Limbah Medis 2 PDF
Limbah Medis 2 PDF
Abstract
Public Health Center is one of the health care unit that produces solid medical waste.
Public Health Centers in Pati have incinerator to manage solid medical waste. Research
problem was how to process solid medical waste in health centers Pati and whether it is in
accordance with Kepmenkes No.1428/Menkes/SK/XII/2006. Research purpose to determine
the process of solid medical waste management in health centers Pati. Descriptive research
methods by case study in 3 health centers, namely A , B , and C. Research instrument were
interview guides, image recording, and voice recorder. The results showed solid medical
waste management processes in health centers should use the incinerator, but not all health
centers did it. Health center A handling solid medical waste by incinerators, Health center
B by usual burning, and Health Center C burning in the barrel with diameter of 40 cm
without incinerator. The conclusions, medical management of solid medical waste in health
center Pati not accordance with the provision of management medical waste according to
Kepmenkes No. 1428/MENKES/SK/XII/2006.
75
Dyah Pratiwi, Chatila Maharani / KEMAS 9 (1) (2013) 74-84
76
Dyah Pratiwi, Chatila Maharani / KEMAS 9 (1) (2013) 74-84
Perilaku Membuang Limbah Medis Padat padat yang dipisahkan oleh Puskesmas A dan
Berdasar hasil wawancara dan observasi, Puskesmas B adalah botol infus, botol vaksin,
Puskesmas B dan Puskesmas C belum dan kardus. Tujuan pemisahan ini adalah untuk
sepenuhnya para petugas membuang limbah dijual kembali ke pengepul guna dimanfaatkan
medis langsung terpisah karena terkadang kembali untuk pembuatan souvenir.
mereka juga membuang limbah non medis di
tempat sampah untuk jenis limbah medis. Hal “.... tapi kalau botol infus dan botol untuk
itu dilakukan ketika tempat sampah non medis suntik dikumpulkan untuk dijual lagi ”.
penuh. ( Petugas Sanling Puskesmas A)
“Ya, tempat sampahnya memang dipisah. “Kalau sampah medis ya tidak dicampur.
Pembuangannya juga dipisah antara sampah Seperti kerdus itu dipisah, botol dipisah untuk
medis dan non medis. Kecuali kalau salah dijual kembali. Sisanya ya dibakar jadi satu”.
satu tempat sampah itu penuh, ya seadanya. (Petugas Sanling Puskesmas B)
Yang mudah untuk diraih saja ”. ( Perawat
Puskesmas C ) Tempat sampah di Puskesmas C diberi
label dengan tulisan kertas berlapis lakban
Ketika hal tersebut terjadi, sudah pernah bertuliskan sampah medis dan non medis,
mendapat teguran dari petugas sanitasi, namun seperti yang disampaikan dalam wawancara
belum juga diindahkan. Untuk Puskesmas A, seperti berikut :
yang hanya menyediakan satu tempat sampah
di masing-masing unit sangat kurang efektif, “Mulai dari ruang perawatan dipilah,
seperti petikan wawancara berikut ini : dimasukkan ke sampah berbeda, ada yang
medis dan non medis. Kemudian dari sampah
“Tidak ada pelabelan untuk tempat sampah itu diangkut ke tempat pembakaran, untuk
medis dan tempat sampah non medis. sampah yang medis, yang non medis dibawa
Pemisahan warna juga tidak ada. Jadi setelah ke tempat pembuangan. Pemisahan warna
dari masing-masing unit ya itu saja tempat untuk tempat sampah adalah berbahaya
sampahnya dibuang jadi satu ” (Petugas warna merah, yang lainnya hitam untuk yang
Sanling Puskesmas A) biasa ” (Petugas Sanling Puskesmas C)
77
Dyah Pratiwi, Chatila Maharani / KEMAS 9 (1) (2013) 74-84
78
Dyah Pratiwi, Chatila Maharani / KEMAS 9 (1) (2013) 74-84
3 m dimana di dalam ruangan tersebut juga lama tak terpakai. Ini dipakai juga karena
terdapat incinerator. kebijakan kepala puskesmas yang baru, jadi
Proses penyimpanan sementara limbah peraturan baru. Kalau dulu dibakar jadi satu
sampah medis dan non medis dibakar biasa,
medis padat di Puskesmas B dapat kita lihat
tapi kalau botol infus dan botol untuk suntik
dari petikan wawancara di bawah ini :
dikumpulkan untuk dijual lagi ”. (Petugas
Sanling Puskesmas A)
“Kalau pengumpulan ( pengambilan sampah
dari tempat sampah ) sampah ya setiap
hari kadang malah sehari dua kali, yaitu
Pada beberapa tahun terakhir, yaitu
pagi dan sore, setelah itu dibawa ke tempat dari tahun 2007 sampai bulan Oktober 2012,
penampungan sementara dengan panjang 4 pemusnahan dilakukan dengan membakar di
m lebar 3 m dalam 2 m, itu disimpan 3-4 hari Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) oleh
”. (Kepala Puskesmas B) petugas cleaning services. Hasil pembakaran
tersebut kemudian ditanam pada tanah
Limbah medis padat dikumpulkan oleh berukuran 4 m x 3 m dengan kedalaman 2 m.
petugas cleaning service Puskesmas B setiap Apabila tempat pembuangan limbah medis
hari dan ditimbun sementara di dalam tanah tersebut sudah penuh, maka petugas akan
berukuran panjang 4 m lebar 3 m dengan menggali tanah baru lagi untuk menanam.
kedalaman 2 m. Limbah medis dicampur Pada satu bulan terakhir, yaitu mulai
menjadi satu dengan limbah non medis di bulan Januari 2013, pemusnahan limbah
tempat penyimpanan sementara ini. Proses ini medis padat menggunakan incinerator yang
berlangsung selama 3-4 hari sambil menunggu mempunyai kapasitas menghancurkan limbah
proses pembakaran. infeksius. Saat pertama mendapat incinerator
Penyimpanan sementara limbah medis yaitu pada tahun 2007, incinerator hanya
di Puskesmas C dilakukan dengan menyimpan digunakan sebanyak 2 kali kemudian tidak
limbah medis di dalam tong selama 3 - 4 hari, difungsikan, maka limbah medis dibakar
seperti petikan wawancara di bawah ini : kemudian ditanam pada tanah.
Dalam petikan wawancara dengan
“Kalau untuk pengangkutannya setiap hari. sumber informasi, terdapat perbedaan informasi
Setelah diangkut kemudian ditaruh di yang disampaikan kepala Puskesmas B dengan
penyimpanan (tong diameter 40 cm tinggi 50 petugas sanling mengenai penganangan akhir
cm) lalu seminggu dua kali baru dibakar. Sisa limbah medis padat. Hal ini dapat dilihat dari
pembakaran (abu) kemudian dikeluarkan
pernyataan petikan wawancara dibawah ini :
dari tong lalu dipendam dalam tanah.
Kalau tanahnya sudah penuh ya digali lagi ”.
“Kita kan kebetulan mempunyai incinerator,
(Petugas Sanling Puskesmas C)
jadi limbah medis dan infeksius kita masukkan
incinerator. Tapi, ya incinerator yang kita
Apabila dalam waktu 3 - 4 hari limbah miliki sifatnya tidak menghancurkan, namun
medis sudah penuh kemudian dilakukan hanya mengubah limbah infeksius menjadi
penanganan akhir dalam pengelolaan limbah limbah non infeksius setelah itu kita lakukan
medis. penanganan akhir ”. (Kepala Puskesmas B)
79
Dyah Pratiwi, Chatila Maharani / KEMAS 9 (1) (2013) 74-84
“Dicampur mbak mbakare kalih sampah Dinas Pekerjaan Umum (DPU) setiap hari.
liyanipun ”. (Cleaning Service Puskesmas
B) Kendala Pengoperasian Incinerator
Setelah peneliti melakukan observasi, Proses pengelolaan akhir limbah medis
didapat hasil bahwa pengolahan akhir padat yang harusnya menggunakan incinerator
limbah medis padat di Puskesmas B masih ternyata mengalami beberapa kendala. Dalam
menggunakan pembakaran manual. Dari satu hari Puskesmas A menghasilkan limbah
proses pemidahan dari tempat sampah lalu medis padat berkisar antara 0,5 kg, maka dalam
dibawa ke Tempat Penyimpanan Sementara satu minggu jumlah limbah medis padatnya
(TPS) dalam kurun waktu 3-4 hari. Apabila sebesar 3,5 kg. Untuk mencukupi kapasitas
limbah medis yang disimpan di TPS sementara mesin incinerator 10 kg, membutuhkan waktu
sudah penuh, kemudian dilakukan penanganan kira-kira 1 bulan untuk pembakaran, jika
akhir yaitu pemusnahan. sekarang harga solar masih Rp. 4.500,00 maka
Pemusnahan dilakukan dengan sekali pengoperasian incinerator mebutuhkan
cara dibakar di TPS sebanyak 2 kali dalam
biaya Rp. 45.000,00. Tidak perlu menunggu
seminggu oleh petugas cleaning services. Hasil
hingga 6 bulan untuk efisiensi bahan bakar,
pembakaran tersebut kemudian ditanam pada
karena limbah yang terlalu lama ditimbun akan
tanah berukuran 4 m x 3 m dengan kedalaman
menimbulkan bahaya.
2 m. Apabila tempat pembuangan limbah medis
Minimnya biaya operasional sering
tersebut sudah penuh, maka petugas akan
menjadi keluhan dari beberapa puskesmas,
menggali tanah baru lagi untuk melakukan
salah satunya dapat dilihat dari petikan
proses pengolahan akhir kembali.
wawancara di bawah ini :
Penanganan akhir limbah padat medis
harusnya menggunakan incinerator, tetapi
“Terus terang kita tidak ada dana dalam
karena suatu hal membuat incinerator tidak pengoprasian Incinerator. Tidak ada
difungsikan, maka limbah medis dibakar anggaran. Karena sekali kita membakar,
kemudian ditanam pada tanah bercampur Incinerator membutuhkan 15 liter solar ”
dengan limbah non medis seperti sisa makanan, ( Kepala Puskesmas B)
sisa perkantoran, dll.
Proses penanganan akhir limbah medis Dalam satu hari Puskesmas B
di Puskesmas C dilakukan setiap minggu menghasilkan limbah medis padat berkisar
dengan cara dibakar di tempat pembakaran antara 3 kg, maka dalam satu minggu jumlah
sampah yaitu dalam tong berukuran diameter limbah medis padatnya sebesar 21 kg. Untuk
40 cm oleh petugas cleaning services, lalu sisa mencukupi kapasitas mesin incinerator 10 kg,
pembakaran (abu) yang masih ada sisa benda hanya dibutukan waktu kira-kira 3 sampai 4 hari
yang tidak hancur oleh proses pembakaran untuk pembakaran, jika sekarang harga solar
seperti jarum suntik, dipendam di dalam tanah, masih Rp. 4.500,00 maka sekali pengoperasian
seperti petikan wawancara berikut ini : incinerator mebutuhkan biaya Rp. 45.000,00.
Dalam waktu 3 sampai 4 hari membutuhkan
“Kalau untuk pengangkutannya setiap hari.
biaya Rp. 45.000,00 maka dalam satu bulan
Setelah diangkut kemudian ditaruh di
penyimpanan (tong diameter 40 cm tinggi 50
membutuhkan biaya Rp. 450.000,00. Oleh
cm) lalu seminggu dua kali baru dibakar. Sisa karena itu incinerator yang diletakkan tempat
pembakaran (abu) kemudian dikeluarkan tersendiri di bagian belakang puskesmas hanya
dari tong lalu dipendam dalam tanah. pertama kali saja digunakan.
Kalau tanahnya sudah penuh ya digali lagi” Dalam satu hari Puskesmas C
(Petugas Sanling Puskesmas C) menghasilkan limbah medis padat berkisar
antara 5 kg, maka dalam satu minggu jumlah
Lebih lanjut mereka memberi informasi limbah medis padatnya sebesar 35 kg. Untuk
apabila tempat pembuangan limbah sudah mencukupi kapasitas mesin incinerator 10
penuh maka akan menggali tanah baru lagi, kg, dibutukan waktu kira-kira 2 hari untuk
dan untuk limbah non medis diangkut oleh pembakaran, jika sekarang harga solar masih
80
Dyah Pratiwi, Chatila Maharani / KEMAS 9 (1) (2013) 74-84
Rp. 4.500,00 maka sekali pengoperasian non medis di Puskesmas Kabupaten Pati, sudah
incinerator mebutuhkan biaya Rp. 45.000,00. menyediakan alat pelindung diri sederhana
Dalam sebulan Puskesmas C mengeluarkan yaitu berupa sarung tangan, masker, dan sepatu.
kocek sebesar Rp. 675.000,00. Biaya yang cukup Walaupun masih terdapat beberapa Puskesmas
besar dikeluarkan bagi Puskesmas C. yang masih belum menyediakan alat pelindung
Kendala lainnya adalah petugas yang diri bagi petugas cleaning service.
biasanya menggunakan incinerator yaitu
kesling atau cleaning services belum pernah Kejadian Kecelakaan Kerja pada Pengelolaan
diberi pelatihan / training tentang tata cara Akhir Limbah Medis Padat di Puskesmas
penggunaan incinerator, walaupun terdapat Penggunaan alat pelindung diri sudah
Standart Operating Procedure (SOP) incinerator. diatur dalam Undang-Undang No.1 Tahun
Selain itu, incinerator hanya mengubah limbah 1970 tentang keselamatan kerja, khususnya
medis infeksius menjadi limbah medis tidak pasal 9, 12, dan 14, yang mengatur penyediaan
infeksius, tidak menghancurkan limbah dan penggunaan alat pelindung diri di tempat
infeksius hingga menjadi abu. kerja, baik bagi pengusaha maupun bagi tenaga
kerja.
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Berdasarkan hasil wawancara dengan
Proses pembakaran limbah medis para informan, didapatkan hasil bahwa para
merupakan proses yang dapat membahayakan petugas cleaning service pernah mengalami
bagi petugas yang melakukannya, karena asap kejadian kecelakaan kerja. Hal yang sering
yang dikeluarkan saat pembakaran terjadi adalah tertusuk jarum bekas suntikan, berikut
mengandung berbagai zat yang berbahaya beberapa petikan wawancara :
bagi kesehatan, oleh karena itu petugas harus
menggunakan pelindung. “Ya pernah ping gangsal mbak. Tapi ya
Petugas yang menangani pengelolaan langsung keruang dokter puskesmas A mbak.
limbah harus menggunakan pelindung saat Dikasih obat panas karena sehari setelah itu
membakar limbah medis. Menurut petugas saya meriang ”.(Cleaning Service Puskesmas
B)
sanitasi yang menangani pengelolaan limbah
medis, puskesmas menyediakan Alat Pelindung “Kalau setiap pekerjaan ya ada resikonya.
Diri (APD) tapi minimalis yaitu berupa sarung Termasuk cleaning service. Ya pernah
tangan dan masker, seperti petikan wawancara bahkan sering tertusuk. Tapi habis dikasih
dibawah ini : obat ya sembuh lagi ”. (Kepala Puskesmas B)
“Kami menyediakan masker dan sarung “Ya pernah tertusuk mbak. Tapi disini saya
tangan mbak. Dan dipakai oleh cleaning selalu menggunakan sarung tangan mbak.
service nya ”. (Petugas Sanling Puskesmas Sepatu juga. Harus itu mbak ”. (Cleaning
A) Service Puskesmas C)
81
Dyah Pratiwi, Chatila Maharani / KEMAS 9 (1) (2013) 74-84
petikan wawancara di bawah ini : benda tajam dan jarum ditampung pada wadah
khusus seperti botol, dan sampah domestik
“Wah ya sering mbak. Dulu sampahnya menggunakan kantong plastik berwarna hitam,
masih dijadikan satu lalu dibakar di lubang terpisah antara sampah basah dan kering.
tanah, baru satu bulan ini dimasukkan mesin Setelah dilakukan pemisahan limbah
pembakar ini mbak. Dulu sering sekali saya sesuai dengan jenis limbah dalam tempat yang
tertusuk. Ya saya obati sendiri. Soale dulu
terpisah kemudian dikumpulkan dan diangkut
kepala puskesmas radi rewel mbak, dados
kulo mboten wantun”. (Cleaning Service ke Tempat Penyimpanan Sementara (TPS), se-
Puskesmas A) lanjutnya dilakukan pengelolaan akhir limbah.
Adapun pengelolaan limbah padat dibedakan,
Dari hasil wawancara dan observasi di di mana untuk sampah infeksius harus dimus-
Puskesmas A, memang untuk petugas cleaning nahkan dalam incinerator, sedangkan sampah
service kurang mendapat perhatian terhadap domestik dapat dikubur, dibakar ataupun di-
keselamatan dalam bekerja. angkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Pemisahan warna
Pembuangan limbah
yang berbeda : Pemisahan benda
di tempat yang
terpisah, yaitu tajam dan jarum
- Kuning : sampah
sampah infeksius infeksius botol
dan non infeksius - Hitam : sampah
domestik
Gambar 1. Alur proses pengelolaan limbah medis padat di puskesmas menurut Kepmenkes No
1428/MENKES/SK/XII/2006
82
Dyah Pratiwi, Chatila Maharani / KEMAS 9 (1) (2013) 74-84
medis dan non medis hanya dilakukan oleh kan pembakaran biasa di tempat terbuka yaitu
Puskesmas B dan Puskesmas C, sedang di dalam tong berdiameter 40 cm tidak meng-
Puskesmas A dan tidak melakukan pelabelan. gunakan incinerator.
Pemisahan limbah medis dan non medis Pemisahan limbah medis padat yang
menurut ketentuan harus dipisahkan dengan berdasar ketentuan tetap harus dilakukan
menggunakan warna kantong plastik yang sampai saat pengelolaan akhir dilakukan oleh
berbeda yaitu kantong plastik berwarna kuning Puskesmas B dan Puskesmas C, sedangkan
untuk sampah infeksius dan kantong plastik Puskesmas A antara limbah medis dan non
berwarna hitam untuk sampah domestik (non medis dibakar bersamaan di tempat yang
medis) serta terpisah antara sampah basah sama. Seharusnya limbah medis dimusnahkan
dan kering, namun Puskesmas C memisahkan dengan incinerator, sedang limbah non medis
sampah medis dengan kantong merah dan dibakar atau dikubur tersendiri atau dibuang ke
sampah non medis dengan warna kantong TPA.
hitam. Dari uraian di atas nyatalah bahwa
Pemisahan benda tajam dan jarum (di- pengelolaan limbah medis baik Puskesmas
masukan dalam botol), juga tidak dilakukan A, Puskesmas B dan Puskesmas C dapat
baik di Puskesmas A, Puskesmas B dan Puskes- dikatakan belum sesuai dengan ketentuan yang
mas C. Pengumpulan limbah di tempat pengum- berlaku yaitu ketentuan dalam pengelolaan
pulan sementara dilakukan oleh Puskesmas A, limbah medis menurut Kepmenkes No 1428/
Puskesmas B dan Puskesmas C. Selanjutnya MENKES/SK/XII/2006. Masih banyak hal yang
proses akhir pengelolaan limbah medis padat perlu diperbaiki dan mendapat perhatian dari
puskesmas menurut ketentuan harus menggu- pihak puskesmas agar tercipta lingkungan yang
nakan incenerator yang mempunyai kapasitas sehat baik dalam puskesmas itu sendiri maupun
memusnahkan limbah infeksius, belum semua lingkungan sekitarnya yang menjadi tanggung
puskesmas melakukannya. Puskesmas A jawab puskesmas.
melakukan penanganan akhir limbah medis Puskesmas A, Puskesmas B serta
padat menggunakan incinerator (baru akan). Puskesmas C di Kabupaten Pati mempunyai
Puskesmas B melakukan penanganan akhir kendala yang relatif sama dalam pengelolaan
limbah medis padat dengan pembakaran biasa limbah medis, yaitu dalam hal penggunaan
dan dicampur antara limbah medis dan limbah incinerator. Kendala tersebut adalah puskesmas
non medis. Puskesmas C melakukan penanga- tidak mempunyai dana untuk membiayai
nan akhir limbah medis padat dengan melaku- rutin operasional incinerator secara rutin,
Tabel 1. Proses Pengelolaan Limbah Medis Padat di Puskesmas A, Puskesmas B, dan Puskesmas C
Kepmenkes No 1428/
PUSKESMAS A PUSKESMAS B PUSKESMAS C
MENKES/SK/XII/2006
Pemisahan limbah infeksius
Tidak Ya Ya
dan non infeksius
Pelabelan tempat sampah Tidak Ya Ya
Pemisahan warna kantong
Tidak Tidak Ya
tempat sampah
Pemisahan benda tajam dan
Tidak Tidak Tidak
jarum (dimasukkan botol)
Pengumpulan di tempat
Ya Ya Ya
pengumpulan sementara
Pengelolaan akhir dengan Ya tapi setelah 6
Tidak Tidak
incinerator bulan ditampung
Pemisahan limbah pada saat
Ya, manual Tidak Ya
pengelolaan akhir
83
Dyah Pratiwi, Chatila Maharani / KEMAS 9 (1) (2013) 74-84
84