Edit Tinjauan Pustaka DHF
Edit Tinjauan Pustaka DHF
17
mempunyai pengalaman yang berbeda-beda, terutama dalam mempergunakan
klasifikasi WHO 1997.1,4,6
Kedua, infeksi dengue mempunyai spektrum manifestasi klinis yang luas,
kadangkala sulit diramalkan baik secara klinis maupun prognosisnya. Walaupun
sebagian besar kasus infeksi dengue akan sembuh tanpa pengobatan, adanya
perembesan plasma dan perdarahan dapat mengakibatkan infeksi dengue berat
dan berakibat fatal. Para pakar yang berkecimpung dalam managemen dengue di
kawasan WSPRO dan SEARO WHO-regionmenghimpun klinisi yang mengeluh
kesulitan dalam membedakan infeksi dengue ringan dengan infeksi dengue berat.
Seperti telah dipahami bahwa tata laksana dan prognosis dengue ringan dan dengue
berat berbeda.1
Ketiga, peran triase, pengobatan yang sesuai, dan keputusan pengobatan
mempengaruhi pembuatan klasifikasi dengue yang baru.Klasifikasi baru tersebut juga
diharapkan dapat membantu penegakan diagnosis sedini mungkin dan tata laksana saat
terjadi KLB. Untuk menjaring kasus dengue pada saat KLB, diperlukan klasifikasi yang
lebih luas dan longgar.1,7
Keempat, ditemukan beberapa laporan akan kesulitan dalam penggunaan
klasifikasi WHO 1997, khususnya pengelompokan ke dalam derajat I, II, III, dan
IV. Selain itu, pengelompokan menjadi sulit apabila dijumpai dengue berat karena
tidak dapat dikelompokkan ke dalam klasifikasi WHO 1997. Untuk memperkuat
dugaan tersebut maka dilakukan studi multisenter di negara- negara endemik
dengue.8,9,10
18
klasifikasi WHO 1997. Pada kelompok dengue without warning signs, perlu
diketahui apakah pasien tinggal atau baru kembali dari daerah endemik
dengue. Diagnosis tersangka infeksi dengue ditegakkan apabila terdapat demam
ditambah minimal dua gejala berikut: mual disertai muntah ruam (skin rash) nyeri
pada tulang, sendi, atau retro-orbital uji torniket positif, leukopenia, dan gejala
lain yang termasuk dalam warning signs. Pada kelompok dengue without warning
signs tersebut perlu pemantauan yang cermat untuk mendeteksi keadaan kritis.
Dengue with warning signs, secara klinis terdapat gejala nyeri perut,
muntah terus-menerus, perdarahan mukosa, letargi/gelisah, pembesaran hati
≥2cm, disertai kelainan parameter laboratorium, yaitu peningkatan kadar
hematokrit yang terjadi bersamaan dengan penurunan jumlah trombosit dan
leukopenia. Apabila dijumpai leukopenia, maka diagnosis lebih mengarah
kepada infeksi dengue.
Pasien dengue tanpa warning signs dapat dipantau harian dalam rawat
jalan.Namun apabila warning signs ditemukan maka pemberian cairan intravena harus
dilakukan untuk mencegah terjadi syok hipovolemik.
Warning signs berarti perjalanan penyakit yang sedang berlangsung
mendukung ke arah terjadinya penurunan volume intravaskular.Hal ini
menjadi pegangan bagi klinisi di tingkat kesehatan primer untuk mendeteksi
pasien risiko tinggi dan merujuk mereka ke tempat perawatan yang lebih
lengkap fasilitasnya.Pasien dengan warning signs harus diklasifikasi ulang
apabila dijumpai salah satu tanda severe dengue. Di samping warning signs, klinisi
harus memperhatikan kondisi klinis yang menyertai infeksi dengue seperti usia
bayi, ibu hamil, hemoglobinopati, diabetes mellitus, dan penyakit penyerta lain yang
dapat menyebabkan gejala klinis dan tata laksana penyakit menjadi lebih kompleks.
19
y Severe organ involvement, termasuk gagal hati, inflamasi otot jantung
(miokarditis), keterlibatan neurologi (ensefalitis), dan lain sebagainya.
Pengelompokan severe dengue sangat diperlukan untuk kepentingan praktis terutama
dalam menentukan pasien mana yang memerlukan pemantauan ketat dan mendapat
pengobatan segera. Hal ini diperlukan terutama dalam KLB (sistem triase sangat
dianjurkan). Hal lain yang sangat penting adalah mempertahankan sistem surveilans
internasional yang konsistenterutama untuk pemantauan apabila uji klinis vaksin dengue
di komunitas telah dilakukan. Kesimpulan pertemuan para pakar di Jenewa adalah
disusunnya klasifikasi kasus dengue dan tingkat derajat penyakit dengan berpedoman
terhadap hasil DENCO study, seperti tertera pada Gambar 2.1
2
0
tidak dibedakan antara kelompok spektrum dengan perembesan plasma (DBD, DSS)
dan tanpa perembesan plasma (DD). Kedua, batasan untuk dengue ± warning signs
terlalu luas sehingga akan menyebabkan ove-diagnosis. Namun, diakui bahwa perlu
dibuat spektrum klinis terpisah dari DBD, yaitu expanded dengue syndrome yang terdiri
dari isolated organopathy dan unusual manifestations. Berdasarkan hal tersebut, klasifikasi
diagnosis dengue WHO 2011 disusun hampir sama dengan klasifikasi
diagnosis WHO 1997, namun kelompok infeksi dengue simtomatik dibagi
menjadi undifferentiated fever, DD, DBD, dan expanded dengue syndrome terdiri dari
isolated organopathy dan unusual manifestation (Gambar 3). Klasifikasi yang
merupakan revisi edisi sebelumnya dimuat dalam buku WHO “Comprehensive guidelines for
prevention and control of dengue and dengue haemorrhagic fever, revised and expanded edition” tahun
2011.4
21
Tabel 1. Expanded dengue syndrome
Sistem organ Unusual atau atypical manifestation
Neurologi Kejang demam pada anak
Ensefalopati
Ensefalitis/meningitis aseptik
Perdarahan intrakranial/trombosis Efusi
subdural
Mono/polineuropati/sindrom Guillain-Barre
Mielitis transversal
Gastrointestinal/ hepatik Hepatitis/fulminant hepatic failure
Aculculous cholecystitis
Pankreatitis akut
Hiperplasia plaque Payeri
Parotitis akut
Ginjal Gagal ginjal akut
Hemolytic uremic syndrome
Jantung Konduksi abnormal
Miokarditis
Perikarditis
Respirasi Sindrom distres respirasi akut
Perdarahan paru
Muskuloskeletal Miositis dengan creatine phosphokinase (CPK)
Rabdomiolisis
Limforetikular ITP
Lymph node infartion
Mata Macular haemorrhage
Gangguan visual acuity
Neuritis optikus
Lain-lain Post-infectious fatique syndrome
Depresi
Halusinasi
Psikosis
Alopecia
Sumber: Gulati S, Maheswari A. Atypical manifestations of dengue. Trop Med Int Health 2007;12:1087-95.13
22
23
24