Anda di halaman 1dari 2

BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan ringkasan materi mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Panas


Bumi yang telah diuraikan dalam makalah ini maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi telah ditemukan pada tahun 1913
dan 1958 yang kemudian mulai dikembangkan kembali pada tahun 1973.
Berdasarkan prinsipnya, PLTP dibagi menjadi 2 (dua), yaitu : Fasa Uap
(menggunakan turbin), serta Fasa Uap dan Cair (menggunakan separator
sebelum masuk ke turbin).
2. Berdasarkan jumlah flasher-nya, PLTP dibagi menjadi 3 (tiga) sistem yaitu:
Single Flash Steam, Double-Flash Steam, danTriple-Flash Steam yang
masing-masing disesuaikan dengan karakteristik fluida yang digunakan.
3. Cara kerja Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi adalah dengan
menggunakan uap yang di-supply dari sumur bor memamlui sistem
transmisi uap. Uap tersebut kemudian dialirkan ke Separator untuk
memisahkan uap dari benda-benda asing seperti partikel berat (Sodium,
Potasium, Calsium, Silika, Boron, Amonia, Fluor,dll). Kemudian uap masuk
ke demister untuk memisahkan moisture. Ssehingga diharapkan uap
bersih yang akan masuk ke dalam Turbin.Uap masuk ke dalam Turbin
sehingga terjadi konversi energi dari Energi Kalor yang terkandung dalam
uap menjadi Energi Kinetik yang diterima oleh sudu-sudu Turbin. Turbin
yang dikopel dengan generator akan menyebabkan generatkut berputar
saat turbin berputar sehingga terjadi konversi dari Energi Kinetik menjadi
Energi Mekanik. Setelah itu generator berputar menghasilkan Energi Listrik
(Electricity).
4. Untuk membangun sebuah PLTP, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan salah satunya adalah kriteria fluida yang dapat dikonversi
menjadi listrik, yaitu : Temperatur (> 225 oC) dan (150 – 225 oC), Cadangan
sumberdaya hingga 25 – 30 tahun, Kualitas Uap; Diharapkan yang
mempunyai pH hampir netral, Kedalaman Sumur dan Kandungan Kimia,
Biasanya tidak terlalu dalam (tidak lebih dari 3 km). Lokasi relatif mudah

13
14

dicapai, Kemungkinan terjadinya erupsi hydrothermal relatif rendah.


Produksi fluida panas dari dalam perut bumi dapat meningkatkan resiko
terjadinya erupsi hydrothermal.

Anda mungkin juga menyukai