Anda di halaman 1dari 28

1

KATA PENGANTAR

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami selaku kelompok I telah menyelesaikan
laporan hasil diskusi kelompok kecil pada modul 4 blok 6 mengenai Traktus Piramidalis .
Fokus pokok pembelajaran dalam modul ini adalah pembahasan mengenai Bagian-bagian
traktus pada medulla spinalis .

Dalam proses penyusunan laporan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Yudanti, M.Kes selaku tutor kelompok I yang telah membimbing kami
selama menjalani diskusi kelompok kecil sehingga materi diskusi dapat
mencapai sasaran pembelajaran yang sesuai.
2. Dosen-dosen yang telah memberikan materi pendukung pada pembahasan ,
baik saat perkuliahan maupun praktikum sehingga semakin membantu
pemahaman kami terhadap materi pada modul ini.
3. Kepada seluruh pihak yang turut membantu penyelesaian laporan ini. Baik
sarana dan prasarana kampus yang kami pergunakan.
Dan tentunya kami sebagai penyusun mengharapkan agar makalah ini dapat berguna
baik bagi penyusun maupun bagi para pembaca di kemudian hari. Kami memohon maaf
apabila dalam penulisan laporan hasil diskusi kelompok kecil (DKK) ini terdapat kata-kata
yang kurang berkenan dihati para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak. Semoga laporan kami tentang Ikterik ini dapat mendukung
pemahaman pembaca terhadap materi tersebut.

Hormat Kami,

Kelompok I

1
DAFTAR ISI

Halaman judul ...........................................................................................................1

Kata pengantar........................................................................................................... 1

Daftar isi.....................................................................................................................2

I. Pendahuluan

Latar belakang……………………………………………………......................3

Manfaat………………………………………………………………................3

II. Isi

Step 1 …………………………………………………………………………..4

Step 2……………………………………………….…………………………..4

Step 3……………………………………………….….…………………….....4

Step 4……………………………………….………………….…………….....6

Step 5…………………………………….………………….……………....…. 7

Step 6…………………………………………….………….………………..... 7

Step 7…………………………………..……………………………………..... 7

III. Penutup

Kesimpulan dan Saran…………………………………………………………..27

Daftar pustaka………………………………………………………………......28

2
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam diskusi ini, kami dituntut untuk bekerja sama dalam membahas mengenai modul
empat, tentang traktus pyramidalis. Khususnya mengenai pembagian traktus ascendens dan
descendens mencakup fungsinya dan penjalarannya hingga pembahasan – pembahasan lain yang
mendukung pemahaman kita terhadap modul kali ini.

Dalam diskusi ini, kami dituntut untuk menguasai modul ini karena termasuk salah satu materi
pengenalan blok enam tentang neurologi. Oleh karena itu melalui diskusi kelompok kecil ini kami
berusaha untuk mengetahui semua hal yang berkenaan dengan traktus-traktus tersebut.

B. Manfaat modul

Adapun manfaat modul ini ialah diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan mengenai hal-
hal yang berkaitan dengan traktus pyramidalis meliputi klasifikasinya, fungsi traktus tersebut, proses
penjalarannya, dan dampak terhadap transeksi neuron tersebut. Dengan demikian, setelah kita
mampelajari tentang modul ini, diharapkan kita mampu sebagai seorang calon dokter untuk bisa
menghadapi permasalahan kesehatan yang berkaitan dengan neuron.

3
STEP 1

1. Medulla spinalis : bagian system saraf yang terkumpul dalam kanalis vertebra
2. Ascending sensory pathways : jalur penjalaran impuls korda ke otak
3. Exteroceptive : ujung saraf sensorik yang di rangsang oleh lingkungan luar
4. Telereceptor : ujung saraf sensorik yang sensitive terhadap rangsangan
jauh pada mata,hidung, dan telinga.
5. Enteroception : ujung saraf sensorik yang di rangsang olel lingkungan luar.
6. Decending sensory pathways : jalur penjalaran impuls otak ke korda

STEP 2

1. Pembagian traktus ascendens dan descendens ?


2. Apa fungsi dari traktus tersebut ?
3. Lokasi dan penjalaran traktus – traktus tersebut ?

STEP 3

1.

1. Fasikulus grasilis Kortikospinal ventral


2 Fasikulus kuneatus Kortikospinal lateral
3 Spinosereblar dorsal Vestibulospinal
4 Spinosereblar ventral Rubrospinal
5 Spinothalamus ventral Retikulospinal
6 Spinothalamus lateral Tektospinal

4
2.

 Kortikospinal ventral dan lateral : Pengaturan volunter otot rangka


 Rubrospinal : Pengaturan involunter, Tonus otot dan postur
 Vestibulospinal : Pengaturan involunter, keseimbangan
 Retikulospinal : Memodilasi saraf sensorik, khususnya nyeri
 Tektospinal : Mengatur dalam penglihatan dan pendengaran
 Fasikulus kuneatus : Tekanan, getaran, sentuhan
 Spinothalamus ventral : Sentuhan
 Spinothalamus lateral : Suhu dan nyeri
 Spinosereblar :Pengaturan involunter, tonus otot dan keseimbangan
3.

a. Spinosereblar

awal : Spinalis

akhir : Serebelum

b. Spinothalamus

awal : Spinal

akhir : Thalamus

5
STEP 4

TRAKTUS
PIRAMIDAL

TRAKTUS TRAKTUS
ASCENDENS DESCENDENS

JENIS

FUNGSI

PERJALANAN

LOKASI
( AWAL DAN AKHIR
)

6
STEP 5

1. Pembagian Traktus piramidalis dan fungsinya


a. Ascendens
b. Descendens

2. Struktur dan gambar perjalanan Traktus tersebut


3. Proses penjalaran trkatus piramidalis
4. Contoh dampak transeksi terhadap penjalaran traktus
5. Refleks spinal

STEP 6 (Belajar Mandiri)


Pada step 6 ini kami melakukan proses belajar mandiri untuk mengetahui lebih lanjut materi
yang sedang kami bahas. Adapun pedoman belajar mandiri kami adalah mencari informasi mengenai
jawaban-jawaban terhadap learning objectif atau sasaran pembelajaran yang telah kami rumuskan
bersama-sama. Hasil dari belajar mandiri tersebut disampaikan pada diskusi kelompok kecil II (DKK
II) .

STEP 7

Traktus Ascendens
Fasikulus grasilis & Fasikulus kuneatus

Sensasi otot sadar berkaitan dengan kesadaran mengenal posisi tubuh; menyilang sentuhan, tekanan,
getaran

Spinoserebelar ventralis

Menyilang; sensasi otot tidak sadar

Spinoserebelar dorsalis

Tidak menyilang; sensasi otot tidak sadar. Penting dalam control tonus otot dan postur
7
Spinotalamikus ventralis

Menyilang; sentuhan

Spinotalamikus dorsalis

Menyilang; nyeri dan suhu

Traktus Desendens
Kortikospinal ventralis

Tidak menyilang; control volunter otot rangka

Kortikospinal lateralis

Menyilang; control volunteer otot rangka

Rubrospinal

Menyilang; control otot involunter atas otot rangka yang berkaitan dengan tonus otot dan postur

Vestibulospinal

Tidak menyilang; control involunter atas tonus otot untuk mempertahankan keseimbangan

8
9
10
11
Proses Penjalaran Traktus Pyramidalis

Traktus Ascendens

Lintasan ascendens yang menuju kesadaran terdiri dari 3 neuron :

1. Neuron ordo pertama mempunyai badan sel dalam ganglion radiks posterior medula
spinalis, suatu prosesus tepi berhubungan dengan ujung reseptor sensoris, sementara
suatu prosesus sentralis memasuki medula spinalis melalui radiks posterior untuk
bersinaps dengan ujung neuron ordo kedua.
2. Neuron ujung kedua mempunyai suatu akson yang berdecussatio (menyilang kesisi
yang berlawanan) dan naik ke tingkat susunan saraf sentral yang lebih tinggi untuk
bersinaps dengan ujung neuron ordo ketiga.
3. Neuron ordo ketiga terdapat dalam talamus dan mengeluarkan serabut proyeksi
melintasi daerah sensoris korteks serebri.

 TRAKTUS SPINOTHALAMICUS LATERALIS


Impuls nyeri,panas dan dingin memasuki medula spinalis dari ganglion radiks
posterior melanjutkan keujung kolumna grisea posterior dan membagi diri
menjadi cabang ascendens dan descendens. Cabang-cabang ini berjalan dalam
satu atau dua segmen medula spinalis dan membentuk traktus posterolateralis
lissauer. Serabut dari neuron ordo pertama ini berakhir dengan cara bersinaps
dengan sel-sel dalam kolumna grisea posterior termasuk sel-sel dalam substantia
gelatinosa.

Akson dari neuron ordo kedua menyilang secara oblique ke sisi yang berlawanan
dalam komisura grisea dan alba anterior dalam satu segmen medula spinalis dan
serabut baru ditambah pada spek anteromedial traktus ini sehingga dalam segmen
servikalis atas serabut-serabut sakral terletak posterolateral dan segmen servikal
terletak anteromedial. Dengan naiknya traktus spinothalamikus lateralis melalui
medula oblongata maka terletak dekat lateral diantara nukleus olivarius inferior
dan nulkeus traktus spinalis nervus trigeminus. Dan saat ini traktus diikuti oleh
12
traktus spinothalamikus anterior dan traktus spinotectalis bersama sama
membentuk lemniscus spinalis dan melanjutkan diri naik bagian posterior pons,
dalam otak tengah ia terletak dalam tegmentum lateral lemniscus medialis, dan
bersinaps dengan neuron ordo ketiga nukleus posterolateralis ventralis thalamus.

Akson neuron ordo ketiga dalam nukleus posterolateralis ventralis thalamus melintas
ke posterior kapsula interna dan korona radiata untuk mencapai daerah somastatik
dalam girus postsentralis korteks serebri. Paruhan kontralateral tubuh diwakili secara
terbalik, tangan dan mulut terletak di inferior, tungkai terletak di superior, kaki dan
anogenital pada permukaan medial hemisferium. Dari sini informasi ditransmisikan
pada daerah korteks serebri untuk digunakan area motorik dan area asosiasi parietal.
Peranan korteks serebri adalah menginterpretasikan informasi sensorik pada tingkat
kesadaran.

 TRAKTUS SPINOTHALAMIKUS ANTERIOR

Mirip seperti traktus spinothalamikus lateralis yang memberi kontribusi untuk traktus
posterolateralis dari lisssouer, diduga neuron ordo pertama berakhir dengan sel
kelompok substantia gelatinosa dalam kolumna grisea posterior.

Akson neuron ordo kedua menyilang oblique ke sisi yang berlawanan dalam komisura
grisea dan alba anterior dalam beberapa segmen spinal dan naik dalam kolumna alba
anterolateral yang berlawanan sebagai traktus spinothalamikus anterior. Saat ia naik
melalui medula spinalis serabut baru ditambahkan pada medialis traktus, sehingga
pada segmen servikalis atas medula spinalis serabut sakral merupakan segmen yang
sebagian besar terletak di lateral dan segmen servikal di medial. Dan ia naik melalui
medula oblongata bersama dengan traktus spinothalamikus lateralis dan spinotektalis
membentuk lemiscus spinalis (untuk raba kasar dan tekanan diduga diapresiasi disini).

Akson neuron ordo ketiga dalam nukleus posterolateralis ventralis thalamus melalui
posterior kapsula interna dan korona radiata mencapai daerah somastetik dalam girus
postsentralis korteks serebri. Paruhan kontralateral tubuh diwakili sacara terbalik
tangan dan mulut terletak di inferior. Apresiasi sadar, raba dan tekanan tergantung

13
pada aktifitas korteks serebri. Harus ditekankan bahwa rasa hanya dapat dilokalisir
secara kasar, dan hanya memungkinkan diskriminasi intensitas yang sangat kecil.

 COLUMNA ALBA POSTERIOR: FASCICULUS GRACILIS DAN


FASCICULUS CUNEATUS

Akson masuk medula spinalis radik ganglion posterior dan melintas columna alba
posterior sisi yang sama. Disini serabut membagi diri menjadi cabang ascenden
panjang dan descenden pendek. cabang descenden melintas turun dalam sejumlah
segmen yang variabel, memberi cabang contralateral yang bersinap dengan sel dalam
cornu grisea posterior , dengan neuron internunsial dan dengan sel cornu anterior,
jelas bahwa serabut descenden pendek terlibat dengan reflek intersegmental. Serabut
ascenden panjang juga berakhir dengan cara bersinap dengan sel cornu grisea
posterior neuron internunsial dan sel cornu anterior. Distribusi ini meluas meliputi
beberapa segmen medula spinalis.

Banyak serabut ascenden yang panjang berjalan dalam columna alba posterior sebagai
fasciculus gracillis dan cuneatus. Fasciculus gracillis ditemukan di sepanjang seluruh
medula spinalis dan mengandung serabut ascenden panjang saraf sacral, lumbal dan
enam saraf thorakal bagian bawah. Fasciculus cuneatus terletak di lateral pada segmen
thorakalis atas dan servikalis medula spinalis serta dipisahkan dari fasciculus gracillis
oleh septum. Fasciculus cuneatus mengandung serabut ascenden panjang enam
serabut saraf thorakal dan semua nervus spinalis servikalis.

Serabut fasciculucs gracillis dan cuneatus naik ipsilateral dan berakhir dengan
bersinaps dengan neuron ordo ke dua dalam nuklei gracillis dan cuneatus medula
oblongata. Akson ordo ke dua ini juga disebut dengan serabut arkuata interna,
memanjang anteromedial di sekeliling substantia grisea centralis dan menyilang
median , berdecusatio dengan serabut yang bersesuaian pada sisi yang berlawanan
dalam decusatio sensorik, Serabut kemudian naik sebagai berkas tunggal dan kompak
yaitu lemniskus medialis melalui medula oblongata, pons, dan otak tengah. Serabut

14
berakhir dengan bersinaps dengan ordo ke tiga dalam nukleus postero lateralis
ventralis thalamus.

Akson neuron ordo ke tiga meninggalkan dan melintas melalui posterior capsula
minterna dan corona radiata untuk mencapai daerah somestetik pada gyrus
postcentralis cortek cerebri. Paruhan conteralateral tubuh diwakili secara terbalik,
tangan dan mulut diinferior. Dengan cara ini, kesan seperti raba dengan tingkat
intensitas halus, lokalisasi yang tepat dan diskriminasi dua titik dapat diapresiasi.
Rasa getaran dan posisi bagian tubuh yang berbeda-beda dapat diketahui secara sadar.

Sejumlah serabut dalam fasciculus cuneatus segmen servikalis dan thorakalis atas,
setelah berakhir pada neuron ordo kedua nukleus cuneatus, direlay dan berjalan
sebagai akson neuron ordo kedua untuk memasuki cerebellum melalui pedunkulus
cerebellaris inferior sisi yang sama . lintasan ini disebut Tractus Cuneocerebellaris
dan serabut diketahui sebagai serabut arkuata externa. Fungsi serabut ini untuk
mengalirkan informasi rasa otot sendi ke cerebellum.

 TRAKTUS SPINOCEREBELLARIS POSTERIOR

Akson yang memasuki medula spinalis dari radix ganglion posterior memasuki
columna grisea posterior serta berakhir dengan bersinap pada neuron ordo kedua pada
dasar dari columna grisea posterior. Neuron ini secara kolektif diketahui sebagai
nukleus dorsalis (Columna Clarck). Akson neuron ordo kedua ini memasuki
posterolateral columna alba lateral pada sisi yang sama dan naik sebagai tractus
spinocerebellaris posterior ke medulla oblongata. Disini tractus bersatu dengan
pedunkulus cerebellaris inferior dan berakhir pada cortex cerebellaris. Perhatikan
bahwa ia tidak naik ke kortek cerebri. Karena nukleus dorsalis hanya membentang
dari segmen servikalis kedelapan ke arah kaudal ke segmen lumbal ketiga dan
keempat, akson ini memasuki medula spinalis radik posterior segmen lumbal bawah
dan sacral naik dalam columna alba posterior sehingga mencapai segmen lumbal
ketiga atau keempat masuk ke nukleus dorsalis

Serabut spinocerebellaris posterior menerima informasi dari otot sendi, spindel-


spindel otot, organ-organ tendon dan reseptor-reseptor sendi badan dan anggota gerak

15
bawah. Informasi mengenai tegangan otot dan tendon serta gerakan-gerakan otot dan
sendi digunakan oleh serebellum dalam mengkoordinasi gerakan-gerakan anggota
gerak serta mempertahankan postur.

 TRACTUS SPINOCEREBELLARIS ANTERIOR

Akson yang memasuki medula spinalis ganglion radik posterior berakhir dengan
bersinap dengan neuron ordo kedua dalam nukleus dorsalis pada basis columna grisea
anterior. Sebagian besar akson neuron ordo kedua menyilang sisi yang berlawanan
dan naik sebagai tractus spinocerebellaris anterior pada columna alba sisi yang
berlawanan. Sebagian kecil akson naik sebagai tractus spinocerebellaris anterior
dalam columna alba sisi yang sama. Setelah naik melalui medula oblongata dan pons,
serabut masuk kedalam cerebellum melalui pedunkulus cerebellaris superior dan
berakhir dalam cortek cerebellaris.

Diduga bahwa serabut yang menyilang kesisi yang berlawanan dalam medula spinalis
menyilang kembali dalam cerebellum. Tractus spinocerebellaris anterior mengalirkan
informasi otot sendi dari spindel-spindel otot, organ-organ tendon, reseptor-reseptor
sendi badan dan anggota gerak atas dan bawah. Diduga juga bahwa melalui facia ini
cerebellum menerima informasi dari kulit dan facia superficial.

 TRACTUS CUNEOCEREBELLARIS

Serabut ini berasal dari nukleus cuneatus dan memasuki cerebellum melalui
pedunculus cerebellaris inferior sisi yang sama. Serabut ini diketahui sebagai serabut
arkuata externa posterior dan fungsinya adalah mengalirkan informasi rasa otot sendi
ke cerebellum.

Traktus Descendens

Lintasan desenden kortek serebri seringkali terbentuk dari tiga neuron :

1. Neuron ordo pertama, mempunyai badan sel dalam kortek serebri. Aksonya turun
untuk bersinaps pada neuron orde kedua, suatu neuron internunseal yang terletak
dalam columna grisea anterior medula spinalis

16
2. Neuron orde kedua pendek dan bergabung dengan neuron orde ketiga yaitu lower
motor neuron dalam kolumna grisea anterior.
3. Neuron orde ketiga menginervasi otot skelet melalui radiks anterior nervus spinalis.

 TRACTUS CORTIKOSPINALIS

Serabut corticospinal timbul sebagai akson sel-sel piramidal yang terletak dalam
lapisan kelima kortek cerebri sepertiga berasal dari kortek motorik primer, sepertiga
dari kortek motorik sekunder, sepertiga dari area parietalis, sehingga duapertiga dari
serabut timbul gyrus precentralis serta sepertiga timbul dari gyrus postcentralis.
Karena stimulus listrik terhadap bagian-bagian berbeda dari gyrus precentralis
menimbulkan kontraksi bagian-bagian berbeda dari sisi tubuh yang berlawanan, kita
dapat mewakili bagian tubuh pada cortex ini. Perhatikan bahwa daerah yang
mengendalikan muka terletak di inferior dan anggota gerak bawah terletak di superior
dan pada permukan medial hemisfer. Homunculus merupakan gambaran tubuh yang
mengalami distorsi, dengan berbagai bagian yang mempunyai ukuran yang sebanding
dengan daerah cortek cerebri yang diperuntukan bagi pengendalianya.

Serabut desends berkonvergensi pada corona radiata dan kemudian melintasi


exremitas posterior capsula interna. Serabut diorganisis sehingga terdekat dengan
genu berkaitan dengan servical tubuh yang terletak di medialis sementara yang
terletak di posterior berkaitan dengan extremitas inferior yang terletak di lateral.
Kemudian tractus berlanjut melalui tiga perlima bagian tengah basis pedunculi otak
tengah .

Saat memasuki pons, taktus terbagi menjadi banyak serabut yaitu serabut
pontoserebral trasversa. Dalam medula oblongata, serabut dikelompokan secara
bersama di batas anterior membentuk pembesaran yang disebut sebagai traktus
piramidalis. Pada sambungan medula oblongata dan medula spinalis, sebagian serabut
menyilang garis tengah pada decussatio pyramidum dan memasuki kolumna alba
anterior dari medula spinalis untuk membantu traktus cortiko spinalis lateralis.
Serabut selebihnya tidak menyilang dalam decussatio, tetapi turun dalam columna
alba medula spinalis sebagai traktus cortiko spinalis anterior. Serabut ini akhirnya

17
menyilang garis tengah pada columna grisea anterior segmen-segmen medula spinalis
dalam daerah servikalis dan torakalis atas.

Traktus kortikospinalis turun sepanjang medula spinalis dimana serabutnya berakhir


dalam kolumna grisea anterior semua segmen-segmen medula spinalis. Sebagian
besar serabut kortikospinal bersinaps dengan neuron internunsial, yang pada giliranya
bersinaps dengan neuron motorik alpa dan beberapa neuron motorik gama. Hanya
serabut kortikospinal terbesar bersinaps langsung dengan neuron motorik.

 TRAKTUS RUBROSPINALIS

Nukleus rubrum terletak dalam tegmentum otak tengah setinggi kolikulus superior.
Akson-akson neuron dalam nukleus ini menyilang garis tengah setinggi nukleus dan
turun sebagai traktus rubrospinalis melalui pons dan medula oblongata untuk
memasuki kolumna alba lateralis medula spinalis. Serabut yang berakhir dengan cara
bersinaps dengan neuron internosea pada kolumna grisea anterior medula spinalis.

Neuron-neuron nukleus rubrum menerima impuls aferen melalui hubungan dengan


korteks serebri dan serebelum. Keadaan ini diduga merupakan suatu lintasan tidak
langsung yang penting dengan korteks serebri dan serebelum yang mempengaruhi
aktifitas neuron motorik alpa dan gama medula spinalis. Traktus ini mempermudah
aktifitas otot-otot fleksor dan menghambat aktifitas otot ekstensor dan grafitasi.

 TRAKTUS VESTIBULOSPINALIS

Nuklei vestibularis terletak dalam pons dan medula oblongata di bawah atap
ventrikulus keempat. Nuklei vestibularis menerima serabut aferen dari telinga dalam
melalui saraf vestibularis serta dari serebelum. Neuron-neuron vestibularis merupakan
asal dari akson-akson yang membentuk traktus vestibulospinalis. Traktus ini turun
tanpa menyilang melalui medula spinalis dalam kolumna alba anterior. Serabut ini
berakhir dengan neuron internosea kolumna grisea medula spinalis.

 SERABUT DESCENDEN OTONOMIK

18
Pusat-pusat yang lebih tinggi susunan saraf pusat berhubungan dengan pengendalian
aktifitas otonom yang terletak dalam korteks serebri, hipotalamus, kompleks
amigdaloidea, formatio retikularis. Kendatipun traktus-traktus yang berbatas jelas
belum diketahui, penelitian lesi-lesi medula spinalis memperlihatkan terdapatnya
traktus-traktus otonom descendens dan kemungkinan membentuk bagian dari traktus
retikulospinalis.

Serabut ini timbul dari neuron pada pusat yang lebih tinggi dan menyilang garis
tengah dalam batang otak. Diduga turut dalam kolumna alba lateralis medula spinalis
dan berakhir dengan bersinaps pada sel-sel motorik otonom dalam kolumna grisea
lateral pada tingkat-tingkat torakal dan lumbal atas (aliran keluar simpatis) dan tingkat
sakral tengah (parasimpatis) medula spinalis.

GANGGUAN SISTEM SENSORIK

1. Sindrom Pemotongan Jaras Sensorik. Sindrom ini bervariasi tergantung dari lokasi
kerusakan sepanjang perjalanan jaras sensorik.
1. Lesi kortikal atau subkortikal dalam daerah sensorik motorik lengan atau
tungkai menyebabkan parestesia dan mati rasa pada extemitas sisi yang
berlawanan.
2. Lesi jaras sensorik tepat di bawah talamus menyebabkan hilangnya semua
kualitas sensorik separuh tubuh kontralateral.
3. Jaras sensorik lain selain nyeri dan suhu mengalami kerusakan terjadi
hipestesia pada sisi kontralateral wajah dan tubuh.
4. Jika kerusakan terbatas pada lemnikus trigeminalis dan spinotalamikus lateral
pada pusat otak, tidak ditemukan sensasi nyeri dan suhu pada wajah dan tubuh
kontralateral, semua kualitas sensorik lainnya tidak terganggu.
5. Keterlibatan lemniskus medialis dan traktus spinotalamikus anterior,
menghilangkan semua kualitas sensorik pada bagian kontralateral tubuh
kecuali sensasi nyeri dan suhu.

19
6. Kerusakan nukleus dan traktus trigeminal spinalis dan traktus spinotalamikus
lateral, menyebabkan hilangnya sensasi nyeri dan suhu pada wajah ipsilateral
dan tubuh kontralateral.
7. Kerusakan funikuli posterior menyebabkan menghilangnya sensasi sikap,
getaran, diskriminasi dan sensasi lain yang berhubungan dengan ataksia
ipsilateral.
8. Lesi pada kornu posterior , menghilangkan sensasi suhu dan nyeri ipsilateral
semua kualitas lain tetap utuh ( gangguan disosiasi sensibilitas).
9. Cedera beberapa radiks posterior yang berdekatan, diikuti oleh perestesia
radikular dan nyeri,dan juga penurunan atau hilangnya semua kualitas sensorik
pada masing-masing segmen tubuh. Jika radiks yang cedera mesuplai saraf
dari lengan atau tungkai,ditemukan hipotonia atau atonia, arefleksia dan
ataksia.
10. Sindroma Cedera Funikulus Posterior
1. Hilangnya sikap dan sensasi lokomotor dengan mata tertutup pasien
tidak dapat mengetahui posisi anggota tubuhnya
2. Astereognosis: dengan mata tertutup, pasien tidak dapat mengenal dan
menggambarkan bentuk dan bahan dari objek yang dirabanya.
3. Hilangnya diskriminasi dua titik
4. Hilangnya sensasi getaran: pasien tidak dapat merasakan getaran dari
garpu tala yang ditempelkan pada tulang

GANGGUAN SISTEM MOTORIK

LESI UPPER MOTOR NEURON

LESI TRACTUS CORTICOSPINAL (TRACTUS PYRAMIDAL)

1. Tes Babinsky positif. Ingat bahwa tanda babinsky secara normal terdapat selama
setahun pertama kehidupan, karena tractus kortikospinal tidak bermielin sampai akhir
tahun kehidupan pertama.
2. Arefleksia abdominalis superficial. Reflek ini tergantung pada integritas tractus, yang
menimbulkan eksitasi tonik pada neuron internunsial.
3. Arefleksia cremaster.
20
4. Kehilangan penampilan gerakan volunter terlatih yang halus.

LESI TRACTUS DESCENDEN SELAIN TRACTUS CORTICOSPINAL (TRACTUS


EKSTRAPIRAMIDAL)

1. Paralisa parah dengan sedikit atau tanpa adanya atrofi otot


2. Spastik atau hipertonisasi otot. anggota gerak tubuh bawah dalam ekstensi dan
anggota gerak atas dipertahankan dalam keadaan fleksi
3. Peningkatan reflek otot serta klonus dapat ditemukan pada fleksor jari
tangan,muskulus quadrisep femoris dan otot paha.
4. Reaksi pisau lipat. Mengadakan gerakan pasif suatu sendi terdapat tahanan oleh
adanya spastisitas otot.

LESI LOWER MOTOR NEURON

1. Paralisis flaksid otot yang disuplai.


2. Atrofi otot yang disuplai.
3. Kehilangan reflek otot yang disuplai.
4. Vasikulasi muskuler. Keadaan ini merupakan twitching otot yang hanya terlihat jika
terdapat kerusakan yang lambat dari sel.
5. Kontraktur muskuler. Ini adalah pemendekan otot yang mengalami paralise, lebih
sering terjadi pada otot antagonis, dimana kerjanya tidak lagi dilawan oleh otot yang
mengalami paralise.

SINDROM PEMOTONGAN SPESIFIK

1. LESI KORTIKAL (tumor,hematoma,infark,dll) mengakibatkan paresis tangan atau


lengan kontralateral. Gerakan volunter harus, terlatih, paling sering terlibat. Terjadi
monoparesis, paresis terjadi karena penjagaan traktus ekstrapiramidalis yang hampir
total. Lesi kecil di kortek ada 4 menghasilkan paresis flacid dan serangan epilepsi
fokal yang agak sering (epilepsi jackson).
2. Lesi kapsula Interna : terjadi hemiplegi spastik kontralateral karena serat piramidalis
dan ekstrapiramidalis dekat satu sama lain. Traktus kortikonuklearis terlibat sehingga
21
terjadi paralisis fasial kontralateral dan mungkin saraf hipoglosus. Kebanyakan nuklei
motorik kranialis disarafi secara bilateral oleh traktus tersebut. Kerusakan cepat
menyebabkan paralisis kontralateral , yang pertama-tama bersifat flacid karena
efeknya seperti syok pada neuron perifer, setelah berjam-jam atau berhari-hari
paralisis menjadi spastik karena serat ekstrapiramidalis juga rusak.
3. Lesi pedunkel : hasil dari lesi ini adalah hemiplegia spastik kontralateral, yang
berkaitan dengan paralisis ipsilateral saraf okulomotorius.
4. Lesi pons : hasil dari lesi ini hemiplegi kontralateral dan mungkin bilateral. Tidak
semua serat ekstrapiramidalis mengalami kerusakan karena serat yang berjalan ke
bawah ke wajah dan nuklei hipoglosus terletak lebih dorsal, nervus fasialis dan
hipoglosus mungkin tidak terkena sebaliknya mungkin ada paralisis ipsilateral saraf
abdusens dan trigeminus.
5. Lesi piramida : menghasilkan hemiparesis flacid kontralateral. Tidak ada hemiplegi
kerena yang rusak hanya serat piramidalis. Jaras ekstrapiramidalis terletak lebih
dorsal dalam medula dan tetap utuh.
6. Lesi servikalis : keterlibatan traktus piramidalis lateral berasal dari penyakit seperti
sklerosis lateral amiotropik atau multipel, mengakibatkan hemiplegia spastik
ipsilateral karena traktus piramidal sudah menyilang, paralisis bersifat spastik karena
serat ekstrapiramidalis yang bercampur dengan serat piramidalis juga mengalami
kerusakan.
7. Lesi torakalis : interupsi pada traktus piramidalis lateral yang disebabkan penyakit
seperti sklerosis lateral amiotropik atau multipel mengakibatkan monoplegia spastik
ipsilateral dari tungkai. Kerusakan bilateral menyebabkan paraplegia
8. Lesi radiks anterior : kelumpuhan akibat lesi ini adalah ipsilateral dan flaccid, akibat
kerusakan motor neuron bawah atau perifer

Refleks – Refleks yang diatur di korda spinalis

Refleks adalah respon apapun yang terjadi secara otomatis tanpa usaha sadar.
Terdapat dua jenis refleks, yaitu refleks sederhana atau refleks dasar, berupa respon built-in
yang tidak perlu dipelajari; dan refleks didapat atau refleks terkondisi, yang terjadi karena
belajar dan berlatih.
22
Jalur – jalur saraf yang berperan dalam pelaksanaan aktifitas refleks dikenal sebagai
lengkung refleks , yang biasanya mencakup lima komponen dasar :

 Reseptor, berespons terhadap stimulus


 Jalur Aferen, menghantarkan impuls menuju ke pusat integrasi untuk diolah(biasanya
adalah SSP).
 Pusat Integrasi, mengolah semua informasi yang datang dari reseptor serta dari
masukan yang lain, kemudian “mengambil keputusan” mengenai respons yang sesuai.
 Jalur Eferen, untuk menghantarkan impuls dari pusat integrasi menuju efektor
 Efektor, -suatu otot atau kelenjar- untuk melaksanakan respons yang diinginkan.

Refleks spinal dasar adalah reflex yang diintegrasikan oleh korda spinalis; semua
komponen yang penting untuk menghubungkan masukan aferen dengan respons eferen
terdapat di dalam korda spinalis. Refleks menarik (withdrawal reflex) dapat dijadikan
ilustrasi untuk sebuah refleks spinal dasar. Apabila seseorang menyentuh kompor panas
(atau menerima rangsangan nyeri lain), timbul refleks untuk menarik tangan menjauhi
kompor (untuk menjauhi rangsangan nyeri). SSP dapat membedakan berbagai rangsangan
karena reseptor dan, tentunya, jalur aferen yang berbeda diaktifkan oleh rangsangan yang
berbeda pula. Apabila suatu reseptor mendapat cukup rangsangan sehingga mencapai
ambang, timbul potensial aksi di neuron aferen. Semakin kuat rangsangan, semakin tinggi
frekuensi potensial aksi terbentuk dan disalurkan ke SSP. Setelah masuk ke korda spinalis,
neuron aferen ini menyebaruntuk bersinaps dengan antarneuron yang berbeda-beda:

1. Neuron aferen yang tereksitasi akan merangsang antarneuron eksitatorik yang


kemudian merangsang neuron motorik eferen yang mempersarafi biseps, otot lengan
yang memfleksikan sendi siku. Kontraksi pada biseps menarik tangan menjauhi
kompor panas.
2. Neuron tersebut juga merangsang antarneuron inhibitorik yang kemudian
menghambat neuron eferen yang mempersarafi triseps untuk mencegah otot tersebut
berkontraksi. Dengan demikian dalam reflex menarik tersebut sudah terdapat inhibisi
otot-otot yang merupakan antagonis dari respons yang diinginkan. Hubungan saraf
yang melibatkan stimulasi saraf ke suatu otot disertai inhibisi simultan saraf ke otot
antagonisnya dikenal sebagai persarafan timbale-balik (reciprocal innervation).

23
3. Neuron tersebut merangsang antarneuron lain yang membawa sinyal ke atas dari
korda spinalis ke otak melaui jalur ascendens. Hanya setelah impuls mencapai daerah
sensorik korteks orang sadar akan rasa nyeri, lokasi, dan jenis rangsangannya. Juga,
sewaktu impuls mencapai otak, informasi itu dapat disimpan sebagai ingatan, dan
orang tersebut dapat mulai berpikir tentang situasi- bagaimana hal itu terjadi, apa
yang harus dikerjakan, dan sebagainya.

Seperti karakteristik semua reflex spinal, otak dapat memodifikasi refleks menarik.
Impuls dapat dikirim ke bawah melalui jalur desendens ke neuron eferen yang mempersarafi
otot-otot yang terlibat untuk mengalahkan masukan dari reseptor, dan mencegah kontraksi
biseps walaupun terdapat rangsangan yang menimbulkan nyeri. Salah satu contohnya ketika
pengambilan contoh darah dengan menusuk jarum pada jari,terjadi stimulasi reseptor,yang
mengawali refleks menarik. Namun, karena sadar, bahwa harus berani dan tidak menarik
tangan, secara sadar mengalahkan refleks dengan mengirimkan IPSP melalui jalur desendens
ke neuron-neuron motorik yang mempersarafi biseps dan EPSP ke neuron-neuron yang
mempersarafi triseps. Aktifitas di neuron-neuron eferen ini bergantung pada jumlah aktifitas
semua masukan sinaps. Karena neuron-neuron yang mempersarafi biseps sekarang menerima
lebih banyak IPSP dari otak (secara volunter) daripada EPSP dari jalur nyeri aferen (refleks),
neuron-neuron tersebut dihambat dan tidak mencapai ambang. Akibatnya, biseps tidak
dirangsang untuk berkontraksi dan menarik tangan. Secara simultan, neuron-neuron ke triseps
menerima lebih banyak EPSP dari otak daripada IPSP melalui lengkung refleks, sehingga
mereka mencapai ambang, membentuk potensial aksi, dan merangsang triseps untuk
berkontraksi. Dengan demikian, lengan tetap ekstensi walaupun terdapat rangsangan nyeri.
Dengan cara ini refleks menarik ditekan.
Hanya satu refleks yang lebih sederhana daripada refleks menarik-refleks regang
(stretch reflex), yaitu sebuah neuron aferen yang berasal dari reseptor pendeteksi regangan di
otot rangka langsung berakhir di neuron eferen yang mempersarafi otot rangka yang sama
untuk menyebabkan kontraksi dan meniadakan peregangan. Refleks ini adalah refleks
monosinap(“satu sinaps”), karena satu-satunya sinaps yang ada di lengkung refleks adalah
sinaps antara neuron aferen dan eferen. Refleks menarik dan senua refleks lainnya bersifat
polisinaps (“banyak sinaps”), karena banyak antar-neuron ditempatkan pada jalur refleks,
sehingga lebih banyak sinaps yang terlibat.

24
Tindakan pada refleks sinaps tidak perlu terbatas pada respons motorik di sisi tubuh
tempat rangsangan timbul. Misalnya seseorang menginjak sbuah paku dan bukan menyentuh
benda panas dengan tangannya. Timbul lengkung refleks untuk menarik kaki yang tertusuk
dari rangsangan nyeri, sementara tungkai yang berlawanan secara bersamaan mempersiapkan
diri untuk secara mendadak menerima seluruh beban tubuh , sehingga orang tersebut tidak
kehilangan keseimbangan atau jatuh. Menekuknya lutut tungkai yang tertusuk tanpa
hambatan dilaksanakan melalui stimulasi refleks otot-otot yang menyebabkan fleksi lutut dan
inhibisi otot-otot yang menyebabkan ekstensi lutut. Pada saat yang sama, ekstensi lutut
tungkai yang berlawanan terjadi karena pengaktifan jalur-jalur yang menyilang ke sisi korda
spinalis yang berlawanan untuk secara refleks merangsang eksteni lutut dan menghambat
fleksinya. Refleks ekstensor menyilang(crossed extensor reflex ) ini memastikan bahwa
tungkai yang berlawanan akan berada dalam posisi untuk menerima beban tubuh sewaktu
tungkai yang tertusuk ditarik dari rangsangan.
Selain refleks-refleks protektif seperti refleks menarik dan refleks postur sederhana,
misalnya refleks ekstensor menyilang, refleks spinal dasar juga memperantarai pengosongan
organ-organ panggul (misalnya, berkemih, buang air besar, dan pengeluaran semen). Semua
refleks spinal dapat secara sadar ditekan paling tidak secara temporer oleh pusat-pusat otak
yang lebih tinggi.
Tidak semua aktivitas refleks melibatkan lengkung refleks yang jelas, walaupun
prinsip-prinsip dasar respons otomatis terhadap perubahan yang dapat dideteksi masih tetap
ada. Jalur-jalur untuk ketanggapan yang tidak disadari menyimpang dari lengkung refleks
tipikal dalam dua hal umum:
1. Respons yang diperantarai, paling tidak sebagian, oleh hormon. Suatu refleks
tertentu mungkin diperantarai hanya oleh neuron atau hormone atau melibatkan jalur
yang memakai keduanya.
2. Respons local ysng tidak melibatkan saraf atau hormon. Sebagai contoh, pembuluh
darah pada otot yang sedang bekerja berdilatasi karena perubahan-perubahan
metabolik lokal, sehingga terjadi peningkatan aliran darah untuk mengimbangi
kebutuhan metabolik otot yang aktif tersebut.

25
26
PENUTUP

KESIMPULAN

Melalui hasil belajar mandiri yang telah didiskusikan pada diskusi kelompok kecil (DKK) ke-
2 kelompok I dengan modul ”TRAKTUS PYRAMIDALIS” kami mendapatkan Learning Objective
atau sasaran pembelajaran mengenai hal-hal yang berkaitan tentang proses pembagian traktus
ascendens dan descendens, penjalaran dan proses penjalaran traktus-traktus tersebut,contoh-contah
dampak transeksi di beberapa neuron, dan Refleks Spinal

Dengan begitu kami mengetahui guna traktus ascendens untuk menjalarkan impuls ke otak
dari korda spinalis dan traktus desncendens yang membawa hasil dari proses interpretasi yang akan
keluar melalui neuron eferen. Kami juga telah mengetahui beberapa dampak bila terjadi transeksi
pada saraf-saraf spinal tersebut yang berpengaruh pada bagian-bagian tubuh yang dapat menyebakan
hilangnya fungsi sensorik

SARAN

Mengingat masih banyaknya kekurangan dari kelompok kami, baik dari segi diskusi kelompok,
penulisan tugas tertulis dan sebagainya, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen-
dosen yang mengajar baik sebagai tutor maupun dosen yang memberikan materi kuliah, dari rekan-
rekan angkatan 2008 dan dari berbagai pihak demi kesempurnaan laporan ini.

27
DAFTAR PUSTAKA

Sherwood L., Human Physiology : from cells to system, 5th ed. ; Thomson Brooks
Co.2004

http://www.neuroanatomy.wisc.edu/sc97/text/P4/Pathway.htm

http://www.mona.uwi.edu/fpas/courses/physiology/neurophysiology/DescendingPath
ways.htm

Mardjono, Mahar, Sidarta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar. Penerbit Dian Rakyat.
Jakarta: 2004. Hal 21-26.

Martini, frederic. Fundamental Of Anatomy & Physiology. Edisi 7. Pearson


International edition. New york. Page 496-513

Marieb, Elaine, N. Human Anatomy & Physiology. Edisi 7. Pearson International


Edition. Page 491-519

Duus, Peter. Diagnosis Topik Neurologi. EGC. Edisi 2. Jakarta. Hal 29, 44

28

Anda mungkin juga menyukai