NOMOR _ _ _._/I-PER/DIR/2019
TENTANG
Menimbang : a. bahwa dengan terjadinya peningkatan kejadian HIV dan AIDS yang
bervariasi mulai dari epidemi rendah, epidemi terkonsentrasi dan
epidemi meluas, perlu dilakukan upaya penanggulangan HIV dan
AIDS secara terpadu, menyeluruh dan berkualitas;
b. bahwa Rumah sakit mempunyai Komite/Tim atau bentuk
organisasi lainnya yang kompeten untuk mengelola kegiatan
Pelayanan HIV/AIDS sesuai dengan peraturan
perundangundangan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, maka perlu penetapan Keputusan Direktur Rumah Budi
Asihtentang tim Pelayanan HIV/AIDS Rumah Sakit;
1
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
Kesatu : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BUDI ASIH
TENTANG PEDOMAN KERJA TIM HIV/AIDS.
Pasal 1
Dalam Peraturan Direktur ini yang dimaksud dengan:
Penanggulangan adalah segala upaya yang meliputi pelayan
promotive Rumah sakit melaksanakan penanggulangan HIV/AIDS
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Pasal 2
Pedoman kerja tim HIV/AIDS berisikan tentang rencana pelayanan
penanggulangan HIV/AIDS dan diperbaharui tiap tahun
Pasal 3
Pelaksanaan program penanggulangan HIV/AIDS meliputi:
1. Anggaran program penanggulangan HIV/AIDS antara lain
pelatihan, fasilitas, APD)
2. Evaluasi dan monitoring pelaksanaan program penanggulangan
HIV/AIDS.
Pasal 4
1. Direktur menetapkan Tim HIV/AIDS dilengkapi dengan uraian
tugasnya.
2. Tim HIV/AIDS membuat program kerja Tim HIV/AIDS
Pasal 5
Rumah sakit menyelenggarakan pelatihan pelayanan HIV/AIDS
oleh narasumber yang kompeten .
Pasal 6
1. Rumah sakit melaksanakmalan rujukan HIV/AIDS ke fasilitas
pelayanan kesehatan.
2. Dilakukan pencatatan pasien HIV/AIDS yang dirujuk
3. Rumah sakit bekerjasama dengan fasilitas pelayanan kesehatan
rujukan untuk pelayanan HIV/AIDS
Pasal 7
Tim HIV/AIDS membuat laporan meliputi:
1. Meningkatkan fungsi pelayanan Prevention Mother to Child
Transmision (PMTCT
2. Meningkatkan fungsipelayanan AntiRetroViralTherapy (ART)
atau bekerjasama dengan RS yang ditunjuk
3. Meningkatkan fungsi pelayanan Infeksi Oportinistik (IO)
4. Meningkatkan fungsi pelayanan pada ODHA dengan factor
resiko Injection Drug Use (IDU)
5. Meningkatkan fungsi pelayanan penunjang meliputi laboratorium
2
Pasal 8
Evaluasi dan monitoring dilakukan setiap bulan dan dilaporkan setiap
3 bulan.
Pasal 9
Peraturan Direktur ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Trenggalek
Pada tanggal 20 MeI 2019
Direkturrumahsakit Budi Asih,
3
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT ISLAM ZAM ZAM MEDIKA
NOMOR _ _ _._/I-PER/DIR/2019
TENTANG
PEDOMAN KERJA TIM HIV/AIDS
BAB I
PENDAHULUAN
Konseling dan Tes HIV telah mulai dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2004,
yaitu dengan pendekata konseling dan tes HIV atas inisiatif klien atau yang dikenal
dengan konseling dan tes HIV sukarela (KTS). Hingga saat ini pendekata ntersebut
masih dilakukan bagi klien yang ingin mengetahui status HIV nya. Sejak tahun 2010
mulai dikembangankan Konseling dan Tes HIV dengan pendekatan Konseling dan
Tes HIV atas inisiatif pemberi layanan kesehatan (KTIP). Kedua pendekatan
Konseling dan Tes HIV inibertujuanuntukmencapai universal
aksesdenganmenghilangkan stigma dan diskriminasi, sertamengurangi missed
opportunities pencegahanpenularaninfeksi HIV.
Kementerian Kesehatan terus berupaya meningkatkan jumlah layanan Konseling
dan Tes HIV (KTHIV) untuk meningkatkan cakupan tes HIV, sehingga semakin
banyak orang yang mengetahui status HIV nya dan segera mendapatkan akses
layanan lebih lanjut yang dibutuhkan. Tes HIV sebagai “pintumasuk” untuk akses
layanan pencegahan, pengobatan, perawatan dan dukungan sehingga harus
ditingkatkan baik jumlah maupun kualitasnya.
Kajian eksternal pengendalian HIV-AIDS sector kesehatan yang dilaksanakan pada
tahun 2011 menunjukkan kemajuan program dengan bertambah nya jumlah layanan
tes HIV dan layanan perawatan, dukungan dan pengobatan HIV-AIDS yang telah
terdapat di lebih dari 300 kabupaten/kota di seluruh provinsi dan secara aktif
melaporkan kegiatannya. Namun dari hasil kajian ini menunjukkan bahwa tes HIV
masih terlambat dilakukan, sehingga kebanyakan ODHA yang diketahui statusnya
masuk dalam perawatanyang sudah dalam stadium AIDS.
Pada tahun 2012, diperkirakan terdapat sebanyak 591.823 orang dengan HIV-AIDS
(ODHA), sementara itu sampai dengan bulan Maret 2014 yang ditemukan dan
dilaporkan sebanyak 134.053 orang. Namun demikian, jumlah orang yang dites HIV
dan penemuan kasus HIV/AIDS menunjukkan kecenderungan terjadi peningkatan.
Pada tahun 2010 sebanyak 300.000 orang dites HIV dan tahun 2013 sebanyak
1.080.000 orang.
Untuk meningkatkan keberhasilan pengendalian HIV/AIDS maka diperlukan petugas
pelaksana yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang memadai.
Kemampuan tersebut dapat diperoleh antara lain melalui pelatihan untuk petugas di
tingkat layanan Konseling dan tes HIV secarasukarela (KTS) dan Perawatan,
Dukungan dan Pengobatan (PDP) HIV. Selain itu, untuk menyiapkan tenaga
profesional tersebut diperlukan berbagai masukan di antaranya adalah tersedianya
pedoman kerja yang dapat digunakan dalam tim HIV/AIDS RumahSakit.
4
1.2 Tujuan
a. Umum
Melaksanakan penanggulangan HIV/AIDS sesuai perundang-undangan.
b. Khusus
1. Membentuk Tim HIV/AIDS RS Budi Asih
2. Menetapkan keseluruhan proses atau mekanisme dalam pelayanan
penanggulangan HIV/AIDS serta laporannya.
3. Mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan teknis Tim
HIV/AIDS sesuai standard.
4. Melakukan rujukan HIV/AIDS ke fasilitas pelauanan kesehatan
5. Melaksanakn pelayanan VCT, ART, PMTCT, IO, ODHA dengan faktor risiko
IDU, penunjang.
1.3 Sasaran
a. Bagi Rumah sakit direktur, dokter spesialis penyakit dalam, paru,obgin dan
umum, Tim HIV/AIDS dan tenaga kesehatan lain di RumahSakit Budi Asih
b. Bagi pasien
Pasien dengan curiga ODHA dan ODHA
5
BAB II
TATA LAKSANA
Kegiatan Tim HIV AIDS di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
merupakan suatu standar mutu pelayanan dan penting bagi pasien, petugas kesehatan
maupun penunjang rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, pelayanan
konseling dan testing HIV harus dilakukan oleh tim HIV AIDS untuk melindungi pasien,
petugas kesehatan dan kejadian tindakan yang telah dilakukan kepada pasien yang
berbasis patient safety.
Kriteria mendukung :
1. Adanya Pembentukan Tim HIV/AIDS
2. Ketersediaan anggaran program penanggulangan HIV/AIDS
3. Pelatihan HIV/AIDS untuk meningkatkan kemampuan teknis Tim HIV/AIDS
4. Adanya regulasi tentang Pelayanan HIV/AIDS
5. Adanya pedoman tentang pelayanan HIV/AIDS
6. Pelaksanaan program HIV AIDS dilakukan evaluasi dan tindak lanjut secara berkala
meliputi :
a. MeningkatkanfungsipelayananPrevention Mother to Child Transmision (PMTCT)
b. Meningkatkan fungsi pelayanan Anti Retro Viral Therapy (ART) atau bekerjasama
dengan RS yang ditunjuk
c. Meningkatkan fungsi pelayanan Infeksi Oportinistik (IO)
d. Meningkatkan fungsi pelayanan pada ODHA dengan factor resiko Injection Drug
Use (IDU)
e. Meningkatkan fungsi pelayanan penunjang, yang meliputi : laboratorium, dan
radiologi, pencatatan dan pelaporan.
6
BAB III
Organisasi Pelayanan TIM HIV AIDS disusun agar dapat mencapai visi, misi, dan tujuan
dari penyelenggaraan TIM HIV AIDS. pedoman untuk melaksanakan kebijakan pelayanan
Konseling HIV AIDS di Rumah Sakit Budi Asih yang tercakup dalam ruang lingkup dan
batasan operasional.
Tim HIV AIDS memiliki tugas utama diantaranya sebagai berikut:
Menurunkan angka kesakitan HIV/AIDS melalui peningkatan mutu pelayanan konseling
dan testing HIV/AIDS sukarela dan perlindungan bagi petugas layanan VCT dan klien.
2. Dalam bekerja tim HIV aids dapat kolaborasi dengan unit pelayanan lain
3. Bagan struktur organisasi Tim HIV/AIDS
7
A. TIM HIV/AIDS MEMPUNYAI TUGAS SEBAGAI BERIKUT:
1. Sebagai motor penggerak penyusunan program Tim HIV/AIDS rumah sakit;
2. Melakukan monitoring dan memandu penerapan program Tim HIV/AIDS di unit
kerja.
3. Menjalin komunikasi yang baik dengan semua pihak terkait serta menyampaikan
masalah terkait perlaksanaan program Tim HIV/AIDS.
4. Bertanggung jawab untuk mengomunikasikan masalah-masalah terpadu geriatri
secara rutin kepada ketua Tim HIV/AIDS dan direktur Rumah Sakit.
5. Menyusun regulasi terkait penerapan program Tim HIV/AIDS.
6. Mengkoordinasikan dan mengintegrasikan kegiatan Tim HIV/AIDS di seluruh
rumah sakit.
7. Terlibat dalam komunikasi masalah pelayanan HIV/AIDS
8. Mengintegrasikan sistem pelaporan kegiatan pelayanan HIV/AIDS
9. Melakukan pengawasan dan supervisi kemajuan pengumpulan data pengukuran
untuk prioritas yang dipilih RS.
2. Tanggungjawab
1) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan visi dan misitimhiv aids.
2) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program danevaluasi.
3) Bertanggung jawab terhadap Direktur.
Wewenang
1) Mendelegasikan tugas apabila berhalanganhadir.
2) Memeriksa hasil kegiatantimhiv aids.
8
c. Telepon
d. Alat tulis kantor.
2. Dukungan Manajemen
Dukungan yang diberikan oleh manajemen berupa:
a. Penerbitan Surat Keputusan untuk tim HIV AIDS
b. Anggaran atau dana untuk kegiatan:
a) Pendidikan atau Pelatihan (diklat)
b) Pengadaan fasilitas pelayanan penunjang.
c) Untuk pelaksanaan program, monitoring, evaluasi, laporan, dan rapat
rutin.
d) Intensif/Tunjangan/Reward untuk tim HIV AIDS RS
2. Kebijakan Teknis
Ada SPO yang melibatkan tentang Pelayanan HIV/AIDS:
a. Ada SPO Penerimaan ODHA
b. Ada SPO Pencatatan dan Pelaporan program HIV/AIDS
c. Ada SPO Pemeriksaan HIV
d. Ada Edukasidilakukanyapemeriksaan HIV
9
BAB IV
4.1 Monitoring
Monitoring dilakukan oleh seluruh anggota Tim Hiv Aids
4.2 Evaluasi
Evaluasi dilakukan oleh Tim Hiv aids minimal setiap 1 bulan sekali.
4.3 Laporan
Membuat laporan tertulis 1 bulan sekali yang ditujukan kepada Direktur RS
Ditetapkan di Trengalek
Pada tanggal 20 Mei 2019
Direktur Rumah Sakit Budi Asih