Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN PSIKOTROPIKA
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.

 Psikotropika terdiri dari 4 golongan


o Golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan
tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh : Ekstasi. Zat psikotropika golongan I terdiri dari 26 macam
o Golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan terapi dan /
atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh : Amphetamine. Zat psikotropika golongan II
terdiri dari 14 macam.
o Golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital. . Zat psikotropika
golongan III terdiri dari 9 macam.
o Golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi
dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam ( BK,
DUM ). . Zat psikotropika golongan IV terdiri dari 60 macam.
1
2. CONTOH BEBERAPA OBAT PSIKOTROPIKA DENGAN (CARA KERJA,
INDIKASI, KONTRA INDIKASI, DOSIS, DAN EFEK SAMPING).

1) Niazepam

Nitrazepam digunakan untuk mengobati masalah tidur (insomnia) seperti susah tidur,
sering terbangun, terbangun lebih awal, atau kombinasi. Nitrazepam terkadang digunakan
untuk mengobati epilepsi ketika obat lain tidak memberikan hasil. Obat ini lebih efektif
daripada klonazepam ketika digunakan untuk pengobatan . Dalam suatu studi yang tidak
terkendali, nitrazepam menunjukkan efektivitas dalam pengobatan kejang infantil dan
terkadang dijadikan pilihan saat yang lain obat anti-kejang lainnya tidak memberikan hasil
yang berarti. Namun, penggunaan nitrazepam pada jangka panjang akan
menyebabkan toleransi obat sehingga diperlukan dosis yang lebih besar untuk memberikan
efek yang sama.

 Indikai

o Insomnia
o gangguan tidur dengan berbagai sebab
o (penggunaan jangka pendek).
 Kontraindikasi

Nitrazepam tidak boleh dikonsumsi pada pasien dengan penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK), terutama selama eksaserbasi akut dari PPOK, karena dapat menyebabkan
gangguan pernapasan pada pasien.

Seperti obat hipnotik lainnya, nitrazepam memiliki keterkaitan dengan risiko kecelakaan
lalu lintas. Penggunakan nitrazepam sebaiknya dihindari pada pasien yang mengemudi atau
mengoperasikan mesin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengguna nitrazepam akan
mengalami penurunan kemampuan mengemudi secara signifikan hingga 17 jam setelah
pemberian obat, sedangkan pengguna temazepam tidak menunjukkan penurunan kemampuan
yang signifikan. Hasil ini mencerminkan kerja panjang dari nitrazepam.

 Dosi
2
Harus diminum sebelum waktu tidur.

o Dewasa: 5-10 mgLansia: 2,5-5 mg


o Anak-anak 6-14 tahun: 5 mg
o Anak-anak 1-6 tahun: 2,5-5 mg
o Anak-anak kurang dari 1 tahun: 1,25-2,5 mg
 Efek samping yang umum antara lain :
o Depresi sistem saraf pusat,
o Seperti rasa kantuk
o Pusing depresi, kelelahan
o Ataksia, sakit kepala, vertigo,
o Gangguan memori, dan gangguan fungsi motorik.
o Mimpi buruk dan insomnia pantulan juga dilaporkan terjadi.

Nitrazepam merupakan benzodiazepin kerja panjang dengan waktu paruh 15-38 jam (rata-
rata waktu paruh 26 jam). Efek pening setelah pemberian nitrazepam di malam hari dapat
terjadi keesokan harinya, sehingga dapat mengganggu kemampuan mengemudi dengan aman
dan meningkatkan risiko jatuh dan patah tulang pinggul.

 Efek samping yang jarang antara lain :


o Hipotensi, pingsan, palpitasi, ruam atau pruritus,
o gangguan pencernaan, dan perubahan libido.
o kegembiraan, stimulasi, halusinasi, hiperaktif, dan insomnia.

Nitrazepam dapat menyebabkan ketergantungan, kecanduan, dan sindrom sarak. Putus


obat dari nitrazepam dapat menyebabkan gejala yang mirip dengan
putus alkohol dan barbiturat.

 Cara Kerja

Berikut ini adalah beberapa risiko yang mungkin terjadi jika menggunakan diazepam
bersamaan dengan obat-obatan tertentu, di antaranya:

o Dapat meningkatkan efek depresan terhadap sistem saraf pusat dengan penggunaan
bersama obat antiviral (seperti amprenavir dan ritonavir), obat anestesi, narkotika
analgesik, antidepresan, antipsikotik, ansiolitik, antiepileptik, antihistamine,
antihipertensi, obat relaksan otot (misalnya tizanidine atau baclofen) dan nabilone.
o Pengeluaran obat diazepam dari dalam tubuh akan menurun apabila dikonsumsi
dengan antibiotik yang dapat mempengaruhi kerja enzim hati (misalnya isoniazid dan
erythromycin), kontrasepsi oral, cimetidine, dan omeprazole. Di sisi lain, obat
antibiotik yang dikenal sebagai perangsang enzim hati (misalnya rifampicin) dapat
meningkatkan pengeluaran obat dari dalam tubuh.
o Dapat menekan pengeluaran obat digoxin dari dalam tubuh.
o Meningkatkan kadar obat dalam darah jika dikonsumsi bersamaan dengan disulfiram.
o Berpotensi menyebabkan perburukan yang bersifat sementara pada penyakit
Parkinson jika dikonsumsi bersamaan dengan levodopa.

3
o Dapat mengurangi efek terapi dari teofilin.

2) Phenobarbital

 Kontra Indikasi
o Hipersensitivitas terhadap barbiturat atau komponen sediaan
o gangguan hati yang jelas
o Dispnea
o obstruksi saluran nafas
o porfiria
o hamil
 Indikasi Umum.
o Epilepsi
o Kejang
o Insomnia
o kecemasan

 Dosis Phenobarbital
Dosis phenobarbital berbeda-beda untuk setiap pasien. Berikut ini adalah dosis umum
penggunaan phenobarbital:
1. Kondisi: Obat penenang sebelum operasi
 Suntik intramuskular
 Dewasa: 100-200 mg, 60-90 menit sebelum operasi.
 Lansia: Kurangi dari dosis dewasa.
 Anak-anak: 16-100 mg, 60-90 menit sebelum operasi.
 Suntik intravena atau tablet
Anak-anak: 1-3 mg/kgBB, sebelum operasi.
2. Kondisi: Penanganan darurat terhadap kejang akut pada pasien epilepsi

 Suntik

 Dewasa: 200-600 mg, dilanjutkan dengan phenobarbital tablet 100-300 mg per hari
pada malam hari.

 Lansia: Kurangi dari dosis dewasa.

 Anak-anak: 100-400 mg, dilanjutkan dengan tablet 3-5 mg/kgBB atau 125 mg/m2 per
hari.

3. Kondisi: Obat penenang


 Tablet
 Dewasa: 30-120 mg yang dibagi ke dalam 2-3 jadwal konsumsi.

4
 Lansia: Kurangi dari dosis dewasa.
 Anak-anak: 6 mg/kgBB per hari atau 180 mg/m2, yang dapat dibagi menjadi beberapa
jadwal konsumsi.
4. Kondisi: Obat tidur (hipnotik)

 Tablet

 Dewasa: 100-320 mg, khusus pengobatan insomnia, obat tidak boleh dikonsumsi
selama lebih dari 2 minggu.

 Lansia: Kurangi dari dosis dewasa.

 Suntik

 Dewasa: 100-320 mg, khusus pengobatan insomnia, obat tidak boleh digunakan
selama lebih dari 2 minggu.

 Lansia: Kurangi dari dosis dewasa

 Efek Samping Phenobarbital


Efek samping yang dapat timbul setelah menggunakan phenobarbital adalah:
o Merasa lelah.
o Mengantuk.
o Pusing.
o Sakit kepala.
o Sensitif atau mudah marah,
o Distaria, yaitu melemahnya otot-otot bicara.
o Ataksia, yaitu kondisi berkurangnya kendali otot dan koordinasi gerakan tubuh,
seperti berjalan atau mengambil benda.
o Kesemutan.
Untuk pasien lansia, efek samping yang mungkin muncul adalah disorientasi dan depresi.
Sementara untuk pasien anak-anak, efek samping yang mungkin muncul adalah anak menjadi
hiperaktif.
 Cara Kerja
Berikut ini adalah sejumlah interaksi yang dapat terjadi jika menggunakan phenobarbital
bersama dengan obat lain:

o Warfarin. Phenobarbital dapat mengurangi kadar warfarin dalam darah, sehingga


kurang efektif dalam mencegah pembekuan darah.

5
o Kortikosteroid. Phenobarbital dapat mengurangi efektivitas kortikosteroid dalam
tubuh, sehingga tidak dapat bekerja dengan baik.
o Doxycycline. Phenobarbital dapat mengurangi kemampuan doxycycline untuk
mengobati infeksi, karena tubuh tidak mampu memproses doxycycline dengan baik.
o Griseofulvin. Phenobarbital dapat menghambat penyerapan griseofulvin dalam darah
dan menurunkan efektivitasnya.
o Progesteron dan estradiol. Phenobarbital dapat menurunkan efek obat-obatan ini.

3) Amfetamin

Amfetamin adalah : obat stimulan sistem saraf pusat yang digunakan untuk
menangani narkolepsi dan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Amfetamin
bekerja dengan mengubah kadar zat alami tertentu yang mengontrol impuls di dalam otak,
sehingga meredakan gejala dari kondisi yang diderita.

 Cara kerja obat

Berikut ini adalah interaksi yang dapat terjadi, jika amfetamin digunakan dengan obat lain:

o Meningkatkan risiko meningkatnya tekanan darah, jika dikonsumsi dengan obat


golongan penghambat beta.
o Meningkatkan risiko gangguan jantung dan pembuluh darah, jika digunakan dengan
obat golongan antidepresan trisiklik seperti amitriptylline.
o Berkurangnya urine, jika digunakan dengan obat alkalinisasi urine seperti natrium
bikarbonat; dan meningkatnya produksi urine, jika digunakan dengan pengasam urine
seperti kalium fosfat.
o Menghambat penyerapan phenobarbital dan phenytoin.
o Menghambat kerja amfetamin, jika digunakan dengan chlorpromazine, haloperidol,
atau lithium.
o Menghambat metabolisme dan penyerapan disulfiram.
 Efek sampin yang umum

Berikut merupakan efek samping penggunaan amfetamin yang mungkin terjadi:

o Mulut kering
o Mual dan muntah
o Diare
o Sembelit
o Kram perut
o Kehilangan nafsu makan
o Penurunan berat badan
o Mimisan
o Sakit kepala
o Gugup
o Gelisah
o Perubahan pada kemampuan seksual
o Nyeri haid

6
o Terasa sakit atau terbakar ketika buang air kecil

Beberapa efek samping penggunaan amfetamin tergolong serius, segera temui dokter jika
mengalami efek samping berupa:

o Pusing hingga pingsan.


o Jantung berdebar
o Melakukan gerakan atau mengucapkan sesuatu secara berulang dan di luar kendali.
o Mengalami delusi atau waham, dan halusinasi.
o Gemetaran.
o Otot terasa kaku.
o Hilang kendali gerak.
o Kejang.
o Penglihatan kabur.
o Ruam.
o Gatal-gatal.
o Bengkak pada wajah, tenggorokan, lidah, bibir, mata.
o Mengalami kesulitan bernapas dan menelan.
o Mati rasa.
o Warna kulit jari tangan atau kaki berganti dari pucat, ke biru, lalu merah.
o Terdapat luka pada jari tangan atau kaki.
 Dosis

Dosis amfetamin pada tiap orang dapat berbeda. Berikut dosis umum penggunaan
amfetamin:

 Kondisi: Narkolepsi
o Dewasa dan anak usia 12 tahun atau lebih: Dosis awal adalah 10 mg per-hari.Dosis
pemeliharaan: Dosis dapat ditambahkan 10 mg setiap satu minggu, jika dibutuhkan.
o k usia 6-11 tahun: Dosis awal adalah 5 mg/hari. Dosis dapat ditingkatkan setiap
minggu hingga tubuh merespon obat.
 Kondisi: Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)
o Anak usia 3-5 tahun: Dosis awal adalah 2,5 mg/hari. Dapat ditingkatkan sebanyak 2,5
mg setiap minggunya, jika dibutuhkan.
o Anak usia 6-17 tahun: Dosis awal adalah 5 mg, 1-2 kali dalam sehari. Dosis dapat
ditingkatkan sebanyak 5 mg setiap minggu, jika dibutuhkan. Dosis maksimal adalah
40 mg/hari.
 Kontra Indikasi
o Gunakan dengan hati-hati pada pasien alergi
o Jangan di gunakan pada penderita insufisiensi koroner dan ginjal.
 Indikasi

Amfetamin biasanya digunakan sebagai pengobatan gangguan attention deficit


hyperactivity (ADHD). Obat ini dapat digunakan untuk ADHD pada anak- anak serta
pasien dewasa. Penggunaan obat ini harus tergantung pada usia, diagnosis yang memadai,
dan penilaian klinisi dari keparahan dan durasi gejala dan tidak boleh hanya bergantung pada
satu atau lebih karakteristik perilaku.

7
Obat ini juga digunakan sebagai stimulan untuk mengurangi kantuk di siang hari dalam
pengelolaan narkolepsi, serta membantu penurunan berat badan pada penderita obesitas.
Amfetamin merupakan obat pertama yang digunakan untuk menurunkan kelebihan berat
badan. Amfetamin hanya diindikasikan pada penggunaan jangka pendek untuk
mengatasi obesitas akibat faktor eksogen.

BAB III

PENUTUP
1. KESIMPULAN

Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.

Psikotropika memiliki manfaat dalam bidang kedokteran, namun memiliki dampak negatif
apabila disalah gunakan oleh orang tak bertanggung jawab. Selain merusak fungsi organ,
psikotropika juga mengganggu fungsi syaraf dan otak.

8
Untuk mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan psikotropika dibutuhkan koordinasi
antara pribadi, lingkungan keluarga, masyarakat, tempat pendidikan serta pemerintah.

2. SARAN

Berikut beberapa saran yang dapat digunakan untuk menghindari zat adiktif dan psikotropika.

 Hindari para pengguna zat ini supaya kita tidak terpengaruh untuk menggunakannya.
 Selalu berpikir positif meskipun dalam keadaan yang genting atau pada saat mengalami
kegagalan dan putus asa.
 Jangan pernah berpikir bahwa menggunakan dan psikotropika adalah salah satu jalan
keluar dari masalah supaya masalah dapat terselesaikan,padahal itu merupakan jalan
buntu dan akan memberikan masalah.
 Gunakan motto hidup yang positif.
 Berpikir untuk mencapai masa depan yang cemerlang.
 Jalani hidup dengan hal-hal yang positif dan menyenangkan.
 Selesaikan masalah dengan hati yang tenang dan pikiran yang dingin agar tidak
mengarah pada arah yang negatif.
 Gunakan waktu kosong untuk hal-hal positif.

DAFTAR PUSTAKA
http://malikmakassar.wordpress.com/2008/10/05/zat-adiktif-dan-psikotropika/
http://liaayus.wordpress.com/ipa-1/zat-adiktif-dan-psikotropika-3/
http://id.wikipedia.org/wiki/Psikotropika
http://organisasi.org/akibat-dampak-langsung-dan-tidak-langsung-penyalahgunaan-narkoba-
pada-kehidupan-kesehatan-manusiahttp://requestartikel.com/dampak-negatif-zat-adiktif-dan-
psikotropika-201105830.html
http://pesanku.wordpress.com/2008/10/20/sanksi-pidana-atas-perbuatan-penyalahgunaan-dan
-pengedaran-gelap-narkoba/

Dian N.F.2008.Rumus Kimia Kantong Kimia SMP.Yogyakarta:Penerbit Pustaka Widyatama.

Anda mungkin juga menyukai