Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH PEMBERIAN NATRIUM CHLORIDA TERHADAP PERFORMA BUAH PISANG

(Musa paradisiaca)

Oleh :
Harwan Sutomo
Staf Pengajar Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon

Abstrak

Buah Pisang (Musa paradisiaca) merupakan buah tropis yang sangat digemari oleh masyarakat karena
rasanya yang enak dan manis dikala matang, tetapi ketersediaan buah pisang yang matang dipasaran
sangat kurang dan kematangan buah pisang biasanya tidak seragam. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mempelajari penggunaan natrium chlorida sebagai bahan pemacu pematangan buah pisang tanpa dengan
teknik infiltrasi vakum.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode experimen dengan rancangan acak lengkap. Perlakuan
terdiri dari konsentrasi natrium chlorida yang terdiri dari 0% (kontrol), 1%, 2%, dan 3%. Parameter yang
diamati adalah parameter fisiologis (kecepatan respirasi), kimia (total gula), fisik (tekstur). Untuk melihat
kurva performan buah pisang dilakukan dengan menggunakan regresi.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa natrium chlorida dapat menstimulir pematangan
buah pisang dimana perlakuan terbaik adalah perendaman natrium chlorida 1% direndam selama 3 menit
Disarankan untuk meneliti lebih lanjut penggunaan garam-garam lain seperti KCl, MgSO4, (NH4)2SO4,
K2SO4 terhadap pematangan buah pisang atau buah lain dan mempelajari pengaruhnya terhadap aktivitas
enzim pektin metil esterase, poligarakturonase, dan selulase.

Kata Kunci : Natrium Chlorida, laju respirasi, total gula, tekstur

PENDAHULUAN dan Pantastico, 1975). Penurunan ini mungkin


Proses pematangan buah pisang merupakan karena adanya selulose dan hemiselulose di kulit
proses pengakumulasian gula dengan merombak yang dikonversi ke pati selama penuaan buah.
pati menjadi senyawa yang lebih sederhana. Indikasi ini nampak bahwa setelah 15 hari
Tidak seperti buah pada umumnya yang pertumbuhan buah pisang jenis Cavendis, ratio
mengakumulasi gula secara langsung dari daging buah terhadap kulit 0,41 dan sesudah 130
pengiriman asimilat hasil fotosintesis di daun hari meningkat menjadi 1,90.
yang umumnya dikirim ke organ lain dalam Konsentrasi pati pada daging buah
bentuk sukrosa (Anderson dan Beardall, 1991). meningkat sampai 70 hari pada masa
Pertumbuhan buah pisang ditunjukkan oleh pertumbuhan buah pisang dan kemudian
perubahan panjang dan lingkar buah yang cepat. menurun. Kandungan pati pada buah pisang
Selama pertumbuhan buah, berat buah pisang yang belum masak 20-25% dari total berat
secara individual terus meningkat. Pada saat segarnya dan sekitar 2-5% saja yang mampu
masak, berat buah dipertahankan selama 2-4 diubah menjadi gula dan sebagian dilepas dalam
hari, kemudian mulai menurun bersamaan bentuk gas CO2 melalui proses respirasi. Pada
dengan perubahan warna kulit pada saat mulai awal pertumbuhan buah konsentrasi gula total,
masak. Berat daging buah sangat rendah pada gula reduksi dan bukan reduksi sangat rendah.
awal pertumbuhan buah, sedang berat kulit buah Tetapi saat proses pemasakan, gula total
sangat tinggi. Dengan semakin masak buah, meningkat tajam dalam bentuk glukosa dan
berat daging buah semakin meningkat, sedang fruktosa. Naiknya kadar gula yang tiba-tiba ini
berat kulit berangsur-angsur menurun (Lodth dapat digunakan sebagai indeks kimia
27
kemasakan (Lodth dan Pantastico, 1975). Pada pati akan dimobilisasikan dan diekspor.
saat pemasakan buah terjadi peningkatan Umumnya produksi triose P dari pati
respirasi, produksi etilen serta terjadi akumulasi ditimbulkan oleh suatu kondisi di mana ratio
gula, perombakan klorofil dan senyawa lain ATP/ADP menurun yang biasanya terkait
sehingga buah menjadi lunak (Quazi dan dengan rendahnya triose P dan meningkatnya
Freebairn, 1970; Krishnamoorthy, 1981). konsentrasi Pi. Mobilisasi pati ke sukrose
Dikatakan pula oleh Matto et al., 1975, bahwa umumnya lewat “starch phosphorilase” dan
pelunakan buah disebabkan juga oleh degradasi enzim lain. Katalisis oleh “starch phosphorilase”
protopektin tidak larut menjadi pektin yang larut menghasilkan glukosa-1P yang lebih lanjut akan
atau oleh hidrolisis pati dan hidrolisis lemak. diubah menjadi glukosa 6P dan fruktosa 6P oleh
Kecepatan laju respirasi buah akan enzim glukose P mutase dan heksose isomerase.
meningkat dengan meningkatnya suhu, pada Dari glukose 1P juga akan dihasilkan UDP
suhu 35oC laju respirasi ini akan meningkat glukose oleh UDP glukose pirofosforilase
tajam, walaupun pada suhu tersebut produksi dengan terbentuknya UTP. UDP glukose akan
etilen terhenti (Krishnamoorthy, 1981). Selama bergabung dengan fruktose 6P menghasilkan
pemasakan, pektin yang tidak larut air berkurang sukrose 6P yang dikatalisis oleh SPS. Namun
dari 0,5% menjadi 0,2%, berat basah dari pektin suatu hal yang perlu diperhatikan bahwa proses
yang larut air meningkat, kandungan selulosa respirasi buah klimakterik ini meningkat hanya
dan hemiselulosa menurun (Bennet et al, 1987; pada waktu awal pemasakan (ripening) sampai
Quazi dan Freebairn, 1970). Peranan mencapai puncak klimakterik yang selanjutnya
mitokondria pada proses pemasakan buah segera diikuti penurunan yang tajam sehingga
penting dalam hal respirasi yang mampu tidak cukup energi ATP yang dihasilkan sampai
menyediakan energi ATP yang akan digunakan buah mudah terinvasi oleh mikroorganisme
untuk membentuk UDP-glukose sebagai (Krishnamoorthy, 1981).
penyedia substrat untuk sintesis sukrosa
(Solomos dan Laties, 1983). Sebagaimana METODE PENELITIAN
dijelaskan oleh Anderson dan Beardall, 1991, Penelitian ini dilakukan terhadap buah
sukrosa disintesis lewat UDP dan glukosa dalam pisang jenis Cavendish yang telah tua. Buah
sitosol. Dari triosa fosfat akan membentuk hasil panen direndam dengan konsentrasi larutan
fruktosa 1,6 difosfat dengan dikatalisis oleh natrium chlorida yaitu : Kontrol, K1 = 1 %, K2 =
enzim aldolase yang kemudian oleh aktivitas 2 %, K3 = 3 % selama 3 menit. Rancangan yang
fosfatase menghasilkan fruktosa 6P, yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
mengalami konfigurasi struktur molekul oleh acak lengkap dengan lima ulangan sehingga
enzim heksosa-isomerase dan glukosa-P mutase diperoleh 3 X 5 = 15 satuan percobaan.
menghasilkan glukosa-1P, lebih lanjut akan Parameter yang diamati adalah sebagai berikut:
membentuk UDP-glukose dengan tersedianya - Parameter fisiologis : kecepatan laju
UTP dan dikatalisis oleh UDP glukose respirasi (metode CO2 detector).
pirofosforilase. UDP glukosa akan bergabung - Parameter kimia : total gula
dengan fruktosa-6P yang telah terbentuk (Apriyantono, 1989),
sebelumnya menghasilkan sukrose 6P yang - Parameter fisik : tekstur (mm/gr.dt.)
dikatalisis oleh Sucrose Phosphate Synthase Pengamatan parameter fisiologis dilakukan
(SPS). setiap hari untuk melihat kurva respirasi buah
Sukrosa juga dapat dibentuk lewat pemecahan pisang, parameter kimia, fisik dilakukan pada
pati (Anderson dan Beardall, 1991). hari ke 3.
Penggabungan karbon berlangsung di dalam Analisa data. Data yang diperoleh dari
jaringan fotosintetik (kloroplas) dan dalam penelitian dianalisa dengan menggunakan
jaringan non fotosintetik (amiloplas). analisis ragam dan analisis regresi.
Keberadaan pati di dalam jaringan tersebut tidak
dalam periode yang panjang. Bila ekspor HASIL DAN PEMBAHASAN
triosefosfat ke sitosol tidak dapat diteruskan oleh Pada proses pemasakan buah pisang akan terjadi
asimilasi CO2 misal pada waktu malam, maka aktivitas fisiologis, seperti meningkatnya
28
aktivitas respirasi pada awal, sebagaimana yang berakibat pada pelunakan buah/perubahan
terjadi pada buah klimakterik. Demikian juga tekstur.
terjadinya degradasi dinding sel, hidrolisis pati

Gambar 1. Rata-rata Laju Respirasi (mg CO2/kg/jam) pada berbagai perlakuan

Kecepatan respirasi buah pisang pada hari masing-masing dikatalisis oleh enzim yang
ke-1 berkisar antara 10,31-13,54 CO2/kg/jam berbeda. Wills et al. (1981) mengatakan bahwa
dan pada hari ke-3 berkisar antara 16,58-29,76 mitokondria mengandung enzim respirasi pada
CO2/kg/jam (Gambar 1). Berdasarkan hasil lintasan asam trikarboksilat (TCA) dan sistem
analisa ragam menunjukkan bahwa perlakuan transport elektron untuk sintesa adenosin
konsentrasi natrium chlorida berpengaruh triposfat. Selanjutnya Pantastico (1997)
terhadap kecepatan respirasi buah pisang pada melaporkan adanya peningkatan yang nyata
hari ke-3. Suckling (1984) berpendapat bahwa kegiatan ensim-ensim dalam siklus TCA dan
masuknya ion Na+ ke dalam sel sering oksidasi mitokondrial selama pematangan buah
menyebabkan pemacuan reaksi-reaksi biologis. pisang.
Voet dan Voet (1990) mengatakan bahwa ion Perubahan tekstur buah pisang
Na+ termasuk logam aktivator enzim. Pada menunjukkan bahwa selama proses pemasakan
Gambar 1 ditunjukkan bahwa perlakuan buah pisang berlangsung pula peningkatan
konsentrasi natrium chlorida meningkatkan pelunakan buah. Kemudian bila dilihat dari
kecepatan respirasi buah pada hari ke-3 dan kandungan pati buah, menunjukkan pola yang
berbeda nyata dengan kontrol, kecepatan menurun selama proses pemasakan buah.
respirasi buah pisang. Salisbury dan Ross (1995) Penurunan kandungan pati ini menunjukkan
berpendapat bahwa respirasi merupakan adanya proses hidrolisis pati menjadi gula yang
rangkaian dari 50 atau lebih reaksi komponen, sejalan dengan perubahan tekstur buah.

29
Gambar 2. Rata-rata Total Gula (%) buah pisang pada berbagai perlakuan

Total gula buah pisang meningkat pada hari respirasi pada buah klimakterik seperti pisang
ke-3 berkisar antara 12,61% - 16.71 %, bahwa aktivitas respirasi meningkat pada awal
(Gambar2). Berdasarkan hasil analisa ragam sampai puncak klimakterik. Setelah itu menurun
menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi dengan drastis. Dengan menurunnya aktivitas
natrium chlorida berpengaruh nyata terhadap respirasi tersebut mengakibatkan tidak cukup
total gula buah pisang pada hari ke-3. Hal ini tersedianya energi yang diperlukan dalam
disebabkan oleh meningkatnya aktivitas enzim perjalanan sintesis sukrosa seperti dijelaskan
a-amilase yang merombak pati menghasilkan sebelumnya.
berbagai gula sederhana. Kemudian bila dilihat dari aktivitas enzim
Trend peningkatan total gula ini sesuai Acid Invertase (AI) menunjukkan pola yang
dengan penelitian Nebeesa dan Unnikrishnan meningkat selama proses pemasakan buah
(1988) pada daging buah pisang dimana total walaupun pada level yang rendah, hal ini berarti
gula meningkat terus sampai penyimpanan hari bahwa selama proses pemasakan buah
ke-6 yang mencapai 22% untuk jenis merah berlangsung juga peruraian sukrosa oleh Acid
hijau dan 24% untuk jenis merah. Tetapi apakah Invertase menghasilkan fruktosa dan glukosa.
kemudian penurunan kandungan pati berarti pula Selanjutnya apabila dilihat secara keseluruhan
peningkatan biosintesis sukrosa. Aktivitas SPS proses pemasakan buah (ripening) jelas terjadi
hanya berlangsung pada awal proses pemasakan perubahan-perubahan fisis maupun khemis. Hal
buah, setelah hari kedua aktivitas SPS menurun ini tidak lepas dari aktivitas enzim yang ada.
dengan cepat. Hal ini sejalan dengan aktivitas

30
Gambar 3. Rata-rata Tekstrur (mm/gr.dt) buah pisang pada berbagai perlakuan

Degradasi pati yang terjadi juga Saran-saran


berpengaruh terhadap perubahan tekstur buah
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas
yang mengarah pada pelunakan buah.
maka beberapa hal yang dapat disarankan
Sementara itu sukrosa pada buah pisang sangat
adalah:
kecil kemungkinan diperoleh hasil ekspor
1. Pematangan buah pisang sebaiknya
metabolisme dari daun, sehingga sukrosa
menggunakan perlakuan perendaman natrium
tersebut diperoleh dari metabolisme di buah.
chlorida (konsentrasi 1 % selama 3 menit).
Namun dari kenyataan yang ada metabolisme
2. Perlu diteliti lebih lanjut tentang pengaruh
sukrosa di buahpun relatif kecil hal itu dapat
perlakuan perendaman natrium chlorida
dilihat dari aktivitas SPS yang semakin
dengan teknik infiltrasi vakum terhadap
menurun, pembentukan sukrosa yang rendah,
aktivitas enzim lain terutama enzim pektin
disamping itu juga masih terjadi pemecahan
metil esterase dan poligarakturonase serta
sukrosa oleh AI walaupun dalam level yang
enzim sellulase.
rendah.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN DAN SARAN Anderson J. W & J. Beardall, 1991. Molecular
Activities of Plant Cell An Introduction to
Kesimpulan
Plant Biochemistry, Oxford, Blackwell
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas Scientific Publication : 384.
maka dapat diambil beberapa kesimpulan Lodth, S. B. and Er. B. Pastastico, 1975.
sebagai berikut: Physicochemical Changes During Growth of
1. Natrium chlorida dapat menstimulir Storage Organs, in Er. B. Pastastico (ed).
pematangan buah pisang, kecepatan Post Harvest Physiology Handling and
respirasi, total gula, dan tekstur. Utilization of Tropical and Subtropical
2. Perlakuan terbaik berdasarkan metode indeks Fruits and Vegetables. The Avi Publishing
efektivitas adalah konsentrasi 1% yang Company Inc, Connecticut : 41-55.
memiliki kecepatan respirasi tertinggi (28,54 Matto A. K., T. Murata, Er. B. Pantastico, K.
mg CO2/kg/jam )pada hari ke 3. Chachin, K. Ogata, C . T. Phon, 1975.
Chemical Changes During Ripening and
31
senescence, in Er. B. Pantastico (ed) Post Product, Volume 2 Academic Press New
Harvest Physiology Handling and utilization York : 65-105.
of Tropical and Subtropical Fruits and Quazi M. H. and H. T. Freebairn, 1970. The
Vegetables. The Avi Publishing Company Influence of Ethylene, Oxygen and Carbon
inc, Connecticut : 103-127. Dioxide on the Ripening of Banana. Bot.
Palmer J. K., 1971. the Banana in AC. Hulme Gaz. 131:5-14.
(ed), the Biochemistry of Fruit and Their

32

Anda mungkin juga menyukai