BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari pengerjaan tugas khusus ini:
1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari pengerjaan tugas khusus ini adalah:
Sebagai bahan tinjauan bagi pabrik untuk mengevaluasi karakteristik karat yang
terbentuk pada baja lembaran dingin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Korosi adalah proses kerusakan atau degradasi material akibat reaksi elektrokimia
dengan lingkungan. Korosi pada logam akan terjadi jika terdapat larutan penghantar arus
listrik berupa larutan elektrolit. Reaksi elektrokimia melibatkan perpindahan elektron-
elektron yang merupakan akibat dari reaksi oksidasi dan reduksi. Bagian logam yang
melepas elektron disebut anoda, sedangkan bagian yang menerima elektron disebut
katoda. Secara umum reaksi yang terjadi di anoda :
- Perbedaan fasa pada satu logam yang menyebabkan lokal sel elektrokimia
- Adanya kontaminan pada permukaan baja
- Perbedaan kadar oksigen
- Goresan atau cacat permukaan
- Dislokasi molekul
Korosi pada besi menghasilkan oksida besi yang berupa rust (karat). Jenis oksida
besi yang dihasilkan bermacam-macam tergantung pada lingkungan atau kontaminan
pada besi tersebut.
Kelembaban Udara
Kebanyakan logam seperti seng, baja, besi, nikel, dan tembaga mengalami
korosi jika kelembaban relatif lebih dari 60%. Jika kelembaban lebih dari 89%, karat
pada besi dan baja menjadi higroskopik (menyerap air) dan dengan demikian laju
serangan akan lebih meningkat lagi. Perubahan temperatur berpengaruh terhadap
kelembaban relatif dan dapat menyebabkan titik embun. Jika temperatur turun lebih
rendah dari titik embun, udara menjadi jenuh dengan uap air dan titik-titik air akan
mengendap pada setiap permukaan logam yang terbuka. (Trethewey,1991).
Komposisi Kimia di Lingkungan (Udara dan Air)
Embun pagi umumnya mengandung aneka partikel aerosol, debu serta gas-gas
asam seperti NOx dan SOx. Di dalarn udara kedua gas tersebut dapat berubah menjadi
asam nitrat (HNO3) dan asarn sulfat (H2SO4). Oleh sebab itu, udara menjadi terlalu
asam dan bersifat korosif dengan terlarutnya gas-gas asam tersebut di dalam udara,
sehingga proses korosi tidak dapat dihindari lagi. Sementara itu amonia (NH3)
merupakan bahan kimia yang cukup banyak digunakan dalam kegiatan industri. Pada
suhu dan tekanan normal, bahan ini berada dalam bentuk gas dan sangat mudah
terlepas ke udara. Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif tersebut ke udara
dapat mempercepat proses korosi. (Graedel, 200l).
Air laut mengandung 35 gram garam per liternya, dan garam yang paling
banyak adalah NaCl, kemudian MgSO4, dan MgCl2. Karena kandungan garam tinggi
maka air laut sangat korosif. Lingkungan dekat laut memiliki agresifitas terhadap
logam sangat tinggi akibat terbawanya ion-ion Cl- ke udara. (Greadel, 200l).
Korosi pada baja karbon antara lain dipengaruhi oleh konsentrasi ion agresif
seperti ion klorida (Cl-), ion sulfat (SO42-), serta pH. Konsentrasi ion klorida yang
makin tinggi akan semakin meningkatkan kecenderungan terjadinya korosi. Ion
klorida kebanyakan betindak sebagai ion triger atau ion agresif karena kemampuannya
menghancurkan lapisan pasif pada permukaan baja karbon dan mempercepat laju
korosinya. Selain itu, adanya ion sulfat juga mempengaruhi laju korosi, namun lebih
kecil pengaruhnya dibandingkan ion klorida. (ASM Handbook, 2003).
Ion klorida dikenal memiliki efek perusak terhadap baja karbon. Kebanyakan
ion tersebut memiliki kemampuan untuk terserap di permukaan logam dan
berinterferensi membentuk lapisan pasif. Pitting merupakan jenis serangan utama
yang terjadi akibat ion klorida. Area kecil dimana ion Cl- terserap di permukaan
logam merupakan daerah anodik menuju lapisan oksida pasif katodik yang luas.
Ketika proses korosi mulai, reaksi hidrolisis ion logam dari reaksi anodik
menyebabkan penurunan pH, yang mana menghambat perbaikan lapisan film dan
mempercepat serangan. Baja karbon akan terkorosi di dalam air yang mengandung
klorida terutama dalam bentuk korosi uniform dibandingkan dalam bentuk localized
attack. (ASM Handbook, 2003).
Jenis rust dapat dibedakan berdasarkan bentuk dan warnanya sebagai berikut :
a. Berdasarkan Bentuk
Bentuk-bentuk rust yang ada di cold rolling mill PT Krakatau Steel dapat
dikelompokkan berdasarkan bentuk pengotor yang kontak dengan strip, bentuk-
bentuk tersebut yakni:
- Bercak bulat tebal
Rust ini muncul akibat pengotor yang mengenai strip berbentuk tetesan.
Biasanya pengotor ini berupa tetesan air atau cairan lainnya dari pipa yang bocor dan
tetesan air hujan dari atap yang bocor. Pengotor yang berbentuk tetes ini akan
menghasilkan rust berbentuk bulat seperti butir air.
- Bentuk bercak tipis
Rust bentuk ini dapat muncul karena ada 2 penyebab, yakni karena adanya
pengotor yang berasal dari cairan yang ada di mill mengenai strip berbentuk tetesan
kemudian strip tersebut digulung kembali, bisa juga karena proses pengeringan yang
tidak sempurna sehingga permukaan strip masih lembab. Tetesan air pada strip yang
tergulung dan lembabnya permukaan strip ini dapat memicu timbulnya karat yang
berbentuk bercak yang tipis.
- Bentuk titik-titik
Strip atau coil yang kering pun tidak terhindar dari timbulnya rust. Pengotor
yang menyebabkan rust ini berasal dari kontaminan yang terkandung dalam udara di
lingkungan tempat coil disimpan, baik itu tempat penyimpanan sementara maupun
tempat penyimpanan akhir sebelum coil dikirim. Biasanya rust yang dihasilkan dalam
kondisi ini dapat berbentuk titik-titik kecil yang disebut pinpoint rust atau titik-titik
kecil merata yang disebut rusty storage.
b. Berdasarkan Warna
Jenis-warna pada rust dibedakan berdasarkan penyebabnya, yaitu sebagai berikut :
- Red Rust
Karat berwarna merah atau red rust merupakan hasil oksidasi dalam bentuk
hydrated iron (III) oxide (Fe2O3.H2O). Biasanya red rust timbul karena terkena
paparan terus menerus dengan udara pada kondisi kelembaban tinggi dan oksigen
tinggi, serta bisa juga karena adanya kontaminan lain seperti kandungan ion Cl-
diudara. Jenis karat ini kemungkinan besar terjadi pada kondisi atmosferis karena
biasanya bisa tumbuh tanpa dipengaruhi faktor-faktor lain seperti temperatur,
tegangan, dan goresan pada logam yang terbentuk karat. Salah satu jenis red rust
adalah korosi seragam yang diakibatkan karena lingkungan korosif. Mekanisme
pembentukan red rust dijelaskan sebagai berikut :
Terjadi reaksi antara besi, air, dan oksigen seperti reaksi berikut ini :
2 Fe (s) + O2 (g) + 2 H2O (l) 2 Fe(OH)2 (s)
Selanjutnya iron (II) hydroxide akan bereaksi lebih lanjut dengan air dan oksigen
membentuk hydrated iron (III) oxide atau Fe2O3.xH2O yang berwarna cokelat
kemerahan yang kita sebut red rust.
4 Fe(OH)2 (s) + O2 (g) + x H2O (l) 2 Fe2O3.(x+4)H2O (s)
tersebut menetes atau mengalir pada logam. Mekanisme reaksi pembentukan yellow
rust dijelaskan sebagai berikut ini :
Reaksi dimulai ketika terdapat tetesan air yang mengandung sedikit oksigen terlarut
menetes pada logam baja, maka Fe yang berada di bawah tetesan air akan mengalami
oksidasi seperti pada reaksi berikut :
Fe (s) Fe2+ (aq) + 2e-
Selanjutnya elektron akan bereaksi dengan ion H+ dari air dan oksigen terlarut yang
terdapat pada tetesan air dengan reaksi berikut :
4e- + 4H+ (aq) + O2 (aq) 2 H2O (l)
Semakin asam suatu air akan mempercepat laju korosi. Jika pH semakin rendah maka
ion H+ akan bereaksi dengan elektron tersebut mmembentuk gas hidrogen bukan air.
2 H+ (aq) + 2 e- H2 (g)
Ketika terjadi korosi, pH di dalam tetesan air akan naik. Ion OH- akan muncul di
dalam air karena H+ bereaksi membentuk gas H2.
Terjadi reaksi antara besi, air dan oksigen seperti reaksi berikut ini :
2 Fe (s) + O2 (g) + 2 H2O (l) 2 Fe(OH)2 (s)
Selanjutnya Fe(OH)2 akan bereaksi lebih lanjut dengan oksigen dan air membentuk
Fe(OH)3 atau:
4 Fe(OH)2 (s) + O2 (g) + 2 H2O (l) 4 Fe(OH)3 (s)
Mekanisme 2
Terjadi pada lingkungan yang lembab, brown rust muncul sebagai hasil reaksi
lanjutan dari red rust.
4 Fe(OH)2 (s) + O2 (g) + x H2O (l) 2 Fe2O3.(x+4)H2O (s)
Hydrated iron (III) oxide akan menyisakan oksida Fe2O3 dengan waktu yang cepat
apabila terdehidrasi pada suhu ±200oC. Sedangkan dibawah suhu tersebut dehidrasi
akan berjalan lebih lambat.
2 Fe2O3.(x+4)H2O (s) 2 Fe2O3 (s) + (x+4) H2O (l)
Secara keseluruhan, mekanisme reaksi perubahan warna oksida karat yang terbentuk
ditunjukkan bagan di bawah ini.
+O2
+H2O - H2O
Fe2O3.nH2O Fe2O3
Red rust Brown rust
- H2O
+O2
Fe(OH)3
+H2O - H2O
Fe(OH)2 FeO(OH).
H2O +O2
Grey/green
rust Yellow rust
+O2
Fe3O4
Black rust
BAB III
METODOLOGI
a. Metode Observasi
Metode ini dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap suatu objek pengambilan
data.
b. Metode Wawancara
Metode ini dilakukan dengan menanyakan langsung kepada narasumber (operator) dalam
mendapatkan data.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Lingkungan Temper
a. Hasil Pengamatan
TPM (Temper Pass Mill) merupakan salah satu unit CRM yang berfungsi untuk
memperbaiki sifat mekanik material yang telah mengalami proses annealing dan
memberikan kerataan permukaan. Unit TPM terletak di ujung paling barat sebelum unit
finishing dan berada tidak jauh dari gate 19 yang sering berada dalam kondisi terbuka.
Hal ini menyebabkan banyak udara luar yang masuk sehingga kemungkinan kotoran-
kotoran dari udara luar dapat terbawa masuk. Kandungan pengotor di udara ini dapat
memicu dan mempercepat pertumbuhan karat pada baja.
Dari hasil pengamatan diketahui karat yang terbentuk di atas pulpit berbentuk
titik-titik merata sedikit dan berwarna cokelat. Karat berwarna cokelat muncul akibat
baja terpapar lingkungan oksigen tinggi dan kelembaban rendah. Adanya kandungan
pengotor seperti debu dan ion-ion di udara akan mempercepat pertumbuhan karat. Karat
yang terbentuk di depan office 8 berbentuk titik-titik merata yang jumlahnya lebih
banyak daripada di atas pulpit temper dan berwarna cokelat. Karat yang terbentuk di
lokasi ke-3 sebelum gate 19 berbentuk titik-titik merata yang jumlahnya lebih banyak
dari pada di depan office 8 dan berwarna cokelat. Sedangkan di lokasi ke-4 di luar gate
19 karat yang terbentuk berbentuk titik-titik merata yang jumlahnya sangat banyak
dibandingkan dengan 3 lokasi sebelumnya. Warna karat yang terbentuk berwarna cokelat
sebagai warna dominannya, namun juga terdapat titik-titik berwarna kuning akibat
terkena tetesan air hujan. Karat berwarna cokelat timbul akibat besi terpapar oksigen
tinggi dan kelembaban rendah, sedangkan warna kuning terbentuk akibat adanya
genangan air hujan di atas strip. Dari ke-4 lokasi yang diamati pertumbuhan karatnya,
semuanya dihasilkan karat berwarna cokelat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-
rata kondisi lingkungan di sekitaran unit temper merupakan lingkungan dengan
kelembaban rendah.
Letak perbedaan dari ke-4 hasil karat adalah jumlah karat yang terbentuk, dimulai
dari yang paling sedikit yaitu di atas pulpit temper dan yang paling banyak yaitu di luar
gate 19. Jumlah karat yang muncul dipengaruhi oleh kandungan pengotor di udara,
semakin banyak kandungan pengotor di udara maka pertumbuhan karat akan semakin
cepat dan semakin banyak. Jumlah pengotor di udara dipengaruhi oleh jarak lokasi
peletakkan sampel tersebut dengan gate 19. Semakin jauh dari pintu gate 19 maka
jumlah pengotor di udaranya akan semakin rendah, sebaliknya jika semakin dekat
dengan gate maka jumlah pengotornya semakin banyak karena berkontak langsung
dengan udara luar. Urutan jarak lokasi peletakkan dengan gate dari yang paling jauh
sampai yang paling dekat adalah pulpit temper, depan office 8, sebelum gate dan di luar
gate. Hasil pengamatan yang dilakukan sudah sesuai dengan teori, yaitu karat yang
terbentuk paling banyak berada di luar gate dan paling sedikit di atas pulpit temper.
Laju korosi adalah kecepatan rambatan atau kecepatan penurunan kualitas bahan,
dalam hal ini baja, terhadap waktu. Dalam perhitungan laju korosi, satuan yang biasa
digunakan adalah mm/tahun (standar internasional) atau mill/year (mpy, standar British).
Pengukuran laju korosi dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu :
Pada metode pengukuran kehilangan berat, laju karat dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut:
Karena pada percobaan ini tidak diukur massa pengurangan kupon secara
langsung, maka untuk menghitung laju korosi dilakukan perhitungan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Dibuat skala kerapatan karat di permukaan coupon dari 0-100%. Kemudian dapat
dihitung luas permukaan karat yang terbentuk pada setiap sampel.
2. Ketebalan karat di perkirakan dari beberapa sampel yang sempat di ukur
ketebalannya.
3. Massa karat dihitung dengan persamaan :
(2)
Dengan, ρ : massa jenis oksida karat yang terbentuk, g/cm3
V : volume karat, cm3
4. Menghitung mol oksida karat yang terbentuk dengan persamaan :
(3)
Dari perhitungan, diperoleh nilai laju korosi pada sampel yang diletakkan di lingkungan
Temper Mill sebagai berikut :
Dari tabel di atas diketahui nilai laju korosi terbesar terjadi pada kupon TPD yang
diletakkan di luar gate 19, yaitu sebesar 9,8299 dan 6,9121 mm/tahun sedangkan laju
korosi paling kecil terdapat pada kupon TPB yang diletakkan di depan office 8 yang
bernilai 0,2340 dan 0,0468 mm/tahun. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
kandungan pengotor semakin banyak pada lokasi yang berdekatan dengan gate 19,
karena berkontak langsung dengan udara luar dan semakin jauh dari pintu gate 19
(semakin ke dalam) maka jumlah pengotor di udaranya akan semakin rendah.
Cilegon dikenal sebagai kota industri yang berada di ujung barat laut pulau Jawa,
di tepi Selat Sunda. Sehingga dapat dikatakan kota Cilegon dekat dengan pantai, hal ini
praktis membuat Cilegon memiliki kelembaban udara yang tinggi dengan relative
humidity (RH) 85% (https://weather-and-climate.com/). Dengan demikian dapat
dikatakan unit Cold Rolling Mill memiliki RH 85%.
Pada penelitian ini dilakukan percobaan pengaruh lingkungan di CRM secara
umum terhadap karakteristik rust. Lingkungan di CRM secara umum terbagi menjadi
lingkungan asam dengan kelembaban tinggi, lingkungan asam dengan kelembaban
rendah, lingkungan tidak asam dengan kelembaban rendah, dan lingkungan tidak asam
dengan kelembaban tinggi. Namun untuk lingkungan tidak asam dengan kelembaban
tinggi belum dapat ditentukan letaknya di CRM.
Lingkungan asam di CRM ini adalah lingkungan yang udaranya banyak
mengandung ion Cl- yang berasal dari penguapan HCl di pickling tank, sehingga yang
termasuk lingkungan asam adalah unit CPL dan N2 (tempat penyimpanan setelah
melalui proses pickling). Dengan demikian lingkungan lainnya di CRM dapat dikatakan
sebagai lingkungan tidak asam.
Udara di unit CPL selain banyak mengandung ion Cl- juga banyak mengandung
uap air akibat dari menguapnya larutan HCl di pickling tank. Tingginya kandungan uap
air di udara ini menyebabkan unit CPL memiliki kelembaban yang sangat tinggi karena
RH-nya pasti lebih dari RH normal di CRM (lebih dari 85%). Dengan demikian, unit
CPL dikatakan lingkungan asam dengan kelembaban tinggi. Sementara itu pada N2 tidak
ada proses pengolahan apapun sehingga udara di N2 tidak mengandung uap air sebanyak
di unit CPL, dengan demikian RH-nya tidak lebih dari 85%. Sehingga dapat dikatakan
N2 merupakan lingkungan asam dengan kelembaban rendah, karena RH-nya lebih
rendah dibandingkan RH di unit CPL.
Seperti yang telah disebutkan di atas, lingkungan selain unit CPL dan N2 dapat
dikatakan lingkungan tidak asam. Sehingga untuk lingkungan tidak asam dengan
kelembaban rendah dipilih N6 atau yang disebut dehumidity area. Karena pada area
tersebut memang sudah diatur kelembaban udaranya dengan relative humudity (RH)
kurang lebih 38% yang termasuk RH rendah.
tank, maka karat yang timbul berwarna cokelat. Tingginya kadar ion Cl- dalam udara di
N2 ini juga mempercepat laju terbentuknya karat.
Percobaan di lingkungan tidak asam dengan kelembaban rendah dilakukan di N6
(dehumidity area). Setelah 10 hari diletakkan di N6, tidak timbul karat di permukaan
kupon. Kelembaban udara yang rendah dengan RH 38% dan tidak adanya ion-ion yang
bersifat asam (Cl-) ini menghambat laju terbentuknya karat. Oleh karena itu, setelah 10
hari pun tidak ada karat yang timbul pada permukaan kupon.
Unit CPL (Continuous Pickling Line) merupakan salah satu bagian dari
proses di CRM yang berfungsi untuk menghilangkan scale pada HRC (Hot Rolled
Coil) dari divisi Hot Strip Mill (HSM). Penghilangan scale ini dilakukan dengan 2
metode yaitu secara mekanik menggunakan scale breaker dan secara kimiawi
menggunakan HCl. Proses penghilangan scale secara kimiawi menggunakan HCl
dilakukan dengan memasukkan strip ke dalam tangki berisi HCl yang dipanaskan
pada suhu 85oC. Sedangkan titik didih HCl dengan kadar 130-160 gram/L yang
digunakan sekitar 81-110oC, sehingga selama proses pickling berlangsung sebagian
HCl akan menguap.
Dari hasil pengamatan diperoleh karat yang terbentuk di atas tangki pickling
berwarna merah dengan bentuk merata. Karat berwarna merah muncul diakibatkan
besi terpapar lingkungan oksigen tinggi dan kelembaban tinggi. Adanya ion Cl- di
udara mempercepat pertumbuhan karat sehingga setelah pengamatan hari ke-3
sudah diperoleh karat yang bewarna merah dan sudah tumbuh merata. Dengan
demikian, kondisi lingkungan disekitaran tangki CPL merupakan lingkungan dengan
oksigen tinggi, kelembaban tinggi dan banyak mengandung ion Cl- di udara. Karat
yang terbentuk di input CPL berbentuk titik-titik merata yang jumlahnya sedang
berwarna cokelat. Karat berwarna cokelat terbentuk karena besi terpapar lingkungan
oksigen tinggi dan kelembaban rendah, sementara itu bentuk titik-titik merata
diakibatkan karena terpapar pengotor di udara seperti debu. Peletakkan kupon di
input CPL berada di dekat pintu gerbang, sehingga banyak terpapar udara yang
banyak mengandung mineral pengotor seperti Ca, Si, P, K, Na dan S yang dapat
mempercepat terbentuknya karat. Oleh karena karat yang timbul berwarna cokelat
dan berbentuk titik-titik yang merata, maka dapat dikatakan kondisi lingkungan
disekitaran input CPL merupakan lingkungan dengan oksigen tinggi, kelembaban
rendah dan banyak mengandung pengotor di udara.
Sedangkan karat yang terbentuk di exit CPL berbentuk titik-titik kecil merata
jumlahnya banyak yang berwarna cokelat. Warna cokelat disebabkan karena kupon
terpapar oksigen tinggi dan kelembaban rendah, sedangkan bentuk titik-titik kecil
merata yang lebih rapat dikarenakan kondisi lingkungan di exit CPL mengandung
ion Cl- bawaan dari tangki pickling yang mempercepat terbentuknya karat.
Dibandingkan dengan input CPL, karat yang muncul di exit jumlahnya lebih banyak
dan lebih rapat dikarenakan adanya ion Cl- di lingkungan exit CPL lebih banyak
sehingga pertumbuhan karatnya lebih cepat. Dengan demikian, kondisi lingkungan
di exit CPL merupakan lingkungan dengan kadar oksigen tinggi, kelembaban rendah
dan mengandung ion Cl- diudara yang mempercepat pertumbuhan karat.
b. Lingkungan N-yard
N2-yard
N3-yard
N4-yard
titik merata. Karakter karat yang terbentuk mirip dengan karakter karat yang
muncul di N3 karena kondisi lingkungan yang relatif sama.
N5-yard
N6-yard
N6 atau yang lebih sering disebut dehumidity area adalah N-yard khusus
untuk menyimpan koil dan mendinginkan koil setelah keluar dari proses annealing.
N6 ini dijaga kondisinya agar relative humidity (RH) tetap berada pada kisaran
<40%. Dari hasil pengamatan dan percobaan yang dilakukan selama 10 hari, tidak
muncul karat pada kupon yang diletakkan di N6. Hal ini menunjukkan bahwa
kelembaban yang rendah akan menghambat timbulnya karat.
N7-yard
D. Pengaruh Packaging
BAB V
5.1 Kesimpulan:
1. Semakin banyak pengotor di udara, maka semakin tinggi pula laju karat yang
terbentuk.
Data hasil laju korosi (CR) di lingkungan Temper:
Kupon TPB = 0,2340 dan 0,0468 mm/tahun
Kupon TPC = 1,6383 dan 0,7645 mm/tahun
Kupon TPD = 9,8299 dan 6,9121 mm/tahun
2. Semakin tinggi kelembaban udara lingkungan maka semakin cepat pula laju karat
yang terbentuk.
3. Pada lingkungan dengan tingkat kelembaban udara sangat rendah (di bawah RH
40%) laju pembentukan karat sangat rendah.
4. Warna karat yang terbentuk dipengaruhi oleh kadar air dan oksigen yang berkontak
dengan strip.
Karat yang terbentuk di lingkungan dengan tingkat kelembaban udara sedang,
berbentuk titik-titik merata dan berwarna cokelat.
Karat yang terbentuk di lingkungan dengan tingkat kelembaban udara sangat
tinggi berbentuk lapisan merata berwarna merah (contoh: di atas tangki
pickling).
Karat berwarna kuning hanya terbentuk ketika ada tetesan atau genangan air
di permukaan strip.
5. Ion Cl- tidak mempengaruhi warna karat yang terbentuk, melainkan hanya sebagai
katalis yang mempecepat laju korosi
6. Karat yang terbentuk dengan adanya pengaruh ion Cl- di udara memiliki
karakteristik berbentuk titik-titik merata dan tajam.
5.2 Saran:
1. Perlu penelitian lebih lanjut pengarung aging terhadap karat yang muncul.
2. Perlu ditinjau pengaruh udara industri yang dekat laut.
3. Perlu kajian secara kuantitatif terhadap parameter-parameter laju korosi.
DAFTAR PUSTAKA
ASM Handbook Volume 13A, "Corrosion: Fundamentals, Testing, and Protection (USA:
ASM International, 2003)
Graedel, T. E., & Leygraf, C., 2001, "Scenearios for Atmospheric Corrosion in 21st
Century". ECS Corrosion Monograph Series, Wiley Interscience, 24.
INDOCOR, 2004, “ MODUL IND-104: Proses dan Korosi”, Bandung: Departemen Teknik
Mesin ITB