Anda di halaman 1dari 5

JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA

VOLUME 01 No. 01 Maret  2012 Halaman 2 - 6


Abu Khoiri, dkk.: Evaluasi Program Skrining Status Tetanus Toxoid
Artikel Penelitian

EVALUASI PROGRAM SKRINING STATUS TETANUS TOXOID


WANITA USIA SUBUR DI JEMBER TAHUN 2010
SCREENING PROGRAM EVALUATION OF TETANUS TOXOID STATUS AMONG CHILDBEARING
WOMEN IN JEMBER DISTRICT IN 2010

Abu Khoiri, Dewi Rokhmah, Ahmad Falih


Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember, Jawa Timur

ABSTRACT (CFR=50%). Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan program


Background: Cases and deaths due to Tetanus Neonatorum skrining sebenarnya sudah berjalan tetapi masih belum opti-
(TN) in Jember District within the period of 2005 to 2009 with a mal, sehingga perlu dilakukan evaluasi. Tujuan penelitian ini
Case Fatality Rate (CFR) were greater than 50%. CFR with a adalah untuk mengevaluasi program skrining status TT WUS
rate of more than or equal to 50% indicates a high share of dengan mendeskripsikan kapasitas dan motivasi petugas,
deaths. Jember District Health Office implemented a screening pelaksanaan dan hasil program skrining status TT WUS tahun
program for childbearing women’s TT status in early 2010. 2010 di Kabupaten Jember.
However, not until the end of 2010 there were already 6 cases M etode: Penelitian ini merupakan penelitian evaluas i,
and 3 deaths due to TN (CFR = 50%). This suggested that the sedangkan dari jenisnya merupakan jenis penelitian deskriptif.
implementation of the screening program had already been Penelitian dilaksanakan pada Januari-Februari 2011 di lima
running but not optimal; thus, an evaluation for this program wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Jember. Populasi dalam
needed conducting. penelitian ini adalah petugas yang bertanggung jawab
Objective: To evaluate the screening program for childbearing melaksanakan program skrining yaitu bidan.
women’s TT status by describing the capacity and motivation Hasil : Sebagian besar responden (59%) memiliki kapasitas
of personnel, implementation and results of the screening yang sedang. Sebagian besar res ponden (71%) dalam
program in Jember District in 2010. penelitian ini memiliki motivasi instrinsik dengan tingkat yang
M ethod: This was a descriptive-evaluation study. It was tinggi, serta sebagian besar responden (53%) memiliki motivasi
conducted in January-February 2011 in five health centers of ekstrinsik dengan tingkat yang tinggi. Pelaksanaan skrining status
Jember District. The population was midwives as persons in TT WUS oleh responden belum sesuai dengan dua prosedur
charge of implementing the screening program. kerja. Hasil program skrining status TT WUS tahun 2010 dari
Result: Most respondents (59%) had a moderate level of lima puskesmas masih mengalami permasalahan yang sama,
capacity. Most respondents had a high level of intrinsic and yaitu belum teridentifikasinya status TT pada semua WUS serta
extrinsic motivation, namely 71% and 53%, respectively. The belum terpenuhinya target cakupan T5 WUS dan cakupan T2
screening implementation for childbearing women’s TT status plus ibu hamil.
by the respondents had not been in accordance with the two Kesimpulan: Masih terdapat kendala secara teknis dalam
operational procedures. The results of the screening program implementasi program skrining, sehingga diperlukan pelatihan
showed that five health centers were still experiencing the tata cara pelaksanaan program skrining status TT WUS bagi
same problem, i.e., not identified TT status of all women and petugas dan melaksanakan evaluasi program skrining status
unmet target coverage of T5 childbearing women and T2 plus TT WUS secara berkala dan berkesinambungan.
pregnant women.
Conclusion: Technically, some obstacles in the implementation Kata Kunci: evaluasi, tetanus toxoid, WUS
of the screening program are still present; therefore, there is a
need for conducting training procedures for the personnel of
the screening program for childbearing women’s TT status PENGANTAR
and conducting an evaluation for the program periodically and Tetanus Neonatorum (TN) merupakan salah satu
continuously.
penyakit paling beresiko mengakibatkan kematian.
Keywords: evaluation, tetanus toxoid, childbearing women Pemerintah telah membuat program Maternal and
Neonatal Tetanus Elimination (MNTE), yang salah
satu strateginya adalah dengan mengupayakan
ABSTRAK cakupan imunisasi tetanus yang tinggi dan merata.
Latar Belakang: Kasus dan kematian akibat Tetanus Neona-
torum (TN) di Kabupaten Jember dalam rentang waktu antara
Berbagai macam program imunisasi tetanus telah
tahun 2005 sampai tahun 2009 dengan Case Fatality Rate dilaksanakan sejak 1977. Namun demikian, cakupan
(CFR) >50%. Case Fatality Rate (CFR) dengan angka ?50% imunisasi tetanus masih tetap rendah1. Pada tahun
berarti menunjukkan andil yang tinggi terhadap kematian. Dinas 2001 pemerintah mulai menerapkan strategi baru
Kesehatan Kabupaten Jember telah melaksanakan program
skrining TT WUS pada awal tahun 2010. Namun demikian, belum
dalam pelaksanaan program imunisasi Tetanus Tox-
sampai di akhir tahun 2010 ternyata sudah terjadi kasus dan oid (TT) bagi Wanita Usia Subur (WUS) yaitu dengan
kematian akibat TN, yaitu 6 kasus dengan 3 kematian melaksanakan program skrining cakupan imunisasi

2  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 1 Maret 2012


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

TT dan mencukupkan imunisasi TT sebanyak 5-6 nyak manfaat yang diperoleh yaitu dapat memberi-
kali bagi seorang wanita dalam seumur hidupnya kan umpan balik kepada manajer (penanggung ja-
untuk mendapatkan status T52. wab) program tentang hasil-hasil yang dicapai, serta
Dinas Kesehatan Kabupaten Jember telah hambatan-hambatan yang dihadapi saat pelaksa-
melaksanakan program skrining TT WUS pada awal naan program berlangsung sehingga dapat diambil
tahun 2010 sebagai tindak lanjut dari adanya kasus tindakan tertentu dengan segera supaya tujuan dapat
dan kematian akibat TN yang juga masih tinggi dicapai5. Di dalam penelitian ini, selain evaluasi
angkanya, terutama dalam rentang waktu antara formatif (evaluasi pada komponen input dan proses),
tahun 2005 -2009 (rata-rata dengan CFR >50%). akan dilakukan evaluasi summatif yaitu evaluasi yang
Tahun 2010 terjadi kasus akibat TN, yaitu 6 ka- dilaksanakan pada hasil akhir kegiatan program yang
sus dengan 3 kematian (CFR 50%), yang terjadi di telah dilaksanakan selama tahun 2010.
wilayah kerja Puskesmas Patrang (1 kasus), Pus-
kesmas Mayang (2 kasus dengan 1 kematian), Pus-
kesmas Ledokombo (1 kasus dengan 1 kematian), BAHAN DAN CARA PENELITIAN
Puskesmas Sumberjambe (1 kasus) dan Puskes- Berdasarkan bentuk pelaksanaannya, penelitian
mas Karangduren (1 kasus dengan 1 kematian). Ang- ini merupakan penelitian evaluasi yaitu penelitian un-
ka kematian kasus (Case Fatality Rate, CFR) dengan tuk menilai suatu program yang sedang atau sudah
angka >50% berarti menunjukkan andil yang tinggi dilaksanakan6. Jenis penelitian ini adalah deskriptif.
terhadap kematian. Penelitian dilaksanakan pada Januari-Pebruari 2011
Evaluasi secara mendalam segera dilakukan pada lima wilayah kerja puskesmas di Kabupaten
melalui pendekatan sistem karena program skrining Jember (Puskesmas Patrang, Mayang, Ledokombo,
yaitu merupakan sebuah sistem yang melibatkan Sumberjambe, dan Karangduren). Responden dalam
komponen input, proses, dan output. Evaluasi penelitian ini adalah seluruh petugas skrining (bidan)
terhadap program skrining ini merupakan jenis yang bertugas pada lima wilayah kerja puskesmas
evaluasi formatif karena evaluasi ini dilaksanakan tersebut. Sumber data terdiri atas data primer yang
saat program sedang berjalan dan evaluasi formatif diperoleh melalui pengisian kuesioner dan test simu-
dilaksanakan pada komponen input dan proses. lasi skrining TT WUS dari responden. Data sekunder
Evaluasi terhadap komponen input (terutama berupa data hasil program skrining TT WUS tahun
pada petugasnya) perlu dilakukan karena petugas 2010 dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. Ana-
merupakan salah satu komponen input yaitu kom- lisis data menggunakan analisis deskriptif yang dila-
ponen pokok yang diperlukan untuk menjalankan kukan dengan cara membuat frekuensi, persentase,
fungsi komponen berikutnya di dalam sebuah sistem dan analisis silang dengan menggunakan tabulasi
atau program3. Petugas merupakan sumber daya silang.
manusia sebagai aset utama yang dimiliki oleh se-
tiap organisasi atau perusahaan4. Selain itu, keber- HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
adaan petugas juga perlu dievaluasi karena banyak Karakteristik Responden
faktor yang mempengaruhi dalam berbuat, termasuk Karakteristik responden dalam penelitian ini
ketika hendak mencapai kinerja (hasil kerja) yang meliputi umur, tingkat pendidikan, lama bertugas,
tinggi. dan status kepegawaian, yaitu: 1) Umur responden,
Evaluasi terhadap komponen proses (terutama umur responden dikelompokkan menjadi umur 20-
pada pelaksanaannya) perlu dilakukan karena ba- 29 tahun dan umur 30 tahun ke atas yang sebagian

Gambar 1. Jumlah Kasus dan Kematian TN di Jember Tahun 2005-2009


Sumber: Dinas Kesehatan (2010)

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 1 Maret 2012  3


Abu Khoiri, dkk.: Evaluasi Program Skrining Status Tetanus Toxoid

besar responden berumur 30 tahun ke atas (51%), yang tidak pernah mendapatkan pelatihan secara
2) Tingkat pendidikan responden, dikelompokkan langsung dari Dinas Kesehatan Jember. Pelatihan
menjadi D1 Kebidanan, D3 Kebidanan, dan P2B, merupakan suatu proses aplikasi yang diberikan un-
sebagian besar responden berpendidikan tingkat D3 tuk membantu para tenaga kerja dalam memperoleh
Kebidanan (92%), 3) Lama bertugas responden, efektivitas kerja, baik dalam masa sekarang maupun
adalah selama bertugas menjadi bidan, yang dike- dalam masa yang akan datang8.
lompokkan menjadi kurang dari 10 tahun dan 10 Dari hasil penelitian terhadap pengetahuan dan
tahun ke atas, sebagian besar responden bertugas pelatihan yang pernah diikuti responden, dapat di-
selama menjadi bidan jangka waktu kurang dari 10 simpulkan bahwa sebagian besar responden memi-
tahun (65%), dan 4) Status kepegawaian responden, liki kapasitas dengan tingkat yang sedang (59%).
dikelompokkan menjadi PNS, PTT, honorer dan
magang, sebagian besar responden berstatus PTT Motivasi Instrinsik
(45%). Penilaian terhadap motivasi instrinsik didasarkan
pada tingkat motivasi karena pekerjaan itu sendiri,
Kapasitas Petugas prestasi, tanggung jawab, pengakuan, dan pengem-
Penilaian terhadap kapasitas responden ini dida- bangan diri. Responden dalam penelitian ini memiliki
sarkan pada kemampuan yang dimiliki, yaitu meliputi motivasi instrinsik dengan tingkat yang tinggi (71%).
pengetahuan dan pelatihan yang pernah diikuti Motivasi instrinsik adalah pendorong kerja yang ber-
responden. sumber dari dalam diri pekerja sebagai individu, yaitu
kesadaran akan pentingnya pekerjaan yang dilak-
Pengetahuan Petugas sanakannya. Motivasi yang bersumber dari pekerjaan
Pengetahuan yang dinilai meliputi test penge- yang dikerjakan, karena mampu memenuhi kebu-
tahuan umum (penyakit TN dan imunisasi TT) dan tuhan, menyenangkan, memungkinkan mencapai
test praktik melaksanakan skrining, sebagian besar suatu tujuan dan, karena memberikan harapan ter-
responden memiliki pengetahuan dengan tingkat tentu yang positif di masa depan9.
yang sedang (59%). Seluruh soal tes pengetahuan Motivasi instrinsik total yang telah dimiliki
umum terdapat pertanyaan yang beberapa responden petugas skrining dengan tingkat yang tinggi harus
masih belum bisa menjawabnya dengan benar yaitu dipertahankan agar petugas selalu menyukai
pengetahuan terkait penularan TN, jumlah pemberian pekerjaannya serta bisa bekerja dengan penuh rasa
imunisasi TT bagi seorang wanita dalam seumur tanggung jawab sehingga hasil kerja (kinerja) yang
hidupnya, interval pemberian imunisasi TT serta diharapkan bisa tercapai.
kebijakan terbaru untuk standar pelayanan minimal
pada antenatal care. Soal tes praktik skrining, Motivasi Ekstrinsik
terdapat sebagian besar responden yang juga masih Motivasi ekstrinsik adalah pendorong kerja yang
belum bisa menjawab semua pertanyaan dengan bersumber dari luar diri pekerja sebagai individu
benar, termasuk oleh para responden yang telah berupa suatu kondisi yang mengharuskannya melak-
mendapatkan pelatihan langsung dari Dinas Kese- sanakan pekerjaan secara maksimal, sebagian
hatan Jember. Kinerja petugas hanya bisa dicapai besar responden memiliki motivasi ekstrinsik dengan
bila seorang petugas mengetahui apa yang seharus- tingkat yang tinggi (53%).
nya dilakukan dan bagaimana cara melakukannya7. Apabila para pekerja merasa tidak puas dengan
pekerjaannya, ketidakpuasan itu pada umumnya
Pelatihan Petugas dikaitkan dengan faktor-faktor yang sifatnya eks-
Pelatihan petugas (responden) dikategorikan trinsik artinya bersumber dari luar diri pekerja yang
menjadi pernah dan tidak pernah, yaitu seorang res- bersangkutan, seperti kebijakan organisasi, pelak-
ponden dalam memperoleh pelatihan tentang praktik sanaan kebijakan yang telah ditetapkan, kondisi
melaksanakan skrining status TT WUS. Seluruh res- kerja, hubungan interpersonal, supervisi oleh para
ponden pernah mengikuti pelatihan melaksanakan manajer, dan keamanan10.
skrining TT WUS (100%). Pelatihan secara resmi
seperti dari mini lokakarya di puskesmas dan pela- Pelaksanaan program skrining status Tetanus
tihan di dinas kesehatan. Pelatihan tidak resmi, Toxoid Wanita Usia Subur Tahun 2010
seperti bertanya langsung secara pribadi kepada Penilaian terhadap pelaksanaan program
koordinator KIA, rekan kerja yang pernah mendapat- skrining ini dilakukan pada data hasil skrining yang
kan pelatihan secara langsung dari dinas kesehatan, telah dilaksanakan oleh petugas pada tahun 2010.
atau diskusi dengan sesama rekan kerja lainnya Pelaksanaan program skrining dalam penelitian ini

4  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 1 Maret 2012


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

dikategorikan menjadi dua, yaitu: 1) sesuai program, Hasil program skrining status Tetanus Toxoid
bila petugas melaksanakan dua prosedur kerja dalam Wanita Usia Subur Tahun 2010
menjalankan pekerjaannya dan 2) belum sesuai pro- Hasil program skrining status TT WUS adalah
gram, bila petugas belum melaksanakan dua prose- berupa cakupan status T5 WUS dan T2 plus ibu
dur kerja dalam menjalankan pekerjaannya. hamil. Target cakupan status T5 WUS adalah 80%
Prosedur kerja terdiri atas dua hal, yaitu: 1) sedangkan target cakupan status T2 plus ibu hamil
ketepatan menentukan kriteria status TT pada saat adalah 100%12. Hasil penelitian dapat disimpulkan
awal pendataan (skrining), dan 2) ketepatan pem- bahwa kelima puskesmas masih mengalami perma-
berian TT berikutnya sampai berstatus TT lengkap salahan yang sama yaitu belum teridentifikasinya
(berstatus T5) setelah penentuan kriteria status TT status TT pada semua WUS, belum terpenuhinya
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seba- target cakupan T5 WUS dan cakupan T2 plus ibu
gian besar responden, termasuk responden yang hamil. Faktor yang menyebabkan adanya permasa-
telah mendapatkan pelatihan langsung dari dinas lahan tersebut sebagai berikut:
kesehatan, dalam melaksanakan program skrining
status TT WUS tahun 2010 dengan mengambil sam- Belum teridentifikasinya status TT pada semua
pel sebanyak tiga WUS ialah masih dalam kategori WUS
belum sesuai dengan ketentuan program. Sebagian Permasalahan belum teridentifikasinya status
besar petugas belum tepat menentukan kriteria sta- TT pada semua WUS ini adalah karena adanya
tus TT WUS pada saat awal skrining dilakukan (saat ketidaklengkapan data laporan petugas skrining
awal pendataan), yaitu status TT bagi seorang WUS kepada Dinas Kesehatan Jember sehingga data yang
seringkali “dinaikkan” dari status TT yang seharus- terlapor yang kemudian diolah oleh dinas kesehatan
nya. misalnya seorang WUS yang seharusnya masih tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya di
berstatus T3 tetapi ditetapkan telah berstatus T4, lapangan. Menurut pihak Dinas Kesehatan Jember
hal ini terjadi karena memang mereka masih belum bahwa ketidaklengkapan data tersebut disebabkan
bisa melaksanakan tata cara pelaksanaan skrining karena petugas skrining memang tidak membuat
dengan benar meskipun mereka sudah pernah men- laporan secara lengkap. Selain itu, belum teridentifi-
dapatkan pelatihan, baik secara langsung dari dinas kasinya status TT pada semua WUS ialah skrining
kesehatan maupun dari rekan kerjanya. Sebagian dilakukan petugas pada WUS yang datang ke pos-
petugas (responden) juga beranggapan bahwa pro- yandu saja dan tidak dilakukan melalui kunjungan
gram skrining status TT WUS tidak terlalu memberi- rumah sehingga wajar bila tidak semua WUS
kan manfaat dalam menghilangkan atau mengurangi teridentifikasi karena memang semua WUS tidak
angka kejadian TN, menurut mereka, untuk menurun- semua datang ke posyandu.
kan TN maka hal terpenting yang harus diupayakan Perolehan status TT bagi WUS yang telah dida-
adalah pertolongan persalinan harus oleh tenaga pat pada tahun 2010, harus bisa ditingkatkan status-
kesehatan dan bukan oleh dukun bayi. nya pada tahun 2011 ini, yaitu dengan target T1 bisa
Banyak manfaat yang akan didapat dari pelak- diupayakan maksimal menjadi T3, T2 bisa diupaya-
sanaan program skrining status TT WUS, yaitu selain kan maksimal menjadi T3, T3 bisa diupayakan
sebagai upaya deteksi dini terhadap munculnya maksimal menjadi T4, dan T4 bisa diupayakan
kasus tetanus (baik maternal maupun neonatal), juga maksimal menjadi T5 12.
sebagai upaya untuk menjadikan setiap wanita
dalam seumur hidupnya agar cukup mendapatkan Belum tercapainya target cakupan T5 WUS
suntikan TT sebanyak 5-6 kali saja untuk mem- Permasalahan belum tercapainya target cakup-
peroleh status T5. Jadi, tidak perlu diberikan suntikan an T5 WUS ini adalah beberapa WUS yang telah
yang berlebihan. Ada dua alasan ditetapkan demi- teridentifikasi status TT nya pada saat awal pendata-
kian, yaitu 1) menurut rekomendasi WHO bahwa an atau awal kunjungan ke posyandu dengan sta-
cukup dengan perolehan status T5 saja maka akan tus T4, selama tahun 2010 petugas tidak memberi-
cukup memberikan kekebalan seumur hidup bagi kan “suntikan TT yang berikutnya” untuk mendapat-
seseorang terhadap tetanus dengan jadwal dan dosis kan status T5, seharusnya petugas melakukannya
pemberian imunisasinya sesuai dengan yang telah karena telah melewati batas minimal interval pem-
direkomendasikan11.dan 2) agar pemberian imuni- berian TT dan untuk mengejar target cakupan agar
sasi TT bisa dilakukan secara efektif (berhasil guna) terpenuhi sebagaimana yang telah ditetapkan oleh
dan efisien (berdaya guna), terutama dalam penggu- Dinas Kesehatan Jember. Menurut keterangan dari
naan anggaran negara untuk pembelian vaksin TT beberapa bidan bahwa hal ini terjadi karena suntikan
tersebut12. TT hanya bisa diberikan petugas bila WUS ber-

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 1 Maret 2012  5


Abu Khoiri, dkk.: Evaluasi Program Skrining Status Tetanus Toxoid

kunjung ke posyandu, petugas tidak memberikan gram skrining status TT WUS tahun 2010 oleh seba-
suntikan melalui kunjungan rumah, dan adakalanya gian besar responden adalah masih dalam kategori
memang dari petugas sendiri yang lupa untuk belum sesuai dengan ketentuan program. Hasil
memberikan suntikan berikutnya. cakupan T5 WUS pada lima puskesmas masih
belum memenuhi target 80% dan hasil cakupan T2
Belum tercapainya target cakupan T2 plus ibu plus ibu hamil juga masih belum memenuhi target
hamil 100%.
Status TT minimal bagi ibu hamil yang harus
dimiliki adalah 100% harus berstatus T2. Asumsi Saran
penetapan 100% harus berstatus T2 ini adalah bila Kemampuan petugas dalam melaksanakan
pemberian imunisasi TT dilakukan pertama kali pada skrining status TT WUS dan mengaktifkan kembali
saat dia hamil yang sekarang (baik kehamilan saat peran kader posyandu untuk mendukung perbaikan
ini merupakan kehamilan I, II, maupun III dan seterus- data dan informasi status TT WUS di wilayah kerja
nya). Pedoman pelayanan antenatal bahwa setiap posyandu dengan memanfaatkan Sistem Informasi
ibu hamil yang belum pernah diberikan imunisasi Posyandu. Mengadakan pelatihan kembali terkait
tetanus harus mendapatkannya paling sedikit dua tata cara pelaksanaan program skrining status TT
kali suntikan selama kehamilannya, yaitu pertama WUS secara bertahap di tiap puskesmas dan
pada saat kunjungan antenatal pertama dan kedua melaksanakan evaluasi program skrining status TT
pada empat minggu kemudian7, Sehingga Perolehan WUS secara berkala dan berkesinambungan oleh
status T2 ini telah cukup memberikan masa perlin- kepala dinas.
dungan terhadap tetanus kepada ibu hamil dan kan-
dungannya selama masa kehamilan hingga melahir- REFERENSI
kan. 1. Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan
Adapun bila imunisasinya telah dilakukan perta- Indonesia Tahun 2008, Jakarta, 2009.
ma kali sebelum kehamilan yang saat ini (misalnya 2. Dinas Kesehatan. Profil Kesehatan Kabupaten
sudah pernah diberikan saat SD) maka tinggal Jember Tahun 2009, Jember, 2010.
melanjutkan saja pemberiannya (dilanjutkan status 3. Azwar A. Pengantar Administrasi Kesehatan.
TT nya). Oleh karena itu, bagi ibu hamil itu tidak Edisi Ketiga, Binarupa Aksara, Jakarta,1996.
harus berstatus T5. Berapapun status TT-nya, yang 4. Muninjaya A A. Manajemen Kesehatan. EGC,
penting bisa dipastikan bahwa ibu hamil itu “aman” Jakarta, 2004.
dalam masa perlindungan vaksin TT. Hanya saja, 5. W ijono D. Manajemen Mutu Pelayanan
perlindungan itu baru bisa didapatkan oleh ibu hamil Kesehatan, Airlangga University Press;
bila dia minimal telah berstatus T212. Surabaya, 1999;1.
Menurut keterangan dari beberapa bidan bahwa 6. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian
permasalahan belum tercapainya target cakupan T2 Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2002.
plus ibu hamil ini ialah karena ibu hamil itu sendiri 7. Ivancevich J. Konopaske, R., dan Matteson, M.
yang “menghilang”, yaitu mereka tidak berkunjung Perilaku dan Manajemen Organisasi,
lagi ke posyandu sehingga pemberian “suntikan TT Terjemahan oleh Gina Gania, Penerbit Erlangga,
berikutnya” tidak bisa diberikan serta terkadang dari Jakarta, 2005.
petugas (bidan) sendiri yang lupa untuk memberikan- 8. Sastrohadiwiryo BS. Manajemen Tenaga Kerja
nya. Indonesia, Pendekatan Administratif dan
Operasional, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2005.
KESIMPULAN DAN SARAN 9. Nawawi H. Manajemen Sumber Daya Manusia,
Kesimpulan Gadjah Mada University Press, Yogyakarta,
Sebagian besar petugas memiliki kapasitas 2005.
yang meliputi pengetahuan dan pelatihan dengan 10. Siagian SP. Teori Motivasi dan Aplikasinya, PT.
tingkat yang sedang (59%), motivasi instrinsik (pe- Rineka Cipta, Jakarta, 2004.
kerjaan itu sendiri, prestasi, tanggung jawab, penga- 11. Departemen Kesehatan RI, Petunjuk Teknis
kuan, dan pengembangan diri) dengan tingkat yang Terpadu Eliminasi Tetanus Neonatarum,
tinggi (71%), dan motivasi ekstrinsik (kondisi kerja, Jakarta,1993.
hubungan antar pribadi, supervisi, dan keamanan) 12. Dinas Kesehatan. Profil Kesehatan Kabupaten
dengan tingkat yang tinggi (53%). Pelaksanaan pro- Jember Tahun 2009, Jember, 2010.

6  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 1 Maret 2012

Anda mungkin juga menyukai