Anda di halaman 1dari 13

PEMERINTAH KABUPATEN BANGLI

RUMAH SAKIT UMUM


e-mail : rsud@banglikab.go.id
Jl. Brigjen Ngurah Rai No. 99X Bangli Telp. 0366-91521,
91002

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM BANGLI


NOMOR : 445/025/SK/Pely/2015
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM BANGLI

Menimbang : a. bahwa dalam meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit


Umum Bangli, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan
yang bermutu tinggi.
b. bahwa supaya pelayanan Rumah Sakit Umum Bangli dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya Keputusan Direktur
Rumah Sakit Umum Bangli tentang Kebijakan Pelayanan
Pasien sebagai landasan bagi penyelenggaraan seluruh
pelayanan pasien di Rumah Sakit Umum Bangli.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
diktum a dan b, perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur
Rumah Sakit Umum Bangli.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004


tentang Praktek Kedokteran
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun2009
tentang Rumah Sakit.
3. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 1438 tahun 2010 tentang
Standar Pelayanan Kedokteran.
4. Peraturan enteri Kesehatan Nomor 290 tahun 2010 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 tahun 2010 tentang
Rekam Medis
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 169 tahun 2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 tahun 2012 tentang
Akreditasi Rumah Sakit
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit

MEMUTUSKAN
KESATU : Pemberlakuan keputusan direktur Rumah Sakit Umum Bangli
tentang kebijakan pelayanan pasien di Rumah Sakit Umum Bangli
KEDUA : Kebijakan pelayanan pasien di Rumah Sakit Umum Bangli sebagai
mana tercantum dalam lampiran keputusan ini.
KETIGA : Pembinaan dan pengawasan penyelengaraan Pelayanan di Rumah
Sakit Umum Bangli dilaksanakan oleh Direktur Rumah Sakit
Umum Bangli
KEEMPAT : Isi dari diktum kesatu sampai keempat terlampir dalam keputusan
ini.
KELIMA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Bangli
Pada tanggal : 6 Februari 2015
Direktur
RUMAH SAKIT UMUM BANGLI

dr. I Wayan Sudiana. M.Kes.


NIP . 196611291997031004
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM BANGLI
NOMOR : 445/025/SK/Pely/2015
TENTANG :KEBIJAKAN PELAYANAN PASIEN DI RUMAH
SAKIT UMUM BANGLI

KEBIJAKAN PELAYANAN PASIEN

DI RUMAH SAKIT UMUM BANGLI

A. Pelayanan Instalasi :

1. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat, Rawat Inap, Rawat Intensif, Laboratorium


dan Radiologi dilaksanakan dalam 24 jam.

2. Pelayanan Rawat Jalan sesuai dengan hari kerja.

- Rumah Sakit Umum Bangli tidak melaksanakan pelayanan Rawat jalan


di luar jam kerja

3. Pelayanan Kamar Operasi dilaksanakan dalam jam kerja, dan dilanjutkan


dengan sistem on call.

4. Pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.

5. Seluruh staf Rumah Sakit harus bekerja sesuai dengan standar profesi,
pedoman/panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta
sesuai dengan etika profesi, etika Rumah Sakit dan etiket Rumah Sakit yang
berlaku.

6. Seluruh staf Rumah Sakit dalam melaksanakan pekerjaannya wajib selalu sesuai
dengan ketentuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS),
termasuk dalam penggunaan alat pelindung diri (APD).

7. Pelayanan instalasi kedokteran forensik dalam jam kerja dan dilanjutkan dengan
sistim on call.

8. Pelayanan instalasi gizi dilaksanakan setiap hari sesuai jadwal jaga.

B. Identifikasi :
1. Setiap pasien yang masuk rawat inap, HD dan endoscopy harus dipasangkan
gelang identitas pasien.
2. Pasien selalu diidentifikasi sebelum pemberian obat, sebelum transfusi darah atau
produk darah lainnya, sebelum pengambilan darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan laboratorium klinis, sebelum pemeriksaan radiologi, serta sebelum
dilakukan tindakan.

C. Admisi Pasien
1. Rumah sakit menerima pasien rawat inap atau di daftar untuk pelayanan rawat
jalan berdasarkan kebutuhan pelayanannya.
2. Semua pasien yang datang ke rumah sakit harus melakukan proses pendaftaran
rawat jalan atau rawat inap di bagian pendaftaran.
3. Pasien yang akan dilakukan rawat inap terlebih dahulu pasien diberikan informasi
tentang pelayanan rawat inap di admission
4. Observasi pasien di ruangan IGD dalam waktu 6 jam, jika lebih dari 6 jam pasien
harus melakukan pendaftaran sebagai pasien rawat inap.
5. Bila tempat tidur penuh dan diruangan ada pasien di ijinkan pulang tapi belum
pulang, pasien dari IGD/Poliklinik bisa memesan kamar diruangan tersebut dan
sebelum pasien di ruangan pulang , pasien bisa dititip di ruang transit (IGD). Bila
semua kamar di ruangan penuh dan tidak ada pasien rencana pulang, maka
admisiion berkoordinasi dengan Dokter IGD/ Poliklinik untuk pertimbangan
merujuk pasien
6. Hambatan yang terjadi pada pelayanan Pasien usia lanjut
- Jika pasien gawat darurat diprioritaskan menggunakan brancard atau kursi
roda
- Jika pasien rawat jalan dituntun dan dicarikan tempat duduk atau
menggunakan kursi roda oleh petugas customer service Badan Rumah Sakit
Umum Bangli

D. Skrining dan triage :


1. Semua pasien yang datang berobat dilakukan skrining terlebih dahulu untuk
menentukan pelayanan yang di butuhkan preventif, paliatif, kuratif dan
rehabilitatif, serta menetapkan pelayanan yang paling tepat sesuai dengan
kebutuhan pasien dan kemampuan rumah sakit.
2. Skrining dilakukan pada kontak pertama dan diluar rumah sakit untuk
menetapkan apakah pasien dapat dilayani oleh RS.
3. Skrining dilaksanakan melalui kriteria triage, visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing
sebelumnya.
4. Kebutuhan darurat, mendesak, atau segera diidentifikasi dengan proses triage
berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien dengan kebutuhan emergensi.
5. Rumah sakit melaksanakan triage untuk memprioritaskan pasien dengan
kebutuhan emergensi.
6. Mendahulukan pasien dengan kebutuhan darurat, mendesak, segera mendapatkan
pelayanan diagnostik dan pengobatan sesuai dengan kebutuhan sebelum pasien
lain.
7. Triage dan skrining pasien dilakukan staf yang berkompeten dan terlatih.

E. Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP)


1. Harus ada dokter penanggung jawab untuk setiap pasien yang dirawat
2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
3. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan informasi secara
jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang prosedur pelayanan
dan pengobatan untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya kejadian
yang tidak diharapkan.
4. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib menulis rencana pelayanan dalam
berkas rekam medis.
5. Apabila pasien datang membawa surat pengantar MRS maka dokter yang
memberi surat pengantar tersebut otomatis bertindak sebagai DPJP
6. Jika dokter tersebut menunjuk dokter lain yang lebih sesuai dengan
bidangnya untuk merawat pasien tersebut, maka dokter yang ditunjuk
bertindak sebagai DPJP.
7. Apabila pasien datang ke IGD, dokter jaga akan menunjuk seorang dokter
yang sesuai dengan bidangnya dan juga sesuai dengan jadwal dokter spesialis
konsulen untuk merawat pasien tersebut sebagai DPJP.
8. Perawat diruangan menghubungi dokter yang ditunjuk sebagai DPJP
9. DPJP memeriksa pasien ( anamnesis dan pemeriksaan fisik)
10. DPJP membuat rencana pelayanan yang meliputi pemeriksaan penunjang
(jika diperlukan), terapi (termasuk diet) dan rehabilitasi medis.
11. DPJP menuliskan rencana pelayanan tersebut di RM pasien.
12. DPJP wajib membuat rencana pelayanan dan selalu memberikan informasi
kepada pasien dan keluarganya tentang rencana pelayanan, prosedur dan
pengobatan serta kemungkinan terjadinya kejadian yang tidak diharapkan.
13. Apabila seorang pasien dirawat oleh beberapa dokter , salah satu dari dokter
tersebut harus ditunjuk sebagai DPJP utama.
14. Pasien dan keluarganya menandatangani rencana pelayanan di RM sebagai
tanda telah memahami penjelasan DPJP.
15. Untuk menjaga mutu pelayanan medis, tim audit medis berwenang
melakukan audit medis terhadap pelayanan DPJP kepada semua pasien dan
DPJP tidak akan menolak.
F. Transfer/ perpindahan di dalam rumah sakit :
1. Transfer dilaksanakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2. Pasien yang ditransfer harus dilakukan stabilisasi terlebih dahulu sebelum
dipindahkan.

G. Transfer keluar rumah sakit / rujukan :


1. Pasien yang dirujuk harus dilakukan stabilisasi terlebih dahulu sebelum dirujuk.
2. Rujukan ke rumah sakit ditujukan kepada individu secara spesifik.
3. Pasien dirujuk berdasarkan atas kondisi kesehatan dan kebutuhan akan pelayanan
berkelanjutan.
4. Pada saat proses rujukan, petugas medis yang mendampingi pasien bertanggung
jawab selama proses rujukan.
5. Obat - obatan dan peralatan yang dibutuhkan selama transportasi harus sudah
tersedia selama proses rujukan.
6. Proses rujukan didokumentasikan di dalam rekam medis pasien.
7. Pendamping rujukan dilakukan oleh staf RS yang kompeten.

H. Penundaan pelayanan dan pengobatan :


1. Memperhatikan kebutuhan klinis pasien pada waktu menunggu atau penundaan
untuk pelayanan diagnostik dan pengobatan
2. Memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan atau
pengobatan
3. Memberi informasi alasan penundaan atau menunggu dan memberikan informasi
tentang alternatif yang tersedia sesuai dengan keperluan klinik mereka.
4. Pemberian informasi tentang penundaan pelayanan dan pengobatan dilakukan
oleh staf di unit tersebut.
5. Jika terjadi hambatan atau kendala dalam pemberian pelayanan maka rumah sakit
berkewajiban untuk mengurangi atau meminimalkan hambatan atau kendala yang
ada.

I. Pemulangan Pasien :
1. DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien tersebut, harus menentukan
kesiapan pasien untuk dipulangkan.
2. Rumah Sakit Umum Bangli tidak mengijinkan pasien meninggalkan rumah sakit
dalam satu waktu tertentu/ijin pulang sementara/cuti
3. Keluarga pasien dilibatkan dalam perencanaan proses pemulangan yang terbaik
atau sesuai kebutuhan pasien.
4. Rencana pemulangan pasien meliputi kebutuhan pelayanan penunjang dan
kelanjutan pelayanan medis.
5. Identifikasi organisasi dan individu penyedia pelayanan kesehatan di
lingkungannya yang sangat berhubungan dengan pelayanan yang ada di rumah
sakit serta populasi pasien.
6. Resume pasien pulang dibuat oleh DPJP sebelum pasien pulang.
7. Resume pasien pulang berisi alasan pasien di rawat, diagnosis, penyakit penyerta,
temuan fisik, prosedur diagnostik dan terapi, medikamentosa termasuk obat
waktu pulang, keadaan pasien pada saat pulang serta intruksi tindak lanjut.
8. Salinan resume pasien pulang didokumentasikan dalam rekam medis.
9. Salinan resume pasien pulang diberikan kepada pasien / keluarga pasien.

J. Transportasi :
1. Transportasi milik rumah sakit, harus sesuai dengan hukum dan peraturan yang
berlaku berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaan
2. Transportasi disediakan atau diatur sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien
3. Semua kendaraan yang dipergunakan untuk transportasi, baik kontrak maupun
milik rumah sakit, dilengkapi dengan peralatan yang memadai, perbekalan dan
medikamentosa sesuai dengan kebutuhan pasien yang dibawa.

K. Penolakan pelayanan dan pengobatan :


1. Memberitahukan hak pasien dan keluarga untuk menolak atau tidak melanjutkan
pengobatan.
2. Memberitahukan tentang konsekuensi, tanggung jawab berkaitan dengan
keputusan tersebut dan tersedianya alternatif pelayanan dan pengobatan.
3. Memberitahukan pasien dan keluarganya tentang Menghormati keinginan dan
pilihan pasien untuk menolak pelayanan resusitasi atau memberhentikan
pengobatan bantuan hidup dasar ( Do Not Resuscitate )
4. Setiap tindakan medis yang tidak mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga
termasuk resusitasi hanya akan dilaksanakan apabila telah mendapat persetujuan
dari pasien atau keluarga sesuai dengan norma agama dan budaya masyarakat
serta persyaratan hukum dan peraturan

L. Asesment pasien :
1. Semua pasien yang dilayani rumah sakit harus diidentifikasi kebutuhan
pelayanannya melalui suatu proses asesmen yang baku.

2. Seluruh pasien baik rawat inap maupun rawat jalan harus mendapat asesmen awal
sesuai standar profesi medik, keperawatan dan profesi lain yang berlaku di
Rumah Sakit Umum ( RSU ) Bangli.
3. Asesmen awal setiap pasien meliputi evaluasi faktor fisik, psikologis, sosial dan
ekonomi, termasuk pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan

4. Hanya mereka yang berkompeten sesuai perizinan, undang-undang dan peraturan


yang berlaku dan sertifikasi dapat melakukan asesmen

5. Pengkajian awal harus menghasilkan pemahaman tentang penanganan yang


sebelumnya telah diterima pasien, serta kebutuhan pasien saat dilakukan
pengkajian , keputusan tentang pelayanan apa yang terbaik untuk pasien serta
adanya diagnosis awal.

6. Asesmen awal medis dan keperawatan harus lengkap dalam waktu 24 jam
pertama sejak rawat inap atau lebih dini/cepat sesuai kondisi pasien yaitu Dokter,
Perawat, Ahli Gizi.

7. Asesmen awal medis pasien rawat inap dilakukan oleh Dokter Penanggung Jawab
Pasien.

8. Asesmen awal medis yang dilakukan sebelum pasien di rawat inap, atau sebelum
tindakan pada rawat jalan di rumah sakit, tidak boleh lebih dari 30 hari, atau
riwayat medis telah diperbaharui dan pemeriksaan fisik telah diulangi.

9. Asesmen awal untuk pasien gawat darurat berdasarkan kebutuhan dan kondisinya
Pengkajian gawat darurat minimal harus meliputi : riwayat singkat kejadian
gawat darurat , kesadaran ,Circulation, Airway, Breathing,( CAB ) dan tanda vital
yang meliputi tekanan darah , nadi dan pernafasan

10. Pada pasien Gawat Darurat yang perlu tindakan operasi , dibuat catatan dan
diagnose pra operasi sebelum tindakan dilakukan.

11. Kebutuhan medis, keperawatan yang teridentifikasi dicatat dalam rekam medis.

12. Untuk asesmen kurang dari 30 hari, setiap perubahan kondisi pasien yang
signifikan, sejak asesmen dicatat dalam rekam medis pasien pada saat masuk
rawat inap

13. Pengkajian awal pasien meliputi kebutuhan akan adanya perencanaan untuk
pemulangan pasien ( Discharge Planning )

14. Pada kondisi tertentu pasien memerlukan perncanaan pulang lebih dini termasuk
rencana pemulangan kritis, demi kepentingan penanganan selanjutnya dirumah ,
berhubungan dengan kelanjutan pengobatan , kepatuhan minum obat, proses
rehabilitasi , proses asesmen dilakukan segera setelah pasien diterima sebagai
pasien rawat inap

15. Semua pasien dilakukan asesmen ulang pada interval tertentu atas dasar kondisi
dan pengobatan untuk menetapkan respons terhadap pengobatan dan untuk
merencanakan pengobatan atau untuk pemulangan pasien.

16. Interval pengkajian ulang dilakukan tergantung kondisi pasien .Pada pasien
gawat, pengkajian ulang yang bertujuan melihat respon terapi dilakukan dalam
hitungan menit, sedangkan pengkajian lain dapat dalam hitungan hari,

17. Data dan informasi asesmen pasien dianalisis dan diintegrasikan.

M. Pelayanan yang seragam :


1. Penyelenggarakan pelayanan kesehatan menerapkan prinsip non diskriminatif
yaitu pelayanan yang seragam tanpa membedakan status sosial, ekonomi, budaya,
agama dan waktu pelayanan.
2. Asuhan pasien dan pengobatan diberikan oleh praktisi yang kompeten dan
memadai, tidak tergantung dengan waktu tertentu.
3. Penentuan alokasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pasien didasasarkan
atas ketepatan mengenali kondisi pasien.
4. Tingkat asuhan yang diberikan kepada pasien, sama diseluruh rumah sakit
5. Pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama menerima asuhan
keperawatan yang setingkat di seluruh rumah sakit

N. Asuhan pasien meliputi pelayanan Kedokteran dan keperawatan yang diberikan


mengacu pada Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK), Panduan Praktek
Klinik (PPK), Clinical Pathway (CP), Standar Asuhan Keperawatan (SAK),dan
Standar Prosedur Operasional (SPO).

O. Pelayanan kasus Emergency diidentifikasi dengan cara triage dan dilakukan oleh
tenaga Medis yang kompeten yang telah mengikuti pelatihan BTCLS/ATCLS.

P. Asuhan pasien diberikan dengan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan asuhan.


1. Proses asuhan besifat dinamis dan melibatkan banyak praktisi pelayanan
kesehatan dan dapat melibatkan berbagai unit kerja dan pelayanan.
2. Asuhan kepada pasien direncanakan dan ditulis di rekam medis.
3. Asuhan untuk setiap pasien direncanakan oleh Dokter Penangngung Jawab
Pasien (DPJP), Perawat Penanggung Jawab Pasien (PPJP), dan pemberi
pelayanan kesehatan lain dalam waktu 24 jam sesudah pasien masuk rawat inap.
4. Rencana pasien harus bersifat individu dan berdasarkan data assesment awal.
5. Rencana asuhan dicatat dlam rekam medis dalam bentuk kemajuan terukur
pencapaian sasaran.
6. Kemajuan yang diantisispasi dicatat atau direvisi sesuai dengan kebutuhan,
berdasarkan hasil assesmen ulang atas pasien oleh praktisi kessehatan yang ada di
Rumah Sakit.
7. Rencana asuhan untuk setiap pasien di rieview dan diverifikasi oleh DPJP dengan
mencatat kemajuannya.
8. Asuhan yang diberikan kepada setiap pasien dicatat dalam rekam medis pasien
oleh pemberi pelayanan.
9. Penulisan perkembangan pasien dan perintah atau order oleh para praktisi
kesehatan dalam catatan perkembangan pasien terintegrasai dengan mengukanan
pedoman penulisan rekam medis yaitu SOAP (Subjektif, Obyektif, Assesmen,
Planning).
10. Permintaan pemeriksaan radiologi atau laboratorium klinis harus disertai dengan
indikasi klinis.
11. Rumah Sakit Umum Bangli tidak memberlakukan pasien ijin pulang sementara
atau cuti

Q. Komunikasi yang efektif :


1. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan
secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
2. Perintah lisan dan melalui telpon atau hasil pemeriksaan secara lengkap
dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi
perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
4. Pasien dan keluarga dijelaskan tentang kondisi medis dan diagnosa pasti oleh
DPJP dan staf keperawatan
5. Rencana pelayanan dan pengobatan disampaikan pada pasien dan keluarga
6. Pasien dan keluarga mengetahui bagaimana proses mendapat persetujuan
dalam pelayanan
7. Pasien dan keluarga berpartisipasi dalam keputusan pelayanan
8. DPJP dan staf keperawatan memberikan penjelasan tentang hasil pelayanan
dan pengobatan
9. DPJP dan staf keperawatan menjelaskan tentang hasil pelayanan yang tidak
terduga.

R. HAK Pasien dan Keluarga :


1. Menghormati kebutuhan privasi pasien.
2. Melindungi barang milik pasien dari pencurian atau kehilangan.
3. Melindungi dari kekerasan fisik.
4. Anak-anak, individu yang cacat, lanjut usia dan lainnya yang berisiko
mendapatkan perlindungan yang layak.
5. Kerahsian informasi tentang pasien
6. Hak pasien dan keluarga berpartisipasi dalam pelayanan
7. Proses menerima dan bertindak terhadap keluhan konflik dan perbedaan
pendapattentang pelayanan pasien dan berpartisipasi dalam proses
8. Membantu mencari second opinion dan kompromi dalam pelayanan didalam
maupun diluar rumah sakit.
9. Mendapatkan pelayanan sesuai nilai-nilai dan kepercayaan pasien, meliputi
agama, keyakinan / kepercayaan dan budaya
10. Pernyataan hak dan kewajiban pasien tercantum dalam persetujuan umum
(General consent) dan dijelaskan oleh staf yang terlatih, dalam bahasa yang
dipahami pasien
11. Pernyataan persetujuan (lnformed Consent) dari pasien didapat melalui suatu
proses yang ditetapkan rumah sakit dan dilaksanakan oleh staf yang terlatih,
dalam bahasa yang dipahami pasien.
12. Informed consent diperoleh sebelum operasi, anestesi, penggunaan darah
atau produk darah dan tindakan serta pengobatan lain yang berisiko tinggi.

S. Kriteria Pasien Masuk dan Keluar ICU


1. Indikasi Pasien masuk ICU :
Semua penderita yang sakit kritis, tidak stabil sehingga memerlukan pemantauan
dan terapi yang intensif dengan menyesuaikan skala prioritas :
a. Prioritas 1 : Pasien yang memerlukan terapi intensif contoh pasien shock septic,
hipokasemia, hipotensi dan pasien pasca bedah oleh berbagai penyebab yang
memerlukan observasi ketat
b. Prioritas 2 : Pasien yang memerlukan pemantauan intensif seperti pasien dengan
penyakit dasar jantung, ginjal, paru-paru akut dan berat
c. Prioritas 3 : Pasien yang dapat terapi pemantauan intensif sedikit mendapat
manfaat terhadap kesembuhannya seperti Ca metastase disertai penyulit infeksi,
perikardial tamponade, sumbatan jalan nafas atau pasien penderita penyakit
jantung atau paru terminal disertai komplikasi penyakit akut berat
d. Pengecualian : Pasien bukan prioritas 1,2,3 pada keaqdaan luar biasa dengan
persetujuan ketua team. Kasus bisa dikeluarkan dari ICU jika ada pasien prioritas
1 dan 2 mengalami brain death, pasien dengan DNR, pasien vegetatif permanen
dengan pertimbangan khusus
2. Kriteria Keluar ICU
Prioritias pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh
kepala ICU dan tim yang merawat pasien dengan kriteria :
- Pasien tidak memerlukan lagi terapi intensif karena keadaan telah stabil
membaik atau terapi telah gagal dan prognosis dalam waktu dekat akan
memburuk dan manfaat terapi intensif sangat kecil
- Bila pada pemantauan intensif ternyata hasilnya tidak memerlukan tindakan
atau terapi intensif lebih lama
- Terapi intensif tidak memberi manfaat dan tidak perlu diteruskan lagi pada :
a. Pasien usia lanjut dengan gagal 3 organ atau lebih yang tidak memberi
respon terhadap terapi intensif selama 72 jam
b. Pasien mati batang otak / koma ( bukan karena trauma) yang menimbulkan
keadaan vegetatif dan sangat kecil memungkinkan untuk pulih
c. Pasien dengan bermacam-macam diagnosa seperti PPOM, jantung terminal,
karsinoma yang telah menyebar.

T. MANAJEMEN NYERI:
1. Semua pasien rawat inap dan rawat jalan di skrining untuk rasa sakit dan
dilakukan asesmen apabila ada rasa nyerinya.
2. Pasien dibantu dalam pengelolaan rasa nyeri secara efektif.
3. Menyediakan pengelolaan nyeri sesuai pedoman dan protokol.
4. Komunikasi dengan dan mendidik pasien dan keluarga tentang
pengelolaan nyeri dan gejala dalam konteks pribadi, budaya dan
kepercayaan agama masing-masing.

U. Pelayanan Pasien Terminal


1. Mendukung hak pasien untuk mendapatkan pelayanan yang penuh hormat
pada akhir kehidupannya
2. Perhatian terhadap kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan semua
aspek pelayanan pada akhir kehidupan.
3. Staf rumah sakit dan pasien serta keluarga dilatih untuk mengenali gejala-
gejala akhir kehidupan.
4. Rumah sakit menghormati nilai, agama serta budaya yang di anut pasien
5. Semua staf harus menyadari kebutuhan unik pasien pada akhir kehidupannya
yaitu meliputi pengobatan terhadap gejala primer dan sekunder, manajemen
nyeri, respon terhadap psikologis, sosial,emosional,agama, dan budaya pasien
dan keluarganya serta keterlibatanya dalam keputusan pelayanan
V. Daftar Pelayanan :
1. Pelayanan medis spesialistik meliputi : Dokter Spesialis Penyakit Dalam 2
orang, Dokter Spesialis Bedah 2 orang, Dokter Spesialis Obgyn 5 orang,
Dokter Spesialis Saraf 2 orang, Dokter Spesialis THT 1 orang, Dokter
Spesialis Jiwa 1 orang, Dokter Spesialis Orthopedi 1 orang, Dokter Spesialis
Kulit dan Kelamin 1 orang, Dokter Spesialis Patologi Klinik 1 orang, Dokter
Spesialis Forensik 1 orang, Dokter Konsultan HD 1 orang.
2. Pelayanan Komplementer Alternatif
3. Pelayanan Forensik
4. Sarana Prasarana :
 Laboratorium : Rutin dan Kimia Klinik
 Radiologi : Foto rontgen, USG, CT Scan, Endoscopy.
5. Rumah Sakit Umum Bangli tidak menyelenggarakan pelayanan:
 Pelayanan Kemoterapi dan terapi yang beresiko tinggi
 Penelitian klinik
 Donasi organ
 Penelitian produk obat

Anda mungkin juga menyukai