Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA

PRAKTIKUM 5

KONDUKTIVITAS PANAS

KP D

Disusun Oleh :

Melisa Ovelia Cipta Jaya (160318009)


Hana Safitza Kartikaningsih (160318039)

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS SURABAYA
2019
Judul : P5 – Konduktivitas Panas

I. Tujuan
1. Memahami peristiwa perpindahan panas secara konduksi serta parameter-
parameter yang mempengaruhinya.
2. Menentukan konduktivitas panas bahan isolasi.

II. Dasar Teori


Setiap material pasti mengalami proses perpindahan panas. Namun
proses ini tidak bisa diamati tetapi pengaruhnya bisa dirasakan dan diukur.
Perpindahan panas meliputi konduksi, konveksi dan radiasi, dimana proses-
proses perpindahan panas ini banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Perpindahan panas adalah perpindahan energi yang terjadi pada benda atau
material yang bersuhu tinggi menuju ke suhu yang lebih rendah, hingga
tercapainya kesetimbangan panas. Kesetimbangan panas terjadi jika panas
dari sumber panas sama dengan jumlah panas benda yang dipanaskan dengan
panas yang disebarkan oleh benda tersebut ke medium sekitarnya. Proses
perpindahan panas ini berlangsung dalam tiga mekanisme, yaitu konduksi,
konveksi dan radiasi.
Konduksi adalah salah satu jenis perpindahan panas, dimana
perpindahan panas atau kalor melalui satu jenis zat sehingga konduksi
merupakan satu proses pendalaman karena proses perpindahan kalor ini
hanya terjadi di dalam bahan. Arah aliran energi kalor adalah dari titik
bersuhu tinggi ke titik bersuhu rendah. Perpindahan panas konduksi
umumnya terjadi pada zat padat. Proses perpindahan panas konduksi terjadi
dengan tanpa diikuti media penghantarnya. Contoh perpindahan panas secara
konduksi dalam kehidupan sehari-hari yaitu saat mengaduk kopi dengan
sendok, ujung pegangan sendok juga akan terasa panas walaupun tidak
tercelup ke dalam kopi yang panas.
Proses perpindahan kalor secara konduksi dilihat secara atomik
merupakan pertukaran energi kinetik antar molekul (atom), dimana partikel
yang energinya rendah dapat meningkat dengan menumbuk partikel dengan
energi yang lebih tinggi. Sebelum dipanaskan elektron dari logam bergetar
pada posisi setimbang. Pada ujung logam mulai dipanaskan, pada bagian ini
atom dan elektron bergetar dengan amplitudo yang makin membesar.
Selanjutnya bertumbukan dengan atom dan elektron disekitarnya dan
memindahkan sebagian energinya. Kejadian ini berlanjut hingga pada atom
dan elektron di ujung logam yang satunya. Konduksi terjadi melalui getaran
dan gerakan elektron bebas.
Jumlah panas yang dikonduksikan melalui material persatuan waktu
dituliskan oleh persamaan:
∆𝑇
𝐻 = −𝐾𝐴
𝑥
Dimana:
H= Jumlah panas yang dikonduksikan (kalori/detik)
K= konduktivitas termal (W/m ºC)
A= Luas bahan uji (m2)
ΔT= Perubahan suhu (ºC)
x= Tebal bahan uji (m)
Bahan yang mempunyai konduktivitas yang baik disebut dengan
konduktor, misalnya logam. Sedangkan bahan yang mempunyai
konduktivitas yang buruk disebut isolator, misalnya kaca,, mika, woll, dan
lain sebagainya. Suatu bahan dikatakan konduktor apabila bahan tersebut
mempunyai nilai K yang besar yaitu > 4.15 W/m°C, biasanya bahan tersebut
terbuat dari logam. Sedangkan untuk isolator mempunyai nilai K < 4.01
W/m°C, biasanya bahan tersebut terbuat dari bahan bukan logam. Nilai
konduktivitas termal penting untuk menentukan jenis dari penghantar yaitu
konduksi panas yang baik untuk nilai koefisien konduktivitas termal yang
besar dan penghantar panas yang tidak baik untuk nilai koefisien panas yang
kecil.
Konduktivitas termal dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
adalah suhu, kepadatan dan porositas dan kandungan uap air. Suhu memiliki
pengaruh yang sangat kecil, namun tetap saja dikatakan bahwa suhu memiliki
pengaruh terhadap konduktivitas. Karena semakin bertambahnya suhu,
konduktivitas bahan tertentu juga akan meningkat. Kepadatan dan porositas
suatu benda berpengaruh pada konduktivitas suatu benda, semakin banyak
rongga pada benda tersebut maka semakin besar persentasi porositasnya. Dan
semakin besar porositas menyebabkan nilai konduktivitas semakin menurun..
Kandungan uap air juga mempengaruhi konduktivitas thermal. Konduksi
termal akan meningkat seiring meningkatnya kandungan kelembaman suatu
benda.
Kapasitas kalor (C) merupakan jumlah kalor yang diperlukan untuk
menaikkan temperatur dari suatu sampel bahan sebesar 1 oC.
ΔQ = C ΔT

Kapasitas panas dari beberapa benda sebanding dengan massanya,


maka lebih mudah bila didefinisikan kalor jenis (c). Kalor jenis (c)
merupakan jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan temperatur dari 1
gram massa bahan sebesar 1 oC. Dimana ΔT adalah selisih antara T1 dan T2.

Q = m c ΔT

Maka dapat digunakan pula rumus:

𝑄
𝐻=
𝑡

Sehingga akan didapatkan rumus sebagai berikut:

𝑄 ∆𝑇
= −𝐾𝐴
𝑡 𝑥
Dari persamaan-persamaan tersebut, didapati bahwa :
𝐾𝐴
𝑇2 = 𝑇1 − [(𝑇1 − 𝑇20 ) × 𝑒 −𝑚𝑐𝑥𝑡 ]
III. Alat dan Cara Kerja
A. Alat-alat yang diperlukan :
1. Statif percobaan konduktivitas
2. Ketel uap
3. Kompor listrik
4. Stopwatch
5. Termometer (2 buah)
6. Mikrometer sekrup
7. Jangka sorong
8. Ketel air panas
9. Bahan uji (kaca dan mika)

B. Cara kerja :
1. Menimbang plat kuningan (plat bawah) dan mencatat kalor jenis
kuningan dari tabel yang telah tersedia.
2. Mengukur diameter bahan uji dengan menggunakan jangka sorong
dan ketebalan kedua bahan uji dengan micrometer sekrup.
Pengukuran diameter benda uji dilakukan sebanyak tiga kali untuk
kaca dan mika.
3. Mengisi ketel dengan air hingga ¾ volume ketel.
4. Memanaskan ketel yang berisi air dengan menggunakan kompor
listrik (600 W) hingga mendidih. Uap dari ketel air panas
disalurkan dengan selang ke ketel uap yang akan menjadi plat atas
dalam percobaan ini.
5. Meletakkan termometer pada lubang yang terdapat di plat atas.
Mengamati kenaikan suhu plat atas (T1) hingga stabil dan berada
dikisaran 90ºC-95ºC. Kemudian mencatat suhu plat atas (T1).
Setelah suhu dari plat atas stabil, daya listrik pada kompor
diturunkan menjadi 300 W.
6. Meletakkan bahan uji berupa mika di atas plat bawah, sebelumnya
harus memastikan bahwa suhu plat bawah (T2o) sama dengan suhu
ruangan.
7. Meletakkan plat atas di atas bahan uji bersamaan dengan menekan
stopwatch untuk mengukur dan mencatat setiap kenaikan suhu 1ºC
dari plat bawah (T2). Melakukan hal tersebut secara kontinu hingga
mencapai suhu konstan sebesar 55ºC pada kedua bahan uji. Selama
proses percobaan, thermometer yang terdapat pada plat atas dan
plat bawah tidak boleh dilepaskan. Selain itu, kompor juga tidak
boleh dimatikan selama percobaan.
8. Melakukan langkah yang sama untuk bahan uji lain berupa kaca
dengan mendinginkan plat bawah terlebih dahulu hingga kembali
sama dengan suhu ruangan.

IV. Data Hasil Pengukuran


Massa plat bawah kuningan : m = 966,26 gr
Kalo jenis kuningan : c = 0,094 kal/g.0C
Bahan Uji : 1 (mika)
Tebal : x = 5,47 mm
= 0,547 cm
Bahan Uji : 2 (kaca)
Tebal : x = 5,25 mm
= 0,525 cm
Suhu awal = suhu kamar : T20 = 25 0C
Suhu plat atas : T1 = 94,4 0C
Tabel hasil pengukuran
Bahan Uji 1: Mika
Diameter [cm]

d2 d3
d1

11,15 11,11
11,1

T2 [0C] t [s] T2 [0C] t [s]


25 0 41 648,76
26 48.25 42 698,84
27 90.39 43 750,65
28 131,02 44 804,13
29 166,84 45 852,4
30 202,85 46 902,93
31 239,62 47 954,27
32 277,56 48 1009,37
33 318,4 49 1069.86
34 355,13 50 1134,15
35 395,33 51 1201,46
36 437,57 52 1275,03
37 477,25 53 1343,89
38 517,23 54 1409,69
39 561,31 55 1487,59
40 598,8

Bahan Uji 2: Kaca


Diameter [cm]

d2 d3
d1

12 11,9
11,9

T2 [0C] t [s] T2 [0C] t [s]


25 0 41 129,91
26 9,97 42 138,41
27 18,19 43 146,91
28 27,93 44 155,24
29 43,18 45 168,96
30 50,05 46 176,95
31 57 47 186,2
32 64,43 48 193,58
33 71,51 49 202,8
34 78,38 50 213,99
35 85,82 51 224,29
36 92,88 52 234,33
37 99,44 53 246,28
38 106,98 54 258,3
39 113,8 55 273,43
40 121,35
V. Analisa Data dan Pembahasan
A. Analisa Data
1. Bahan Uji 1 : Mika
Massa plat bawah kuningan : m = 966,26 g
Kalo jenis kuningan : c = 0,094 kal/g.0C
Tebal : x = 5,47 mm
= 0,547 cm
Suhu awal = suhu kamar : T20 = 25 0C
Suhu plat atas : T1 = 94,4 0C

Diameter [cm]
𝑑̅ [cm]
d1 d2 d3
11,1 11,15 11,11 11,12

a. Contoh perhitungan data diameter rata-rata:

∑ 𝑑𝑖
𝑑=
𝑛

11,1 + 11,15 + 11,11


𝑑1 =
3

𝑑 = 11,12 cm

(𝑇1 − 𝑇2 )
Suhu T2 t [s] (𝑇1 − 𝑇2 ) −𝑙𝑛
(𝑇1 − 𝑇20 ) (X2) (XY)
[0C] (Y) (𝑇1 − 𝑇20 )
(X)
25 0 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000
26 48,25 0,9856 0,0145 0,0002 0,7003
27 90,39 0,9712 0,0292 0,0009 2,6432
28 131,02 0,9568 0,0442 0,0020 5,7897
29 166,84 0,9424 0,0594 0,0035 9,9044
30 202,85 0,9280 0,0748 0,0056 15,1678
31 239,62 0,9135 0,0904 0,0082 21,6672
32 277,56 0,8991 0,1063 0,0113 29,5106
33 318,4 0,8847 0,1225 0,0150 38,9967
34 355,13 0,8703 0,1389 0,0193 49,3268
35 395,33 0,8559 0,1556 0,0242 61,5104
36 437,57 0,8415 0,1726 0,0298 75,5119
37 477,25 0,8271 0,1898 0,0360 90,6024
38 517,23 0,8127 0,2074 0,0430 107,2827
39 561,31 0,7983 0,2253 0,0508 126,4672
40 598,8 0,7839 0,2435 0,0593 145,8214
41 648,76 0,7695 0,2621 0,0687 170,0245
42 698,84 0,7550 0,2810 0,0789 196,3603
43 750,65 0,7406 0,3002 0,0901 225,3817
44 804,13 0,7262 0,3199 0,1023 257,2377
45 852,4 0,7118 0,3399 0,1156 289,7618
46 902,93 0,6974 0,3604 0,1299 325,4043
47 954,27 0,6830 0,3813 0,1454 363,8294
48 1009,37 0,6686 0,4026 0,1621 406,3597
49 1069,86 0,6542 0,4244 0,1801 454,0216
50 1134,15 0,6398 0,4466 0,1995 506,5651
51 1201,46 0,6254 0,4694 0,2204 563,9983
52 1275,03 0,6110 0,4927 0,2428 628,2564
53 1343,89 0,5965 0,5166 0,2669 694,2616
54 1409,69 0,5821 0,5411 0,2927 762,7228
55 1487,59 0,5677 0,5661 0,3205 842,1560
TOTAL 20360,570 - 7,979 2,925 7467,244

b. Grafik
(𝑇1 −𝑇2 )
Sumbu X =− ln[ ]
(𝑇1 −𝑇02 )

Sumbu Y =𝑡
Contoh perhitungan data ke-2 saat suhu 26 0C:
(𝑇 −𝑇 )
Sumbu X = − ln[ (𝑇1 −𝑇20 )]
1 2

= − ln[ 0,9856]
= 0,0145
Sumbu Y = 𝑡
= 48,25 s
c. Persamaan Garis : 𝑌 = 𝐴 + 𝐵𝑥
∑ 𝑋𝑛2 ∑ 𝑌𝑛 − ∑ 𝑋𝑛 ∑ 𝑋𝑛 𝑌𝑛
𝐴=
𝑁 ∑ 𝑋𝑛2 − (∑ 𝑋𝑛 )2
(2,925 × 20360,570) − (7,979 × 7467,244)
𝐴=
(31 × 2,925) − (7,979)2
−27,5
𝐴=
27,01
𝐴 = −1,017
𝑁 ∑ 𝑋𝑛 𝑌𝑛 − ∑ 𝑋𝑛 ∑ 𝑌𝑛
𝐵=
𝑁 ∑ 𝑋𝑛2 − (∑ 𝑋𝑛 )2
(31 × 7467,244) − (7,979 × 20360,570)
𝐵=
(31 × 2,925) − (7,979)2
69031,529
𝐵=
27,01
𝐵 = 2555,793
𝑌 = (−1,017) + 2555,793𝑥

d. Mencari Titik Minimum dan Maximum Garis Regresi

Titik Regresi
X 0 0,5661
Y 0 1487,59

𝑌1 = (−1,017) + 2555,793(0)
𝑌1 = 0
𝑌2 = (−1,017) + 2555,793(0,5661)
𝑌2 = 1487,59
e. Konduktivitas panas bahan uji 1 (Mika)
𝑚×𝑐×𝑥
𝐾=
1
𝐵 × (4 × 𝜋 × 𝑑̅ 2 )
966,26 × 0,094 × 0,547
𝐾=
1
2555,793 × (4 × 𝜋 × (11,12)2 )
49,683
𝐾=
248087,484
𝐾 = 0,0002 kal.cm/s.°C

(𝑇1 −𝑇2 )
f. Grafik Waktu Terhadap − ln[ ]
(𝑇1 −𝑇02 )

Grafik Waktu Terhadap -ln[(T1-T2)/(T1-T20)]


1600
y = 2555.8x - 1.0171
1400
1200
1000
800
t [s]

600
400
200
0
-200 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6

-ln[(T1-T2)/(T1-T20)]

2. Bahan Uji 2 : Kaca


Massa plat bawah kuningan : m = 966,26 g
Kalo jenis kuningan : c = 0,094 kal/g.0C
Tebal : x = 5,25 mm
= 0,525 cm
Suhu awal = suhu kamar : T20 = 25 0C
Suhu plat atas : T1 = 94,4 0C

Diameter [cm]
𝑑̅ [cm]
d1 d2 d3
11,9 12 11,9 11,933
a. Contoh perhitungan diameter rata-rata :

∑ 𝑑𝑖
𝑑=
𝑛

11,9 + 12 + 11,9
𝑑1 =
3

𝑑 = 11,933 cm

(𝑇1 − 𝑇2 )
Suhu T2 t [s] (𝑇1 − 𝑇2 ) −𝑙𝑛
(𝑇1 − 𝑇20 ) (X2) (XY)
[0C] (Y) (𝑇1 − 𝑇20 )
(X)
25 0 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000
26 9,97 0,9856 0,0145 0,0002 0,1447
27 18,19 0,9712 0,0292 0,0009 0,5319
28 27,93 0,9568 0,0442 0,0020 1,2342
29 43,18 0,9424 0,0594 0,0035 2,5634
30 50,05 0,9280 0,0748 0,0056 3,7424
31 57 0,9135 0,0904 0,0082 5,1541
32 64,43 0,8991 0,1063 0,0113 6,8503
33 71,51 0,8847 0,1225 0,0150 8,7583
34 78,38 0,8703 0,1389 0,0193 10,8868
35 85,82 0,8559 0,1556 0,0242 13,3530
36 92,88 0,8415 0,1726 0,0298 16,0284
37 99,44 0,8271 0,1898 0,0360 18,8779
38 106,98 0,8127 0,2074 0,0430 22,1895
39 113,8 0,7983 0,2253 0,0508 25,6400
40 121,35 0,7839 0,2435 0,0593 29,5515
41 129,91 0,7695 0,2621 0,0687 34,0463
42 138,41 0,7550 0,2810 0,0789 38,8905
43 146,91 0,7406 0,3002 0,0901 44,1095
44 155,24 0,7262 0,3199 0,1023 49,6606
45 168,96 0,7118 0,3399 0,1156 57,4357
46 176,95 0,6974 0,3604 0,1299 63,7705
47 186,2 0,6830 0,3813 0,1454 70,9915
48 193,58 0,6686 0,4026 0,1621 77,9329
49 202,8 0,6542 0,4244 0,1801 86,0632
50 213.99 0.6398 0.4466 0.1995 95.5781
51 224.29 0.6254 0.4694 0.2204 105.2879
52 234.33 0.6110 0.4927 0.2428 115.4634
53 246.28 0.5965 0.5166 0.2669 127.2297
54 258.3 0,5821 0,5411 0,2927 139,7550
55 273,43 0,5677 0,5661 0,3205 154,7945
TOTAL 3990,490 - 7,979 2,925 1426,516

b. Grafik
(𝑇1 −𝑇2 )
Sumbu X =− ln[ ]
(𝑇1 −𝑇02 )

Sumbu Y =𝑡
Contoh perhitungan data ke-2 saat suhu 26 0C:
(𝑇 −𝑇 )
Sumbu X = − ln[ (𝑇1 −𝑇20 )]
1 2

= − ln[ 0,9856]
= 0,0145
Sumbu Y = 𝑡
= 9,97 s

c. Persamaan Garis : 𝑌 = 𝐴 + 𝐵𝑥
∑ 𝑋𝑛2 ∑ 𝑌𝑛 − ∑ 𝑋𝑛 ∑ 𝑋𝑛 𝑌𝑛
𝐴=
𝑁 ∑ 𝑋𝑛2 − (∑ 𝑋𝑛 )2
(2,925 × 3990,490) − (7,979 × 1426,516)
𝐴=
(31 × 2,925) − (7,979)2
289,799
𝐴=
27,01
𝐴 = 10,279

𝑁 ∑ 𝑋𝑛 𝑌𝑛 − ∑ 𝑋𝑛 ∑ 𝑌𝑛
𝐵=
𝑁 ∑ 𝑋𝑛2 − (∑ 𝑋𝑛 )2
(31 × 1426,516) − (7,979 × 3990,490)
𝐵=
(31 × 2,925) − (7,979)2
12382,643
𝐵=
27,01
𝐵 = 458,449
𝑌 = (10,729) + 458,449𝑥
d. Mencari Titik Minimum dan Maximum Garis Regresi

Titik Regresi
X 0 0,5661
Y 0 273,43

𝑌1 = (10,729) + 458,449 (0)


𝑌1 = 0
𝑌2 = (10,729) + 458,449 (0,5661)
𝑌2 = 273,43

e. Konduktivitas panas bahan uji 2 (Kaca)


𝑚×𝑐×𝑥
𝐾=
1
𝐵 × (4 × 𝜋 × 𝑑̅ 2 )

966,26 × 0,094 × 0,525


𝐾=
1
458,449 × (4 × 𝜋 × (11,933)2 )
47,685
𝐾=
51248,917
𝐾 = 0,00093 kal.cm/s.°C

(𝑇1 −𝑇2 )
f. Grafik Waktu Terhadap − ln[ ]
(𝑇1 −𝑇02 )
Grafik Waktu Terhadap -ln[(T1-T2)/(T1-T20)]
300
y = 458.45x + 10.73
250

200
t [s]
150

100

50

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
-ln[(T1-T2)/(T1-T2 0)]

B. Pembahasan
Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas yang
menggunakan zaaat perantara namun zat perantara tersebut tidak ikut
berpindah sehingga tercapai keadaan panas yang seimbang (termal).
Konduktivitas termal adalah kuantitas panas yang ditransmisikan, karena
satuan suhu gradien, dalam satuan waktu dalam kondisi yang stabil dalam
arah normal ke permukaan satuan luas, ketika perpindahan panas hanya
tergantung pada gradien suhu. Bahan yang mempunyai konduktivitas yang
baik disebut dengan konduktor, misalnya logam. Sedangkan bahan yang
mempunyai konduktivitas yang buruk disebut isolator, misalnya kaca,,
mika, woll, dan lain sebagainya. Nilai konduktivitas termal penting untuk
menentukan jenis dari penghantar yaitu konduksi panas yang baik untuk
nilai koefisien konduktivitas termal yang besar dan penghantar panas yang
tidak baik untuk nilai koefisien panas yang kecil.
Percobaan konduktivitas panas dilakukan untuk mengetahui
parameter-parameter yang mempengaruhi konduktivitas panas dan untuk
menentukan nilai konduktivitas bahan isolasi. Percobaan ini dilakukan
dengan memanaskan ketel yang berisi air panas, ketel air panas tersebut
terhubung dengan ketel uap melalui selang. Selang tersebut berguna untuk
memindahkan uap air dari ketel air panas yang mendidih. Termometer
yang ditancapkan pada ketel uap akan mengukur suhu konstan plat bawah
(T1). Selain itu juga perlu diketahui suhu ruangan (T2o) untuk mengetahui
pada mula-mula suhu berapa plat bawah mulai dihitung waktu kenaikkan
suhunya (T2). Bahan uji diletakan diantara plat atas dan plat bawah
(kuningan). Termometer yang diletakkan pada plat bawah (kuningan) akan
mengukur waktu yang diperlukan bahan uji untuk menghantarkan panas
dari ketel sampai suhu yang diinginkan (55°C).
Melalui percobaan yang telah dilakukan, didapati perbedaan antara
konduktivitas panas pada mika dan kaca. Konduktivitas panas pada mika
dan kaca didapat dengan metode grafik. Dimana rumus tersebut
didapatkan dari :
∆𝑇
𝐻 = −𝐾𝐴
𝑥
𝑄 ∆𝑇
= −𝐾𝐴
𝑡 𝑥
𝐾𝐴
𝑇2 = 𝑇1 − [(𝑇1 − 𝑇20 ) × 𝑒 −𝑚𝑐𝑥𝑡 ]
𝐾𝐴
𝑇2 − 𝑇1 = −[(𝑇1 − 𝑇20 ) × 𝑒 −𝑚𝑐𝑥𝑡 ]
𝐾𝐴
𝑇1 − 𝑇2 = [(𝑇1 − 𝑇20 ) × 𝑒 −𝑚𝑐𝑥𝑡 ]
𝑇1 − 𝑇2 −
𝐾𝐴
𝑡
0 = 𝑒
𝑚𝑐𝑥
(𝑇1 − 𝑇2 )
𝐾𝐴
Misalkan k = 𝑚𝑐𝑥 , maka :
𝑇1 − 𝑇2
= 𝑒 −𝑘𝑡
(𝑇1 − 𝑇20 )
𝑇1 − 𝑇2
ln[ ] = ln 𝑒 −𝑘𝑡
(𝑇1 − 𝑇20 )
𝑇1 − 𝑇2
ln[ ] = −𝑘𝑡
(𝑇1 − 𝑇20 )
Sehingga :
𝑇1 − 𝑇2
ln[ ]
(𝑇1 − 𝑇20 )
𝑡=−
𝑘
1 𝑇1 − 𝑇2
𝑡= ln[ ]
𝑘 (𝑇1 − 𝑇20 )
Sumbu Y : t
𝑇 −𝑇
Sumbu X : ln[ (𝑇1−𝑇20 )]
1 2

1 1 𝑚𝑐𝑥 𝑚𝑐𝑥 𝑚𝑐𝑥


𝐵= 𝐵= = 𝐾= =
𝑘
𝐾𝐴 𝐾𝐴 𝐵𝐴 1
𝐵 (4 × 𝜋 × 𝑑̅2 )
𝐴=0 𝑚𝑐𝑥

Dari perhitungan tersebut, didapat bahwa konduktivitas berbanding


terbalik dengan waktu. Semakin lama waktu yang diperlukan untuk
mengalirkan panas dari plat atas ke plat bawah, maka konduktivitas termal
bahan uji semakin kecil. Pada mika, konduktivitas termalnya adalah
0,0002 kal.cm/s.°C dengan diameter isolator 11,12 cm. Sedangkan pada
kaca, didapati bahwa nilai konduktivitas termalnya adalah
0,00093 kal.cm/s.°C dengan diameter isolator 11,93 cm. Pada saat
percobaan, untuk mengalirkan panas dari plat atas ke plat bawah dengan
isolator berupa mika membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan ketika
mengalirkan panas dengan isolator berupa kaca.
Percobaan ini telah mempelihatkan bahwa besarnya konduktivitas
termal suatu bahan uji dapat berbeda. Hal ini tergantung pada parameter-
parameter yang mempengaruhinya. Berdasarkan hasil percobaan,
konduktivitas dipengaruhi oleh beberapa parameter, yaitu tebal masing-
masing bahan uji, koefisien konduktivitas dari setiap bahan uji, suhu dari
ketel uap itu sendiri, suhu ruangan, luar permukaan bahan uji, dan suhu
dari setiap bahan uji.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil percobaan ini adalah
ketidakstabilan suhu plat bawah karena adanya pengaruh AC saat
percobaan, sensitivitas tombol pada stopwatch yang kurang baik, serta
ketidakstabilan suhu plat atas karena selang pengubung antara ketel air dan
ketel uap yang tidak berada pada satu garis linier sehingga tekanan uap
yang masuk ke ketel uap tidak kosntan.
VI. Kesimpulan
Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas yang
menggunakan zaaat perantara namun zat perantara tersebut tidak ikut berpindah
sehingga tercapai keadaan panas yang seimbang (termal). Konduktivitas termal
adalah kuantitas panas yang ditransmisikan, karena satuan suhu gradien, dalam
satuan waktu dalam kondisi yang stabil dalam arah normal ke permukaan satuan
luas, ketika perpindahan panas hanya tergantung pada gradien suhu. Percobaan
ini telah mempelihatkan bahwa besarnya konduktivitas termal suatu bahan uji
dapat berbeda. Hal ini tergantung pada parameter-parameter yang
mempengaruhinya. Berdasarkan hasil percobaan, konduktivitas dipengaruhi oleh
beberapa parameter, yaitu tebal masing-masing bahan uji, koefisien
konduktivitas dari setiap bahan uji, suhu dari ketel uap itu sendiri, suhu ruangan,
luar permukaan bahan uji, dan suhu dari setiap bahan uji.
Pada mika, konduktivitas termalnya adalah 0,0002 kal.cm/s.°C dengan
diameter isolator 11,12 cm. Sedangkan pada kaca, didapati bahwa nilai
konduktivitas termalnya adalah 0,00093 kal.cm/s.°C dengan diameter isolator
11,93 cm.
VII. Lampiran
Daftar Pustaka :

Giancoli. 1999. Fisika Edisi Kelima jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Tipler, Paul A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.

Waluyo,W. 2014. Solusi Smart Fisika SMA. Jakarta:Cmedia

Anda mungkin juga menyukai