapan .......................................................................................... 30

4.8.2 Tahap pelaksanaan ...................................................................................... 30

4.8.3 Tahap pelaporan.......................................................................................... 30

xii
4.9 Alur Penelitian .............................................................................................. 31

4.10 Etika Penelitian................................................................................................ 32

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN ............ 33

5.1 Hasil Peneiltian.................................................................................................. 33

5.2 Analisis Univariat .............................................................................................. 33

5.2.1 Tinggi Badan Mahasiswa Pendidikan Dokter ............................................ 33

5.2.2 Karakteristik Mahasiswa Pendidikan Dokter ............................................. 34

5.2.3 Pola Makan ................................................................................................. 35

5.2.4 Asupan Makanan ........................................................................................ 39

5.2.5 Faktor Genetik ............................................................................................ 41

5.3 Analisis Bivariat ................................................................................................ 42

5.3.1 Hubungan Status Gizi terhadap Tinggi Badan ........................................... 42

5.3.2 Hubungan Pola Makan terhadap Status Gizi .............................................. 44

5.3.3 Hubungan Asupan Makanan terhadap Status Gizi ..................................... 47

5.3.4 Hubungan Faktor Genetik terhadap Tinggi Badan ..................................... 49

BAB VI PEMBAHASAN .......................................................................................... 51

6.1 Status Gizi Remaja Berdasarkan Umur ............................................................. 51

6.2 Hubungan Pola Makan terhadap Status Gizi ..................................................... 52

6.3 Hubungan Asupan Makanan terhadap Tinggi Badan ........................................ 54

xiii
6.4 Hubungan Faktor Genetik terhadap Tinggi Badan ............................................ 56

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 58

7.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 58

7.1 Saran...................................................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 59

LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1…………………………………………………………………………… 7

Tabel 2.2…………………………………………………………………………… 11

Tabel 2.3…………………………………………………………………………… 16

Tabel 5.1…………………………………………………………………………… 34

Tabel 5.2…………………………………………………………………………… 34

Tabel 5.3…………………………………………………………………………… 36

Tabel 5.4…………………………………………………………………………… 37

Tabel 5.5…………………………………………………………………………… 40

Tabel 5.6…………………………………………………………………………… 42

Tabel 5.7…………………………………………………………………………… 43

Tabel 5.8…………………………………………………………………………… 44

Tabel 5.9…………………………………………………………………………… 46

Tabel 5.10………………………………………………………………………….. 47

Tabel 5.11………………………………………………………………………….. 49

xv
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Izin Permohonan Penelitian

2. Surat Rekomendasi Persetujuan Etik

3. Penjelasan Kepada Calon Responden Tentang Penelitian Yang Akan

Dilakukan

4. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

5. Lembar Kuesioner Penelitian

6. Output Hasil SPSS

7. Foto Dokumentasi

8. Biodata Peneliti

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar belakang

Antropometri atau pengukuran tubuh manusia memberikan indikator penting

status gizi baik pada anak-anak maupun dewasa. Pada anak-anak, pengukuran tubuh

mencerminkan status kesehatan umum, kecukupan makanan, dan pertumbuhan dan

perkembangan seiring berjalannya waktu. Sedangkan pada dewasa, pengukuran tubuh

digunakan untuk melihat kesehatan dan status gizi, risiko penyakit, serta komposisi

tubuh manusia (CDC, 2016)

Menurut WHO tahun 2005, ukuran tinggi badan digunakan untuk anak umur

di atas 24 bulan yang diukur berdiri. Bila anak umur diatas 24 bulan diukur telentang,

maka pengukurannya dikoreksi dengan mengurangkan 0,7 cm (Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Di seluruh belahan dunia, pada tahun 2015, terdapat 156 juta anak dengan perawakan

pendek, sekitar 45% diantaranya tinggal di negara-negara berkembang dan negara

berkonflik (WHO, 2017).

Di Indonesia, prevalensi perawakan pendek secara nasional tahun 2013 adalah

37,2%, yang artinya terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan 2007

(36,8%). Prevalensi 37,2% terdiri atas 18% perawakan sangat pendek dan 19,2%

perawakan pendek. Pada tahun 2013, perawakan sangat pendek menurun dari angka

1
2

18,8% tahun 2007 dan 18,5% di tahun 2010. Prevalensi perawakan pendek meningkat

dari 18% pada tahun 2007 menjadi 19,2% pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013).

Masalah kesehatan masyarakat dianggap berat bila prevalensi perawakan

pendek sebesar 30-39% dan serius bila ≥40% (WHO, 2010 dalam Riskesdas, 2013).

Terdapat 14 provinsi dengan kategori berat dan 15 provinsi dalam kategori serius.

Sulawesi Selatan sendiri berada pada urutan ke-3 dalam kategori serius setelah Papua

dan Maluku (Riskesdas, 2013).

Perawakan pendek pada remaja seringkali ditemukan pada populasi dengan

kejadian malnutrisi tinggi, prevalensi sekitar 27-65% pada 11 studi oleh International

Centre for Research on Women (ICRW). Gizi kurang yang berlangsung kronik

mengakibatkan perawakan pendek ialah penyebab terjadinya hambatan pertumbuhan

dan maturasi, memperbesar risiko obstetrik, dan berkurangnya kapasitas kerja (IDAI,

2013)

Riskesdas 2010 menyatakan gambaran sebagai berikut: pertama, konsumsi

sayuran dan buah-buahan pada kelompok usia di atas 10 tahun masih rendah, yaitu

masing-masing sebesar 36,7% dan 37,9%. Kedua, kualitas protein yang dikonsumsi

rata-rata perorang perhari masih rendah karena sebagian besar berasal dari protein

nabati seperti serealia dan kacang-kacangan. Ketiga, konsumsi makanan dan

minuman berkadar gula tinggi, garam tinggi dan lemak tinggi, baik pada masyarakat

perkotaan maupun perdesaan, masih cukup tinggi. Keempat, konsumsi cairan pada

remaja masih rendah. Kelima, cakupan pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (ASI

Eksklusif) pada bayi 0-6 bulan masih rendah (61,5%) (PGS Kemenkes RI, 2014).
3

Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah berat badan seseorang dalam kilogram

dibagi dengan tinggi badan kuadrat dalam meter. IMT adalah metode skrining yang

murah dan mudah dilakukan dengan mengukur berat badan dan tinggi badan

seseorang (CDC, 2015).

CDC merekomendasikan menggunakan WHO growth charts untuk anak dari

umur nol bulan hingga dua tahun. Sedangkan, menggunakan CDC growth charts

untuk anak dan remaja berusia dua hingga sembilan belas tahun untuk memantau

tumbuh kembangnya (CDC, 2017).

Di Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan, angka perawakan pendek masih

tinggi. Sehingga hal ini yang mendasari penulis untuk mencoba menelusuri tentang

hubungan antara pola makan dan status antropometri terhadap tinggi badan di

kalangan mahasiswa baru dalam hal ini adalah mahasiswa(i) program studi

Pendidikan Dokter, FK Unhas Angkatan 2017.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian di atas dirumuskan suatu masalah yaitu apakah terdapat

hubungan antara pola makan dan status gizi terhadap tinggi badan mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin?


4

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana

hubungan pola makan dan status gizi terhadap tinggi badan mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin angkatan 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui hubungan pola makan terhadap tinggi badan pada mahasiswa

Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin angkatan

2017.

2. Mengetahui hubungan status gizi terhadap tinggi badan pada mahasiswa

Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin angkatan

2017.

3. Mengetahui hubungan familial terhadap tinggi badan pada mahasiswa

Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin angkatan

2017.

4. Mengetahui hubungan pola makan dan status gizi pada mahasiswa

Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin angkatan

2017.
5

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini yaitu sebagai sumber informasi bagi para

praktisi kesehatan mengenai hubungan pola makan dan status gizi terhadap tinggi

badan pada mahasiswa pendidikan dokter fakultas kedokteran Universitas

Hasanuddin angkatan 2017

1.4.2 Manfaat Teoritis

1. Informasi dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat untuk

menambah wawasan akan pola makan terhadap tinggi badan.

2. Informasi dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat untuk

menambah wawasan akan status gizi terhadap tinggi badan.

3. Informasi dari penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan

peneliti tentang pola makan dan status gizi terhadap tinggi badan.

4. Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadi acuan untuk mencari tahu faktor lain

yang dapat berhubungan dengan tinggi badan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Gizi

Masalah gizi dipengaruhi banyak faktor dan saling mempengaruhi. Salah

satunya adalah faktor genetik dari orang tua, yaitu faktor tinggi dan berat badan orang

tua. Selain itu, faktor pendidikan, ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga, pola

asuh konsumsi makanan, pola makanan, kepercayaan, tradisi atau budaya, dan lain

sebagainya. Beberapa hasil penelitian lain yang menyatakan bahwa status gizi

disebabkan oleh karakteristik orang tua seperti ukuran antropometri ibu dan bapak,

seperti tinggi badan orang tua memungkinkan anak memiliki risiko gagal

pertumbuhan serta mengalami underweight (Miko, Ampera. dkk, 2017).

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok

orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi

makanan. Status gizi seseorang atau sekelompok orang dapat digunakan untuk

mengetahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut keadaan gizinya baik

atau sebaliknya (Riyadi, Hadi. dkk, 2006).

Penggunaan data indeks massa tubuh (IMT) menurut NCHS, dengan elevasi

persentil bukan menjadi acuan terhadap status sehat. Namun, data ini sementara

direkomendasikan untuk menentukan obesitas (status gizi) (WHO, 2016).

Gizi kurang atau gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat

Badan menurut Umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah underweight (gizi

6
7

kurang) dan severely underweight (gizi buruk). Pendek dan sangat pendek adalah

status gizi yang didasarkan pada indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang

merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek).

Kurus dan sangat kurus adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat Badan

menurut Tinggi Badan (BB/TB) yang merupakan padanan istilah wasted (kurus) dan

severely wasted (sangat kurus) (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia,

2011).

Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah ukuran sederhana untuk berat badan

terhadap tinggi badan yang umum digunakan untuk mengklasifikasikan berat bada

kurang, berat badan normal maupun berat badan lebih pada orang dewasa. Menurut

WHO 2004, klasifikasi status gizi dapat dibagi menjadi:

Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Asia

Nilai IMT didasarkan dengan usia dan sama untuk kedua jenis kelamin.

Namun, penggunaan IMT tidak dapat disamakan pada tingkat kegemukan di populasi

atau ras yang berbeda. Untuk Asia, dikatakan berat badan normal jika IMT
8

menunjukkan 18,5-22,9kg/m², berat badan kurang jika ˂18,5 kg/m², dan berat badan

berlebih ≥25,0 kg/m² (WHO, 2004).

CDC merekomendasikan menggunakan WHO growth charts untuk anak dari

umur nol bulan hingga dua tahun. Sedangkan, menggunakan CDC growth charts

untuk anak dan remaja berusia dua hingga sembilan belas tahun untuk memantau

tumbuh kembangnya Dikatakan perawakan pendek apabila tinggi badan menurut usia

dibawah persentil tiga (CDC, 2017).

2.2 Penilaian Status Gizi

2.2.1 Antropometri

Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Sedangkan antropometri gizi

adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan

komposisi tubuh dan tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum

digunakan untuk melihat keseimbangan asupan protein dan energi (Supariasa, 2001).

2.2.2 Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode untuk menilai status gizi berdasarkan atas

perubahan-perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi,

seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau organ yang dekat dengan

permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid (Supariasa, 2001).

2.2.3 Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji

secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan. Jaringan tubuh
9

yang digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh

seperti hati dan otot (Supariasa, 2001).

2.2.4 Biofisik

Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi

dengan melibat kemampuan fungsi dan melihat perubahan struktur dari jaringan

(Supariasa, 2001).

2.2.5 Penilaian status gizi secara tidak langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dilakukan dengan:

1) Survey Konsumsi Makanan

Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak

langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat dan gizi yang dikonsumsi.

Kesalahan dalam survey makanan bisa disebabkan oleh perkiraan yang tidak

tepat dalam menentukan jumlah makanan yang dikonsumsi balita,

kecenderungan untuk mengurangi makanan yang banyak dikonsumsi dan

menambah makanan yang sedikit dikonsumsi ( The Flat Slope Syndrome ),

membesar-besarkan konsumsi makanan yang bernilai sosial tinggi, keinginan

melaporkan konsumsi vitamin dan mineral tambahan kesalahan dalam mencatat

(food record) (Supariasa, 2001).


10

2) Statistik Vital

Yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka

kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian karena penyebab

tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi (Supariasa, 2001).

3) Faktor Ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi antara

beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang

tersedia sangat tergantung dan keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan

lain-lain (Supariasa, 2001).

2.3 Perawakan Pendek

Perawakan Pendek adalah tinggi badan yang rendah menurut usia. Hal ini

adalah akibat dari kekurangan gizi berulang atau kronik, biasanya terkait dengan

kondisi sosial ekonomi yang buruk, kesehatan ibu hamil dan gizi buruk, sering sakit,

dan/atau pemberian makanan dan perawatan bayi dan anak yang tidak tepat di awal

kehidupan. Stunting dapat menahan anak-anak untuk mencapai potensi fisik dan

kognitif yang matang (WHO, 2017).

Menurut CDC, kriteria yang digunakan pada anak usia diatas dua tahun

menggunakan CDC growth chart, dan yang diindikasikan dalam perawakan pendek

adalah dibawah persentil lima. Grafik pertumbuhan terdiri atas distribusi pengukuran

tubuh untuk melihat pertumbuhan bayi, anak-anak, dan remaja. Menggunakan WHO

Growth Charts persentil 2 dan 98 untuk anak usia kurang dari dua tahun dan
11

menggunakan CDC Growth Charts persentil 5 dan 95 untuk anak usia dua sampai

sembilan belas tahun

Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi Menurut Hasil Persentil

Index Antropometri Hasil Persentil Status Gizi

WHO Growth Charts persentil 2 dan 98

Panjang terhadap umur ˂2 Perawakan pendek

Berat terhadap panjang ˂2 Berat terhadap panjang kurang

Berat terhadap panjang ˃98 Berat terhadap panjang lebih

CDC Growth Charts persentil 5 dan 95

IMT terhadap umur ≥95 Obesitas

IMT terhadap umur ≥85 dan ˂95 Berat lebih

IMT terhadap umur ˂5 Berat kurang

Tinggi terhadap umur ˂5 Perawakan pendek

2.4 Pola Makan

2.4.1 Definisi pola makan

Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi

keadaan gizi. Hal ini disebabkan oleh kuantitas dan kualitas makanan dan minuman

yang dikonsumsi akan mempengaruhi tingkat kesehatan individu dan masyarakat.

Gizi optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik dan

kecerdasan seluruh kelompok umur. Gizi yang tidak optimal berkaitan dengan

kesehatan yang buruk, yaitu yang memiliki faktor risiko penyakit tidak menular

seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, serta kanker yang merupakan penyebab

utama kematian di Indonesia (PGS Kemenkes RI, 2014).


12

Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi

dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan

prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan

mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi (PGS Kemenkes

RI, 2014)

2.4.2 Prinsip asupan nutrisi seimbang

Prinsip gizi seimbang terdiri atas:

1. Mengonsumsi makanan beragam

Tidak satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat gizi yang

dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan dan mempertahankan

kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi baru lahir sampai berusia 6

bulan.

2. Membiasakan perilaku hidup bersih

Terkait dengan prinsip gizi seimbang, penyakit infeksi merupakan salah satu

faktor penting yang mempengaruhi status gizi seseorang secara langsung,

terutama anak-anak. Seseorang yang menderita penyakit infeksi akan mengalami

penurunan nafsu makan sehingga jumlah dan jenis zat gizi yang masuk ke tubuh

berkurang. Sebaliknya pada keadaan infeksi, tubuh membutuhkan zat gizi yang

lebih banyak untuk memenuhi peningkatan metabolisme pada orang yang

menderita infeksi terutama apabila disertai panas. Dengan membiasakan hidup


13

bersih akan menghindarkan seseorang dari keterpaparan terhadap sumber infeksi

(PGS Kemenkes RI, 2014).

3. Melakukan aktivitas fisik

Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh termasuk olahraga

merupakan salah satu upaya untuk menyeimbangkan antara pengeluaran dan

pemasukan zat gizi utamanya sumber energi dalam tubuh. Aktivitas fisik

memerlukan energi. Selain itu, aktivitas fisik juga memperlancar sistem

metabolisme di dalam tubuh termasuk metabolisme zat gizi (PGS Kemenkes RI,

2014).

4. Mempertahankan dan memantau Berat Badan (BB) normal

Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan bahwa telah terjadi

keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya Berat Badan yang

normal, yaitu Berat Badan yang sesuai untuk Tinggi Badannya (PGS Kemenkes

RI, 2014).

2.4.3 Gizi seimbang untuk anak dan remaja

Remaja adalah orang muda yang berusia antara 10-19 tahun. Sekitar 1.2

miliar orang, atau satu per enam populasi dunia adalah remaja yang berumur 10-19

tahun (WHO, 2017)

Menurut WHO, nutrisi yang sehat mengandung buah-buahan, sayuran,

kacang-kacangan dan biji-bijian. Sedikitnya 400 gram (sekitar 5 porsi) buah dan

sayuran dikonsumsi dalam sehari, lemak kurang 30% dan total asupan energi, kurang
14

dari 5 gram garam (setara dengan 1 sendok teh) per hari (menggunakan garam yang

beryodium), kurang 10% gula dari total asupan energi (setara 50 gram atau 12

sendok teh), namun idealnya kurang dari 5% dari kebutuhan energi total, untuk orang

dengan berat badan sehat yang mengonsumsi sekitar lebih dari 2000 kalori per hari.

(WHO, 2015)

Kementerian kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menganjurkan

pemenuhan gizi dengan:

1. Makan 3 kali sehari. Untuk memenuhi kebutuhan zat gizi selama sehari

dianjurkan agar anak makan secara teratur 3 kali sehari dimulai dengan

sarapan atau makan pagi, makan siang dan makan malam. Untuk

menghindarkan/mengurangi anak-anak mengonsumsi makanan yang tidak

sehat dan tidak bergizi dianjurkan agar selalu makan bersama keluarga.

Sarapan setiap hari penting terutama bagi anak-anak oleh karena mereka

sedang tumbuh dan mengalami perkembangan otak yang sangat tergantung

pada asupan makanan secara teratur.

2. Membiasakan mengonsumsi ikan dan sumber protein lainnya guna berfungsi

untuk pertumbuhan, mempertahankan sel atau jaringan yang sudah terbentuk,

dan untuk mengganti sel atau jaringan yang sudah terbentuk, dan untuk

mengganti sel yang sudah rusak, oleh karena itu protein sangat diperlukan

dalam masa pertumbuhan.

3. Perbanyak mengonsumsi sayuran dan cukup buah-buahan. Masyarakat

Indonesia masih sangat kekurangan mengonsumsi sayuran dan buah-buahan,


15

63,3% anak > 10 tahun tidak mengonsumsi sayuran dan 62,1% tidak

mengonsumsi buah-buahan. Anjuran konsumsi sayuran lebih banyak daripada

buah karena buah juga mengandung gula, ada yang sangat tinggi sehingga

rasa buah sangat manis dan juga ada yang jumlahnya cukup.

4. Biasakan membawa bekal makanan dan air putih dari rumah.

5. Batasi mengonsumsi makanan cepat saji, jajanan dan makanan selingan yang

manis, asin dan berlemak.

6. Biasakan menyikat gigi sekurang-kurangnya dua kali sehari setelah makan

pagi dan sebelum tidur.

7. Hindari merokok (PGS Kemenkes RI, 2014)

2.4.4 Kebutuhan asupan gizi

Rata-rata anak yang memasuki perkuliahan berumur 15 hingga 19 tahun, yang

kira-kira membutuhkan energi kurang lebih 2125 kkal untuk perempuan, danpada

laki-laki sebanyak 2675 kkal. Sedangkan untuk kebutuhan protein, membutuhkan 59

gram pada anak perempuan, dan pada laki-laki 66 gram; lemak total untuk perempuan

71 gram, dan 89 gram untuk laki-laki; sedangkan untuk karbohidrat dibutuhkan

sebanyak 292 untuk perempuan, dan 368 gram untuk laki-laki dalam satu hari (PGS

Kemenkes RI, 2014).

Ketentuan angka kecukupan gizi ditetapkan oleh Kemenkes RI yang

dimodifikasi, yaitu dikatakan kurang apabila AKG <100%, cukup bila AKG 100-

<130%, sedangkan untuk status lebih AKG ≥130% (Kemenkes RI, 2014).
16

Tabel 2.3 Angka Kecukupan Gizi

1. Protein

Protein berfungsi menyuplai tubuh dengan asam amino esensial. 9 dari 20

asam amino yang digunakan oleh tubuh untuk proses sintesis protein tubuh bersifat

esensial, yaitu tidak bisa disentises oleh manusia. Kualitas protein dinilai dengan

kemampuannya untuk menyuplai asam amino esensial yang diperlukan untuk proses

pemeliharaan jaringan tubuh.

Protein hewani mempunyai kualitas protein yang tinggi karena memiliki

semua asam amino esensial dalam proporsi yang sama yang diperlukan untuk sintesis

protein manusia. Berbanding dengan protein nabati yang mempunyai kualitas protein
17

yang lebih rendah sehingga harus dikombinasi beberapa sumber protein nabati yang

berbeda untuk mendapatkan nilai nutrisi yang sama dengan protein hewani.

Nitrogen balance berlaku apabila jumlah nitrogen yang dikonsumsi

bersamaan dengan jumlah nitrogen yang diekskresi lewat urin, keringat dan feses.

Orang dewasa yang sehat umumnya berada dalam kondisi nitrogen balance. Positive

nitrogen balance berlaku apabila asupan nitrogen melebihi nitrogen yang diekskresi.

Hal ini berlaku dalam kasus pertumbuhan jaringan tubuh. Negative nitrogen balance

berlaku apabila jumlah nitrogen yang diekskresi melebihi nitrogen yang dikonsumsi.

Hal ini dikaitkan dengan asupan protein yang tidak adekuat, kekurangan asam amino

esensial stres fisiologis seperti trauma atau infeksi.

Jumlah protein yang diperlukan dalam sehari bervariasi tergantung pada

kualitas protein yang dikonsumsi. Konsumsi protein hewani dalam proporsi yang

tinggi menunrunkan jumlah protein harian yang diperlukan. Jumlah protein yang

direkomendasi bagi konsumsi protein yang rata-rata adalah sebanyak 0.8

g/kgBB/hari. Tiada keuntungan fisiologis yang bisa diperoleh dalam mengkonsumsi

protein melebihi keperluan harian karena protein berlebihan akan mengalami proses

diaminasi yang menghasilkan energi dan acetyl co-A yang akan digunakan dalam

proses sintesis lemak.

2. Lemak

Secara kuantitatif, triacylglyceride (TAG) adalah zat lemak yang paling

penting. Cara kerja TAG pada lipid darah ditentukan oleh sifat kimawinya dan sifat

asam lemak yang membentuknya. Kehadiran ikatan ganda (jenuh berbanding tidak
18

jenuh), posisi ikatan gandanya (omega-6 berbanding omega-3), dan konfigurasi cis

berbanding trans adalah ciri-ciri struktural yang paling penting yang mempengaruhi

lipid darah.

TAG yang terdiri asam lemak yang terbentuk dari rantai hidrokarbon yang

tidak memiliki ikatan ganda dikenali sebagai asam lemak jenuh. Konsumsi asam

lemak jenuh dikaitkan dengan peningkatan kolesterol plasma, low density lipoprotein

(LDL) dan peningkatan resiko penyakit jantung koroner. Sumber utama asam lemak

jenuh adalah dari produk susu dan daging. Disarankan agar asupan lemak jenuh

supaya <10% asupan kalori harian total.

TAG yang terdiri asam lemak yang terbentuk dari rantai hidrokarbon yang

memiliki ikatan ganda dikenali sebagai asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak

jenuh umumnya diperoleh dari sayuran atau ikan. Asam lemak tidak jenuh berfungsi

menurunkan kolesterol total, LDL dan meningkatkan high density lipoprotein (HDL).

Kemampuan asam lemak tidak jenuh untuk modifikasi profil lipid mungkin

menjelaskan bahwa angka kejadian penyakit jantung koroner pada kultur yang

menggunakan zaitun adalah rendah.

Asam lemak trans secara kimia diklasifikasi sebagai asam lemak tidak jenuh,

tapi efeknya pada tubuh adalah seperti asam lemak jenuh yaitu meningkatkan kadar

LDL, tidak meningkatkan kadar HDL dan meningkatkan resiko penyakit jantung

koroner. Asam lemak trans tidak diperoleh dari sumber nabati dan dari sumber

hewani hanya jumlah yang sedikit bisa diperolehi. Asam lemak trans terbentuk dalam

proses hidrogenasi lemak sayuran yaitu proses membentuk margarin. Ini hal yang
19

membimbangkan karena penggunaan margarin dalam proses pengolahan makanan

banyak dan mungkin berkontribusi ke angka kejadian penyakit jantung koroner yang

tinggi di negara-negara membangun dan negara-negara maju.

Kolesterol hanya didapati dari sumber hewani. Efek kolesterol pada kolesterol

serum adalah kurang signifikan berbanding jumlah dan jenis asam lemak yang

dikonsumsi. Asupan kolesterol seharusnya <30 mg/hari.

3. Karbohidrat

Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi. Karbohidrat

diklasifikasi menjadi gula sederhana (monosakarida dan disakarida), gula kompleks

(polisakarida), dan serat. Monosakarida yang paling sering ditemukan dalam

makanan adalah glukosa dan fruktosa. Disakarida yang paling sering diketemukan

pula adalah sukrosa (glukosa + fruktosa), laktosa (glukosa + galaktosa), dan maltosa

(glukosa + glukosa). Polisakarida pula secara umum adalah polimer glukosa.

Serat didefinisikan sebagai karbohidrat yang tidak bisa dicerna, tidak

mempunyai pati dan lignin (polimer yang terdiri dari golongan alkohol aromatik)

yang didapati dari sumber nabati. Serat larut adalah bagian tumbuhan yang bisa

dimakan dan tidak mengalami proses digesti dan absorpsi di usus halus tapi

difermentasi oleh bakteri di usus besar. Serat tidak larut melewati saluran pencernaan

dengan intak. Serat tidak memberi energi dalam jumlah yang signifikan tapi memberi

efek positif lain ke tubuh. Serat mampu mengabsorpsi air sebanyak 10 – 15 kali

beratnya, menarik cairan ke dalam lumen usus dan meningkatkan motilitas usus.

Serat juga memperlambatkan pengosongan lambung, memberi rasa kenyang yang


20

lebih berpanjangan yang juga memberikan efek penurunan puncak glukosa darah

setelah makan. Selain itu, serat larut juga mampu menurunkan tingkat LDL dalam

darah dengan meningkatkan ekskresi asam empedu dan menurunkan reabsorpsi asam

empedu .
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Teori

21
22

3.2 Kerangka Konsep

Asupan Keadaan sehat/


Makanan tidak sehat
Pola Makan Kebiasaan
Makan

Mahasiswa
Pendidikan Dokter Faktor Metabolisme Status Gizi Mahasiswa
Fakultas
Kedokteran  Proses anabolik  Pendek
Universitas  Proses Katabolik  Cukup Tinggi
Hasanuddin Angk.
2017

Faktor Tabu

Lingkungan
Aktifitas Genetik
Fisik

Variabel Independen
Variabel Dependen

3.3 Definisi operasional dan kriteria objektif

3.3.1 Variabel Dependen

Tinggi Badan

Definisi : Tinggi badan dibawah rendah menurut usia menurut

CDC Growth Chart tahun 2000


23

Skala Ukur : Ordinal

Alat Ukur : Microtoise Stature Meter

Cara Ukur : Subjek berdiri dibawah instrumen dengan tumit,

bokong, bahu, dan belakang kepala menyentuh dinding

dan lengan di samping badan. Kepala subjek

diposisikan di garis Frankfurt. Instrument dibuat

mendekati kepala sehingga terjadi kontak antara

instrument dan kepala subjek (Makvana SM, 2016)

Hasil Ukur : 1. Pendek ≤152 cm untuk perempuan

2. Tidak pendek ˃152 untuk perempuan

3. Pendek ≤165 cm untuk laki-laki

4. Tidak pendek ˃165 untuk laki-laki

3.3.2 Variabel Independen

1. Status Gizi

Definisi : Berat badan seseorang dalam kilogram dibagi dengan

tinggi badan kuadrat dalam meter

Skala Ukur : Ordinal

Alat Ukur : Microtoise & Timbangan

Cara Ukur : Subjek berdiri dibawah instrumen dengan tumit,

bokong, bahu, dan belakang kepala menyentuh dinding


24

dan lengan tergantung di samping badan. Kepala subjek

diposisikan di garis Frankfurt. Instrument dibuat

mendekati kepala sehingga terjadi kontak antara

instrument dan kepala subjek (Makvana SM, 2016).

Cara mengukur berat badan dengan berdiri diatas timbangan, pandangan lurus

ke depan dan mencatat hasil penunjukan angka pada alat ukur.Menggunakan

Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk menilai status gizi yaitu pengukuran berat

badan terhadap tinggi badan.

Hasil Ukur : 1. Berat kurang jika IMT ˂18,5 kg/m²

2. Normal jika IMT 18,5-22,9 kg/m²

3. Berat lebih jika IMT 23,0-24,9 kg/m²

4. Obesitas I jika IMT 25,0-29,9 kg/m²

5. Obesitas II jika IMT ≥30,0 kg/m²

2. Pola Makan

Definisi : Perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi

keadaan gizi.

Skala Ukur : Nominal

Alat Ukur : Kuesioner


25

Cara Ukur : Melihat hasil kuesioner Food Frequency yang diisi

responden

Hasil Ukur : 1. Sering ≥2x/minggu

2. Jarang ˂2x/minggu

3. Genetik

Definisi : Pengaruh keturunan/familial

Skala Ukur : Nominal

Alat Ukur : Kuesioner

Cara Ukur : Melihat hasil kuesioner yang diisi responden

Hasil Ukur : 1. Ya

2. Tidak

3.4 Hipotesis Penelitian

3.4.1 Hipotesis nol (H0)

1. Tidak terdapat hubungan pola makan terhadap tinggi badan pada mahasiswa

Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin angkatan

2017.
26

2. Tidak terdapat hubungan status gizi terhadap tinggi badan pada mahasiswa

Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin angkatan

2017.

3. Tidak terdapat hubungan familial terhadap tinggi badan pada mahasiswa

Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin angkatan

2017.

4. Tidak terdapat hubungan pola makan dan status gizi pada mahasiswa

Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin angkatan

2017.

3.4.2 Hipotesis alternative (Ha)

1. Terdapat hubungan pola makan terhadap tinggi badan pada mahasiswa

Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin angkatan

2017.

2. Terdapat hubungan status gizi terhadap tinggi badan pada mahasiswa

Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin angkatan

2017.

3. Terdapat hubungan familial terhadap tinggi badan pada mahasiswa

Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin angkatan

2017.

4. Tidak terdapat hubungan pola makan dan status gizi pada mahasiswa

Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin angkatan

2017.
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan penelitian observasional

analitik dengan desain cross sectional. Pada penelitian ini, peneliti akan mencoba

untuk melakukan analisa variable dependen terhadap variable independen. Penelitian

ini bertujuan untuk memperlihatkan hubungan pola makan dan status gizi terhadap

tinggi badan pada mahasiswa pendidikan dokter FK Unhas angkatan 2017.

4.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kampus Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin, Sulawesi Selatan. Mahasiswa pendidikan dokter FK Unhas dipilih

karena sebagai individu yang berkecimpung di dunia kesehatan diharapkan

mahasiswa mengetahui pentingnya pola makan dan status gizi. Faktor kemudahan

juga merupakan alasan peneliti memilih tempat tersebut.

4.3 Waktu Penelitian

Waktu penelitian terhitung sejak 18 Oktober – 24 November 2017.

4.4 Populasi dan Sampel

4.4.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua mahasiswa Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin angkatan 2017.

27
28

4.4.2 Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah total mahasiswa pada satu angkatan Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin khususnya program studi pendidikan dokter.

Besar sampel penelitian yang digunakan ditentukan dengan menggunakan rumus

berikut :

𝑁
𝑛=
𝑁 (𝑑 )2 + 1

324
𝑛=
324 (0.05)2 + 1

324
𝑛=
1,81

𝑛 = 179,006

Dimana:

N adalah jumlah populasi

n adalah jumlah sampel yang dibutuhkan

d adalah presisi absolut atau limit dari error

4.5 Kriteria Seleksi

Kriteria inklusi : Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Unhas angkatan 2017 yang bersedia ikut penelitian.


29

Kriteria ekslusi :

1. Mahasiswa yang tidak ada di tempat saat pengambilan sampel.

2. Mahasiswa yang tidak bersedia untuk dijadikan sampel.

3. Mahasiswa yang tidak termasuk kategori remaja (≥19 tahun).

4. Mahasiswa yang tidak mengisi data dengan lengkap.

4.6 Metode Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan adalah total sampling. Sampel pada penelitian ini

adalah mahasiswa program studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin angkatan 2017. Data yang dikumpulkan diperoleh dari hasil

wawancara berupa kuesioner yang dibagikan kepada responden dan hasil pengukuran

tinggi badan dan berat badan. Populasi dari seluruh mahasiswa program studi

Pendidikan Dokter FK Unhas angkatan 2017 terdiri dari 324 mahasiswa. Sampel

minimal 179 sampel.

4.7 Instrumen Penelitian

1. Lembar isian berupa kuisioner tentang Food Recall, Food Frequency

Questionnaire dan beberapa data pribadi

2. Microtoise untuk mengukur tinggi badan

3. Timbangan
30

4.8 Pengelolaan Data

4.8.1 Tahap persiapan

Tahap persiapan penelitian meliputi :

1. Diskusi dengan pembimbing.

2. Penyusunan proposal dan pembuatan kuisioner.

3. Pengurusan izin etik dan izin penelitian.

4.8.2 Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian meliputi :

1. Peneliti memberi pengantar dan penjelasan mengenai penelitian kepada

partisipan.

2. Responden mengisi kuisioner dan peneliti melakukan pengukuran berat dan

tinggi badan kepada mahasiswa secara bergantian.

3. Peneliti melakukan input data dan analisis data. Data akan diolah secara

manual dengan program Ms. Word dan SPSS kemudian disajikan dalam

bentuk table deskriptif.

4. Peneliti melakukan pengolahan dan penyajian data hasil penelitian.

4.8.3 Tahap pelaporan

Tahap pelaporan meliputi :

1. Penulisan hasil analisis dan kesimpulan penelitian

2. Evaluasi hasil data bersama pembimbing

3. Pencetakan hasil penelitian


31

4.9 Alur Penelitian

Mahasiswa Pendidikan
Kedokteran Universitas
Hasanuddin 2017

324
145 tidak mengiisi
kuesioner
179

Kuesioner Antropometri

Pola Makan Asupan Genetik


Makanan TB TB
Usia BB

Status Status
Gizi Gizi

Cukup Pendek Kurang Obes


Tinggi

Normal Pre-Obes
32

4.10 Etika Penelitian

1. Sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta izin dari Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin untuk mendapatkan persetujuan.

2. Sebelum diberikan kuisioner dan melakukan pengukuran, responden diberikan

penjelasan secara lisan.

3. Kerahasiaan data akan dijamin dari tiap responden untuk mencegah adanya

pihak yang dirugikan dari penelitian ini.


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Peneiltian

Pengambilan data untuk penelitian tentang hubungan pola makan dan status

gizi terhadap tinggi badan pada mahasiswa pendidikan dokter universitas hasanuddin

yang dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2017 di Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin, Makassar. Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil

data primer berupa pengukuran tinggi badan dan berat badan serta kuesioner yang

diisi oleh mahasiswa.

Total sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 179 mahasiswa,

dengan menggunakan kuota sampling. Penelitian ini berdasarkan data tinggi badan

mahasiswa yang diukur menggunakan Microtoise. Berikut adalah hasil olahan data

tinggi badan pada mahasiswa pendidikan dokter Unhas angkatan 2017.

5.2 Analisis Univariat

5.2.1 Tinggi Badan Mahasiswa Pendidikan Dokter

Karakteristik tinggi badan menurut usia dilihat berdasarkan hasil pengukuran

tinggi badan menggunakan Microtoise dan pengumpulan data diri yang diisi dengan

kuesioner. Variabel karakteristik tinggi badan ini dikategorikan menjadi pendek dan

cukup tinggi. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.1:

33
34

Tabel 5.1 Karakteristik Tinggi Badan Mahasiswa Pendidikan Dokter


Universitas Hasanuddin

Jumlah Persentase
Karakteristik Mean SD
(orang) (%)
Tinggi Badan Laki-laki
Pendek (≤165) 14 31.11 1.62 0.02
Tinggi (>165) 31 68.89 1.72 0.05
Tinggi Badan Perempuan
Pendek (≤152) 34 25.37 1.48 0.04
Tinggi (>152) 100 74.63 1.59 0.04
Sumber: Data Primer
Berdasarkan Tabel 5.1, dapat diketahui bahwa dari 45 laki-laki, terdapat 14

mahasiswa (31.11%) tergolong pendek dan 31 mahasiswa (68.89%) tergolong cukup

tinggi sedangkan dari 134 perempuan, terdapat 34 mahasiswa (25.37%) tergolong

pendek dan 100 mahasiswa (74.63%) tergolong cukup tinggi.

5.2.2 Karakteristik Mahasiswa Pendidikan Dokter

Tabel 5.2 Karakteristik Mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas Hasanuddin


Umur Energi Protein Lemak Karbohidrat

Karakteristik n % 16 17 18
Mean SD Mean SD Mean SD Mean SD
n % n % n %

Jenis Kelamin

Laki-laki 45 25.14 3 6.70 10 22.20 32 71.10 2259.45 301.17 87.29 28.49 80.09 23.80 289.44 49.22

Perempuan 134 74.86 1 0.70 30 22.40 103 76.90 1926.06 270.66 71.02 18.23 61.74 19.60 266.23 53.47

Status Gizi

Kurang 47 26.26 1 2.10 12 25.50 34 72.30 1730.53 194.03 57.04 18.89 238.99 44.98 60.70 13.12

Normal 88 49.16 2 2.30 15 17.00 71 80.70 2014.86 223.16 77.28 23.22 65.36 19.44 273.11 47.63

Pre-Obesitas 21 11.73 1 4.80 6 28.60 14 66.70 2246.77 266.63 81.96 15.71 78.72 23.40 299.41 58.01

2274.84 343.31 82.16 20.08 72.19 26.29 317.87 48.54


Obesitas I 18 10.06 0 0.00 6 33.30 12 66.70

Obesitas II 5 2.79 0 0.00 1 20.00 4 80.00 2599.00 187.52 118.18 15.06 105.40 13.56 286.14 17.48

Sumber: Data Primer


35

Berdasarkan Tabel 5.2, dapat dilihat bahwa sampel penelitian terdiri sebagian

besar perempuan daripada laki-laki, hal ini dikarenakan jumlah mahasiswa

pendidikan dokter yang tidak merata antara jumlah laki-laki dan perempuan.

Sehingga didapatkan sampel terdiri dari 45 mahasiswa (25,14%) laki-laki.

Sedangkan, pada mahasiswa perempuan sebanyak 134 mahasiswa (74,86%)

perempuan.

Untuk distribusi status gizi, masih terdapat mahasiswa dengan status gizi berat

badan lebih (pre-obesitas sampai obesitas II), namun dalam hal ini masih didominasi

dengan status gizi normal. Dari sampel yang diambil, didapatkan hasil kategori status

gizi kurang sebanyak 47 mahasiswa (26,26%), pada status gizi normal terdapat 88

mahasiswa (49,16%), untuk status gizi pre-obesitas didapatkan 21 mahasiswa

(11,73%), Kategori status gizi obesitas I dan obesitas II masing-masing dengan

sejumlah 18 mahasiswa (10,06%) dan juga 5 mahasiswa (2,79%).

5.2.3 Pola Makan

Pola makan terhadap tinggi badan mahasiswa dapat dilihat dari beberapa

indikator yang meliputi, jenis makanan, konsumsi makanan, kebiasaan makan, jarak

antara makan dan tidur, mengemil atau mengonsumsi snack, dan Food Frequency

Questionnaire (FFQ).

Dari 179 responden, yang terdiri dari 45 laki-laki yang memiliki pola makan

baik dalam kategori cukup tinggi terdapat 12 mahasiswa dan kategori pendek terdapat

2 mahasiswa (31.11%) dan yang memiliki pola makan yang kurang baik dalam

kategori cukup tinggi terdapat 19 mahasiswa dan kategori pendek terdapat 12


36

mahasiswa (68.89%). Selanjutnya yang terdiri dari 134 perempuan yang memiliki

pola makan baik dalam kategori cukup tinggi terdapat 57 mahasiswa dan kategori

pendek terdapat 18 mahasiswa (55.97%) dan yang memiliki pola makan yang kurang

baik dalam kategori cukup tinggi terdapat 43 mahasiswa dan kategori pendek terdapat

16 mahasiswa (44.03%).

Tabel 5.3 Karakteristik Pola Makan Mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas


Hasanuddin

Pola Makan Tinggi Pendek


n %
Laki-laki >165 cm ≤165 cm
Baik (Skor >50) 12 2 14 31.11
Tidak Baik (Skor <50) 19 12 31 68.89
Perempuan >152 cm ≤152 cm
Baik (Skor >50) 57 18 75 55.97
Tidak Baik (Skor <50) 43 16 59 44.03
Sumber: Data Primer
37

Tabel 5.4 Karakteristik Pola Makan Mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas


Hasanuddin Berdasarkan Food Frequency Qustionnaire
Nama Bahan Makanan Sering Jarang/tidak pernah
Jumlah Persen Jumlah Persen
(orang) (%) (orang) (%)
Sumber Karbohidrat
Nasi putih 171 95.53 8 4.47
Nasi merah 15 8.38 164 91.62
Singkong 10 5.59 169 94.41
Ubi Jalar 17 9.50 162 90.50
Roti 91 50.84 88 49.16
Mie 51 28.49 128 71.51
Sirop/minuman manis 63 35.20 116 64.80
Sumber Protein
Daging sapi 45 25.14 134 74.86
Daging ayam 112 62.57 67 37.43
Daging kambing 3 1.68 176 98.32
Telur ayam 112 62.57 67 37.43
Ikan segar 94 52.51 85 47.49
Tempe/tahu 128 71.51 51 28.49
Kacang-kacangan 40 22.35 139 77.65
Sumber Lemak
Susu Fullcream 87 48.60 92 51.40
Minyak sayur 36 20.11 143 79.89
Jeroan 8 4.47 171 95.53
Keju 50 27.93 129 72.07
Mentega 47 26.26 132 73.74
Santan 29 16.20 150 83.80
Makanan Jadi/Jajanan
Fastfood 78 43.58 101 56.42
Softdrink 77 43.02 102 56.98
Gorengan 119 66.48 60 33.52
Sumber serat
Sayuran 138 77.09 41 22.91
Buah-buahan 104 58.10 75 41.90
Sumber: Data Primer
38

Dari hasil Food Frequency Questionnaire (FFQ) 179 responden, sebagian

besar mahasiswa pendidikan dokter mengonsumsi nasi putih sebagai sumber

karbohidrat yaitu 171 mahasiswa (95,53%) kategori sering dan 8 mahasiswa (4,47%)

jarang. Setelah nasi putih, sebagian besar juga mahasiswa pendidikan dokter

mengonsumsi roti, yaitu sekitar 91 mahasiswa (50,84%) sering mengonsumsi roti,

dan 88 mahasiswa (49,16) jarang mengonsumsi roti dalam satu minggu. Namun, dari

data, sangat jarang mahasiswa mengonsumsi singkong, yaitu hanya 10 mahasiswa

(5,59%) yang sering mengonsumsi singkong.

Untuk sumber protein, tempe atau tahu menjadi sumber protein yang paling

banyak diminati oleh mahasiswa dengan jumlah 128 mahasiswa (71,51%) sering

mengonsumsi tempe/tahu, dan 51 mahasiswa (28,49%) jarang mengonsumsi

tahu/tempe. Selain itu, banyak 112 mahasiswa (62,57%) sering mengonsumsi daging

ayam dan telur ayam, dan sebanyak 67 mahasiswa (37,43%) jarang mengonsumsi

kedua sumber protein tersebut. Dari 179 responden, mahasiswa sangat jarang

mengonsumsi sumber protein berupa daging kambing yaitu 3 mahasiswa (1,68%)

dalam kategori sering, dan selebihnya dalam kategori jarang atau bahkan tidak

pernah.

Menurut data FFQ, rata-rata mahasiswa pendidikan dokter kurang

mengonsumsi lemak dalam rentan satu minggu. Untuk sumber lemak yang paling

sering dikonsumsi oleh mahasiswa adalah susu fullcream dibandingkan dengan

sumber lemak lainnya seperti minyak sayur, jeroan, keju, mentega maupun santan.
39

Sebanyak 87 mahasiswa (48,60%) sering mengonsumsi susu fullcream, dan sebanyak

92 mahasiswa (51,40%) masih jarang atau tidak pernah mengonsumsi susu fullcream.

Dari hasil kuesioner yang diisikan responden, gorengan adalah makanan

jadi/jajanan yang paling sering dikonsumsi oleh mahasiswa dibandingkan dengan

fastfood, maupun softdrink. Sebanyak 119 mahasiswa (66,48%) sering mengonsumsi

gorengan satu minggu, dan 60 mahasiswa (33,52%) jarang mengonsumsi gorengan.

Sedangkan untuk fastfood dan softdrink masing-masing terdapat 78 mahasiswa

(43,02%) masih sering mengonsumsi fastfood, dan 77 mahasiswa (43,02%) masih

sering mengonsumsi softdrink.

Untuk sumber serat, mahasiswa sering mengonsumsi sayuran dan buah-

buahan. 138 mahasiswa (77,09%) sering mengonsumsi sayuran, dan 104 mahasiswa

(58,10%) sering mengonsumsi buah-buahan dalam satu minggu.

5.2.4 Asupan Makanan

Karakteristik asupan makanan dilihat berdasarkan hasil wawancara yang diisi

dengan kuesioner dan menggunakan Form Food Recall 24 Hours untuk menghitung

asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat. Hasil penelitian dapat dilihat pada

Tabel 5.5:
40

Tabel 5.5 Karakteristik Asupan Makanan pada Mahasiswa Pendidikan Dokter


Universitas Hasanuddin

Jumlah Persentase
Karakteristik
(orang) (%)
Asupan Energi
Kurang (≤80% AKG) 148 82.68
Cukup (>80% AKG) 31 17.32
Asupan Protein
Kurang (≤80% AKG) 41 22.91
Cukup (>80% AKG) 138 77.09
Asupan Lemak
Kurang (≤80% AKG) 125 69.83
Cukup (>80% AKG) 54 30.17
Asupan Karbohidrat
Kurang (≤80% AKG) 139 77.65
Cukup (>80% AKG) 40 22.35
Sumber: Data Primer
Berdasarkan Tabel 5.5, dapat dilihat bahwa mahasiswa pendidikan dokter

sebagian besar memiliki asupan energi kurang sebanyak 147 mahasiswa (82.68%)

sedangkan terdapat 31 mahasiswa (17.32%) yang memiliki asupan energi cukup.

Untuk asupan protein, rata-rata mahasiswa pendidikan dokter memiliki

asupan protein yang kurang yaitu sebanyak 41 mahasiswa (22.91%) dan 138

mahasiswa (77.09%) asupan protein cukup.

Dari 179 sampel, 125 mahasiswa (69.83%) dengan asupan lemak kurang dan

54 mahasiswa (30.17%) asupan lemak cukup.

Selain itu, mahasiswa dengan asupan karbohidrat yang kurang, yaitu 139

mahasiswa (77.65%) dan 40 mahasiswa (22.35%) asupan karbohidrat cukup.


41

5.2.5 Faktor Genetik

Faktor familial/genetik terhadap tinggi badan mahasiswa dapat dilihat dari

beberapa indikator yang meliputi, tinggi badan kedua orang tua maupun anggota

keluarga lainnya, ataupun keluarga yang berat badan berlebih maupun berat badan

kurang.

Dari hasil data wawancara didapatkan 45 laki-laki yang memiliki tinggi badan

ibunya ≤ 152 cm yaitu 8 orang yang memiliki badan cukup tinggi dan 6 orang yang

memiliki tinggi badan pendek (31.11%), serta mahasiswa dengan tinggi badan ibu >

152 cm yaitu 23 orang yang memiliki badan cukup tinggi dan 8 orang yang memiliki

tinggi badan pendek (68.89%). Sedangkan 134 perempuan yang memiliki tinggi

badan ibunya ≤ 152 cm yaitu 35 orang yang memiliki badan cukup tinggi dan 15

orang yang memiliki tinggi badan pendek (37.31%), serta mahasiswa dengan tinggi

badan ibu > 152 cm yaitu 65 orang yang memiliki badan cukup tinggi dan 19 orang

yang memiliki tinggi badan pendek (62.69%).

untuk kategori tinggi badan ayah, didapatkan 45 laki-laki yang memiliki

tinggi badan ayahnya ≤ 165 cm yaitu 12 orang yang memiliki badan cukup tinggi dan

2 orang yang memiliki tinggi badan pendek (31.11%), serta mahasiswa dengan tinggi

badan ayah > 165 cm yaitu 23 orang yang memiliki badan cukup tinggi dan 8 orang

yang memiliki tinggi badan pendek (68.89%). Sedangkan 134 perempuan yang

memiliki tinggi badan ayahnya ≤ 165 cm yaitu 57 orang yang memiliki badan cukup

tinggi dan 18 orang yang memiliki tinggi badan pendek (55.97%), serta mahasiswa
42

dengan tinggi badan ayah > 165 cm yaitu 43 orang yang memiliki badan cukup tinggi

dan 16 orang yang memiliki tinggi badan pendek (44.03%).

Tabel 5.6 Karakteristik Familial pada Mahasiswa Pendidikan Dokter


Universitas Hasanuddin

Tinggi Badan
Jumlah Persentase
Tinggi Badan Ibu Mahasiswa
(orang) (%)
Tinggi Pendek
Laki-laki >165 cm ≤165 cm n %
Tingggi badan ibu ≤152 cm 8 6 14 31.11
Tingggi badan ibu >152 cm 23 8 31 68.89
Perempuan >152 cm ≤152 cm n %
Tingggi badan ibu ≤152 cm 35 15 50 37.31
Tingggi badan ibu >152 cm 65 19 84 62.69
Tinggi Badan
Mahasiswa Jumlah Persentase
Tinggi Badan Ayah
(orang) (%)
Tinggi Pendek
Laki-laki >165 cm ≤165 cm n %
Tingggi badan ayah ≤165 cm 12 2 14 31.11
Tingggi badan ayah >165 cm 19 12 31 68.89
Perempuan >152 cm ≤152 cm n %
Tingggi badan ayah ≤165 cm 57 18 75 55.97
Tingggi badan ayah >165 cm 43 16 59 44.03
Sumber: Data Primer

5.3 Analisis Bivariat

5.3.1 Hubungan Status Gizi terhadap Tinggi Badan

Hasil analisa hubungan status gizi mahasiswa pendidikan dokter terhadap

tinggi badan dengan uji Chi-Square dijelaskan pada Tabel 5.7


43

Tabel 5.7 Hubungan Status Gizi Mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas


Hasanuddin terhadap Tinggi Badan

Tinggi Badan

P-Value
Cukup Total
Satus Gizi Pendek
Tinggi
n % n % n %
2
Kurang (<18,5 kg/m ) 4 50.00 4 50.00 8 100
Normal (18,5-22,9 kg/m2)
Laki-laki

17 80.95 4 19.05 21 100


Pre Obesitas (23-24,9 kg/m2) 3 60.00 2 40.00 5 100 0.54
Obesitas I (25-29,9 kg/m2) 5 62.50 3 37.50 8 100
Obesitas II (≥30 kg/m2) 2 66.67 1 33.33 3 100
Kurang (<18,5 kg/m2) 33 84.62 6 15.38 39 100
Perempuan

Normal (18,5-22,9 kg/m2) 50 74.63 17 25.37 67 100


Pre Obesitas (23-24,9 kg/m2) 11 68.75 5 31.25 16 100 0.053
Obesitas I (25-29,9 kg/m2) 6 60.00 4 40.00 10 100
Obesitas II (≥30 kg/m2) 0 0.00 2 100.00 2 100
Sumber: Data Primer
Dilihat dari Tabel 5.7, Untuk jenis kelamin laki-laki pada status gizi kurang,

yang termasuk kategori pendek sebanyak 4 makasiswa (50%), dan 4 mahasiswa

(50%) cukup tinggi. Sebanyak 4 mahasiswa (19.05%) berstatus gizi normal

dikategorikan pendek, sedangkan 17 mahasiswa (80.95%) dengan gizi normal

berkategori cukup tinggi. Dari 5 mahasiswa kategori status gizi pre-obesitas, 2

mahasiswa (40%) pendek, dan 3 mahasiswa (60%) cukup tinggi. Pada status gizi

obesitas I, 3 mahasiswa (37.50%) pendek, dan 5 mahasiswa (62.50%) cukup tinggi.

Sedangkan, untuk status gizi obesitas II, data menunjukkan terdapat 2 mahasiswa

(100%) kategori pendek, dan 0 mahasiswa (0%) cukup tinggi. Untuk jenis perempuan

pada status gizi kurang, yang termasuk kategori pendek sebanyak 6 makasiswa

(15.38%), dan 33 mahasiswa (84.62%) cukup tinggi. Sebanyak 17 mahasiswa

(25.37%) berstatus gizi normal dikategorikan pendek, sedangkan 50 mahasiswa


44

(74.63%) dengan gizi normal berkategori cukup tinggi. Dari 16 mahasiswa kategori

status gizi pre-obesitas, 5 mahasiswa (31.25%) pendek, dan 11 mahasiswa (68.75%)

cukup tinggi. Pada status gizi obesitas I, 4 mahasiswa (40%) pendek, dan 6

mahasiswa (60%) cukup tinggi. Sedangkan, untuk status gizi obesitas II, data

menunjukkan terdapat 2 mahasiswa (100%) kategori pendek, dan 0 mahasiswa (0%)

cukup tinggi. Hasil analisa uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan antara

status gizi dan tinggi badan mahasiswa pendidikan dokter Unhas dimana p-value

>0,05 yaitu 0,54 untuk laki-laki dan p-value >0,05 yaitu 0,053 untuk perempuan.

5.3.2 Hubungan Pola Makan terhadap Status Gizi

1. Status Gizi berdasarkan Tinggi Badan terhadap Usia

Hasil analisa hubungan pola makan yang terdiri dari jenis makanan, konsumsi

makanan, kebiasaan makan, jarak antara makan dan tidur, mengemil atau

mengonsumsi snack, dan FFQ mahasiswa pendidikan dokter terhadap tinggi badan

dengan uji Chi-Square dijelaskan pada Tabel 5.8

Tabel 5.8 Hubungan Pola Makan Mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas


Hasanuddin terhadap Tinggi Badan

Tinggi Badan
Cukup Total P-
Pola Makan
Tinggi Pendek Value
n % n % n %
Laki- Baik (Skor >50) 12 85.71 2 14.3 14 100
0.101
laki Tidak Baik (Skor≤50) 19 61.29 12 38.7 31 100
Perem Baik (Skor >50) 57 76.00 18 24.0 75 100
0.68
puan Tidak Baik (Skor≤50) 43 72.88 16 27.1 59 100
Sumber: Data Primer
45

Berdasarkan Tabel 5.8, Untuk jenis kelamin laki-laki, kategori pola makan

yang baik terdapat sebanyak 12 mahasiswa (85.71%) cukup tinggi dan 2 mahasiswa

(14.3%) pendek. Sedangkan untuk kategori pola makan kurang baik, 19 mahasiswa

(61.29%) cukup tinggi dan 12 mahasiswa (38.7%) pendek. Untuk jenis kelamin

perempuan, kategori pola makan yang baik terdapat sebanyak 57 mahasiswa

(76.00%) cukup tinggi dan 18 mahasiswa (24.00%) pendek. Sedangkan untuk

kategori pola makan kurang baik, 43 mahasiswa (72.88%) cukup tinggi dan 16

mahasiswa (27.1%) pendek.

Hasil analisa statistik menggunakan uji Chi-Square menunjukkan tidak ada

pengaruh pola makan terhadap tinggi badan mahasiswa pendidikan dokter Universitas

Hasanuddin, di mana p-value >0,05 yaitu 0,101 untuk laki-laki dan p-value >0,05

yaitu 0,680 untuk perempuan.

2. Status Gizi berdasarkan Berat Badan terhadap Tinggi Badan

Hasil analisa hubungan pola makan yang terdiri dari jenis makanan, konsumsi

makanan, kebiasaan makan, jarak antara makan dan tidur, mengemil atau

mengonsumsi snack, dan FFQ mahasiswa pendidikan dokter terhadap status gizi

berdasarkan BB/TB dengan uji Chi-Square dijelaskan pada Tabel 5.9


46

Tabel 5.9 Hubungan Pola Makan Mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas


Hasanuddin terhadap Status Gizi
Komorbid Konv
Pre Obesitas Total P-
Pola Makan Kurang Normal Obesitas I
Obesitas II Value
n % n % n % n % n % n %
Baik 0 0.00 7 50.00 1 7.14 3 21.43 3 21.43 14 100
Laki-

(Skor >50)
laki

0.03
Tidak Baik 8 25.81 14 45.16 4 12.90 5 16.13 0 0.00 31 100
(Skor >50)
Baik 11 14.67 39 52.00 13 17.33 10 13.33 2 2.67 75 100
Perem
puan

(Skor >50)
0.001
Tidak Baik 28 47.46 28 47.46 3 5.08 0 0.00 0 0.00 59 100
(Skor >50)
Sumber: Data Primer
Berdasarkan Tabel 5.9, untuk jenis kelamin laki-laki pada kategori pola

makan yang baik, terdapat 0 mahasiswa (0%) dengan status gizi kurang, 7 mahasiswa

(50.00%) gizi normal, 1 mahasiswa (7.14%) pre-obesitas, 3 mahasiswa (21.43%)

obesitas I, dan obesitas II terdapat 3 mahasiswa (21.34%). Sedangkan untuk kategori

pola makan yang kurang baik, didapatkan 8 mahasiswa (25.81%) dengan gizi kurang,

14 mahasiswa (45.16%) gizi normal, 4 mahasiswa (12.90%) pre-obesitas, 5

mahasiswa (16.13%) obesitas I, dan tidak ada mahasiswa (0%) dengan obesitas II.

Untuk jenis kelamin perempuan pada kategori pola makan yang baik, terdapat 11

mahasiswa (14.67%) dengan status gizi kurang, 39 mahasiswa (52.00%) gizi normal,

13 mahasiswa (17.33%) pre-obesitas, 10 mahasiswa (13.33%) obesitas I, dan obesitas

II terdapat 2 mahasiswa (2.67%). Sedangkan untuk kategori pola makan yang kurang

baik, didapatkan 28 mahasiswa (47.46%) dengan gizi kurang, 28 mahasiswa

(47.46%) gizi normal, 3 mahasiswa (5.08%) pre-obesitas, tidak ada mahasiswa (0%)

obesitas I, dan tidak ada mahasiswa (0%) dengan obesitas II yang memiliki pola

makan kurang baik.


47

Hasil analisa statistik menggunakan uji Chi-Square menunjukkan ada

pengaruh pola makan terhadap tinggi badan mahasiswa pendidikan dokter Universitas

Hasanuddin, di mana p-value <0,05 yaitu 0,03 untuk laki-laki dan p-value <0,05 yaitu

0,001 untuk perempuan.

5.3.3 Hubungan Asupan Makanan terhadap Status Gizi

Hasil analisa hubungan asupan makanan mahasiswa pendidikan dokter

terhadap tinggi badan dengan uji Chi-Square dijelaskan pada Tabel 5.10

Tabel 5.10 Hubungan Asupan Makanan Mahasiswa Pendidikan Dokter


Universitas Hasanuddin terhadap Tinggi Badan

Kurang Cukup
(≤80%AKG) (>80% AKG)
Total P-
Asupan Makanan
Value
n % n % N %
Energi
Cukup Tinggi 105 80.15 26 19.85 131 100
0.14
Pendek 43 89.58 5 10.42 48 100
Protein
Cukup Tinggi 27 20.61 104 79.39 131 100
0.228
Pendek 14 29.17 34 70.83 48 100
Lemak
Cukup Tinggi 87 66.41 44 33.59 131 100
0.1
Pendek 38 79.17 10 20.83 48 100
Karbohidrat
Cukup Tinggi 98 74.81 33 25.19 131 100
0.131
Pendek 41 85.42 7 14.58 48 100
Sumber: Data Primer
Berdasarkan Tabel 5.10 untuk asupan energi pada mahasiswa cukup tinggi

terdapat 105 mahasiswa (80.15%) yang kurang asupan energi dan 26 mahasiswa

(19.85%) yang memiliki asupan energi cukup, untuk mahasiswa kategori pendek
48

terdapat 43 mahasiswa (89.58%) yang kurang asupan energi dan 5 mahasiswa

(10.42%) yang memiliki asupan energi cukup.

Untuk asupan protein, pada mahasiswa cukup tinggi terdapat 27 mahasiswa

(20.61%) yang kurang asupan protein dan 104 mahasiswa (79.39%) yang memiliki

asupan protein cukup, untuk mahasiswa kategori pendek terdapat 14 mahasiswa

(29.17%) yang kurang asupan protein dan 34 mahasiswa (70.83%) yang memiliki

asupan protein cukup.

Sementara itu, untuk asupan lemak pada mahasiswa cukup tinggi terdapat 87

mahasiswa (66.41%) yang memiliki asupan lemak kurang dan 44 mahasiswa

(33.59%) yang memiliki asupan lemak cukup, untuk mahasiswa kategori pendek

terdapat 38 mahasiswa (78.17%) yang kurang asupan lemak dan 10 mahasiswa

(20.83%) yang memiliki asupan lemak cukup.

Serta untuk asupan karbohidrat, pada mahasiswa cukup tinggi terdapat 98

mahasiswa (74.81%) yang memiliki asupan karbohidrat kurang dan 33 mahasiswa

(25.19%) yang memiliki asupan karbohidrat cukup, untuk mahasiswa kategori

pendek terdapat 41 mahasiswa (85.42%) yang kurang asupan karbohidrat dan 7

mahasiswa (14.58%) yang memiliki asupan karbohidrat cukup.

Hasil analisa statistik menggunakan uji Chi-Square menunjukkan tidak ada

pengaruh pada asupan energi, asupan protein, asupan lemak, dan asupan karbohidrat

makanan terhadap tinggi badan mahasiswa pendidikan dokter Universitas

Hasanuddin, di mana p-value >0,05 yaitu 0,140 pada asupan energi; p-value 0,228

pada asupan protein; dan p-value 0,100 pada asupan lemak. Sedangkan pada asupan

karbohidrat, yaitu p-value 0,131.


49

5.3.4 Hubungan Faktor Genetik terhadap Tinggi Badan

Hasil analisa hubungan familial mahasiswa pendidikan dokter terhadap tinggi

badan dengan uji Chi-Square dijelaskan pada Tabel 5.11

Tabel 5.11 Hubungan Faktor Genetik Mahasiswa Pendidikan Dokter


Universitas Hasanuddin terhadap Tinggi Badan
Tinggi Badan
Mahasiswa Jumlah Persentase P-
Tinggi Badan Ibu
(orang) (%) Value
Tinggi Pendek
Laki-laki >165 cm ≤165 cm n %
Tingggi badan ibu ≤152 cm 8 6 14 31.11 0.253
Tingggi badan ibu >152 cm 23 8 31 68.89
Perempuan >152 cm ≤152 cm n %
Tingggi badan ibu ≤152 cm 35 15 50 37.31 0.342
Tingggi badan ibu >152 cm 65 19 84 62.69
Tinggi Badan
Mahasiswa Jumlah Persentase P-
Tinggi Badan Ayah
(orang) (%) Value
Tinggi Pendek
Laki-laki >165 cm ≤165 cm n %
Tingggi badan ayah ≤165 cm 12 2 14 31.11 0.003
Tingggi badan ayah >165 cm 19 12 31 68.89
Perempuan >152 cm ≤152 cm n %
Tingggi badan ayah ≤165 cm 57 18 75 55.97 0.959
Tingggi badan ayah >165 cm 43 16 59 44.03
Sumber: Data Primer
Berdasarkan Tabel 5.11 untuk jenis kelamin laki-laki, mahasiswa yang

memiliki ibu dengan tinggi badan ≤152 cm terdapat 8 mahasiswa cukup tinggi dan 6

mahasiswa (31.11%) pendek sedangkan mahasiswa laki-laki yang memiliki ibu

dengan tinggi badan >152 cm terdapat 23 mahasiswa cukup tinggi dan 8 mahasiswa

(68.89%) pendek. Untuk jenis kelamin perempuan, mahasiswa yang memiliki ibu

dengan tinggi badan ≤152 cm terdapat 35 mahasiswa cukup tinggi dan 15 mahasiswa
50

(55.97%) pendek sedangkan mahasiswa perempuan yang memiliki ibu dengan tinggi

badan >152 cm terdapat 65 mahasiswa cukup tinggi dan 19 mahasiswa (62.69%)

pendek

Untuk mahasiswa laki-laki yang memiliki ayah dengan tinggi badan ≤ 165

cm, sebanyak 12 mahasiswa cukup tinggi dan 2 mahasiswa (31,11%) pendek; dan

mahasiswa laki-laki yang memiliki ayah dengan tinggi badan > 165 cm, sebanyak 19

mahasiswa cukup tinggi dan 12 mahasiswa (68.89%) pendek. Untuk mahasiswa

perempuan yang memiliki ayah dengan tinggi badan ≤ 165 cm, sebanyak 57

mahasiswa cukup tinggi dan 18 mahasiswa (55.97%) pendek; dan mahasiswa laki-

laki yang memiliki ayah dengan tinggi badan > 165 cm, sebanyak 43 mahasiswa

cukup tinggi dan 16 mahasiswa (44.03%) pendek.

Hasil analisa statistik menggunakan uji Chi-Square menunjukkan ada

pengaruh pada tinggi badan ayah terhadap tinggi badan mahasiswa pendidikan dokter

Universitas Hasanuddin, di mana p-value <0,05 yaitu 0,003. Dan hasil analisa

statistik pada karakteristik familial mahasiswa lainnya tidak ada pengaruh terhadap

tinggi badan mahasiswa pendidikan dokter Universitas Hasanuddin, di mana p-value

>0,05 yaitu 0,253 pada tinggi badan anak laki-laki terhadap tinggi badan ibu; p-value

0,342 pada tinggi badan anak perempuan terhadap tinggi badan ibu; dan p-value

0,959 pada tinggi badan anak perempuan terhadap tinggi badan ayah.
BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Status Gizi Remaja Berdasarkan Umur

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok

orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi

makanan (Riyadi, Hadi. dkk, 2006). Pendek dan sangat pendek adalah status gizi

yang didasarkan pada indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan

padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek) (Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Hasil penelitian diketahui bahwa dari 179 sampel, terdapat 48 mahasiswa

(26,82%) pendek, dan 131 mahasiswa (73,18%) cukup tinggi. Dengan penjabaran

status gizi menurut indeks massa tubuh (IMT), 47 mahasiswa (26,26%) dengan gizi

kurang dan 10 mahasiswa (21,28%) diantaranya dikategorikan pendek. Terdapat 88

mahasiswa (49,16%) dengan status gizi normal yang 21 mahasiswa (23,86%)

diantaranya dengan kategori pendek. Sedangkan untuk status gizi lebih terdapat 44

mahasiswa (24,79%) yang diantaranya 17 mahasiswa (38,64%) adalah mahasiswa

pendek.

Pada analisa bivariat dengan uji Chi-Square, didapatkan p-value >0,05 yaitu

0,54 untuk laki-laki dan p-value >0,05 yaitu 0,053 untuk perempuan yang

menandakan tidak adanya hubungan status gizi terhadap tinggi badan mahasiswa

pendidikan dokter Unhas angkatan 2017.

51
52

Secara nasional prevalensi pendek pada status gizi berdasarkan umur,

dikalangan remaja umur 16 - 18 tahun adalah 31,4% (7,5% sangat pendek dan 23,9%

pendek). Prevalensi kurus, berdasarkan IMT/U, secara nasional sebesar 9,4%.

Sedangkan untuk prevalensi gemuk berdasarkan IMT/U, sebanyak 7,3% yang terdiri

dari 5,7% gemuk dan 1,6% obesitas. Sulawesi selatan adalah salah satu dari lima

belas provinsi dengan prevalensi gemuk diatas prevalensi nasional.

6.2 Hubungan Pola Makan terhadap Status Gizi

1. Status Gizi berdasarkan Tinggi Badan terhadap Usia

Pada prinsip gizi seimbang yang terdiri dari empat pilar, dianjurkan

mengonsumsi makanan yang beragam minimal tiga jenis makanan dalam satu kali

makan. Selain itu, dianjurkan juga untuk membatasi konsumsi gula, garam, dan

lemak. (PGS Kemenkes RI, 2014).

Pada analisa bivariat uji Chi-Square menunjukkan tidak ada pengaruh pola

makan dari status gizi berdasarkan tinggi badan terhadap usia mahasiswa pendidikan

dokter Universitas Hasanuddin, di mana p-value >0,05 yaitu 0,101 untuk laki-laki dan

p-value >0,05 yaitu 0,680 untuk perempuan.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Asrar, Muhammad, et al

(2009) tentang hubungan pola makan terhadap status gizi anak balita masyarakat suku

Nuaulu, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku yang

mengatakan adanya hubungan antara jenis makanan terhadap status gizi (tinggi badan

menurut usia). Tidak sejalannya penelitian ini, oleh karena peneliti belum
53

menemukan referensi yang setara dengan tingkat remaja. Hal ini bisa saja disebabkan

oleh tidak adanya data pendapatan orang tua dan faktor lain yang mempengaruhi.

Sanjur (1982) menyatakan bahwa pendapatan merupakan penentu utama yang

berhubungan dengan kualitas makanan.

2. Status Gizi berdasarkan Berat Badan terhadap Tinggi Badan

Konsumsi yang kurang baik kualitasnya akan memberikan kondisi kesehatan

dan gizi yang tidak seimbang sehingga muncul berbagai penyakit, diantaranya

penyakit gizi lebih (obesitas), penyakit gizi kurang, penyakit metabolic bawaan, dan

penyakit keracunan makanan (Sediaoetama, 2004).

Menurut Mahlqvis (1997), konsumsi makanan dan pengeluaran energi dapat

mempengaruhi obesitas secara langsung, sedangkan umur, jenis kelamin, gaya hidup,

keturunan, stress, sosial – ekonomi, iklim, obat-obatan merupakan faktor-faktor yang

mempengaruhi obesitas secara tidak langsung.

Pada analisa bivariat uji Chi-Square menunjukkan ada pengaruh pola makan

terhadap tinggi badan mahasiswa pendidikan dokter Universitas Hasanuddin, di mana

p-value <0,05 yaitu 0,03 untuk laki-laki dan p-value <0,05 yaitu 0,001 untuk

perempuan.

Dari hasil penelitian ini, sejalan dengan hasil penelitian Surmita, 2016

mengenai Indeks Massa Tubuh dan Massa Lemak serta Kadar Adiponektin Remaja

Perawakan Pendek, bahwa terdapat korelasi antara indeks massa tubuh dengan kadar

adiponektin pada remaja perawakan pendek dengan p-value 0,012.


54

6.3 Hubungan Asupan Makanan terhadap Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan antropometri yang dapat menggambarkan

pertumbuhan skeletal. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif

kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek (Supariasa,

2002). Karbohidrat merupakan zat gizi utama sebagai sumber energi bagi tubuh.

Karbohidrat berperan dalam menentukan karakteristik bahan makanan, seperti rasa,

warna, tekstur, dan lainnya (Winarno, 1991).

Pada analisa bivariat dengan uji Chi-Square, didapatkan p-value >0,05 untuk

asupan energi, protein, dan lemak, yaitu p-value untuk asupan energi p=0,140, asupan

protein p=0228, asupan lemak p=0,100, dan asupan karbohidrat p=0,131 yang

menandakan tidak adanya hubungan asupan energi, protein, lemak, karbohidrat

terhadap tinggi badan mahasiswa pendidikan dokter Unhas angkatan 2017.

Dari hasil penelitian ini, sejalan dengan hasil penelitian Ria Solia Nainggolan,

2015 mengenai Hubungan Pola Konsumsi Makanan dan Konsumsi Susu dengan

Tinggi Badan Anak Usia 6-12 Tahun di SDN 173538 Balige, bahwa tidak ada

hubungan kecukupan energi terhadap tinggi badan dengan p-value 0,164.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Pramono Dwi Sasmito,

2015 dengan Jumlah responden terbanyak berjenis kelamin laki-laki 143orang,

kejadian obesitas (7,1%), Asupan Karbohidrat rata-rata 173.09 gr Protein rata-rata

43.39gr dan asupan lemak rata-rata 39.42 gr. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa

tidak ada hubungan antara asupan zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dengan

kejadian obesitas. Dengan nilai p 0,763. Untuk meningkatkan asupan karbohidrat,


55

protein dan lemak pada remaja perlu ditanamkan pendidikan kesehatan pada remaja

melalui peningkatan komunikasi informasi dan edukasi.

Selain itu, hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Joseph Prasetyo

dan Saptawati Bardosono, 2014 mengenai Korelasi antara Asupan Protein dengan

Indikator Tinggi Badan terhadap Umur (TB/U) pada Anak Usia 5-6 tahun di Jakarta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 20% subjek penelitian memiliki

persentil TB/U kurang dari 5 (stunted) dan masih terdapat beberapa subjek

(8,6%) yang memiliki asupan protein kurang dari AKG. Namun, tidak terdapat

korelasi bermakna antara asupan protein dan indikator TB/U (p=0,903). Dari hasil

sebaran subjek berdasarkan karakteristik sosiodemografi, menunjukkan reponden

kebanyakan berjenis kelamin perempuan daripada laki-laki. Berdasarkan karakteristik

indikator TB/U, didapatkan hasil 26,82% responden berada dibawah persentil 5,

artinya sebanyak 26,82% responden mengalami stunting. Berdasarkan Riskesdas

2013, prevalensi anak usia 16-19 tahun yang stunting adalah 31,4%. Oleh sebab itu,

hasil yang didapat tersebut berada dibawah angka nasional (Prasetyo, Joseph.

Bardosono, Saptawati. 2014).

Tidak ada hubungannya status gizi berdasarkan TB/U dengan asupan kalori

karena tinggi tubuh seseorang dipengaruhi oleh hal yang kompleks, seperti faktor

genetik, aktivitas fisik, hormon, dan gizi terutama kalsium. Tingkat asupan kalsium

yang memadai mendukung penambahan massa tulang. Sementara itu kebiasaan

merokok dan minum alkohol yang berlebihan menimbulkan pengaruh buruk terhadap

tulang.(Sediaoetama, 2008).
56

6.4 Hubungan Faktor Genetik terhadap Tinggi Badan

Tinggi badan orang tua berhubungan dengan pertumbuhan fisik anak. Sejalan

dengan penelitian di Tangerang yang menunjukkan bahwa anak yang dilahirkan dari

ibu atau ayah pendek berisiko menjadi stunting (Rahayu LS, 2011).

Orang tua yang pendek akibat kondisi patologi (seperti defisiensi hormon

pertumbuhan) memiliki gen dalam kromosom yang membawa sifat pendek sehingga

memperbesar peluang anak mewarisi gen tersebut dan tumbuh menjadi stunting

(Amigo H, 1997).

Pada analisa bivariat dengan uji Chi-Square, didapatkan p-value <0,05 yaitu

0,003 yang menandakan adanya hubungan genetik atau keluarga yang memiliki tinggi

dibawah normal terhadap tinggi badan mahasiswa pendidikan dokter Unhas angkatan

2017.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Jon Piter Sinaga, 2008 mengenai

tinggi badan anak ditinjau darisegi faktor genetik dan lingkungan pada studi

antropologi ragawi suku Batak Toba.

Menurut Nainggolan, RS. Aritonang, EY. Ardiani, Fitri, 2014, dari penelitian

tersebut diketahui beberapa anak yang tinggi badannya dalam kategori pendek dan

sangat pendek. Namun, bila dilihat dari tinggi badan orang tua anak-anak tersebut,

tinggi badan ayah dan ibunya masih masuk kategori normal atau standar. Hal ini

dapat diasumsikan bahwa anak yang tinggi badannya pendek dan sangat pendek tidak

dipengaruhi faktor genetik melainkan oleh faktor lainnya yaitu faktor asupan gizi.
57

Bila dilihat dari kecukupan energi, protein, dan kalsium harian anak-anak tersebut

masih kurang dari kecukupan gizi yang dianjurkan (Nainggolan, RS. Aritonang, EY.

Ardiani, Fitri. 2014).

Hasil penelitian Nainggolan, RS. Aritonang, EY. Ardiani, Fitri, 2014 tersebut

tidak sejalan dengan teori bahwa genetik mempengaruhi tinggi badan. Namun, hal ini

bisa saja terjadi karena tinggi badan anak juga tidak mutlak harus diturunkan dari

orang tuanya melainkan juga dapat dipengaruhi asupan gizi pada masa bayi dan

balita. Hal ini juga terjadi karena keterbatasan penelitian bahwa tinggi badan orang

tua tidak diukur langsung saat itu juga setelah mengukur tinggi badan anak melainkan

hanya dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh orang tua, sehingga bisa saja

tinggi badan yang diisi oleh orang tua tidak begitu pas dengan tinggi badan

sebenarnya (Nainggolan, RS. Aritonang, EY. Ardiani, Fitri. 2014).


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasakan dapat disimpulkan bahwa dari

179 sampel yang didapatkan, terdapat 48 mahasiswa tergolong pendek yang terdiri

atas 14 laki-laki dan 31 perempuan serta diperoleh 131 mahasiswa tergolong tinggi

terdiri atas 31 laki-laki dan 100 perempuan. Didapatkannya hubungan antara pola

makan dan faktor tinggi badan ayah terhadap tinggi badan mahasiswa.

7.1 Saran

1. Distribusi sampel harus merata antara sampel dan kontrol sehingga tidak

terjadi bias.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih

besar dan lebih spesifik sehingga dapat fokus dalam beberapa pembahasan.

3. Perlu penelitian yang lebih spesifik mengenai hubungan protein dan zat

micronutrient terhadap tinggi badan.

4. Sebaiknya penelitian selanjutnya setelah mengolah data bivariat, dapat

mengolah lebih lanjut menjadi pengolahan data mulltivariat, oleh karena

penelitian-penelitian sebelumnya mendapatkan hasil berhubungan setelah

mengolah data multivariat.

58
59

DAFTAR PUSTAKA

Andersen, C. T., Stein, A. D., Reynolds, S. A., Behrman, J. R., Crookston, B. T.,

Dearden, K. A., Fernald, L. C. (2016). Stunting in Infancy Is Associated with

Decreased Risk of High Body Mass Index for Age at 8 and 12 Years of Age.

Journal of Nutrition, 146(11), 2296–2303. https://doi.org/10.3945/jn.116.234633

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2014). Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional 2013, 1–384. Available at

http://doi.org/1 Desember2013

Centers for Disease Control and Prevention. (2015) (akses pada 1 Juli 2017)

Direktorat Bina Gizi, Kementerian Kesehatan RI. (2011)

Fryar, C. D., Gu, Q., & Ogden, C. L. (2012). Anthropometric reference data for

children and adults: United States, 2007-2010. Vital and health statistics. Series

11, Data from the national health survey. Available at

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25204692

Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2013)

Irma, Yunawati, H. H., & Madarina, J. (2015). Kebiasaan sarapan tidak berhubungan

dengan status gizi anak sekolah dasar di Kabupaten Timor Tengah Selatan ,

Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurna Gizi Dan Dietetik Indonesia, 3(2), 77–86.
60

Miko, A., & Hendra, A. A. (2017). Hubungan Berat dan Tinggi Orang Tua dengan

Status gizi balita di Kabupaten Aceh Besar. Aceh Nutrition Journal, Vol. 40(1),

21–34.

Miko, A., & Dina, P. B. (2016). Hubungan Pola Makan Pagi dengan Status Gizi pada

Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Aceh. Aceh Nutrition Journal, 1(2), 83–87.

Ngaisyah, R. D. (2016). Hubungan Tinggi Badan Orang Tua dengan Kejadian

Stunting. Jurnal Ilmu Kebidanan, Vol 3, 49–57.

Putra, R. N. Y., Ermawati, & Amir, A. (2016). Artikel Penelitian Hubungan Indeks

Massa Tubuh ( IMT ) dengan Usia Menarche pada Siswi SMP Negeri 1 Padang.

Jurnal Kesehatan Andalas, 5(3), 551–557.

Riyadi, Hadi. dkk. (2006). Studi tentang status Gizi pada Rumah Tangga Miskin dan

Tidak Miskin

Sasmito, P. D. (2013). Hubungan Asupan Zat Gizi Makro ( Karbohidrat , Protein ,

Lemak ) Dengan Kejadian Obesitas Pada Remaja Umur 13- 15 Tahun Di

Propinsi Dki Jakarta ( Analisis Data Sekunder Riskesdas 2010 ). Nutrire Diaita,

7, Nomor 1(April 2015), 16–23.

Supariasa, dkk. (2001). Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

World Health Organization. (2017) (akses pada 11 Mei 2017)


LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3. Penjelasan Kepada Calon Responden tentang Penelitian yang akan

Dilakukan

Selamat pagi/siang teman-teman

Perkenalkan nama saya Jusma Wijaya Kusuma Geswar mahasiswi pendidikan dokter
angkatan 2014. Pada saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai hubungan
pola makan dan status gizi terhadap tinggi badan mahasiswa pendidikan dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Angkatan 2017

Saya membutuhkan waktu dan kesediaan teman-teman kurang lebih 20 menit untuk
saya wawancara dan melakukan pengukuran terhadap tinggi badan dan berat badan
teman-teman. Jawaban teman-teman akan dirahasiakan dan tidak akan
dipublikasikan. Hanya peneliti yang akan mengetahui informasi yang teman-teman
berikan. Teman-teman tidak harus menjawab pertanyaan yang tidak ingin teman-
teman jawab dan dapat mengakhiri wawancara setiap saat. Namun demikian, jawaban
jujur yang teman-teman berikan akan sangat membantu dan sangat kami harapkan.
Keikutsertaannya secara sukarela tanpa paksaan, dapat mengundurkan diri sewaktu-
waktu dalam penelitian ini.

Penanggung Jawab, Peneliti Utama


Nama : Jusma Wijaya Kusuma Geswar
Alamat : Jl. Kejayaan Utara I, Bumi Tamalanrea Permai, Makassar
No. Telpon : 081241752054
Lampiran 4. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

NIM :

Umur :

Jenis Kelamin : L / P
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti mengenai penelitian ini, saya menyatakan
bersedia secara sukarela tanpa paksaan untuk menjadi responden penelitian ini dan
menaati semua prosedur yang akan dilakukan pada penelitian ini. Saya mengerti
bahwa prosedur penelitian terhadap saya tidak akan menyebabkan hal-hal yang
merugikan bagi saya.
Makassar, …………………… 2017
Responden

(……………………)

Saksi 1: Saksi 2:

(………..………….) (………………..….)

Penanggung Jawab, Peneliti Utama


Nama : Jusma Wijaya Kusuma Geswar
Alamat : Jl. Kejayaan Utara I, Bumi Tamalanrea Permai, Makassar
No. Telpon : 081241752054
Lampiran 5. Kuesioner

KUESIOER FOOD FREQUENCY KUALITATIF

Nama :

NIM :

Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan (*coret yang tidak perlu)

Tingggi Badan :

Berat Badan :

Tanggal Lahir :

Umur :

Tinggi Badan Ayah :

Tinggi Badan Ibu :

Petunjuk : kebiasaan makan sebulan lalu, beri tanda () pada poin yang tersedia!

Frekuensi
Nama Bahan Makanan Sering Jarang/tidak pernah
≥2x/hari 4-6x/mgg 1-3x/mgg Tidak pernah
Sumber Karbohidrat
Nasi putih
Nasi merah
Singkong
Ubi Jalar
Roti
Mie
Sirop/minuman
manis
Lainnya …………
(sebutkan)
Sumber Protein
Daging sapi
Daging ayam
Daging kambing
Telur ayam
Ikan segar
Tempe/tahu
Kacang-kacangan
Lainnya …………
(sebutkan)
Sumber Lemak
Susu Fullcream
Minyak sayur
Jeroan
Keju
Mentega
Santan
Lainnya …………
(sebutkan)
Makanan Jadi/Jajanan
Fastfood
Softdrink
Gorengan
Lainnya …………
(sebutkan)
Sumber serat
Sayuran
Buah-buahan
I. Pola Makan
1. Apa saja jenis makanan yang anda konsumsi setiap hari?
 Nasi, lauk pauk
 Nasi, lauk pauk, dan sayur
 Nasi, lauk pauk, sayur, dan buah
 Nasi, lauk pauk, sayur, buah, dan susu
2. Diantara waktu makan, apakah anda mengkonsumsi makanan selingan?
 Ya
 Kadang-kadang
 Tidak pernah
Jika tidak langsung ke pertanyaan no. 4
3. Apakah jenis makanan selingan yang anda konsumsi?
 Kue
 Buah
 Bubur kacang hijau
 Lain-lain_____________(sebutkan)
4. Apakah anda mengkonsumsi minuman (kopi, teh, sari buah, dll) setiap hari?
 Ya
 Tidak
5. Berapa kali anda mengkonsumsi minuman tersebut dalam satu hari?
 1 kali
 2 kali
 3 kali
 > 3 kali
6. Berapa banyak gula yang anda tambahkan dalam satu gelas minuman?
 1 sdt
 1 sdm
 > 1 sdm
 Tidak ada
II. Frekuensi Makanan
1. Dalam sehari berapa kali anda mengkonsumsi makanan pokok?
 1 kali/hari
 2 kali/hari
 3 kali/hari
 >3 kali/hari
2. Apakah mengkonsumsi sarapan (minimal mengandung 300 Kalori) sebelum
beraktifitas sehari-hari?
 Ya, Pada pukul_____________
 Tidak. Alasan______________
3. Jika Ya, seberapa sering anda mengkonsumsi sarapan per Minggu?
 Tidak sering (≤ 3 kali/Minggu)
 Sering (4 – 7 kali/Minggu)
4. Apakah anda memiliki kebiasaan mengkonsumsi makan siang?
 Ya
 Tidak. Alasan______________
5. Pada pukul berapa kebiasaan makan siang anda dalam 1 bulan terakhir?
 pukul 11.00 – 14.00
 <pukul 11.00 atau >pukul 14.00. Alasan:_____________
6. Seberapa sering kebiasaan makan siang anda pada waktu tersebut?
 Sering (4 – 7 kali/Minggu)
 Tidak sering (≤ 3 kali/Minggu)
7. Apakah anda memiliki kebiasaan mengkonsumsi makan malam?
 Ya
 Tidak. Alasan______________
8. Pada pukul berapa kebiasaan makan malam anda dalam 1 bulan terakhir?
 Pukul ≤ 17.00
 Pukul 17.00 – 19.00
 > Pukul 19.00
Alasan______________
9. Seberapa sering makan malam anda pada waktu tersebut?
 Sering (4 – 7 kali/Minggu)
 Tidak sering (≤ 3 kali/Minggu)
10. Pada pukul berapa anda mengkonsumsi makanan terakhir pada malam hari
selama 1 bulan ini?
 < pukul 18.00
 ≥ pukul 18.00
11. Jika anda memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan terakhir pada malam
hari <pukul 18.00, seberapa sering kebiasaan tersebut?
 Sering (4 – 7 kali/Minggu)
 Tidak sering (≤ 3 kali/Minggu)
12. Jika anda memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan terakhir pada malam
hari ≥pukul 18.00, seberapa sering kebiasaan tersebut?
 Sering (4 – 7 kali/Minggu)
 Tidak sering (≤ 3 kali/Minggu)
13. Berapa jam jarak antara makan terakhir dengan waktu tidur anda?
 ≥ 3 jam
 < 3 jam
14. Seberapa sering anda mengemil/mengkonsumsi snack
 Sering (4 – 7 kali/Minggu)
 Tidak sering (≤ 3 kali/Minggu)
15. Seberapa sering anda mengkonsumsi makanan jadi/jajanan/fastfood?
 Sering (4 – 7 kali/Minggu)
 Tidak sering (≤ 3 kali/Minggu)

III. Genetik
1. Berapa perkiraan tinggi badan ibu anda?

 <155 cm  ≥155 cm
2. Berapa perkiraan tinggi badan bapak anda?

 <165 cm  ≥165 cm
3. Apakah di keluarga anda terdapat orang yang memiliki berat badan yang
berlebih (gemuk)?

 Ya
jika ya, sebutkan anggota keluarga dari Ibu Bapak

 Kakek

 Nenek

 Tante

 Paman

 Tidak

4. Apakah di keluarga anda terdapat orang yang memiliki berat badan yang
kurang (kurus)?
 Ya
jika ya, sebutkan anggota keluarga dari Ibu Bapak

 Kakek

 Nenek

 Tante

 Paman

 Tidak

5. Apakah di keluarga anda terdapat orang yang memiliki tinggi badan ≤150cm

 Ya
jika ya, sebutkan anggota keluarga dari Ibu Bapak

 Kakek

 Nenek

 Tante

 Paman

 Tidak
Lampiran 6. Output Hasil SPSS

Frekuensi
Nama Bahan Makanan

P- Value Tinggi Badan


Sering Jarang/tidak pernah

Skor Rata-rata
Jumlah
≥2x/hari 4-6x/mgg 1-3x/mgg Tidak pernah

TOTAL
Cukup Tinggi

Cukup Tinggi

Cukup Tinggi

Cukup Tinggi
Pendek

Pendek

Pendek

Pendek
Skor 2 0,71 0,29 0

Sumber Karbohidrat

n 96 34 28 13 5 1 2 0 179
Nasi putih 1.62 0.665
Skor 192 68 19.88 9.23 1.45 0.29 0 0 290.85

n 6 2 6 1 32 9 87 36 179
Nasi merah 0.18 0.695
Skor 12 4 4.26 0.71 9.28 2.61 0 0 32.86

n 1 1 5 3 40 14 85 30 179
Singkong 0.14 0.785
Skor 2 2 3.55 2.13 11.6 4.06 0 0 25.34

n 3 1 8 5 48 13 72 29 179
Ubi Jalar 0.20 0.566
Skor 6 2 5.68 3.55 13.92 3.77 0 0 34.92

n 21 11 43 16 62 20 5 1 179
Roti 0.72 0.683
Skor 42 22 30.53 11.36 17.98 5.8 0 0 129.67

n 6 3 30 12 80 27 15 6 179
Mie 0.44 0.934
Skor 12 6 21.3 8.52 23.2 7.83 0 0 78.85

n 18 5 25 15 64 16 24 12 179
Sirop/minuman manis 0.55 0.151
Skor 36 10 17.75 10.65 18.56 4.64 0 0 97.6

Sumber Protein

n 10 2 26 7 65 21 30 18 179
Daging sapi 0.40 0.24
Skor 20 4 18.46 4.97 18.85 6.09 0 0 72.37

n 28 9 58 17 39 20 6 2 179
Daging ayam 0.81 0.513
Skor 56 18 41.18 12.07 11.31 5.8 0 0 144.36

n 0 0 2 1 42 12 87 35 179
Daging kambing 0.10 0.649
Skor 0 0 1.42 0.71 12.18 3.48 0 0 17.79
n 33 11 51 17 45 14 2 6 179
Telur ayam 0.86 0.019
Skor 66 22 36.21 12.07 13.05 4.06 0 0 153.39

n 27 10 42 15 44 15 18 8 179
Ikan segar 0.74 0.965
Skor 54 20 29.82 10.65 12.76 4.35 0 0 131.58

n 36 17 57 18 36 9 2 4 179
Tempe/tahu 0.96 0.073
Skor 72 34 40.47 12.78 10.44 2.61 0 0 172.3

n 10 9 15 6 57 17 49 16 179
Kacang-kacangan 0.42 0.184
Skor 20 18 10.65 4.26 16.53 4.93 0 0 74.37

Sumber Lemak

n 30 7 31 19 46 13 24 9 179
Susu Fullcream 0.71 0.168
Skor 60 14 22.01 13.49 13.34 3.77 0 0 126.61

n 13 3 12 8 44 12 62 25 179
Minyak sayur 0.35 0.349
Skor 26 6 8.52 5.68 12.76 3.48 0 0 62.44

n 3 0 5 0 23 9 100 39 179
Jeroan 0.11 0.381
Skor 6 0 3.55 0 6.67 2.61 0 0 18.83

n 8 4 31 7 66 23 26 14 179
Keju 0.43 0.387
Skor 16 8 22.01 4.97 19.14 6.67 0 0 76.79

n 9 5 26 7 63 20 33 16 179
Mentega 0.42 0.521
Skor 18 10 18.46 4.97 18.27 5.8 0 0 75.5

n 6 3 12 8 65 20 48 17 179
Santan 0.32 0.485
Skor 12 6 8.52 5.68 18.85 5.8 0 0 56.85

Makanan Jadi/Jajanan

n 14 4 42 18 59 18 16 8 179
Fastfood 0.56 0.685
Skor 28 8 29.82 12.78 17.11 5.22 0 0 100.93

n 13 6 42 16 50 16 26 10 179
Softdrink 0.55 0.924
Skor 26 12 29.82 11.36 14.5 4.64 0 0 98.32

n 33 12 56 18 37 12 5 6 179
Gorengan 0.88 0.197
Skor 66 24 39.76 12.78 10.73 3.48 0 0 156.75
Sumber serat

n 43 19 60 16 22 9 6 4 179
Sayuran 1.04 0.438
Skor 86 38 42.6 11.36 6.38 2.61 0 0 186.95

n 29 10 52 13 47 22 3 3 179
Buah-buahan 0.81 0.25
Skor 58 20 36.92 9.23 13.63 6.38 0 0 144.16

Statistics

Jenis Kelamin NilaiProtein NilaiLemak NilaiKarbohidrat NilaiEnergi

Laki-laki N Valid 45 45 45 45

Missing 0 0 0 0

Mean 87.287 80.860 289.444 2259.447

Std. Deviation 28.4890 23.8005 49.2212 301.1675

Perempuan N Valid 134 134 134 134

Missing 0 0 0 0

Mean 71.020 61.744 266.279 1926.060

Std. Deviation 18.2337 19.6008 53.4753 270.6570

Statistics

Umur (thn/bln) NilaiProtein NilaiLemak NilaiKarbohidrat NilaiEnergi

16 N Valid 4 4 4 4

Missing 0 0 0 0

Mean 75.525 85.575 272.025 2168.850


Std. Deviation 17.8451 9.1657 65.8407 339.2236

17 N Valid 40 40 40 40

Missing 0 0 0 0

Mean 72.820 66.980 279.715 2031.340

Std. Deviation 17.0298 24.6383 60.4391 315.2501

18 N Valid 135 135 135 135

Missing 0 0 0 0

Mean 75.776 65.859 269.850 1998.801

Std. Deviation 23.8632 21.6632 50.8536 312.9161

Statistics

Komorbid Konv NilaiProtein NilaiLemak NilaiKarbohidrat NilaiEnergi

Kurang N Valid 47 47 47 47

Missing 0 0 0 0

Mean 60.702 57.038 238.987 1730.530

Std. Deviation 13.1220 18.8879 44.9792 194.0255

Normal N Valid 88 88 88 88

Missing 0 0 0 0

Mean 77.281 65.365 273.113 2014.864

Std. Deviation 23.2169 19.4405 47.6287 223.1645

Pre Obesitas N Valid 21 21 21 21

Missing 0 0 0 0

Mean 81.962 78.719 299.414 2246.767


Std. Deviation 15.7143 23.4039 58.0140 266.6342

Obesitas I N Valid 18 18 18 18

Missing 0 0 0 0

Mean 82.156 72.189 317.872 2274.844

Std. Deviation 20.0809 26.2853 48.5438 343.3087

Obesitas II N Valid 5 5 5 5

Missing 0 0 0 0

Mean 118.180 105.400 286.140 2599.000

Std. Deviation 15.0631 13.5645 17.4772 187.5178

Statistics

Tinggi Badan

Laki-laki Cukup Tinggi N Valid 31

Missing 0

Mean 1.7171

Std. Deviation .04511

Pendek N Valid 14

Missing 0

Mean 1.6214

Std. Deviation .02143

Perempuan Cukup Tinggi N Valid 100

Missing 0

Mean 1.5884
Std. Deviation .04240

Pendek N Valid 34

Missing 0

Mean 1.4818

Std. Deviation .03744

Statistics

Pola Makan konv

Laki-laki Cukup Tinggi Baik N Valid 12

Missing 0

Tidak Baik N Valid 19

Missing 0

Pendek Baik N Valid 2

Missing 0

Tidak Baik N Valid 12

Missing 0

Perempuan Cukup Tinggi Baik N Valid 57

Missing 0

Tidak Baik N Valid 43

Missing 0

Pendek Baik N Valid 18

Missing 0
Tidak Baik N Valid 16

Missing 0

Statistics

Tinggi Badan Ibu

Laki-laki Cukup Tinggi <155 cm N Valid 8

Missing 0

>155 cm N Valid 23

Missing 0

Pendek <155 cm N Valid 6

Missing 0

>155 cm N Valid 8

Missing 0

Perempuan Cukup Tinggi <155 cm N Valid 35

Missing 0

>155 cm N Valid 65

Missing 0

Pendek <155 cm N Valid 15

Missing 0

>155 cm N Valid 19

Missing 0
P

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang 41 22.9 22.9 22.9

Normal 138 77.1 77.1 100.0

Total 179 100.0 100.0

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang 125 69.8 69.8 69.8

Normal 54 30.2 30.2 100.0

Total 179 100.0 100.0

KH

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang 139 77.7 77.7 77.7

Normal 40 22.3 22.3 100.0

Total 179 100.0 100.0


E

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang 148 82.7 82.7 82.7

Normal 31 17.3 17.3 100.0

Total 179 100.0 100.0

Crosstabs

Komorbid Konv * TB konv Crosstabulation

Count

Jenis Kelamin TB konv

Cukup Tinggi Pendek Total

Laki-laki Komorbid Konv Kurang 4 4 8

Normal 17 4 21

Pre Obesitas 3 2 5

Obesitas I 5 3 8

Obesitas II 2 1 3

Total 31 14 45

Perempuan Komorbid Konv Kurang 33 6 39


Normal 50 17 67

Pre Obesitas 11 5 16

Obesitas I 6 4 10

Obesitas II 0 2 2

Total 100 34 134

Chi-Square Tests

Jenis Kelamin Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Laki-laki Pearson Chi-Square 3.101a 4 .541

Likelihood Ratio 3.124 4 .537

Linear-by-Linear Association .002 1 .966

N of Valid Cases 45

Perempuan Pearson Chi-Square 9.359b 4 .053

Likelihood Ratio 9.075 4 .059

Linear-by-Linear Association 6.952 1 .008

N of Valid Cases 134

a. 6 cells (60.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .93.

b. 4 cells (40.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .51.

Crosstabs
Pola Makan konv * TB konv Crosstabulation

Count

Jenis Kelamin TB konv

Cukup Tinggi Pendek Total

Laki-laki Pola Makan konv Baik 12 2 14

Tidak Baik 19 12 31

Total 31 14 45

Perempuan Pola Makan konv Baik 57 18 75

Tidak Baik 43 16 59

Total 100 34 134

Chi-Square Tests

Jenis Kelamin Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Laki-laki Pearson Chi-Square 2.684a 1 .101

Continuity Correctionb 1.666 1 .197

Likelihood Ratio 2.935 1 .087

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear Association 2.625 1 .105

N of Valid Cases 45

Perempuan Pearson Chi-Square .170c 1 .680


Continuity Correctionb .045 1 .832

Likelihood Ratio .169 1 .681

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear Association .168 1 .682

N of Valid Cases 134

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.36.

b. Computed only for a 2x2 table

c. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.97.

Chi-Square Tests

Jenis Kelamin Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


sided) sided)

Laki-laki Pearson Chi-Square

Continuity Correctionb

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test .165 .096

Linear-by-Linear Association

N of Valid Cases

Perempuan Pearson Chi-Square

Continuity Correctionb

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test .694 .415

Linear-by-Linear Association

N of Valid Cases
b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs

Pola Makan konv * Komorbid Konv Crosstabulation

Count

Jenis Kelamin Komorbid Konv

Kurang Normal Pre Obesitas Obesitas I

Laki-laki Pola Makan konv Baik 0 7 1 3

Tidak Baik 8 14 4 5

Total 8 21 5 8

Perempuan Pola Makan konv Baik 11 39 13 10

Tidak Baik 28 28 3 0

Total 39 67 16 10

Pola Makan konv * Komorbid Konv Crosstabulation

Count

Jenis Kelamin Komorbid Konv

Obesitas II Total
Laki-laki Pola Makan konv Baik 3 14

Tidak Baik 0 31

Total 3 45

Perempuan Pola Makan konv Baik 2 75

Tidak Baik 0 59

Total 2 134

Chi-Square Tests

Jenis Kelamin Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Laki-laki Pearson Chi-Square 10.745a 4 .030

Likelihood Ratio 13.476 4 .009

Linear-by-Linear Association 6.244 1 .012

N of Valid Cases 45

Perempuan Pearson Chi-Square 25.925b 4 .000

Likelihood Ratio 30.938 4 .000

Linear-by-Linear Association 24.707 1 .000

N of Valid Cases 134

a. 6 cells (60.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .93.

b. 3 cells (30.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .88.

TB konv * E
Crosstab

Count

Kurang Normal Total

TB konv Cukup Tinggi 105 26 131

Pendek 43 5 48

Total 148 31 179

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 2.182a 1 .140

Continuity Correctionb 1.573 1 .210

Likelihood Ratio 2.375 1 .123

Fisher's Exact Test .182 .102

Linear-by-Linear Association 2.170 1 .141

N of Valid Cases 179

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.31.

b. Computed only for a 2x2 table


TB konv * P

Crosstab

Count

Kurang Normal Total

TB konv Cukup Tinggi 27 104 131

Pendek 14 34 48

Total 41 138 179

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 1.456a 1 .228

Continuity Correctionb 1.012 1 .314

Likelihood Ratio 1.407 1 .236

Fisher's Exact Test .234 .157

Linear-by-Linear Association 1.448 1 .229

N of Valid Cases 179

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.99.

b. Computed only for a 2x2 table


TB konv * L

Crosstab

Count

Kurang Normal Total

TB konv Cukup Tinggi 87 44 131

Pendek 38 10 48

Total 125 54 179

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 2.713a 1 .100

Continuity Correctionb 2.141 1 .143

Likelihood Ratio 2.843 1 .092

Fisher's Exact Test .141 .070

Linear-by-Linear Association 2.697 1 .101

N of Valid Cases 179

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.48.
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 2.713a 1 .100

Continuity Correctionb 2.141 1 .143

Likelihood Ratio 2.843 1 .092

Fisher's Exact Test .141 .070

Linear-by-Linear Association 2.697 1 .101

N of Valid Cases 179

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.48.

b. Computed only for a 2x2 table

TB konv * KH

Crosstab

Count

KH

Kurang Normal Total

TB konv Cukup Tinggi 98 33 131

Pendek 41 7 48

Total 139 40 179


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 2.278a 1 .131

Continuity Correctionb 1.708 1 .191

Likelihood Ratio 2.432 1 .119

Fisher's Exact Test .159 .093

Linear-by-Linear Association 2.265 1 .132

N of Valid Cases 179

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.73.

b. Computed only for a 2x2 table

Tinggi Badan Ibu * TB konv

Crosstab

Count

Jenis Kelamin TB konv

Cukup Tinggi Pendek Total

Laki-laki Tinggi Badan Ibu <155 cm 8 6 14

>155 cm 23 8 31
Total 31 14 45

Perempuan Tinggi Badan Ibu <155 cm 35 15 50

>155 cm 65 19 84

Total 100 34 134

Chi-Square Tests

Jenis Kelamin Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Laki-laki Pearson Chi-Square 1.308a 1 .253

Continuity Correctionb .634 1 .426

Likelihood Ratio 1.274 1 .259

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear Association 1.279 1 .258

N of Valid Cases 45

Perempuan Pearson Chi-Square .902c 1 .342

Continuity Correctionb .554 1 .457

Likelihood Ratio .890 1 .346

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear Association .895 1 .344

N of Valid Cases 134

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.36.

b. Computed only for a 2x2 table

c. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.69.
Chi-Square Tests

Jenis Kelamin Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


sided) sided)

Laki-laki Pearson Chi-Square

Continuity Correctionb

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test .307 .212

Linear-by-Linear Association

N of Valid Cases

Perempuan Pearson Chi-Square

Continuity Correctionb

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test .413 .227

Linear-by-Linear Association

N of Valid Cases

b. Computed only for a 2x2 table

Tinggi Badan Bapak * TB konv


Crosstab

Count

Jenis Kelamin TB konv

Cukup Tinggi Pendek Total

Laki-laki Tinggi Badan Bapak <165 cm 2 6 8

>165 cm 29 8 37

Total 31 14 45

Perempuan Tinggi Badan Bapak <165 cm 21 7 28

>165 cm 79 27 106

Total 100 34 134


Lampiran 7. Foto Dokumentasi
Lampiran 8. Biodata Peneliti

BIODATA DIRI PENULIS

Data Pribadi :
Nama Lengkap : Jusma Wijaya Kusuma Geswar
Nama Panggilan : Jusma
Tempat/Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 25 Juli 1996
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Gol. Darah :O
Nama Orang Tua
 Ayah : Ir. Geswar A. Goesli, M.Pd
 Ibu : Ir. St. Nurbaena Djamaluddin, MM
Pekerjaan Orang Tua
 Ayah : PNS
 Ibu : PNS
Anak ke : 2 dari 2 bersaudara
Alamat saat ini : Jalan Kejayaan Utara 1 Blok L/92, Bumi Tamalanrea
Permai, Makassar
No. Telp : 081241752054
Email : jusmawkg@gmail.com
Riwayat Pendidikan Formal

Periode Sekolah/Institusi/Universitas Jurusan


2002-2008 SD Inpres Tamalanrea I -
2008-2011 SMP Negeri 12 Makassar -
2011-2014 SMA Negeri 2 Tinggimoncong IPA
2014-sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Pendidikan Dokter
Hasanuddin

Riwayat Organisasi

Periode Organisasi Jabatan


2015- Medical Youth Research Club Anggota Biasa
sekarang Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin
2015- Medical Muslim Family Anggota Biasa
sekarang Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin
2015-2016 Medical Youth Research Club Anggota Departemen IT
Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin
2016-2017 Medical Youth Research Club Anggota Departemen IT
Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin

Anda mungkin juga menyukai