Anda di halaman 1dari 3

Warga Tangkap Pelaku Pencurian HP di

Rumah Kost

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Anggota Polsek Pontianak Timur


mengamankan satu orang pria yang diduga kuat pelaku pencurian smartphone (HP)
pada Rabu (17/10) sekitar pukul 07.30 WIB di rumah Kos Jl. Tani Gg. Padat Paris
karya kel. Saigon kec. Pontianak timur.Di ketahui pelaku pencurian berinisial JD
alias EI warga yang berasal dari jl. Tarakan lorong 180 desa baru kec. Wajok kab.
Makassar.
Kapolsek Pontianak Timur Kompol Suhar menuturkan berdasarkan
keterangan dari korban Darmikus, yang mengakui saat itu korban tidur di kamar
kost bersama teman-teman. "Saat itu HP korban sedang di charge dan terletak di
lantai, namun secara tiba-tiba pelaku masuk ke kamar tanpa ijin dan langsung
mengambil HP,"kata Kompol Suhar pada Kamis (18/10)
"Korban bernama Darmikus mahasiswa di satu diantara perguruan tinggi di
Pontianak, kost di Jl. Tani Gg. Padat Paris karya kel. Saigon kec. Pontianak
timur,"kata Kapolsek Pontianak Timur. Lanjutnya, Pelaku pencurian berhasil di
amankan warga dan semat menjadi bulan-bulanan masyarakat ketika
menangkapnya di Jl Sultan Hamid dekat Sekolah Islamiyah.
"Saat di intrograsi, pelaku mengakui perbuatannya telah mengambil dua unit HP
merk Samsung dan Oppo, saat ini dia telah diamankan dan akan di lakukan
penyelidikan serta penyidikan,"pungkasnya.
Dalam kasus di atas kita dapat melihat melalui perspektif dari agama Buddha
dimana kasus di atas menunjukkan tindakan jasmani yang tidak baik, dimana orang
ini melakukan tindakan pencurian yang dilarang dalam sila agama Buddha, yaitu
menghindari mencuri (adinadana veramani).

Agar sila ini dapat dilaksanakan dengan baik, hendaknya seseorang mempunyai dua
sifat : Hiri (perasaan malu) dan Otappa (perasaan takut), mengapa demikian? Hal
ini karena jika orang yang mencuri tadi mempunyai rasa malu, tentu ia tidak akan
berani melakukan tindakan pencurian yang menunjukkan bahwa ia manusia yang
tidak bermoral karena telah mencuri hak milik orang lain yang berupa HP dalam
kasus ini sehingga sekaligus timbullah rasa takut dikucilkan masyarakat ketika
berbuat demikian dan bahkan takut akan diadili secara hukum (masuk penjara).

Di sinilah kita juga mengetahui bahwa penting bagi kita mengikuti dan menerapkan
Pancasila Buddhis yang merupakan lima aturan kemoralan yang salah satunya pada
sila kedua berisi “Adinnadana Veranabu Sikkhapadam Samadiyami (Aku bertekad
melatih diri mengindari mengambil/menggunakan sesuatu yang bukan/belum
menjadi haknya)”. Untuk itu kita sebagai umat beragama Buddha haruslah
mendalami Pancasila Buddhis yang merupakan aturan moral dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam kasus ini cara menaati sila kedua tersebut adalah berusaha untuk
bermata pencaharian yang benar “Samma-Ajiva”, karena mencuri merupakan
perbuatan yang tidak benar dalam mencari nafkah atau rejeki, dimana kita
mengambil hak milik orang lain padahal sebenarnya kita sendiri bisa berusaha
dengan mencari kerja dan bekerja sesuai dengan kemampuan kita dibanding
mengambil hak milik orang lain yang merupakan tindakan yang melanggar sila.

Kita dapat melihat bahwa kemerosotan moral telah terjadi dimana-mana,


ditunjukkan dengan kriminalitas yang meningkat salah satunya adalah tindakan Commented [f1]:

pencurian. Kita di Indonesia saat ini seringkali merasa tidak aman saat membawa
benda-benda berharga seperti HP dan dompet karena banyaknya pencuri dan
pencopet. Kita bahkan takut saat ingin berpergian dengan berjalan kaki sehingga
Indonesia menjadi salah satu negara yang paling tidak ramah pejalan kaki dan lebih
tinggi intensitas pengguna kendaraan bermotornya. Berbeda dengan negara lain
seperti Singapura, Amerika, dan Jepang yang tingkat pejalan kakinya sangat tinggi
padahal negara-negara tersebut jauh lebih maju dibandingkan dengan negara kita.

Anda mungkin juga menyukai