Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN ASUHAN KEPERAWATAN


TOF
(TETRALOGY OF FALLOT)
DI RUANG IRNA IV 7 B
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR
MALANG

DISUSUN OLEH :
TRI UTAMI
2018.04.088

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BANYUWANGI
2018-2019
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENDAHULUAN
DENGAN TOF (TETRALOGY OF FALLOT)
PADA An. I DIRUANG IRNA IV 7 A
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Mengetahui,
Mahasiswa

TRI UTAMI
2018.04.088

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

( ) ( )

Kepala Ruangan

( )
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN TOF (TETRALOGY OF FALLOT)
PADA An. I DIRUANG IRNA IV 7 A
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Mengetahui,
Mahasiswa

TRI UTAMI
2018.04.088

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

( ) ( )
LEMBAR RESPONSI LEMBAR PENDAHULUAN

DENGAN TOF (TETRALOGY OF FALLOT) PADA An. I

DI RUANG IRNA IV 7 B

RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Nama : Tri Utami

NIM : 2018.04.088

STIKes Banyuwangi

No. Revisi Paraf


LEMBAR RESPONSI ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN TOF (TETRALOGY OF FALLOT) PADA An. I

DI RUANG IRNA IV 7 B

RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Nama : Tri Utami

NIM : 2018.04.088

STIKes Banyuwangi

No. Revisi Paraf


LEMBAR PENDAHULUAN

TOF (TETRALOGY OF FALLOT)

A. PENDAHULUAN

Penyakit jantung bawaan adalah kelainan struktur atau fungsi sirkulasi

jantung yang dibawa dari lahir akibat gangguan atau kegagalan perkembangan

struktur jantung pada fase awal perkembangan janin.

Embriologi jantung merupakan serangkaian proses yang kompleks, dasar

teori embriologi pada TOF merupakan hubungan antara keparahan stenosis

pulmonal dan derajat overriding aorta. Proses ini meliputi Tubing merupakan

tahapan ketika bakal jantung masih merupakan tabung sederhana, terbentuk pada

minggu ke-3. Looping merupakan peristiwa yang komplek berupa perputaran

bagian-bagian jantung dan arteri besar (aorta dan arteri pulmonalis), terbentuk pada

minggu ke-4 kehamilan. Pada TOF terjadi fase looping yang tidak maksimal

sehingga terjadi pergeseran aorta (overriding aorta) yaitu terletak lebih kanan di atas

defek septum interventrikuler. Dan kurang berkembangnya infundibulum pulmonal

sehingga mengakibatkan pulmonal stenosis. Septasi yaitu proses pemisahan bagian-

bagian jantung serta arteri besar dengan pembentukan berbagai ruang jantung,

terbentuk pada minggu ke-4 kehamilan. Migrasi merupakan pergeseran bagian-

bagian jantung sebelum mencapai bentuk akhirnya, terbentuk pada minggu ke-7 – 8

kehamilan. (Fyler DC. Tetralogi Fallot. In: Fyler DC, editor. Kardiologi Anak

Nadas. Yogyakarta: Gadjah Mada University, 2003).


Terdapat 2 Klasifikasi Penyakit Jantung Bawaan yaitu Penyakit jantung

Bawaan Asianotik dengan aliran ke paru meningkat terdiri dari Paten Duktus

Arteriosus (PDA), Atrial Septal Defek (ASD), Ventrikel Septal Defek (VSD),

Atrioventrikular Septal Defek (AVSD). Dan aliran ke paru normal terdiri dari

Coarctatio Aorta (CoAo), Aorta Stenosis (AS), Pulmonal Stenosis (PS). Penyakit

Jantung Bawaan Sianotik Aliran ke paru meningkat terdiri dari Transposition of

The Great Arteries (TGA), Truncus Arteriosus. Dan aliran ke paru berkurang

terdiri dari Tetralogi of Fallot (TOF), Trikuspid Atresia.

B. PENGERTIAN

Tetralogy of fallot terdiri dari dua kata, yaitu tetralogy a fallot. Tetralogy

artinya sindrom yang terdiri dari 4 unsur ( tetra = empat ), sedangkan Fallot adalah

nama seorang dokter dari Perancis, yaitu “ Etienne L.A.Fallot “ (1850-1910).

Tetralogy of Fallot ( TOF ) adalah kelainan jantung kongenital dengan

gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi empat hal yang abnormal

meliputi Defek Septum Ventrikel, Stenosis Pulmonal, Overriding Aorta dan

Hipertrofi Ventrikel Kanan. ( Buku Ajar Ka rdiologi Anak, 2002 )

TOF pertama kali dideskripsikan oleh Niels stensen pada tahun 1672.

tetapi, tahun 1888 seorang dokter dari perancis Etienne Fallot menerangkan secara

mendetil akan keempat kelainaan anatomi yang timbul pada tetralogy of fallot.

Adapun keempat anatomi jantung yang dialami penderita Tetralogy of

Follot adalah sebagai berikut:


1. Stenosis pulmonal yaitu penyempitan dari katup pulmonal dan outflow tract

pada bagian bawah katup yang menyebabkan obstruksi darah untuk mengalirkan

dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis.

2. Ventricular septal defect yaitu lubang pada septum antara ventrikel kiri dan

kanan.

3. Overriding aorta yaitu pergeseran aorta sehingga terletak lebih kanan dan di atas

defek septum interventrikular.

4. Hipertropi ventrikel kanan yaitu penebalan dinding otot ventrikel kanan akibat

ventrikel kanan memompa dengan tekanan tinggi.

Keparahan dari sianotik tergantung pada penyempitan katup pulmonal

dan juga outflow tract dari ventrikel kanan. Semakin sempit outflow tract maka

darah yang mengalami oksigenisasi semakin sedikit, serta darah diventrikel kanan

akan dipompa melalui katup aorta akibat defek septum interventrikular.


Akibat dari keempat defek tersebut adalah :

1. Darah yang mengalir ke paru – paru berkurang.

2. Terjadinya percampuran darah yang kaya dan miskin oksigen dalam jantung.

3. Sianotik yang di sebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam jantung.

C. ETIOLOGI

Pada sebagian kasus penyebab jantung tidak diketahui secara pasti, akan

tetapi diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen.Faktor – faktor tersebut

anatara lain :

1. Faktor endogen :

 Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom.

 Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.

 Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti DM, hipertensi, penyakit

jantung atau kelainan bawaan.

2. Faktor eksogen

 Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut progam KB oral atau suntik,

minum obat – obatan tanpa resep dokter ( thalidomide,detroamphetalamine,

aminopterin, amethopterin, jamu )

 Selama hamil ibu menderita rubella ( campak jerman ) atau infeksi virus

lainya.

 Pajanan terhadap sinar – X

 Gizi yang buruk selama hamil

 Ibu yang alkoholik


 Usia ibu di atas 40 tahun

Para ahli bependapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut

jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90

% kasus penyebab adalah multi faktor.Apapun sebabnya, pajanan tehadap faktor

penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada

minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai.

D. PATOFISIOLOGI

Kesalahan dalam pembagian trunkus dapat berakibat letak aorta yang

abnormal (overriding), timbulnya penyempitan pada arteri pulmonalis, serta

terdapatnya defek septum ventrikel dengan demikian, bayi akan lahir dengan

kelainan jantung dengan ke 4 kelainan. Derajat hipertropi ventrikel kanan yang

timbul tergantung pada derajat stenosis pulmonal. Pada 50 % kasus stenosis

pulmonal hanya infundibuler, pada 10 – 25 % kasus kombinasi infundibuler dan

valvular, dan 10 % kasus hanya stenosis valvular. Selebihnya adalah stenosis

pulmonal perifer.

Hubungan letak aorta dan arteri pulmonal masih ditempat yang normal.

Overriding aorta terjadi karena pangkal aorta berpindah kearah anterior mengarah

septum, klasifikasi overriding menurut Kjellberg :

1. Tidak terdapat overriding aorta bila sumbu aorta desenden mengarah

kebelakang ventrikel kiri.

2. Pada overriding 25 % sumbu aorta asenden kearah ventrikel sehingga lebih

kurang 25 % orifisium aorta menghadap ventrikel kanan.


3. Pada overriding 50 % sumbu aorta mengarah ke septum sehingga 50 %

orifisium aorta menghadap ke depan ventrikel kanan.

4. Pada overriding 75 % sumbu aorta asenden mengarah ke depan ventrikel

kanan, derajat overriding ini bersama dengan defek septum ventrikel dan

derajat stenosis menentukan basarnya pirau kanan ke kiri. ( Ilmu Kesehatan

Anak, 2001 ).

Ada 4 jenis dari Stenosis Pulmonal :

1. Stenosis Katup Pulmonal (Valvular)

Katup menebal dan / atau menyempit

2. Supravalvar Stenosis Pulmonal

Tepat diatas katup pulmonal menyempit

3. Subvalvar (Infundibular) Stenosis Pulmonal

Otot bawah area katup menebal, penyempitan saluran keluar dari ventrikel

kanan

4. Stenosis Pulmonal cabang perifer

Arteri paru-paru kanan / kiri menyempit.

Karena pada TOF terdapat empat macam kelainan jantung yang bersamaan,

maka :

1. Arteri pulmonal mengalami stenosis, bila obstruksi lebih berat darah yang

mengalir dari ventrikel kanan ke paru-paru berkurang sehingga volume

darah yang teroksigenasi tidak optimal ( oksigen dalam darah berkurang ).


2. Oleh karena tekanan ventrikel kanan lebih besar dari ventrikel kiri maka

aliran darah dari kanan ke kiri ( right to left shunt ) sehingga darah yang

kaya O2 dengan darah yang kaya CO2 bercampur.

3. Karena terdapat pulmonal stenosis sehingga darah dari ventrikel kanan

aliran darahnya right to left shunt dan posisi aorta bergeser 50 % tepat di

atas septum inteventrikuler (overriding aorta), maka aliran darah dari

ventrikel kanan dan kiri masuk ke aorta dan terjadi percampuran darah yang

sudah teroksigenisasi dan belum teroksigenisasi.

4. Karena jantung bagian kanan harus memompakan sejumlah besar darah ke

dalam aorta yang bertekann tinggi serta melawan tekanan tinggi akibat

stenosis pulmonal maka lama kelamaan otot – ototnya akan mengalami

pembesaran ( hipertrofi ventrikel kanan ).

Pengembalian darah dari vena sistemik ke atrium kanan dan

ventrikel kanan berlangsung normal. Ketika ventrikel kanan menguncup dan

menghadapi stenosis pulmonal, maka darah akan dipintaskan melewati

defek septum ventrikel tersebut ke dalam aorta. Akibatnya darah yang

dialirkan keseluruh tubuh tidak teroksigenisasi, hal inilah yang

menyebabkan terjadinya sianosis. (Ilmu Kesehatan Anak, 2001)


F. TANDA – TANDA DAN GEJALA TETRALOGY OF FALLOT

Tanda – tanda dan gejala Tetralogi of Fallot tergantung pada

ukuran defek yang dialami bayi yang lahir.

Tanda – tanda dan gejala:

1. Sianosis suatu keadaan dimana pada sirkulasi bayi kekurangan darah

yang telah dioksigenisasi sehingga kulit,kuku serta bibir menjadi pucat.

Kulit terasa dingin dan warna kulit pucat.

2. Sesak nafas jika melakukan aktivitas dan kadang disertai kejang atau

pingsan. Setelah melakukan aktivitas anak sering jongkok ( squatting ),

untuk mengurangi hipoksia dengan posisi lutut ke dada (knee chest).

3. BB bayi tidak bertambah, susah untuk diberi makan bayi cepat lelah

ketika di beri makan, sehingga Pertumbuhan dan perkembangan anak

lambat.
4. Clubbing finger”s yaitu mekanisme masih belum jelas diperkirakan ada

hipoksia kronis yang memicu penambahan jaringan ikat pada bagian

lunak didasar kuku, sehingga pangkal kuku tidak dapat bertemu dan

membentuk sudut 165 derajat.

6. Murmur dan terdengar pada batas kiri sternum tengah sampai bawah.

Murmur pada TOF adalah murmur sistolik akibat adanya Pulmonal

Stenosis, jika pasien mengalami spell sehingga terjadi spasme

infundibulum maka murmur nya bisa tidak terdengar.

G. TETRALOGY SPELLS

Beberapa bayi yang menderita tetralogy of follot mengalami apa yang

disebut dengan tetralogy “ SPELLS “. Hal tersebut dapat terjadi saat adanya

penurunaan kadar oksigen yang mendadak pada sirkulasi. Penurunaan

tersebut menyebabkan bayi menjadi sangat biru. Bayi juga dapat :

1. Menjadi sangat lemas dan pucat

2. Menjadi sangat gelisah, menangis berkepanjangan, hiperventilasi

3. Kadang pasien menjadi kejang bahkan pingsan

4. Auskultasi terdengar bising jantung yang melemah / menghilang


Penyebab tetralogy Spell ini belum diketahui, tetapi menurut

penelitian hal tersebut dapat timbul apabila bayi :

1. Sedang dalam keaadaan yang tidak senang

2. Memiliki kadar eritrosit yang rendah

3. Tidak mendapat cairan yang cukup

4. Spasme infundibulum berat

5. Menangis lama

6. Peningkatan suhu tubuh / mengedan

Bayi yang mengalami tertalogy spells ini perlu diadakan tindakan

operasi segera demi keselamatan dari jiwa bayi ini. Tetapi apabila tinggal

jauh dari pusat pelayanan kesehatan , maka dalam perjalanan dapat dilakukan

tindakan membuat bayi terasa nyaman untuk memulihkan serangan spell

dengan cara knee chest position yaitu memberikan posisi lutut ke dada

dengan tujuan menambah aliran darah ke paru-paru.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium

Kenaikan jumlah hemoglobin dan hematokrit yang sesuai dengan derajat

desaturasi dan stenosis. Pasein TOF dengan kadar hemoglobin dan

hematrokit normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi. Pada

umumnya Hb dipertahankan 16 – 18 gr / dl dan hematrokit antara 50 –

60% .Nilai AGD menunjukan peningkatan tekanan partial

karbondioksida ( PCO2),penurunan tekanan parsial oksigen ( PO2 ) dan

penurunaan PH.
2. Radiologi

Arkus aorta terletak di sebelah kanan pada 25 % kasus. Apeks jantung

kecil dan terangkat dan kanul pulmonalis cekung , vaskularisasi paru

menurun. Gambar ini mirip dengan sepatu boot.

3. Elektrokardiografi

Deviasi sumbu QRS ke kanan , hipertrofi ventrikel kanan, Pada anakyang

sudah besar di jumpai P pulmonal

4. Ekokardiogram

a. Ekokardiogram 2 dimensi :

  Tentukan tipe VSD ( perimembranous atau subatrial doubly

committed )

  Overriding aorta

  Devisiasi septum infundibular ke anterior

b. Ekokardiogram berwarna dan Doppler :

  Aliran dari ventrikel kanan ke aorta melaalui VSD

  Hitung perbedaan tekanan ventrikel kanan dan arteri pulmonalis

(beratnya PS)

5. Cateterisasi

Pemeriksaan sadap jantung dilakukan terutama untuk :

 Menilai konfluensi dan ukuran arteri pulmonalis serta cabang –

cabangnya.

 Mencari anomali arteri coroner.

 Melihat ada tidaknya VSD tambahan.


 Melihat ada tidaknya kolateral dari aorta langsung ke paru (anak

besar atau dewasa).

Angiografi ventrikel kanan dan arteri pulmonalis :

 Menilai konfluensi dan diameter kedua arteri pulmonalis.

 Ada tidaknya stenosis pada percabangan arteri pulmonalis atau

perifer

Angiografi aorta.

 dilakukan bila diperlukan untuk melihat kelainan arteri koronaria

atau bila diduga adanya kolateral.

I. PENATALAKSANAAN

1. Medikamentosa

Pada penderita yang mengalami tetralogi spell, terapi ditujukan

untuk memutus patofisiologi serangan tersebut karena dapat mengakibatkan

komplikasi serius pada sistem saraf pusat. Tetralogi spell ditandai dengan

adanya paroksismal hiperpnea (nafas cepat dan dalam), menangis lama,

gelisah, sianosis meningkat dan pengurangan intensitas murmur jantung.

Penatalaksanaan untuk kondisi ini antara lain dengan cara :

a. Berikan Posisi lutut ke dada (knee chest position), hal ini di maksudkan

agar aliran balik (venous return) dari tubuh bagian bawah menjadi

berkurang, dan akan menyebabkan kenaikan saturasi oksigen arteri.

Diharapkan juga pada posisi tersebut sistemik vascular resisten

meningkat sedangkan resistensi vascular paru tetap, sehingga aliran

darah keparu bertambah, yang akan menambah saturasi oksigen


b. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kgBB SC, IM, atau IV atau dapat pula

diberi diazepam (stesolid) per rectal fungsinya untuk menenangkan,

agar kebutuhan oksigen yang dibutuhkan berkurang dan dapat

mengendorkan otot infundibulum.

c. Oksigen dapat diberikan, dengan usaha diatas dapat diharapkan anak

tidak lagi takipneu, sianosis berkurang dan anak menjadi tenang.

d. Pemberian propanolol 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan lahan untuk

menghambat impuls simpatis pada reseptor beta di jantung dan

pembuluh darah perifer sehingga mengurangi tahanan vascular perifer,

dengan memperbaiki kontraksi dan mengurangi spasme infundibulum.

Dosis total dapat dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit, dosis

awal/bolus diberikan separuhnya, bila serangan belum teratasi sisanya

diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya.

e. Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif

dalam penanganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga

dapat meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah keparu


bertambah dan aliran darah sistematik oksigen ke seluruh tubuh juga

meningkat.

2. Penanganan Surgical / Pembedahan

Penyakit TOF harus dikoreksi dengan tindakan pembedahan, baik pada

neonatus ataupun anak. Tujuan dari pembedahan adalah memperbaiki

pulmonal stenosis dengan cara di reseksi dan menutup lubang ventrikel

septal defek. Dengan memperbaiki defek pada TOF diharapkan dapat

meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup pasien. Dokter Cardiologist

Pediatrik dan Dokter Bedah Jantung Pediatrik akan melakukan konfrensi

sebelumnya untuk menentukan waktu yang tepat untuk dilakukan operasi.

Keputusan operasi berdasarkan kesehatan anak saat itu dan berat badan

anak, besarnya tingkat keparahan defek dan bergantung pada simpton yang

terdapat pada anak. Pembedahan TOF terbagi menjadi :

a. Prosedur Paliatif (Shunt)

Pada bayi dengan gejala spell berulang harus dilakukan operasi paliatif

terlebih dahulu yang bertujuan untuk meningkatkan kadar oksigen

dalam darah, memperbesar diameter LPA dan RPA, melatih pompa

dari ventrikel kiri. Hal ini bertujuan untuk memberikan waktu pada

bayi untuk tumbuh dan lebih kuat menghadapi operasi yang lebih besar

(Total Koreksi). Shunt juga ditujukan untuk meningkatkan aliran darah

ke arteri pulmonal sehingga serangan spell dapat berkurang serta

ukuran diameter arteri pulmonal mencapai ukuran optimal sehingga

dapat dialirkan darah saat Total Koreksi dikerjakan.


Beberapa indikasi yang sering digunakan untuk pemilihan prosedur

Shunt terlebih dahulu dibandingkan dengan Total Koreksi antara lain :

  Neonatus dengan TOF dan Atresia Pulmonal dengan hipoksia berat

  Bayi dengan hipoplasti annulus pulmonal dan arteri pulmoner

hipoplastik dimana membutuhkan jalur transannular untuk dilakukan

Total Koreksi.

  Anak dengan hipoplasti cabang-cabang arteri pulmonal

  Bayi dengan BB< 2,5 kg

Prosedur Shunt yang sering dilakukan, antara lain :

  Classic Blalock-Taussig shunt (BT-Shunt), yaitu merupakan

prosedur shunt yang dianastomosis sisi sama sisi dari arteri subklavia

ke arteri pulmonal. Prosedur ini biasanya dilakukan pada bayi diatas 3

bulan karena Shunt dapat menjadi tersumbat pada bayi usia < 3 bulan

akibat ukuran arteri yang lebih kecil.

  Modified Blalock-Taussig Shunt, pada prosedur ini menggunakan

Gore-Tex yaitu suatu alat shunt buatan, dipasang diantara arteri

subklavia dan arteri pulmonal. Prosedur ini paling sering digunakan

pada bayi usia < 3 bulan. Insiden mortalitas surgical pada prosedur ini

<1%

  Waterson Shunt, yaitu membuat anantomosis dari aorta asending

ke arteri pulmonal kanan, hal ini biasanya dilakukan pada bayi. Pada

tipe ini ahli bedah harus hati-hati untuk menentukan ukuran

anastomosis yang dibuat antara bagian aorta asending dengan bagian


anterior arteri pulmonal kanan. Jika anastomosis terlalu kecil maka

akan mengakibatkan hipoksia berat.

  Potts Shunt, yaitu anastomosis antara aorta desenden dengan arteri

pulmonal yang kiri teknik ini jarang digunakan, karena memiliki

tingkat kesulitan dan komplikasi seperti pada bedah Waterson

Shunt.

a. Prosedur Total Koreksi

Indikasi dan saat yang tepat dapat dilakukan Total Koreksi pada

TOF, antara lain:

 Ukuran arteri pulmonalis kanan dan kiri cukup besar dan

memenuhi kriteria yang diajukan oleh Kirklin yang disesuaikan

dengan berat badan.


 Ukuran dan fungsi ventrikel kiri harus baik agar mampu

menampung aliran darah dan memompanya setelah terkoreksi.

 SpO2 < 75%, sering terjadinya serangan tetralogi spell secara

umum merupakan suatu pertimbangan untuk indikasi dilakukan

operasi.

 Bayi dengan gejala simptomatik dengan stenosis pulmonal

dapat dioperasi setelah 3-4 bulan. Namun bisa juga operasi

dilakukan setelah 1 atau 2 tahun pada kasus asimptomatik,

asianotik, minimal sianotik atau Pink Fallot.

 Bayi dengan riwayat prosedur Shunt sebelumnya dapat

dilakukan Total Koreksi 6 bulan setelah prosedur Shunt.

Total Koreksi terdiri atas penutupan VSD, valvotomi pulmonal dan

reseksi infundibulum yang mengalami hipertropi (Myung, K Park,

2008). Penutupan lubang pada VSD biasanya menggunakan suatu

alat yang dinamakan pericardial patch. Pericardial patch ini

menghentikan darah yang kaya oksigen dan miskin oksigen

bercampur antara ventrikel kanan dan kiri. Ketika ventrikel kanan

tidak lagi bekerja dengan kuat untuk memompakan darah ke paru,

maka ukuran ventrikel kanan akan kembali ke ukuran normal

dengan sendirinya. Keuntungan operasi secara dini diantaranya

dapat mengurangi tingkat keparahan hipertropi otot jantung dan

fibrosis ventrikel kanan, serta pertumbuhan yang baik pada arteri

pulmonal dan unit alveolar.


J. PROGNOSIS

Umumnya prognosisnya buruk pada penderita TOF tanpa operasi.

Tidak diobati TOF cepat menghasilkan prognosif hipertrofi ventrikel

kanan karena meningkatkan perlawanan pada ventrikel kanan . Ini

berkembang menjadi gagal jantung (kardiomiopati dilatasi ) yang dimulai

jantung kanan dan ke kiri . Akturia untuk bertahan hidup untuk tidak diobati

TOF adalah sekitar 75 % setelah tahun pertama kehidupan , 60 % oleh 4

tahun , 30 % oleh 10 tahun dan 5 % oleh 40 tahun.

Bila dioperasi usia anak – anak prognosis cukup baik, prognosis

jangka panjang kurang baik bila di operasi pada usia dewasa yang sudah

terjadi ganggun fungsi ventrikel kiri dan pasca bedah dengan residual PI

berat sehingga terjadi gagal ventrikel kanan.


K. Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia 9 Tahun

1. Fisik

a. Penambahan berat badan umumnya 2,5 kg / tahun.

b. Rata-rata berat badan 26 kg.

c. Penambahan tinggi badan umumnya 5 cm / tahun.

d. Rata-rata tinggi badan 131 cm.

2. Motorik kasar

a. Bersepeda.

b. Bermain sepatu roda dan papan seluncur.

c. Berlari dan melompat.

d. Berenang.

3. Motorik halus

a. Menulis tanpa merangkai huruf.

b. Mengusai ketrampilan lebih besar ( bermain video games).

c. Kemampuan bermain komputer.

4. Bahasa

a. Memahami sekitar 13.000 kata.

b. Menginterperestasikan kalimat-kalimat sederhana menjadi kalimat yang

lebih sulit didalam satu alinea.

c. Menulis beberapa kata yang sederhana sampai dengan membentuk kata

yang lebih komplek dan dituangkan ke dalam cerita yang lebih komplek.

5. Sosialisasi

a. Bergaul dengan teman sebaya, membentuk kelompok dan membuat

kesepakatan diantara mereka.


b. Menjalin persahabatan, rasa percaya diri, merasa diri berarti dan rasa

memiliki.

c. Membandingkan dirinya dengan teman-teman yang lain.

6. Kognitif

a. Berpikir kearah yang lebih kongkrit.

b. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.

c. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan yang lain.

d. Gemar membentuk kelompok sebaya, ingin tahu dan ingin belajar.

7. Hubungan keluarga

a. Menyadari hubungan keluarga dan fungsi peran jenis kelamin.

b. anak laki-laki cenderung mengidentifikasi lebih banyak dengan ayah /

figur pria.
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

a. Identitas pasien

Nama, umur, jenis kelamin, berat dan panjang badan lahir serta berat dan

panjang badan sekarang, nomer rekam medis.

b. Riwayat kehamilan

Ditanyakan sesuai dengan yanga terdapat pada etiologi (faktor endogen dan

eksogen yang mempengaruhi).

c. Riwayat kesehatan

 keluhan utama masuk RS

 Riwayat penyakit sekarang

 Riwayat penyakit dahulu :

  apakah anak sering batuk pilek, infeksi saluran nafas, kesulitan

menyusui (sering berhenti saat menghisap susu botol/ASI), cepat lelah

berkeringat banyak, berat badan tidak sesuai dengan usia anak,

pertumbuhan dan perkembangan terlambat.

 Adakah tanda-tanda biru disekitar mukosa mulut, jari-jari tangan biru,

bertambah saat anak menangis dan beraktifitas seperti mandi pagi,

pernah kejang atau lemas/pingsan, apakah anak jongkok atau pada bayi

posisi lutut kedada

 Adakah tanda-tanda pembengkakan pada tungkai ekstremitas

d. Kebiasaan sehari-hari

 makan: jenis, frekuensi, makanan yang disukai atau tidak disukai


 minum: ASI atau susu formula, frekuensi, jumlah

 eliminasi: frekuensi, pola, konsistensi, feses, warna urine

 istirahat: pola tidur, kesulitan tidur, cara mengatasi kesulitan tidur,

lamanya tidur

e. Sosial ekonomi keluarga, pendukung dana/biaya kesehatan.

f. Riwayat psikososial/perkembangan

 Kemungkinan mengalami masalah perkembangan

 Mekanisme koping anak / Keluarga dan pengalaman hospitalisasi

sebelumya

g. Pengetahuan tentang anak dan keluarga

 Pemahaman tentang diagnosis

 Pengetahuan / Penerimaan terhadap prognosis

 Regimen pengobatan

 Rencana perawatan ke depan

 Kesiapan dan kemauan untuk belajar

 Perawatan di rumah

2. PEMERIKSAAN FISIK

a. Pada awal. Bayi baru lahir biasanya belum di temukan sianotik, bayi

tampak biru setelah tumbuh lebih besar.

b. Clubbing finger tampak setelah umur 6 bulan.

c. Serangan sianotik mendadak tetralogi spell ditandai dengan dispnoe, nafas

cepat dan dalam, lemas, kejang, sinkop bahkan sampai koma dan kematian.
d. Anak akan sering squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah

berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu

sebelum ia berjalan kembali.

e. Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal

yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi.

f. Bunyi jantung I normal, sedang bunyi jantung II tunggal dan keras.

g. Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak

menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan.

3. PEMERIKSAAM PENUNJANG

a. Laboratorium

b. Foto thorax

c. Echocardiografi

d. Elektrokardiografi

e. Kateterasi

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pada pasien dengan TOF, diagnosa keperawatan yang mungkin

muncul antara lain :

a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan aliran darah ke

pulmonal.

b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kadar oksigen

dalam darah.
c. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan fatique selama makan dan peningkatan kalori, penurunan nafsu

makan.

d. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak

adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan

kebutuhan oksigen.

f. Kecemasan keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga

tentang diagnosa atau prognosis penyakit anak.

g. Resiko tinggi gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan

peningkatan tekanan intrakranial sekunder abses otak.

h. Resiko terjadinya spell berulang berhubungan dengan ketidakseimbangan

antara suplai oksigen dan kebutuhan tubuh

5. RENCANA KEPERAWATAN

a. Resiko terjadinya spell berulang berhubungan dengan ketidakseimbangan

antara suplai oksigen dan kebutuhan tubuh

Tujuan : Serangan Spell berulang tidak terjadi

Kriteri hasil :

 Tidak ditemukan tanda – tanda spell seperti : sianotik yang

bertambah, pernapasan cepat dan dalam, kesadaran menurun dan

kejang.

 Tanda – tanda vital dalam batas normal sesuai umur

 Akral hangat dan Kesadaran compos mentis


Intervensi :

 Kenali tanda – tanda spell seperti : menangis berkepanjangan,

bertambah sianosis, pernafasan cepat dan dalam, gelisah, lemas,

kesadaran menurun dan kejang disertai kejang.

 Monitor tanda -tanda vital

 Ciptakan lingkungan yang tenang, hindari lingkungan penuh stress.

 Batasi aktivitas dan pengujung.

 Atur posisi squatting atau knee chest jika terjadi tanda – tanda spell

mulai terjadi

 Berikan makanan yang lunak dan mudah dicerna.

 Kolaborasi pemberian O2 / Obat batuk / penurun panas / pelunak feces

/ penenang serta propanolol jika diperlukan.

b. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan fatique selama makan dan peningkatan kebutuhan

kalori,penurunan nafsu makan.

Tujuan : Anak dapat makan secara adekuat dan cairan dapat dipertahankan

sesuai dengan berat badan normal dan pertumbuhan normal.

Kriteria hasil :

    Anak menunjukan kenaikan berat badan sesuai dengan umur.

    Anak dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan.

    Peningkatan toleransi makan.

    Hasil lab tidak menunjukan tanda malnutrisi, albumin dan Hb.

    Mual dan muntah tidak ada.


    Anemia tidak ada.

Intervensi :

    Kaji makan dan minum yang disukai atau yang tidak disukai.

   Jelaskan dan diskusikan pada keluarga pentingnya nutrisi.

 Berikan makan sedikit tapi sering untuk mengurangi kelemahan

disesuaikan denmgan aktivitas selama makan (menggunakan terapi

bermain).

 Ciptakan lingkungan yang menyenangkan dan bersama dengan

pasien lain

 Timbang berat badan anak setiap pagi tanpa diapers pada alat ukur

yang sama dan di dokumentasikan.

 Berikan perawatan mulut untuk meningkatkan nafsu makan anak.

 Gunakan dot yang lembut bagi bayi dan berikan waktu istirahat di

sela makan dan sendawakan.

 Berikan susu formula yang mengandung kalori tinggi yang

disesuaikan dengan kebutuhan.

 Catat intake dan output secara akurat.

 Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian makanan

 Bila ditemukan tanda anemia kolaborasi pemeriksaan laboratorium

c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

dan kebutuhan oksigen.

Tujuan : Anak menunjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan

aktivitas ( tekanan darah, irama dalam batas normal ).


Kriteria hasil :

  Tanda- tanda vital normal sesuai umur

  Anak mencapai peningkatan teloransi aktivitas sesuai umur

  Fatiq dengan kelelahan berkurang

  Anak mau berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang dijadwalkan

  Anak dapat tidur dengan lelap

Intervensi :

  Kaji tingkat / kemampuan aktivitas pasien

  Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum,selama dan

sesudah melakukan aktivitas.

  Jelaskan dan diskusikan tentang pentingnya pembatasan aktivitas.

(terlalu lama / permainan yang banyak membutuhkan tenaga / energi, dll)

  Beri kesempatan pada pasein untuk memilih kegiatan / permainan yang

tidak banyak membutuhkan energi seperti membaca buku cerita, bergambar,

menyusun balok, dll ( fasilitas perkembangan motorik, sensori, kognitif,

sosial, kemandirian anak, dll. ).

  Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan ADL dan dukung ke arah.

Kemandirian anak sesuai dengan indikasi.

  Jadwalkan sesuai dengan usia, kondisi, dan kemampuan anak.

  Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisik bahwa aktivitas melebihi

batas.
d. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan

oksigenasi tidak adekuat, pemenuhan nutrisi jaringan tubuh.

Tujuan : Pertumbuhan dan perkembangan dapat mengikuti kurva tumbuh

kembang sesuai dengan usia.

Kriteri hasil : Pasien dapat mengikuti tahap pertumbuhan dan

perkembangan yang sesuai dengan usia.

Intervensi :

   Sediakan kebutuhan nutrisi yang ada kuat.

   Monitor BB / TB , buat catatan khusus sebagai monitor.

Kolaborasi intake Fe dalam nutris


DAFTAR PUSTAKA

Gloria, M. Bulechek. Dkk. 2013. Nursing Interventions Classification

(NIC).Kidlington: ElsevierIsrar, A.Y., (2010).

Tetralogi fallot (TOF).

Diunduh pada tanggal 22 September2017. Diunduh dari http://www.Files-of-

DrsMed.tk.Supit, Alice I., Kaunang. Erling D. (2012).

Tetralogi fallot dan atresia pulmonal

Diunduh pada tanggal 22 September 2017. Diunduh

darihttps://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:_uQxZEY1waEJ:https:

//ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/download/1205/975+&cd=8&hl=e

n&ct=clnk&gl=idSue. Moorhead. Dkk. 2013. Nursing Outcame Classification

(NOC). Kidlington:ElsevierSamik Wahab, (1996).

Kardiologi anak Nadas.

Yogyakarta : Gadjah MadaUnuniversity Press.


E. WOC

Anda mungkin juga menyukai