Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PT. KRAKATAU STEEL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era globalisasi sekarang ini, teknologi dan perindustrian dunia semakin
maju seiring dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Berkaitan dengan hal
tersebut, Indonesia sebagai suatu Negara berkembang sangat membutuhkan adanya
industri baja untuk menunjang perkembangan industri-industri lainnya. Besi dan baja
merupakan logam yang paling banyak digunakan dan memegang peranan yang
teramat penting dalam kehidupan manusia.
Baja lembaran dingin sebagai produk pabrik Cold Rolling Mill PT. Krakatau
Steel banyak dipesan industri lain di Indonesia sebagai bahan baku untuk produk
berkaleng, otomotif, atap rumah, peralatan rumah tangga, dan sebagainya. Baja
lembaran dingin ini memiliki permukaan yang putih (bersih dari scale). Bahan baku
pembuatan baja lembaran dingin yaitu baja lembaran panas yang dihasilkan oleh
pabrik Hot Strip Mill. Baja lembaran panas kemudian melalui serangkaian proses
sehingga dapat menjadi baja lembaran dingin. Serangkaian proses tersebut dimulai
dari unit Continuous Pickling Line (CPL), kemudian Continuous Tandem Cold Mill
(CTCM), Electrolytic Cleaning Line (ECL), lalu Batch Annealing Furnace (BAF),
Temper Pass Mill, dan yang terakhir unit Finishing.
Baja yang melewati proses yang panjang tersebut tidak luput dari resiko
kecacatan produksi. Kecacatan tersebut salah satunya adalah karat (rust). Beberapa
tindakan telah dicoba untuk mencegah dan mengurangi timbulnya karat, namun
demikian belum diperoleh hasil yang optimal. Hal ini dikarenakan belum diketahui
penyebab aktual dan pengetahuan mendalam mengenai karakteristik rust. Bentuk atau
karakteristik karat sendiri timbul dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
lingkungan. Bentuk dan jumlah karat yang ditemukan pada baja lembaran dingin
cukup bervariasi, sehingga sulit untuk mengidentifikasi dari unit proses mana yang
mengakibatkan terjadinya karat.

Adniya Mawadati (13/348297/TK/40876) 91


Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. KRAKATAU STEEL

Untuk mempermudah identifikasi tersebut maka dilakukan studi pengaruh


lingkungan terhadap karakteristik rust dengan pengamatan di setiap unit proses dan
dilakukan percobaan dengan menggunakan potongan plat besi (kupon) yang
diletakkan pada berbagai lingkungan dengan kondisi yang berbeda, sehingga dapat
diketahui karakteristik karat yang dihasilkan dilihat pada faktor kondisi lingkungan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pengerjaan tugas khusus ini:

a. Mengetahui pengaruh kondisi lingkungan terhadap karakteristik rust yang timbul


pada baja lembaran dingin.
b. Mengetahui pengaruh banyaknya pengotor di udara pada lingkungan Temper
terhadap nilai laju korosi yang terjadi pada baja lembaran dingin

1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari pengerjaan tugas khusus ini adalah:

Sebagai bahan tinjauan bagi pabrik untuk mengevaluasi karakteristik karat yang
terbentuk pada baja lembaran dingin.

Adniya Mawadati (13/348297/TK/40876) 92


Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. KRAKATAU STEEL

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Korosi dan Rust

Korosi adalah proses kerusakan atau degradasi material akibat reaksi elektrokimia
dengan lingkungan. Korosi pada logam akan terjadi jika terdapat larutan penghantar arus
listrik berupa larutan elektrolit. Reaksi elektrokimia melibatkan perpindahan elektron-
elektron yang merupakan akibat dari reaksi oksidasi dan reduksi. Bagian logam yang
melepas elektron disebut anoda, sedangkan bagian yang menerima elektron disebut
katoda. Secara umum reaksi yang terjadi di anoda :

- Korosi logam : M  M+n + ne- (1)


- Oksidasi ion ferrous : Fe2+  F3+ + e- (2)
- Evolusi oksigen : 2H2O  O2 + 4H+ + 4e- (3)
Sedangkan reaksi yang terjadi dikatoda :

- Evolusi hydrogen (asam) : 2H+ + 2e  H2 (4)


+
- Reduksi oksigen (asam) : O2 + 4H + 4e  2H2O (5)
- Reduksi oksigen (netral/basa) : O2 + 2H2O + 4e  4OH (6)
- Reduksi ion logam : M3+ + e-  M+2 (7)
- Deposisi logam : M+3 + e-  M+2 (8)

Gambar 1. Mekanisme Korosi pada Besi

Adniya Mawadati (13/348297/TK/40876) 93


Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. KRAKATAU STEEL

Gambar di atas menunjukkan mekanisme korosi yang terjadi di permukaan logam


besi. Perkaratan pada besi diawali dari proses transfer elektron dari besi ke oksigen.
Elektron ini kemudian di tangkap oleh oksigen. Bagian permukaan baja dapat bertindak
menjadi anoda dikarenakan hal-hal berikut :

- Perbedaan fasa pada satu logam yang menyebabkan lokal sel elektrokimia
- Adanya kontaminan pada permukaan baja
- Perbedaan kadar oksigen
- Goresan atau cacat permukaan
- Dislokasi molekul
Korosi pada besi menghasilkan oksida besi yang berupa rust (karat). Jenis oksida
besi yang dihasilkan bermacam-macam tergantung pada lingkungan atau kontaminan
pada besi tersebut.

2.2 Faktor-Faktor Penyebab Korosi

Faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab timbulnya korosi ataupun dapat


mempercepat laju korosi pada baja lembaran dingin salah satunya adalah lingkungan.

Lingkungan normal (ambient) dapat menyebabkan korosi yang biasa disebut


korosi atmosferik. Korosi atmosferik dapat disebabkan oleh kabut dan pengembunan
yang bisa mendatangkan bahaya korosi dari udara karena dapat membasahi seluruh
permukaan terrnasuk yang tersembunyi. Lapisan-lapisan tipis air dari kabut dan embun
tidak akan mengalir dan akan tetap disitu sampai menguap oleh hembusan angin atau
meningkatnya temperatur (Trethewey, 1991).

Kondisi lingkungan sendiri ditentukan oleh kelembaban udara dan komposisi


kimia di lingkungan (udara dan air)

 Kelembaban Udara
Kebanyakan logam seperti seng, baja, besi, nikel, dan tembaga mengalami
korosi jika kelembaban relatif lebih dari 60%. Jika kelembaban lebih dari 89%, karat
pada besi dan baja menjadi higroskopik (menyerap air) dan dengan demikian laju
serangan akan lebih meningkat lagi. Perubahan temperatur berpengaruh terhadap
kelembaban relatif dan dapat menyebabkan titik embun. Jika temperatur turun lebih

Adniya Mawadati (13/348297/TK/40876) 94


Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. KRAKATAU STEEL

rendah dari titik embun, udara menjadi jenuh dengan uap air dan titik-titik air akan
mengendap pada setiap permukaan logam yang terbuka. (Trethewey,1991).
 Komposisi Kimia di Lingkungan (Udara dan Air)
Embun pagi umumnya mengandung aneka partikel aerosol, debu serta gas-gas
asam seperti NOx dan SOx. Di dalarn udara kedua gas tersebut dapat berubah menjadi
asam nitrat (HNO3) dan asarn sulfat (H2SO4). Oleh sebab itu, udara menjadi terlalu
asam dan bersifat korosif dengan terlarutnya gas-gas asam tersebut di dalam udara,
sehingga proses korosi tidak dapat dihindari lagi. Sementara itu amonia (NH3)
merupakan bahan kimia yang cukup banyak digunakan dalam kegiatan industri. Pada
suhu dan tekanan normal, bahan ini berada dalam bentuk gas dan sangat mudah
terlepas ke udara. Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif tersebut ke udara
dapat mempercepat proses korosi. (Graedel, 200l).
Air laut mengandung 35 gram garam per liternya, dan garam yang paling
banyak adalah NaCl, kemudian MgSO4, dan MgCl2. Karena kandungan garam tinggi
maka air laut sangat korosif. Lingkungan dekat laut memiliki agresifitas terhadap
logam sangat tinggi akibat terbawanya ion-ion Cl- ke udara. (Greadel, 200l).
Korosi pada baja karbon antara lain dipengaruhi oleh konsentrasi ion agresif
seperti ion klorida (Cl-), ion sulfat (SO42-), serta pH. Konsentrasi ion klorida yang
makin tinggi akan semakin meningkatkan kecenderungan terjadinya korosi. Ion
klorida kebanyakan betindak sebagai ion triger atau ion agresif karena kemampuannya
menghancurkan lapisan pasif pada permukaan baja karbon dan mempercepat laju
korosinya. Selain itu, adanya ion sulfat juga mempengaruhi laju korosi, namun lebih
kecil pengaruhnya dibandingkan ion klorida. (ASM Handbook, 2003).
Ion klorida dikenal memiliki efek perusak terhadap baja karbon. Kebanyakan
ion tersebut memiliki kemampuan untuk terserap di permukaan logam dan
berinterferensi membentuk lapisan pasif. Pitting merupakan jenis serangan utama
yang terjadi akibat ion klorida. Area kecil dimana ion Cl- terserap di permukaan
logam merupakan daerah anodik menuju lapisan oksida pasif katodik yang luas.
Ketika proses korosi mulai, reaksi hidrolisis ion logam dari reaksi anodik
menyebabkan penurunan pH, yang mana menghambat perbaikan lapisan film dan
mempercepat serangan. Baja karbon akan terkorosi di dalam air yang mengandung

Adniya Mawadati (13/348297/TK/40876) 95


Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. KRAKATAU STEEL

klorida terutama dalam bentuk korosi uniform dibandingkan dalam bentuk localized
attack. (ASM Handbook, 2003).

2.3 Jenis-jenis Rust

Jenis rust dapat dibedakan berdasarkan bentuk dan warnanya sebagai berikut :
a. Berdasarkan Bentuk
Bentuk-bentuk rust yang ada di cold rolling mill PT Krakatau Steel dapat
dikelompokkan berdasarkan bentuk pengotor yang kontak dengan strip, bentuk-
bentuk tersebut yakni:
- Bercak bulat tebal
Rust ini muncul akibat pengotor yang mengenai strip berbentuk tetesan.
Biasanya pengotor ini berupa tetesan air atau cairan lainnya dari pipa yang bocor dan
tetesan air hujan dari atap yang bocor. Pengotor yang berbentuk tetes ini akan
menghasilkan rust berbentuk bulat seperti butir air.
- Bentuk bercak tipis
Rust bentuk ini dapat muncul karena ada 2 penyebab, yakni karena adanya
pengotor yang berasal dari cairan yang ada di mill mengenai strip berbentuk tetesan
kemudian strip tersebut digulung kembali, bisa juga karena proses pengeringan yang
tidak sempurna sehingga permukaan strip masih lembab. Tetesan air pada strip yang
tergulung dan lembabnya permukaan strip ini dapat memicu timbulnya karat yang
berbentuk bercak yang tipis.
- Bentuk titik-titik
Strip atau coil yang kering pun tidak terhindar dari timbulnya rust. Pengotor
yang menyebabkan rust ini berasal dari kontaminan yang terkandung dalam udara di
lingkungan tempat coil disimpan, baik itu tempat penyimpanan sementara maupun
tempat penyimpanan akhir sebelum coil dikirim. Biasanya rust yang dihasilkan dalam
kondisi ini dapat berbentuk titik-titik kecil yang disebut pinpoint rust atau titik-titik
kecil merata yang disebut rusty storage.

b. Berdasarkan Warna
Jenis-warna pada rust dibedakan berdasarkan penyebabnya, yaitu sebagai berikut :

Adniya Mawadati (13/348297/TK/40876) 96


Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. KRAKATAU STEEL

- Red Rust
Karat berwarna merah atau red rust merupakan hasil oksidasi dalam bentuk
hydrated iron (III) oxide (Fe2O3.H2O). Biasanya red rust timbul karena terkena
paparan terus menerus dengan udara pada kondisi kelembaban tinggi dan oksigen
tinggi, serta bisa juga karena adanya kontaminan lain seperti kandungan ion Cl-
diudara. Jenis karat ini kemungkinan besar terjadi pada kondisi atmosferis karena
biasanya bisa tumbuh tanpa dipengaruhi faktor-faktor lain seperti temperatur,
tegangan, dan goresan pada logam yang terbentuk karat. Salah satu jenis red rust
adalah korosi seragam yang diakibatkan karena lingkungan korosif. Mekanisme
pembentukan red rust dijelaskan sebagai berikut :
Terjadi reaksi antara besi, air, dan oksigen seperti reaksi berikut ini :
2 Fe (s) + O2 (g) + 2 H2O (l)  2 Fe(OH)2 (s)
Selanjutnya iron (II) hydroxide akan bereaksi lebih lanjut dengan air dan oksigen
membentuk hydrated iron (III) oxide atau Fe2O3.xH2O yang berwarna cokelat
kemerahan yang kita sebut red rust.
4 Fe(OH)2 (s) + O2 (g) + x H2O (l)  2 Fe2O3.(x+4)H2O (s)

Gambar 2. Red Rust


- Yellow Rust
Karat berwarna kuning atau yellow rust merupakan hasil oksidasi dalam
bentuk iron oxide-hydroxide FeO(OH)H2O atau Fe(OH)3. Yellow rust terbentuk akibat
kadar air yang sangat tinggi. Biasanya karat timbul pada tempat dimana terdapat
genangan air. Yellow rust dibedakan di daerah tertentu pada bagian logam dimana air

Adniya Mawadati (13/348297/TK/40876) 97


Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. KRAKATAU STEEL

tersebut menetes atau mengalir pada logam. Mekanisme reaksi pembentukan yellow
rust dijelaskan sebagai berikut ini :
Reaksi dimulai ketika terdapat tetesan air yang mengandung sedikit oksigen terlarut
menetes pada logam baja, maka Fe yang berada di bawah tetesan air akan mengalami
oksidasi seperti pada reaksi berikut :
Fe (s)  Fe2+ (aq) + 2e-
Selanjutnya elektron akan bereaksi dengan ion H+ dari air dan oksigen terlarut yang
terdapat pada tetesan air dengan reaksi berikut :
4e- + 4H+ (aq) + O2 (aq)  2 H2O (l)
Semakin asam suatu air akan mempercepat laju korosi. Jika pH semakin rendah maka
ion H+ akan bereaksi dengan elektron tersebut mmembentuk gas hidrogen bukan air.
2 H+ (aq) + 2 e-  H2 (g)
Ketika terjadi korosi, pH di dalam tetesan air akan naik. Ion OH- akan muncul di
dalam air karena H+ bereaksi membentuk gas H2.
Terjadi reaksi antara besi, air dan oksigen seperti reaksi berikut ini :
2 Fe (s) + O2 (g) + 2 H2O (l)  2 Fe(OH)2 (s)
Selanjutnya Fe(OH)2 akan bereaksi lebih lanjut dengan oksigen dan air membentuk
Fe(OH)3 atau:
4 Fe(OH)2 (s) + O2 (g) + 2 H2O (l)  4 Fe(OH)3 (s)

Gambar 3. Yellow Rust


- Brown Rust
Karat berwarna cokelat atau brown rust merupakan hasil oksidasi dalam
bentuk oxide Fe2O3. Brown rust terbentuk akibat logam terpapar oksigen tinggi
namun dalam kondisi kelembaban rendah. Karat yang terbentuk dengan jenis brown
rust ini memiliki tekstur karat yang lebih kering dibandingkan red dan yellow rust.

Adniya Mawadati (13/348297/TK/40876) 98


Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. KRAKATAU STEEL

Biasanya terjadi pada kondisi atmosferis sehingga karat yang terbentuk


merupakan hasil dari paparan lingkungan kadar oksigen tinggi dan kelembaban
rendah di udara. Brown rust terkadang mucul berbentuk titik-titik tidak seragam atau
hanya di daerah tertentu dan bukan di seluruh permukaan. Hal ini bisa diakibatkan
karena adanya kontaminan di permukaan logam. Mekanisme pembentukan brown rust
dijelaskan sebagai berikut :
Terjadi reaksi antara besi, air dan oksigen.
2 Fe (s) + 2 H2O (l) + O2 (g)  2 Fe(OH)2 (s)
Fero hidroksida [Fe(OH)2] yang terjadi merupakan hasil sementara yang dapat
teroksidasi secara alami oleh air dan udara menjadi ferri hidroksida [Fe(OH)3]
(Mekanisme 1) dan FeO(OH) (Mekanisme 2), sebagai berikut :
Mekanisme 1
Terjadi pada permukaan logam besi yang terdapat genangan air, sehingga reaksi yang
terjadi adalah :
4 Fe(OH)2 (s) + O2 (g) + 2 H2O (l)  4 Fe(OH)3 (s)
Ferri hidroksida yang terbentuk akan berubah menjadi iron (III) oxide (Fe2O3) yang
berwarna cokelat (Vogel, 1979). Reaksinya adalah :
2 Fe(OH)3  Fe2O3 + 3 H2O
Proses dekomposisi tersebut dapat terjadi pada lingkungan atmosferis dengan kondisi
kelembaban rendah pada temperatur dibawah 200oC.

Mekanisme 2
Terjadi pada lingkungan yang lembab, brown rust muncul sebagai hasil reaksi
lanjutan dari red rust.
4 Fe(OH)2 (s) + O2 (g) + x H2O (l)  2 Fe2O3.(x+4)H2O (s)
Hydrated iron (III) oxide akan menyisakan oksida Fe2O3 dengan waktu yang cepat
apabila terdehidrasi pada suhu ±200oC. Sedangkan dibawah suhu tersebut dehidrasi
akan berjalan lebih lambat.
2 Fe2O3.(x+4)H2O (s)  2 Fe2O3 (s) + (x+4) H2O (l)

Adniya Mawadati (13/348297/TK/40876) 99


Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. KRAKATAU STEEL

Gambar 4. Brown Rust


- Black Rust
Karat berwarna hitam atau black rust merupakan hasil oksidasi dalam bentuk
iron (II,III) oxide (Fe3O4). Black rust terbentuk pada kondisi oksigen terbatas dan
kelembaban rendah. Black rust dapat diidentifikasi secara visual berupa lapisan tipis
atau noda berwarna hitam sebagai hasil oksidasi dalam lingkungan oksigen rendah.
Kebanyakan pada area yang terbentuk black rust terdapat lapisan yang
menyelimutinya, dimana hal ini akan mencegah oksigen mencapai permukaan. Jenis
karat ini lebih stabil pertumbuhannya dan tumbuh lebih lambat dibandingkan jenis
lainnya. Mekanisme pembentukan black rust dapat dijelaskan sebagai berikut :
Terjadi reaksi antara besi, air dan oksigen seperti reaksi berikut ini
Fe (s) + H2O (l) + ½ O2 (g)  Fe(OH)2 (s)
Selanjutnya fero hidroksida [Fe(OH)2] akan bereaksi lebih lanjut dengan oksigen
membentuk Fe3O4.H2O.
6 Fe(OH)2 + O2  4 H2O + 2 Fe3O4.H2O
Fe3O4.H2O yang terbentuk akan berubah menjadi Fe3O4 yang berwarna hitam
Fe3O4.H2O  Fe3O4 + H2O (black magnetite)

Gambar 5. Black Rust

Adniya Mawadati (13/348297/TK/40876) 100


Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. KRAKATAU STEEL

Secara keseluruhan, mekanisme reaksi perubahan warna oksida karat yang terbentuk
ditunjukkan bagan di bawah ini.

+O2
+H2O - H2O
Fe2O3.nH2O Fe2O3
Red rust Brown rust

- H2O
+O2
Fe(OH)3
+H2O - H2O
Fe(OH)2 FeO(OH).
H2O +O2
Grey/green
rust Yellow rust

+O2
Fe3O4
Black rust

Gambar 6. Mekanisme Perubahan Warna Rust

Gambar di atas menunjukkan mekanisme perubahan warna karat yang terbentuk


pada permukaan strip. Green/grey rust yang merupakan produk intermediate reaksi
oksidasi besi bereaksi lebih lanjut membentuk oksida besi lain dengan warna tertentu
pada lingkungan tertentu. Grey rust ini adalah produk yang tidak stabil, sehingga mudah
mengalami reaksi oksidasi lanjutan. Pada kondisi dengan kadar O2 yang tinggi dan
kelembaban sedang, grey rust akan teroksidasi membentuk red rust, sedangkan pada
kondis O2 rendah dan ada genangan air, maka grey rust berekasi lanjut membentuk yellow
rust. Pada kondisi dengan kadar oksigen dan air rendah, rust yang terbentuk dari reaksi
lanjutan grey rust adalah black rust. Red rust dan yellow rust yang mengalami penurunan
kadar air, baik karena penguapan secara alami maupun karena pemanasan akan
membentuk brown rust.

Adniya Mawadati (13/348297/TK/40876) 101


Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. KRAKATAU STEEL

BAB III
METODOLOGI

3.1 Metode Pengumpulan Data


Metode atau langkah – langkah pada pelaksanaan pengambilan data untuk tugas
khusus adalah sebagai berikut :

a. Metode Observasi
Metode ini dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap suatu objek pengambilan
data.

b. Metode Wawancara
Metode ini dilakukan dengan menanyakan langsung kepada narasumber (operator) dalam
mendapatkan data.

c. Metode Studi Pustaka (Studi Literatur)


Metode ini dilakukan dengan mencari buku-buku referensi sebagai dasar analisis dan
pembuatan laporan.

3.2 Cara Memperoleh Data


Data-data yang diperlukan untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap
karakteristik rust diambil dengan melakukan percobaan dan pengamatan. Adapun
langkah-langkah dalam melakukan percobaan adalah sebagai berikut:
1. Baja lembaran produk CRM dipotong dengan ukuran 10 x10 cm. Baja lembaran
yang telah dipotong ini disebut kupon.
2. Kupon dibersihkan menggunakan xylene dan dikeringkan.
3. Kupon yang sudah bersih dan kering diletakkan di tempat-tempat dengan kondisi
lingkungan berbeda yang telah ditentukan.
4. Kupon diamati setiap hari selama waktu yang telah ditentukan.

Adniya Mawadati (13/348297/TK/40876) 102


Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. KRAKATAU STEEL

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dan pengamatan dilakukan dengan terlebih dahulu mempelajari studi


literatur dan kondisi lingkungan PT Krakatau Steel. Penelitian dan pengamatan ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap karakteristik rust yang terbentuk. Kondisi
lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan karat pada besi. Kondisi lingkungan yang
banyak mengandung uap air di udara (kelembaban tinggi) dan oksigen tinggi menyebabkan
berlangsungnya proses perkaratan. Adanya pengotor atau kontaminan di udara juga akan
menjadi pemicu tumbuhnya karat sehingga pertumbuhan karat akan menjadi lebih cepat.
Salah satu kontaminan di udara yang sangat mempengaruhi pertumbuhan karat adalah adanya
ion Cl- dan debu atau pengotor. Pengamatan pengaruh lingkungan dibagi menjadi pengaruh
pengaruh lingkungan di CRM dan lingkungan secara umum.

A. Lingkungan Temper
a. Hasil Pengamatan

TPM (Temper Pass Mill) merupakan salah satu unit CRM yang berfungsi untuk
memperbaiki sifat mekanik material yang telah mengalami proses annealing dan
memberikan kerataan permukaan. Unit TPM terletak di ujung paling barat sebelum unit
finishing dan berada tidak jauh dari gate 19 yang sering berada dalam kondisi terbuka.
Hal ini menyebabkan banyak udara luar yang masuk sehingga kemungkinan kotoran-
kotoran dari udara luar dapat terbawa masuk. Kandungan pengotor di udara ini dapat
memicu dan mempercepat pertumbuhan karat pada baja.

Dilakukan pengujian pertumbuhan karat di lingkungan temper dari mill temper


sampai ke gerbang terluar untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap
karakteristik karat yang terbentuk. Kupon diletakkan di 4 tempat yang berbeda, yaitu di
atas pulpit, di depan office 8, sebelum gate 19 dan di luar gate 19. Pengamatan dilakukan
dengan meletakkan kupon tersebut di lokasi yang sudah ditentukan kemudian diamati
setiap hari sampai hari ke-5. Hasil pengamatan diperoleh hasil bentuk dan warna karat
sebagai berikut :

Adniya Mawadati (13/348297/TK/40876) 103


Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. KRAKATAU STEEL

Tabel 1. Bentuk dan Warna Rust di Lingkungan Temper

No Kode Lokasi Perlakuan Warna Bentuk


Di atas pulpit Titik-titik merata,
1 TPA - Cokelat
temper jumlah sedikit
Di depan Titik-titik merata,
2 TPB - Cokelat
office 8 jumlah sedang
Titik-titik merata,
Sebelum gate
3 TPC - Cokelat jumlah lebih
19
banyak dari TPB
Titik-titik merata,
Di luar gate Cokelat
4 TPD - jumlah sangat
19 dan kuning
banyak

Dari hasil pengamatan diketahui karat yang terbentuk di atas pulpit berbentuk
titik-titik merata sedikit dan berwarna cokelat. Karat berwarna cokelat muncul akibat
baja terpapar lingkungan oksigen tinggi dan kelembaban rendah. Adanya kandungan
pengotor seperti debu dan ion-ion di udara akan mempercepat pertumbuhan karat. Karat
yang terbentuk di depan office 8 berbentuk titik-titik merata yang jumlahnya lebih
banyak daripada di atas pulpit temper dan berwarna cokelat. Karat yang terbentuk di
lokasi ke-3 sebelum gate 19 berbentuk titik-titik merata yang jumlahnya lebih banyak
dari pada di depan office 8 dan berwarna cokelat. Sedangkan di lokasi ke-4 di luar gate
19 karat yang terbentuk berbentuk titik-titik merata yang jumlahnya sangat banyak
dibandingkan dengan 3 lokasi sebelumnya. Warna karat yang terbentuk berwarna cokelat
sebagai warna dominannya, namun juga terdapat titik-titik berwarna kuning akibat
terkena tetesan air hujan. Karat berwarna cokelat timbul akibat besi terpapar oksigen
tinggi dan kelembaban rendah, sedangkan warna kuning terbentuk akibat adanya
genangan air hujan di atas strip. Dari ke-4 lokasi yang diamati pertumbuhan karatnya,
semuanya dihasilkan karat berwarna cokelat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-
rata kondisi lingkungan di sekitaran unit temper merupakan lingkungan dengan
kelembaban rendah.

Adniya Mawadati (13/348297/TK/40876) 104


Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. KRAKATAU STEEL

Letak perbedaan dari ke-4 hasil karat adalah jumlah karat yang terbentuk, dimulai
dari yang paling sedikit yaitu di atas pulpit temper dan yang paling banyak yaitu di luar
gate 19. Jumlah karat yang muncul dipengaruhi oleh kandungan pengotor di udara,
semakin banyak kandungan pengotor di udara maka pertumbuhan karat akan semakin
cepat dan semakin banyak. Jumlah pengotor di udara dipengaruhi oleh jarak lokasi
peletakkan sampel tersebut dengan gate 19. Semakin jauh dari pintu gate 19 maka
jumlah pengotor di udaranya akan semakin rendah, sebaliknya jika semakin dekat
dengan gate maka jumlah pengotornya semakin banyak karena berkontak langsung
dengan udara luar. Urutan jarak lokasi peletakkan dengan gate dari yang paling jauh
sampai yang paling dekat adalah pulpit temper, depan office 8, sebelum gate dan di luar
gate. Hasil pengamatan yang dilakukan sudah sesuai dengan teori, yaitu karat yang
terbentuk paling banyak berada di luar gate dan paling sedikit di atas pulpit temper.

b. Perhitungan Laju Karat

Laju korosi adalah kecepatan rambatan atau kecepatan penurunan kualitas bahan,
dalam hal ini baja, terhadap waktu. Dalam perhitungan laju korosi, satuan yang biasa
digunakan adalah mm/tahun (standar internasional) atau mill/year (mpy, standar British).
Pengukuran laju korosi dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu :

1. Metode pengukuran kehilangan berat


2. Metode elektrokimia (metode tafel dan polarisasi)
3. Metode perubahan tahanan listrik

Pada metode pengukuran kehilangan berat, laju karat dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut:

Corrosion rate (CR) = (Ikechukwu et al, 2014) (1)

dengan, weight loss = massa kupon yang hilang akibat terkorosi, mg


area = luas permukaan kupon, mm2
time = waktu pengamatan, year
density = densitas baja, mg/mm3
corrosion rate = laju korosi, mmpy (milimeter per year)

Adniya Mawadati (13/348297/TK/40876) 105


Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. KRAKATAU STEEL

Karena pada percobaan ini tidak diukur massa pengurangan kupon secara
langsung, maka untuk menghitung laju korosi dilakukan perhitungan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:

1. Dibuat skala kerapatan karat di permukaan coupon dari 0-100%. Kemudian dapat
dihitung luas permukaan karat yang terbentuk pada setiap sampel.
2. Ketebalan karat di perkirakan dari beberapa sampel yang sempat di ukur
ketebalannya.
3. Massa karat dihitung dengan persamaan :
(2)
Dengan, ρ : massa jenis oksida karat yang terbentuk, g/cm3
V : volume karat, cm3
4. Menghitung mol oksida karat yang terbentuk dengan persamaan :
(3)

Dengan, n : mol oksida terbentuk, mol


m : massa oksida karat, gram
Mr : massa molar oksida karat, gram/mol
5. Menghitung massa besi yang bereaksi dari neraca massa. Massa besi yang bereaksi
sebanding dengan pengurangan massa besi.
6. Corrosion rate dihitung dengan persamaan (1).
7. Karat yang diperhitungkan hanya karat yang terbentuk akibat pengaruh lingkungan
saja, tanpa memperhitungkan karat akibat pengaruh pengotor.
8. Asumsi produk intermediet habis bereaksi.

Dari perhitungan, diperoleh nilai laju korosi pada sampel yang diletakkan di lingkungan
Temper Mill sebagai berikut :

Adniya Mawadati (13/348297/TK/40876) 106


Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. KRAKATAU STEEL

Tabel 2. Data Perhitungan Laju Korosi

mol oksida Fe bereaksi, CR,


massa Fe bereaksi,
Kode karat, mol Mol gram mm/year
1 0,0015 0,0030 0,1680 0,2340
TPB
2 0,0003 0,0006 0,0336 0,0468

1 0,0105 0,0210 1,1760 1,6383


TPC
2 0,0049 0,0098 0,5488 0,7645

1 0,0630 0,1260 7,0560 9,8299


TPD
2 0,0443 0,0886 4,9616 6,9121

Dari tabel di atas diketahui nilai laju korosi terbesar terjadi pada kupon TPD yang
diletakkan di luar gate 19, yaitu sebesar 9,8299 dan 6,9121 mm/tahun sedangkan laju
korosi paling kecil terdapat pada kupon TPB yang diletakkan di depan office 8 yang
bernilai 0,2340 dan 0,0468 mm/tahun. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
kandungan pengotor semakin banyak pada lokasi yang berdekatan dengan gate 19,
karena berkontak langsung dengan udara luar dan semakin jauh dari pintu gate 19
(semakin ke dalam) maka jumlah pengotor di udaranya akan semakin rendah.

Banyaknya kandungan pengotor dalam udara ini mempengaruhi besarnya laju


korosi, dimana semakin banyak kandungan pengotor di udara laju korosi akan semakin
besar. Sehingga kupon yang diletakkan di luar gate 19 (TPD) memiliki nilai laju korosi
yang lebih besar dibandingkan dengan 2 kupon lainnya, karena kupon tersebut kontak
langsung dengan udara luar yang kandungan pengotornya lebih banyak. Dengan
demikian, hasil perhitungan laju korosi sudah sesuai karena nilai laju korosi terbesar
dihasilkan oleh kupon TPD yang diletakkan di luar gate 19 yang berkontak langsung
dengan udara luar, dan nilai laju korosi terkecil dihasilkan oleh kupon TBP yang
diletakkan di depan office 8 yang tidak berkontak langsung dengan udara luar.

Adniya Mawadati (13/348297/TK/40876) 107


Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. KRAKATAU STEEL

B. Lingkungan Secara Umum

Cilegon dikenal sebagai kota industri yang berada di ujung barat laut pulau Jawa,
di tepi Selat Sunda. Sehingga dapat dikatakan kota Cilegon dekat dengan pantai, hal ini
praktis membuat Cilegon memiliki kelembaban udara yang tinggi dengan relative
humidity (RH) 85% (https://weather-and-climate.com/). Dengan demikian dapat
dikatakan unit Cold Rolling Mill memiliki RH 85%.
Pada penelitian ini dilakukan percobaan pengaruh lingkungan di CRM secara
umum terhadap karakteristik rust. Lingkungan di CRM secara umum terbagi menjadi
lingkungan asam dengan kelembaban tinggi, lingkungan asam dengan kelembaban
rendah, lingkungan tidak asam dengan kelembaban rendah, dan lingkungan tidak asam
dengan kelembaban tinggi. Namun untuk lingkungan tidak asam dengan kelembaban
tinggi belum dapat ditentukan letaknya di CRM.
Lingkungan asam di CRM ini adalah lingkungan yang udaranya banyak
mengandung ion Cl- yang berasal dari penguapan HCl di pickling tank, sehingga yang
termasuk lingkungan asam adalah unit CPL dan N2 (tempat penyimpanan setelah
melalui proses pickling). Dengan demikian lingkungan lainnya di CRM dapat dikatakan
sebagai lingkungan tidak asam.
Udara di unit CPL selain banyak mengandung ion Cl- juga banyak mengandung
uap air akibat dari menguapnya larutan HCl di pickling tank. Tingginya kandungan uap
air di udara ini menyebabkan unit CPL memiliki kelembaban yang sangat tinggi karena
RH-nya pasti lebih dari RH normal di CRM (lebih dari 85%). Dengan demikian, unit
CPL dikatakan lingkungan asam dengan kelembaban tinggi. Sementara itu pada N2 tidak
ada proses pengolahan apapun sehingga udara di N2 tidak mengandung uap air sebanyak
di unit CPL, dengan demikian RH-nya tidak lebih dari 85%. Sehingga dapat dikatakan
N2 merupakan lingkungan asam dengan kelembaban rendah, karena RH-nya lebih
rendah dibandingkan RH di unit CPL.
Seperti yang telah disebutkan di atas, lingkungan selain unit CPL dan N2 dapat
dikatakan lingkungan tidak asam. Sehingga untuk lingkungan tidak asam dengan
kelembaban rendah dipilih N6 atau yang disebut dehumidity area. Karena pada area
tersebut memang sudah diatur kelembaban udaranya dengan relative humudity (RH)
kurang lebih 38% yang termasuk RH rendah.

Adniya Mawadati (13/348297/TK/40876) 108


Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. KRAKATAU STEEL

Percobaan untuk mengetahui pengaruh lingkungan secara umum dilakukan


dengan meletakan kupon di lingkungan asam-kelembaban tinggi, asam-kelembaban
redah dan tidak asam-kelembaban rendah, kemudian dilakukan pengamatan dilakukan
setiap hari. Hasil pengamatan diperoleh hasil bentuk dan warna karat sebagai berikut :

Tabel 3. Bentuk dan Warna Rust di Lingkungan Secara Umum

No Kode Lokasi Perlakuan Warna Bentuk


Asam-
kelembaban
1 1 - Merah Merata
tinggi (tangki
pickling)
Asam-
Titik-titik merata,
2 E kelembaban - Cokelat
jumlah banyak
rendah (N2)
Tidak asam-
3 2 kelembaban - - -
rendah (N6)

Untuk percobaan di lingkungan asam dengan kelembaban tinggi kupon


diletakkan di atas pickling tank di unit CPL. Setelah diletakkan selama 3 hari, timbul
karat yang berwarna merah pada kupon. Bentuk karat yang dihasilkan merata karena
menutupi seluruh base metal. Kupon yang diletakkan diletakkan di atas pickling tank
tersebut berkontak langsung dengan uap HCl yang mengandung ion Cl-- yang sangat
tinggi. Kandungan Cl- yang sangat tinggi di udara ini mempercepat laju pembentukan
karat, sehingga hanya dalam waktu 3 hari, karat sudah menyelimuti seluruh base metal.
Karat yang timbul berwarna merah disebabkan karena oksigen tinggi dan kelembaban
yang tinggi akibat dari larutan HCl yang menguap tersebut.
Percobaan di N2 yang merupakan lingkungan asam dengan kelembaban rendah
dilakukan selama 5 hari dan setiap harinya dilakukan pengamatan. Setelah 5 hari, karat
yang timbul berwarna cokelat dan bentuknya titik-titik merata yang jumlahnya banyak.
Oleh karena kelembaban udara di N2 yang lebih rendah, tidak seperti di atas pickling

Adniya Mawadati (13/348297/TK/40876) 109


Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. KRAKATAU STEEL

tank, maka karat yang timbul berwarna cokelat. Tingginya kadar ion Cl- dalam udara di
N2 ini juga mempercepat laju terbentuknya karat.
Percobaan di lingkungan tidak asam dengan kelembaban rendah dilakukan di N6
(dehumidity area). Setelah 10 hari diletakkan di N6, tidak timbul karat di permukaan
kupon. Kelembaban udara yang rendah dengan RH 38% dan tidak adanya ion-ion yang
bersifat asam (Cl-) ini menghambat laju terbentuknya karat. Oleh karena itu, setelah 10
hari pun tidak ada karat yang timbul pada permukaan kupon.

C. Lingkungan di Cold Rolling Mill


a. Lingkungan Continuous Pickling Line (CPL)

Unit CPL (Continuous Pickling Line) merupakan salah satu bagian dari
proses di CRM yang berfungsi untuk menghilangkan scale pada HRC (Hot Rolled
Coil) dari divisi Hot Strip Mill (HSM). Penghilangan scale ini dilakukan dengan 2
metode yaitu secara mekanik menggunakan scale breaker dan secara kimiawi
menggunakan HCl. Proses penghilangan scale secara kimiawi menggunakan HCl
dilakukan dengan memasukkan strip ke dalam tangki berisi HCl yang dipanaskan
pada suhu 85oC. Sedangkan titik didih HCl dengan kadar 130-160 gram/L yang
digunakan sekitar 81-110oC, sehingga selama proses pickling berlangsung sebagian
HCl akan menguap.

Adanya HCl yang menguap di udara mengakibatkan lingkungan disekitar


tangki pickling HCl menjadi asam karena banyaknya ion Cl- di udara. Ion Cl- di
udara ini akan memicu timbulnya karat dan mempercepat proses perkaratan. Uap
HCl juga menyebabkan lingkungan disekitar tangki menjadi lebih lembab.

Dilakukan pengujian pertumbuhan karat di lingkungan CPL untuk


mengetahui pengaruh faktor lingkungan CPL terhadap karakteristik karat yang
terbentuk. Kupon diletakkan di 3 tempat yang berbeda, yaitu di input CPL, di atas
tangki pickling dan di exit CPL. Kemudian kupon-kupon tersebut diamati setiap hari
sampai hari ke-5. Hasil pengamatan diperoleh hasil bentuk dan warna karat sebagai
berikut :

Adniya Mawadati (13/348297/TK/40876) 110


Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. KRAKATAU STEEL

Tabel 4. Bentuk dan Warna Rust di Lingkungan CPL

No Kode Lokasi Perlakuan Warna Bentuk


Titik-titik merata,
1 I Input CPL - Cokelat
jumlah sedang
Di atas
2 T tangki HCl - Merah Merata
pickling
Titik-titik merata,
3 E Exit CPL - Cokelat
jumlah banyak

Dari hasil pengamatan diperoleh karat yang terbentuk di atas tangki pickling
berwarna merah dengan bentuk merata. Karat berwarna merah muncul diakibatkan
besi terpapar lingkungan oksigen tinggi dan kelembaban tinggi. Adanya ion Cl- di
udara mempercepat pertumbuhan karat sehingga setelah pengamatan hari ke-3
sudah diperoleh karat yang bewarna merah dan sudah tumbuh merata. Dengan
demikian, kondisi lingkungan disekitaran tangki CPL merupakan lingkungan dengan
oksigen tinggi, kelembaban tinggi dan banyak mengandung ion Cl- di udara. Karat
yang terbentuk di input CPL berbentuk titik-titik merata yang jumlahnya sedang
berwarna cokelat. Karat berwarna cokelat terbentuk karena besi terpapar lingkungan
oksigen tinggi dan kelembaban rendah, sementara itu bentuk titik-titik merata
diakibatkan karena terpapar pengotor di udara seperti debu. Peletakkan kupon di
input CPL berada di dekat pintu gerbang, sehingga banyak terpapar udara yang
banyak mengandung mineral pengotor seperti Ca, Si, P, K, Na dan S yang dapat
mempercepat terbentuknya karat. Oleh karena karat yang timbul berwarna cokelat
dan berbentuk titik-titik yang merata, maka dapat dikatakan kondisi lingkungan
disekitaran input CPL merupakan lingkungan dengan oksigen tinggi, kelembaban
rendah dan banyak mengandung pengotor di udara.

Sedangkan karat yang terbentuk di exit CPL berbentuk titik-titik kecil merata
jumlahnya banyak yang berwarna cokelat. Warna cokelat disebabkan karena kupon
terpapar oksigen tinggi dan kelembaban rendah, sedangkan bentuk titik-titik kecil

Adniya Mawadati (13/348297/TK/40876) 111


Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. KRAKATAU STEEL

merata yang lebih rapat dikarenakan kondisi lingkungan di exit CPL mengandung
ion Cl- bawaan dari tangki pickling yang mempercepat terbentuknya karat.
Dibandingkan dengan input CPL, karat yang muncul di exit jumlahnya lebih banyak
dan lebih rapat dikarenakan adanya ion Cl- di lingkungan exit CPL lebih banyak
sehingga pertumbuhan karatnya lebih cepat. Dengan demikian, kondisi lingkungan
di exit CPL merupakan lingkungan dengan kadar oksigen tinggi, kelembaban rendah
dan mengandung ion Cl- diudara yang mempercepat pertumbuhan karat.

b. Lingkungan N-yard

Dilakukan pengujian di lingkungan N-yard ini untuk mengetahui pengaruh


faktor lingkungan N-yard terhadap karakteristik karat yang terbentuk. Kupon
diletakkan di 6 tempat yang berbeda, yaitu di N2, N3, N4, N5, N6, dan N7,
kemudian diamati setiap hari sampai hari ke-5. Hasil pengamatan diperoleh hasil
bentuk dan warna karat sebagai berikut :

Tabel 5. Bentuk dan Warna Rust di Lingkungan N-yard

No Kode Lokasi Perlakuan Warna Bentuk


Titik-titik merata, jumlah
1 N2 N2-yard - Cokelat
banyak
Cokelat dan Titik-titik merata, jumlah
2 N3 N3-yard -
kuning sedang
Titik-titik merata, jumlah
3 N4 N4-yard - Cokelat
sedang
Titik-titik merata, jumlah
4 N5 N5-yard - Cokelat
sedang
5 N6 N6-yard - - Belum terbentuk rust
Titik-titik merata, jumlah
6 N7 N7-yard - Cokelat
sedang

Adniya Mawadati (13/348297/TK/40876) 112


Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. KRAKATAU STEEL

Dari hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :

 N2-yard

N2 merupakan N-yard tempat menyimpan koil setelah keluar dari proses


Continuous Pickling Line (CPL) sebelum di reduksi ukurannya di Continuous
Tandem Cold Mill (CTCM). Dari hasil percobaan yang dilakukan, kupon yang
diletakkan di N2 timbul karat berbentuk titik-titik merata menyeluruh berwarna
cokelat. Ditinjau dari bentuk karat yang timbul dapat disimpulkan bahwa penyebab
timbulnya karat adalah kontak dengan udara yang mengandung pengotor di N2
tersebut. Warna karat yang dihasilkan adalah cokelat, jenis karat ini muncul karena
pengaruh lingkungan dengan kadar oksigen yang tinggi dan kelembaban rendah
hingga sedang. Laju karat yang terbentuk pada N2 lebih tinggi jika dibandingkan
dengan N- yard lain, hal ini disebabkan karena kemungkinan adanya pengaruh ion
Cl- dari pickling tank CPL. Adanya ion Cl- yang berperan sebagai katalis akan
mempercepat reaksi pembentukan karat. Dari hasil percobaan dan pengamatan yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa kondisi lingkungan N2 memiliki kelembaban
sedang dan banyak mengandung ion Cl- di udara.

 N3-yard

N3 merupakan N-yard tempat meletakkan koil sementara setelah koil keluar


dari CTCM sebelum selanjutnya masuk ke proses Electrical Cleaning Line (ECL)
untuk dihilangkan kandungan minyak pada permukaan strip. Dari hasil percobaan
yang dilakukan, karat yang muncul berbentuk titik-titik merata berwarna cokelat.
Hal ini disebabkan oleh paparan udara dengan kelembaban sedang yang
mengandung bermacam-macam pengotor seperti debu atau ion-ion lain yang
terlarut.

 N4-yard

N4 merupakan N-yard tempat penyimpanan sementara koil setelah keluar dari


proses ECL sebelum selanjutnya masuk ke proses annealing di unit Batch
Annealing Furnace (BAF). Karat yang terbentuk berwarna cokelat dan tampak titik-

Adniya Mawadati (13/348297/TK/40876) 113


Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. KRAKATAU STEEL

titik merata. Karakter karat yang terbentuk mirip dengan karakter karat yang
muncul di N3 karena kondisi lingkungan yang relatif sama.

 N5-yard

N5 merupakan tempat penyimpanan koil sementara setelah keluar dari ECL


yang langsung dijual ke konsumen. Karakter karat yang terbentuk juga mirip
dengan karat yang muncul di N3 maupun N4 karena kondisi lingkungan yang realtif
sama pula.

 N6-yard

N6 atau yang lebih sering disebut dehumidity area adalah N-yard khusus
untuk menyimpan koil dan mendinginkan koil setelah keluar dari proses annealing.
N6 ini dijaga kondisinya agar relative humidity (RH) tetap berada pada kisaran
<40%. Dari hasil pengamatan dan percobaan yang dilakukan selama 10 hari, tidak
muncul karat pada kupon yang diletakkan di N6. Hal ini menunjukkan bahwa
kelembaban yang rendah akan menghambat timbulnya karat.

 N7-yard

N7 merupakan N-yard tempat menyimpan koil akhir sebelum di kirim ke


konsumen. Hasil karat yang terbentuk berbentuk titik-titik merata berwarna cokelat.
Hal ini depangaruhi oleh udara sekitar dengan kelembaban sedang yang
mengandung berbagai pengotor.

D. Pengaruh Packaging

Percobaan pengaruh packaging dilakukan untuk mengetahui pengaruh packaging


terhadap pertumbuhan karat. Hasil pengamatan diperoleh hasil bentuk dan warna karat
sebagai berikut :

Tabel 6. Bentuk dan Warna Rust Akibat Packaging

No Kode Lokasi Perlakuan Warna Bentuk


1. B Warehouse Dibungkus - -

Adniya Mawadati (13/348297/TK/40876) 114


Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. KRAKATAU STEEL

Koil yang siap dikirim ke konsumen dibungkus menggunakan kertas yang


mengandung VCI (Volatile Corrosive Inhibitor) yang dapat menghambat laju korosi
pada koil. Setelah pengamatan selama 10 hari, tidak timbul karat pada kupon yang
dibungkus tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa packaging yang telah dilakukan di
CRM ini sudah mengikuti standar sehingga dapat menghambat munculnya karat pada
kupon.

Adniya Mawadati (13/348297/TK/40876) 115


Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. KRAKATAU STEEL

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan:
1. Semakin banyak pengotor di udara, maka semakin tinggi pula laju karat yang
terbentuk.
Data hasil laju korosi (CR) di lingkungan Temper:
Kupon TPB = 0,2340 dan 0,0468 mm/tahun
Kupon TPC = 1,6383 dan 0,7645 mm/tahun
Kupon TPD = 9,8299 dan 6,9121 mm/tahun
2. Semakin tinggi kelembaban udara lingkungan maka semakin cepat pula laju karat
yang terbentuk.
3. Pada lingkungan dengan tingkat kelembaban udara sangat rendah (di bawah RH
40%) laju pembentukan karat sangat rendah.
4. Warna karat yang terbentuk dipengaruhi oleh kadar air dan oksigen yang berkontak
dengan strip.
 Karat yang terbentuk di lingkungan dengan tingkat kelembaban udara sedang,
berbentuk titik-titik merata dan berwarna cokelat.
 Karat yang terbentuk di lingkungan dengan tingkat kelembaban udara sangat
tinggi berbentuk lapisan merata berwarna merah (contoh: di atas tangki
pickling).
 Karat berwarna kuning hanya terbentuk ketika ada tetesan atau genangan air
di permukaan strip.
5. Ion Cl- tidak mempengaruhi warna karat yang terbentuk, melainkan hanya sebagai
katalis yang mempecepat laju korosi
6. Karat yang terbentuk dengan adanya pengaruh ion Cl- di udara memiliki
karakteristik berbentuk titik-titik merata dan tajam.
5.2 Saran:
1. Perlu penelitian lebih lanjut pengarung aging terhadap karat yang muncul.
2. Perlu ditinjau pengaruh udara industri yang dekat laut.
3. Perlu kajian secara kuantitatif terhadap parameter-parameter laju korosi.

Adniya Mawadati (13/348297/TK/40876) 116


Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. KRAKATAU STEEL

DAFTAR PUSTAKA

ASM Handbook Volume 13A, "Corrosion: Fundamentals, Testing, and Protection (USA:
ASM International, 2003)
Graedel, T. E., & Leygraf, C., 2001, "Scenearios for Atmospheric Corrosion in 21st
Century". ECS Corrosion Monograph Series, Wiley Interscience, 24.

Ikechukwu, A. S., Obioma, E., Ugochukwu, N. H., 2014, “Studies on Corrosion


Characteristics of Carbon Steel Exposed to Na2CO3, Na2SO4 and NaCl Solutions of
Different Concentrations.” (The International Journal Of Engineering And Science
(IJES)) III, no. 10

INDOCOR, 2004, “ MODUL IND-104: Proses dan Korosi”, Bandung: Departemen Teknik
Mesin ITB

J.,Trethewey, KR, 1991, “Korosi”, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

http://corrosion-doctors.org/Experiments/rust-chemistry.htm, “Rust Chemistry”, diakses pada


tanggal 19 Januari 2017
http://cuiet.info/notes/chemistry/Corrosion.pdf, “Corrosion”, diakses pada tanggal 15 Januari
2017

http://digilib.unila.ac.id/11314/4/BAB%2011.pdf diakses pada tanggal 16 Januari 2017

http://finishing.com/95/49.shtml , “What is "Black Rust" on Steel”, diakses pada tanggal 17


Januari 2017
http://tdwhs.nwasco.k12.or.us/staff/BFroemming/CorrosionIron.html, “Corrosion of Iron”,
diakses pada tanggal 19 Januari 2017
https://weather-and-climate.com/average-monthly-Humidity-perc,cilegon-bantenid,Indonesia,
“Average Humidity in Cilegon”, diakses pada tanggal 31 Januari 2017

Adniya Mawadati (13/348297/TK/40876) 117


Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada

Anda mungkin juga menyukai