PENDAHULUAN
sangat besar terhadap peningkatan mutu pendidikan yang merupakan salah satu
jenjang pendidikan, dimulai dari pendidikan anak usia dini sampai pada tingkat
ilmu yang terstruktur dan terpadu, ilmu tentang pola dan hubungan, dan ilmu
tentang cara berpikir untuk memahami dunia sekitar. Dalam proses pembelajaran
matematika harus menekankan kepada siswa sebagai insan yang memiliki potensi
untuk belajar dan berkembang, dan siswa terlibat secara aktif dalam pencarian
1
2
suatu kegiatan atau proses berpikir untuk menarik kesimpulan atau membuat
pemecahan masalah yang tidak selalu didasarkan pada logika formal sehingga
and at different rates for different individuals .... Reasoning skills are recognized
as the key abilities for human being to create, learn, and exploit knowledge. These
skills are also an important factor in the process of human civilization. Therefore,
settings and the world of work. Kemampuan penalaran diakui sebagai kemampuan
Hal ini berarti penalaran matematika adalah fondasi untuk mendapatkan dan
matematis siswa masih kurang, terlihat dari soal cerita yang diberikan pada siswa
yaitu:
dari salah satu siswa dapat dilihat pada Gambar 1.1. berikut.
Dari Gambar 1.1 proses jawaban siswa tersebut, tampak siswa belum
pohon dicari dari keliling lingkaran namun siswa tidak menggunakan rumus
tersebut, dan tidak dapat menyimpulkan dari data yang didapatkan. Beberapa
siswa juga menjawab namun tidak tuntas dan akhirnya menyerah karena
kesulitan dalam bernalar sehingga penyelesaian masalah menjadi tidak tepat dan
salah. Dari 40 siswa hanya 7 orang atau sekitar 17,5% yang menjawab benar, 20
orang (50%) yang menjawab salah dan 13 orang (32,5%) tidak menjawab. Hal ini
masih rendah.
pada kategori rendah dan sangat rendah dan nilai rata-rata kelas yang diperoleh
siswa dalam belajar pun turut andil dalam proses pembelajaran. Proses
Intelligence Quotient (IQ). Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk menarik
prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memilki IQ yang tinggi karena
inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar, dan
memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun
sisanya berasal dari faktor lain, termasuk kecerdasan emosional atau Emotional
manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan
SMP Sabilina Tembung masih tergolong rendah. berdasarkan hasil observasi awal
ketika menghadapi soal-soal yang rumit padahal soal rumit dapat membuat siswa
lebih pintar dalam menyelesaikan soal, siswa juga tidak mau bekerja sama dengan
siswa lain terutama siswa yang pintar, sedangkan siswa yang kurang akan merasa
minder dan merasa kecil hati karena kurang mampu dalam menyelesaikan soal
memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun
tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang
7
siswa ini disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya cara mengajar seorang guru
dalam proses pembelajaran yang digunakan masih berpusat guru sehingga siswa
kurang aktif dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Handayani, dkk ( 2014:1)
akan menjadi milik siswa. Dengan kondisi yang demikian, kemampuan penalaran
penyelesaian jawaban siswa terhadap permasalahan yang diajukan oleh guru pun
tidak bervariasi.
2017 dengan salah satu guru matematika di SMP Sabilina Tembung yang
sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Proses belajar siswa dikelas
dalam memahami konsep biasanya dari rumus-rumus yang ada didalam buku-
buku teks dan siswa mengerjakan soal selalu mengikuti contoh-contoh yang
dilakukan guru. Akibatnya, proses pembelajaran matematika di kelas saat itu lebih
learning) dan kurang atau malah tidak menekankan kepada siswa untuk menalar.
Dengan pembelajaran seperti itu, keaktifan siswa menjadi sangat rendah. Siswa
berpikir siswa dalam proses pembelajaran dikelas. Guru harus melakukan upaya-
upaya untuk mengarahkan siswa belajar secara aktif dan memahami konsep
segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru harus memiliki bahan ajar
masalah belajar. Bahan ajar merupakan unsur belajar yang penting diperhatikan
oleh guru. Melalui bahan ajar siswa dapat mempelajari hal-hal yang diperlukan
dalam upaya mencapai tujuan belajar. Untuk itu, penentuan bahan ajar harus
Bahan ajar sangat penting bagi guru maupun siswa dalam proses
pembelajaran. Tanpa bahan ajar akan sulit bagi guru untuk meningkatkan
9
efektivitas pembelajaran. Demikian juga halnya dengan siswa, tanpa bahan ajar
akan sulit untuk menyesuaikan diri dalam belajar, apalagi jika gurunya
mengajarkan materi dengan cepat dan kurang jelas. Oleh sebab itu, bahan ajar
dianggap sebagai bahan yang dapat dimanfaatkan, baik oleh guru maupun siswa,
Bahan ajar memiliki fungsi penting bagi pembelajaran, baik bagi guru
maupun bagi siswa. Bagi guru bahan ajar sebagai pedoman guru yang akan
Sedangkan fungsi bahan ajar bagi siswa sebagai pedoman siswa yang akan
ajar menjadi sangat penting dilakukan oleh guru. Oleh sebab itu, guru seyogyanya
Bahan ajar bagi guru memberikan manfaat antara lain, menghemat waktu
guru dalam mengajar, mengubah peran guru dari seorang pengajar menjadi
dan interaktif. Bahan ajar bagi siswa juga memiliki manfaat diantaranya membuat
merupakan objek-objek yang abstrak. Pemilihan bahan ajar yang baik dan tepat
tersebut. Untuk itu, bahan ajar matematika haruslah bersifat sistematis artinya
disusun secara urut sehingga memudahkan siswa memahami konteks dan konsep
ajar meliputi:
“(1) bahan ajar dalam bentuk cetak, misalnya lembar kerja siswa
(LKS), handout, buku, modul, brosur, leaflet, wilchart, dan lain-
lain; (2) bahan ajar berbentuk audio visual, misalnya film. Video
dan VCD; (3) bahan ajar berbentuk audio, misalnya kaset, radio,
CD audio; (4) visual, misalnya foto, gambar, model/maket; (5)
multimedia, misalnya CD interaktif, computer based learning,
internet”.
Dari beberapa jenis bahan ajar yang dipaparkan di atas, bahan ajar yang
dapat dikembangkan oleh guru adalah bahan ajar cetak yaitu buku. Buku adalah
bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan. Buku yang baik adalah buku
yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik, sederhana dan mudah di
keterangannya, isi buku juga menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide
berisi tentang ilmu pengetahuan yang dapat digunakan peserta didik untuk belajar
analitis, sistematis, kritis, inovatif dan kreatif. Untuk itu, pengembangan bahan
11
ajar harus mengacu pada suatu model pengembangan tertentu agar dihasilkan
Bahan ajar yang baik memiliki kriteria valid, praktis dan efektif. Menurut
pengembangan bahan ajar yaitu (1) validity (valid); (2) practivally (praktis) dan
(3) effectiveness (efektif). Sehingga dapat dinyatakan bahwa bahan ajar yang
berkualitas adalah yang memenuhi ketiga aspek tersebut. Validitas diperoleh dari
validasi perangkat oleh pakar (expert) dan teman sejawat berisikan validasi isi
(content), konstruk dan bahasa. Selanjutnya kepraktisan berarti bahwa bahan ajar
dapat diterapkan oleh guru sesuai dengan yang direncanakan dan mudah dipahami
oleh siswa. Sedangkan keefektifan dilihat dari hasil penilaian autentik yang
penalaran matematis dan kecerdasan emosional siswa. Hal ini disebabkan buku
dan LKS yang digunakan mengarah pada konsep seperti rumus langsung dan
contoh yang diberikan berupa soal rutin. Ini dapat dilihat dari Gambar 1.1 dan
bahan ajar yang memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif. Hal ini terlihat dari
pengakuan salah seorang guru dan kepala sekolah SMP Sabilina Tembung bahwa
mereka mengatakan “bahan ajar yang digunakan masih dari penerbit tidak dibuat
13
dikembangkan bahan ajar berupa buku guru dan buku siswa diharapkan menjadi
emosional siswa.
guru ke situasi yang menjadi pusat perhatian adalah siswa. Sehingga siswa
di kelas.
pengetahuan.
pembelajaran.
emosional siswa, maka perlu dilakukan pengembangan terhadap bahan ajar yang
digunakan oleh guru. Bahan ajar ini menggunakan desain Hypothetical Learning
prediksi yang mungkin terjadi, baik proses berpikir siswa yang akan mendapat
ajar 4-D (four-D Model) yang dikemukakan oleh Thiagarajan dan Semmel tahun
1974 yang terdiri dari empat tahapan yaitu tahap pendefinisian (define),
penilaian ahli sehingga sebelum dilakukan uji coba di lapangan bahan ajar telah
kurang.
dan kompleks, agar penelitian yang akan dilakukan lebih terfokus maka penulis
kurang.
diantaranya:
2. Bagi guru, sebagai masukan bagi guru matematika mengenai bahan ajar
emosional siswa.
sekolah tersebut.