Anda di halaman 1dari 20

AKAD MUDHARABAH

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Nama NIM

Hasbyanti B10311181004

Michaelle Delvi B1031181037

Febri Monika

Jessica

Then Vini

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiarat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat, karunia, taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan lancar walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda tercinta kita yakni
Nabi Muhammad SAW. Serta tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
Bapak M. Fahmi, S.E., M.M., Ak., CA selaku Dosen mata kuliah Akuntansi
Syariah yang telah memberikan tugas ini sekaligus pengarahan dalam format
penulisan makalah, dan tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada
penyedia buku-buku referensi terkait akad mudharabah dan informasi di media
internet yang tidak dapat kami tuliskan satu persatu karena atas jasanya
menyediakan berbagai informasi untuk kami mengerjakan tugas makalah ini.
Adapun judul dari makalah kami ialah Akad Mudharabah. Kami sangat
berhararap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan kita
semua tentang bagaimana akad mudharabah digunakan dalam kehidupan sehari-
hari serta dapat memberikan mamfaat baik untuk pemilik dana maupun untuk
pengelola dana. Kami juga menyadari bahwa terdapat kekurangan di dalam
makalah yang kami buat ini. Maka dari itu, kami berharap adanya kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah yang akan kami buat
dimasa yang akan datang.
Semoga makalah ini mudah dimengerti bagi siapapun yang membacanya.
Dan kami meminta maaf apabila adanya kekurangan dan kesalahan kata didalam
makalah ini.

Pontianak, 23 Februari 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................1

DAFTAR ISI .........................................................................................................2

PENGANTAR .......................................................................................................3

A. Definisi Akad Mudharabah .........................................................................4


B. Landasan Hukum Akad mudharabah ..........................................................8
C. Skema Akad Mudharabah .........................................................................10
D. Contoh kasus / soal ........................................................................................... 10
E. Perlakuan Akuntansi Sederhana .................................................................12
F. Penutup.......................................................................................................19
G. Saran ...........................................................................................................19
H. Lampiran-lampiran............................................................................................ 20

2
PENGANTAR
Dasar perbankan syariah mengacu kepada ajaran agama Islam yang bersumber
pada al-Qur’an, al-Hadist atau as-Sunnah, dan ijtihad. Dalam dunia perbankan
syariah sangat erat kaitannnya dengan instrumen keuangan yang salah satunya
adalah akad mudharabah. Ciri khas dari akad mudharabah adalah saling percaya
yang tinggi antara dua belah pihak yaitu antara pemilik dana (shahibul maal) dan
pengelola dana (mudharib). Kenyataan ini yang menjadikan akad mudharabah
sebagai akad investasi yang berisiko tinggi karena dapat menimbulkan masalah
asymmetric information dan moral hazard.
Akad mudhrabah ini adalah satu akad yang sering digunakan dalam dunia
perbankan, sejak pertama kali dirintis pada tahun 1992 oleh Bank Muamalat
Indonesia (BMI), bank syariah lainnya pun bermunculan. Hal ini tidak terlepas dari
adanya prospek yang cerah disektor keuangan syariah Indonesia. Terlebih lagi pada
tahun 2008 lahir undang-undang nomor 21 tentang Perbankan Syariah. Undang-
undang ini menjadi payung hukum serta bukti pengakuan akan kehadiran
perbankan syariah di Indonesia.
Berdasarkan data yang diterima bahawa hingga April 2016 jumlah bank
syariah di Indonesia berjumlah 199 bank syariah yang terdiri dari 12 Bank Umum
Syariah (BUS), 22 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 165 Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS). Berikut daftar lengkap bank syariah (BUS, UUS dan BPRS) yang
beroperasi di Indonesia hingga tahun 2016 (data diolah dari data OJK).
Untuk itulah pada kesempatan kali ini kelompok kami akan coba mencari tahu
tentang akad mudharabah secara lebih rinci yaitu mulai dari pengertian, landasan
hukum, skema, contoh kasus, dan bentuk akuntansi sederhananya dengan
menyajikan informasi dari berbagai sumber seperti buku referensi terkait akuntansi
syariah, artikel, dan kutipan-kutipan lain dari website google. Semoga apa yang
kami tuangkan dalam makalah ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan
dan menambah wawasan kita semua.

3
A. Definisi Akad Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata adhdharby fil aardhi yaitu bepergian untuk
urusan dagang. Disebut juga qiradh yang berasal dari kata alqardhu yang berarti
potongan, karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan
memperoleh sebagian keuntungan.
Secara teknis mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara pemilik dana
dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, laba bagi atas dasar nisbah
bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian
akan ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh misconduct,
negligence atau violation oleh pengelola dana. PSAK 105 par 18 memberikan
beberapa contoh bentuk kelalaian pengelola dana, yaitu: persyaratan ynag
ditentukan di dalam akad tidak dipenuhi, tidak terdapat kondisi di luar kemampuan
(force majeur) yang lazim dan/atau yang telah ditentukan dalam akad, atau
merupakan hasil keputusan dari instituusi yang berwenang.
Akad Mudharabah merupakan suatu transaksi pendanaan atau investasi yang
berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam akad
mudharabah, yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada pengelola dana. Oleh
karena kepercayaan merupakan unsur terpenting maka mudharabah dalam istilah
bahasa inggris disebut trust financing. Pemilik dana yang merupakan investor
disebut benefical ownership atau sleeping partner, dan pengelola dana disebut
managing trustee atau labour partner.
Kepercayaan ini penting dalam akad mudharabah karena pemilik dana tidak
boleh ikut campur di dalam manajemen perusahaan atau proyek yang dibiayai
dengan dana tersebut, kecuali sebatas memberikan saran-saran dan melakukan
pengawasan pada pengelola dana. Apabila usaha atersebut mengalami kegagalan
dan terjadi kerugian yang memngakibatkan sebagian atau bahkan seluruh modal
yang ditanamkan oleh pemilik dana habis, maka yang menanggung kerugian
keuangan hanya pemilik dana. Sedangkan pengelola dana sama sekali tidak
menanggung atau tidak harus mengganti kerugian atas modal yang hilang, kecuali
kerugiaan tersebut atas dasar akibat kesengajaan, kelalaian atau pelanggaran akad
yang dilakukan oleh pengelola dana. Pengelola dana hanya menanggung
kehilangan atau resiko berupa waktu, pikiran, dan jerih payah yang telah

4
dicurahkannya selama memngelola proyek atau usaha tersebut, serta kehilangan
kesempatan untuk memperoleh sebagian dari pembagian keuntungan sesuai dengan
yang telah ditetapkan dalam perjanjian mudharabah.
Hal tersebut sesuai dengan prinsip sistem keuangan syariah yaitu bahwa pihak-
pihak yang terlibat dalam suatu transaksi harus bersama-sama menanggung resiko
(berbagi resiko), dalam hal transaksi mudharabah, pemilik dana akan menanggung
resiko finasial sedangkan pengelola dana akan memiliki resiko nonfinasial.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas hal ini sesuai dengan hadist Nabi yang
diriwayatkan oleh Ali r.a :
“Pungutan itu bergantung pada kekayaan. Sedangkan laba tergantung pada
apa yang mereka sepakati bersama”.
Mudharabah adalah akad yang dikenal oleh umat muslim zaman nabi, bahkan
telah dipraktikan oleh bangsa arab sebelum turunnya islam. Hal ini dapat dilihat
ketika Nabi Muhammad SAW berprofesi sebagai pedagang, beliau melakukan akad
mudharabah dengan Khadijah. Dengan demikian, di tinjau dari segi hukum islam,
maka praktik mudharabah ini dibolehkan , baik menurut al-qur’an maupun oleh
ijma’. Dalam praktik mudharabah antara khadijah dengan rasul saat itu khadijah
mempercayakan barang dagangannya untuk dijual oleh Nabi Muhammad SAW ke
luar negeri . Dalam kasus ini Khadijah berperan sebagai pemilik modal (shahibul
maal) sedangkan Nabi Muhammad berperan sebagai pengelola (mudharib).
Dalam mudharabah, pemilik dana tidak boleh mensyaratkan sejumlah tertentu
untuk bagiannya karena dapat dipersamakan dengan riba yaitu meminta kelebihan
atau imbalan tanpa ada faktor penyeimbang (iwad) yang diperbolehkan syariah.
Misalnya, ia memberi modal sebesar Rp100 juta dan ia menyatakan setiap bulan
mendapat Rp5 juta. Dalam mudharabah, pembagian keuntungan harus dalam
bentuk persentase/nisbah , misalnya 70:30, 70% untuk pengelola dana dan 30%
untuk pemilik dana. Sehingga besarnya keuntungan yang diterima tergantung pada
laba yang dihasilkan.
Keuntungan yang dibagikan pun tidak boleh menggunakan nilai proyeksi
(predictive value) akan tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan, yang
mengacu pada laporan hasil usaha yang secara periodik disusun oleh pengelola dana
dan diserahkan pada pemilik dana.

5
Pada prinsipnya dalam mudharabah tidak boleh ada jaminan atas modal, namun
demikian pengelola dana tidak melakukan penyimpangan, pemilik dana dapat
meminta jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Tentu saja jaminan ini
hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana terbukti melakukan pelanggaran
terhadap pelanggaran hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.
Dapat dikatakan akad mudharabah merupakan jenis investasi yang mempunyai
resiko tinggi. Resiko terhadap penggunaan modal mengenai kesesuaian
penggunaanya dengan tujuan atau ketetapan yang telah disepakati yaitu untuk
memaksimalkan keuntungan kedua belah pihak. Terlebih lagi informasi usaha yang
dipegang oleh pengelola dana dan pemilik dana hanya mengetahui informasi secara
terbatas. Sehingga sangat penting bagi pemilik dana untuk mencari pengelola dana
ynag berakhlak mulia, dapat dipercaya, jujur, kompeten dan benar.
Agar tidak terjadi perselisihan dikemudian hari maka akad/kontrak/perjanjian
sebaiknya dituangkan secara tertulis dan dihadiri para saksi. Dalam perjanjina harus
mencakup berbagai aspek antara lain tujuan mudharabah, nisbah pembagian
keuntungan, periode pembagian keuntungan, biaya-biaya yang beleh dikurangkan
dari pendapatan, ketentuan pengembalian modal, hal-hal ynag dianggap sebagai
kelalaian pengelola dana dan sebagainya. Sehingga apabila terjadi hal yang tidak
diinginkan atau terjadi persengketaan, kedua belah pihak dapat merujuk pada
kontrak yang telah disepakati bersama.
Apabila terjadi perselisihan diantara dua belah pihakn maka dapat diselesaikan
secara musyawarah oleh mereka berdua atau melalui badan arbitrase syariah. Usaha
mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah
diterima oleh pengelola dana (PSAK 105 par 16). Sedangkan pengembalian dana
mudharabah dapat dilakukan secara bertahap bersamaan dengan distribusi bagi
hasil atau secara total pada saat akad mudharabah berakhir, sesuai dengam pemilik
dana dan pengelola dana.
Dalam PSAK, mudharabah diklasifikasikan ke dalam tiga jenis yaitu
mudharabah muthalaqah, mudharabah muqayyadah, dan mudharabah
musytakarah. Adapun pengertiannya masing-masing adlah sebagai berikut:
1. Mudharabah Muthalaqah adalah mudharabah dimana pemilik dananya
memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan

6
investasinya. Mudharabah ini disebut juga investasi tidak terikat. Jenis
mudharabah ini tidak ditentukan masa berlakunya, di daerah mana usaha
tersebut akan dilakukan , tidak ditentukan line of trade, line of industry, atau
line of service yang akan dikerjakan. Namun kebebasan ini bukan kebebasan
yang tak terbatas sama sekali. Modal yang ditanamkan tetap tidak boleh
digunakan untuk membiayai proyek atau investasi yang dilarang oleh islam
seperti untuk keperluan spekulasi, perdagangan minuman keras (sekalipun
memperoleh izin dari pemerintah), peternakan babi, ataupun berkakitan dengan
riba dan lain sebagainya. Dalam mudharabah muthalaqah, pengelola dana
memiliki kewenangan untuk melakukan apa saja dalam pelaksanaan bisnis bagi
keberhasilan tujuan mudharabah itu. Namun, apabila ternyata pengelola dana
melakukan kelalaian atau kecurangan, maka pengelola dana harus bertanggung
jawab atas konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkannya. Sedangkan apabila
terjadi kerugian atas usaha itu, yang bukan karena kelalaian dan kecurangan
pengelola dana maka kerugian itu akan ditangggung oleh pemilik dana.
2. Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana
memberikan batasan kepada pengelola antara lain mengenai dana, lokasi, cara,
dan/atau objek investasi atau sektor usaha. Misalnya, tidak mencampurkan
dana yang dimiliki oleh pemilik dana dengan dana lainnya, tidak
menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan tanpa penjamin
atau mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa
melalui pihak ketiga, (PSAK par 07). Mudharabah jenis ini disebut juga
investasi terikat.
3. Mudharabah musytarakah adalah mudharabah dimana pengelola dana
menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi.
Di awal kerja sama, akad yang disepakati adalah akad mudharabah
dengan modal 100% dari pemilik dana, setelah berjalannya operasi usaha
dengan pertimbangan tertentu dan kesepakatan dengan pemilik dana, pengelola
dana ikut menanamkan modalnya dalam usaha tersebut jenis mudharabah
seperti ini disebut mudharabah musytakarah merupakan perpaduan antara
akad mudharabah dan akad musyarakah.

7
B. Landasan Hukum Akad Mudharabah
Menurut Ijmak Ulama, mudharabah hukumnya jaiz (boleh). Hal ini dapat
diambil dari kisah Rasulullah yang pernah melakukan mudharabah dengan Siti
Khadijah. Siti Khadijah bertindak sebagai pemilik dana dan Rasulullah sebagai
pengelola dana. Lalu Rasulullah membawa barang dagangannya ke negeri
Syam. Dari kisah ini kita lihat akad mudharabah telah terjadi pada masa
Rasulullah sebelum diangkat menjadi Rasul. Mudharabah telah dipraktikkan
secara luas oelh orang-orang sebelum masa Islam dan beberapa sahabt Nabi
Muhammad SAW. Jenis bisnis ini sangat bermamfatt dan sangat selaras dengan
prinsip dasar ajaran syariah, oleh karena itu masih tetap ada di dalam sistem
Islam. Landasan syariah mudharabah :
a. Al-Qur’an
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.
(Q.S. an-nissa: 29)

“ ... Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah
yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendakalah ia bertakwa kepada
Allah Tuhannya...” (Q.S. Al-Baqarah: 283)
b. As- Sunah
“Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia
mensyaratkan kepada pengelola dananya agar tidak mengarungi lautan dan
tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu
dilanggar , ia (pengelola dana) harus menanggung resikonya. Ketika
persyaratan yang ditetapkan Abbas didengar Raulullah SAW, beliau
membenarkannya”. (H.R. Thabrani dari Ibnu Majah)

c. Prinsip Pembagian Hasil Usaha (PSAK 105 par 11)


Dalam mudharabah istilah profit and loss sharing tidak tepat digunakan
karaena dibagi hanya keuntungan saja (profit). Tidak termsuk kerugiannya

8
(loss). Sehingga untuk pembahasan selanjutnya, akan digunakan istilah prinsip
bagi hasil seperti yang digunakan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998,
karena apabila usaha tersebut gagal kerugian tidak dibagi di antara pemilik dana
dan pengelola dana, tetapi harus ditanggung sendiri oleh pemilik dana.
Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan pengakuan
pengahasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan
laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan hasil usaha dari pengelola dana.
Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha.
Jika akad mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan usaha
diakui dalam periode tearjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati
(PSAK 105 par 20).
d. Bagi Hasil Untuk Akad Mudharabah Musytarakah (PSAK 105 par 34)
Ketentuan bagi hasil untuk jenis akad ini dapat dilakukan dengan 2 pendekatan
yaitu:
1. Hasl investasi dibagi antara pengelola dan pemilik dana sesuai nisbah yang
disepakati, selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk
pengelola dana tersebut dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik)
dengan pemilik dana sesuai porsi modal masing-masing.
2. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemilik
dana sesuai dengan porsi modal masing-masing, selanjutnya bagian hasil
investasI setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai musytarik) tersebut
dibagi antara pengelola dana dengan pemilik dana sesuai dengan nisbah yang
telah disepakati. Contoh: jika terjadi kerugian atas investasi, maka kerugian
dibagi sesuai dengan porsi modal para musytarik.

9
C. Skema Mudharabah

Keterangan :
(1) Pemilik dana dan pengelola dana menyepakati akad mudahrabah
(2) Proyek usaha sesuia akad mudharabah dikelola pengelola dana
(3) Proyek usaha mennghasilkan laba atau rugi
(4) Jika untung, dibagi sesuai nisbah
(5) Jika rugi, ditanggung pemilik dana
Dilihat dari skemanya, pemilik dana dan pengelola dana sama-sama memiliki
hubungan dengan tujuan utama dari akad mudharabah yakni proyek usaha.
Namun ditinjau dari skema, pemilik dana memang memegang peranan penting
dalam majunya usaha tersebut dan gagalnya usaha tersebut.

D. Contoh Kasus/ Soal


Berikut adalah contoh kasus dari traansaksi menggunakan akad mudharabah:
Pak Herman menginvestasikan uang sebesaar Rp5.000.000 untuk usaha
siomay yang dimiliki oleh Pak Madi dengan akad mudharabah. Nisbah yang
disepakati oleh Pak Herman dan Pak Madi adalah 1:3. Setelah usaha berjalan,
ternyata dibutuhkan tambahan dana, maka atas persetujuan Pak Herman , Pak Madi
ikut menginvestasikan uangnya sebesar Rp3.000.000. dengan demikian bentuk
akadnya adalah akad mudharabah musytarakah. Laba yang diperoleh untuk bulan
Januari 2018 adalah sebesar Rp2.000.000
Berdasarkan PSAK 105 par 34 maka bagi hasil jika terdapat keuntungan dapat
dilakukan dengan cara:
Penyelesaian:

10
Alternatif I
Pertama, hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai
nisbah yang disepakakti:
Bagian Pak Herman : ¼ x Rp2.000.000 = Rp500.000
Bagian Pak Madi : ¾ x Rp2.000.000 = Rp1.500.000
Kemudian bagi hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana tersebut
(Rp2.000.000-1.500.000) dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dengan
pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-masing:
Bagian Pak Herman : Rp. 5.000.000/Rp8.000.000 x Rp500.000 =Rp 312.500
Bagian Pak Madi : Rp. 3.000.000/ Rp8.000.000 x Rp500.000 = Rp 187.500
Sehingga Pak Madi sebagai pengelola dana akan memperoleh :
Rp. 1.500.000 + Rp. 187.500 = Rp. 1.687.500,
Pak Herman sebagai pemilik modal akan memperoleh Rp. 312.500.

Alternatif II
Pertama hasil investasi dibagi anatara pengelola dana (sebagai musytarik) dan
pemilik dana sesuai porsi modal masing-masing,
Bagian Pak Herman :
Rp. 5.000.000/Rp. 8.000.000 x Rp. 2.000.000 = Rp. 1.250.000
Bagian Pak Madi :
Rp. 3.000.000/Rp. 8.000.000 x Rp. 2.000.000 = Rp. 750.000
Kemudian bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana
(sebagai musytarik) sebesar Rp.1.250.000 (Rp.2.000.000 – Rp. 750.000) tersebut
dibagi antara pengelola dana dengan pemilik dana sesuai dengan nisbah yang
disepakati.
Bagian Pak Herman : ¼ x Rp 1.250.000 = Rp. 312.500
Bagian Pak Madi : ¾ x Rp 1.250.000 = Rp. 937.500
Sehingga Pak Madi sebagai pengelola dana akan memperoleh :
Rp750.000 + Rp 937.500 = Rp 1.687.500,
Pak Herman sebagai pemilik modal akan memperoleh Rp 312.500
Jika terjadi kerugian atas investasi, maka kerugian dibagi sesuai dengan porsi
modal para musytarik. Misalnya terjadi kerugian sebesar Rp. 1.000.000 maka

11
Pak Herman akan menanggung rugi sebesar :
Rp. 5.000.000/ Rp. 8.000.000 x Rp. 1.000.000 = Rp. 625.000
Pak Madi akan menanggung rugi sebesar :
Rp. 3.000.000/ Rp. 8.000.000 x Rp. 1.000.000 = Rp. 375.000

E. Perlakuan Akuntansi Sederhana


Akuntansi untuk Pemilik Dana
1. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi
mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada
pengelola dana
2. Pengukuran investasi nonkas
a. Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang
dibayarkan
b. Investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar
aset non-kkas pada saat penyerahan.
Nilai dari investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas harus disetujui
oleh pemilik dana dan pengelola dana pada saat kontrak. Ada dua alasan tidak
digunakannya dasar historical cost untuk mengukur aset nonkas (Siswantoro,
2003).
a. Penggunaan nilai yang disetujui oleh pihak yang melakukan kontrak untuk
mencapai satu tujuan akuntansi keuangan
b. Penggunaan nilai yang disetujui (agreed value) oleh pihak yang melakukan
kontrak untuk nilai aset nonkas menuju apliksain konssep representational
faithfulness dalam pelaporan.
Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang
dibayarkan.
Jurnal pada saat penyerahan kas:
Dr. Investasi mudharabah xxx
Kr. Kas xxx
Investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar aset
nonkas pada saat penyerahan kemungkinan ada 2 :

12
a. Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya
diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortasi sesuai jangka waktu akad
mudharabah.
Jurnal pada saat penyerahan aset nonkas:
Dr. Investasi mudharabah xxx
Kr. Keuntungan Tangguhan xxx
Kr. Aset nonkas xxx
Jurnal amortisasi keuntungan tangguhan:
Dr. Keuntungan Tangguhan xxx
Kr. Keuntungan xxx
b. Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya
diakui sebagai kerugian dan diakui pada saat penyerahan aset nonkas
Jurnal :
Dr. Investasi mudharabah xxx
Dr. Kerugian xxx
Kr. Aset nonkas mudharabah xxx
3. Penurunan nilai jika investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas
a. Penurunan nilai sebelum usaha dimulai
Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak,
hilang atau faktor lain yang bukan karena kelalaian atau kesalahan pihak
pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan
mengurangi saldo investasi mudharabah.
Jurnal:
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Kr. Investasi mudharabah xxx
b. Penurunan nilai setelah usaha dimulai
Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa
adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut tidak
lansung mengurangi jumlah investasi mudharabah naun diperhitungkan pada
saat pembagian bagi hasil.

Jurnal:
Dr. Kerugian investasi mudharabah xxx

13
Kr. Penyisihan investasi mudharabah xxx
Dr. Kas xxx
Dr. Penyisihan investasi mudharabah xxx
Kr. Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah xxx
4. Kerugian
Kerugian yang terjadi dalam suatu perriode sebelum akad mudharabah berkahir
pencatatan kerugian yang terjadi dalam usaha periode sebelum akad mudharabah
berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan investasi.
Jurnal:
Dr. Kerugian investasi mudharabah xxx
Kr. Penyisihan kerugian investasi mudahrabah xxx
Catatan :
Tujuan dicatat sebagai penyisihan agar jelas nilai investasi awal mudharabah.
5. Hasil Usaha
Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai
piutang
Jurnal:
Dr. Piutang Pendapatan Bagi hasil xxx
Kr. Pendapatan baggi hasil mudharabah xxx
Pada saat pengelola dana memmbayar bagi hasil
Jurnal:
Dr. Kas xxx
Kr. Piutang pendapatan bagi hasil xxx
6. Akad Mudharabah Berakhir
Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara investasi mudahrabah setelah
dikurangi penyisihan kerugian investasi; dan pengembalian investasi
mudharabah; diakui sebagai keuntungan atau kerugian.
Jurnal:
Dr. Kas/Piutang/Aset Nonkas xxx
Dr. Penyisihan kerugian Investasi mudharabah xxx
Kr. Investasi mudharabah xxx
Kr. Keuntungan investasi mudharabah xxx

14
ATAU
Dr. Kas/Piutang/Aset Nonkas xxx
Dr. Penyisihan kerugian investasi mudharabah xxx
Dr. Kerugian investasi mudharabah xxx
Kr. Investasi mudharabah xxx
7. Penyajian
Pemilik dana menyajikan investasi mudaharabah dalam laporan keuangan
sebesar nilai tercatat, yaitu nilai investasi mudharabah dikurangi penyisihan
kerugian (jika ada).
8. Pengungkapan
Pemilik dana mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi
mudharabah, tetapi tidka terbatas pada:
a. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian
hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain
b. Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya
c. Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan
d. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Syariah.

Akuntansi untuk Pengelola Dana


1. Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudaharabah diakui sebagai
dana syariah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang
diterima.
2. Pengukuran Dana Syirkah Temporer
Dana syirkah temporer diukur sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas
yang diterima.
Jurnal:
Dr. Kas/Aset Nonkas xxx
Kr. Dana Syirkah Temporer xxx

3. Penyaluran kembali dana syirkah temporer

15
Jika pengelola dana menyalurkan kembali dana syirkah temporer yang diterima
maka pengelola dana mengakui sebesar aset (investasi mudharabah). Sama
seperti akuntansi untuk pemilik dana. Dan ia akna mengakui pendapatan secara
bruto sebelum dikurangi dengan bagian hak pemilik dana.
Jurnal pencatatan ketika menerima pendapatan bagi hasil dari penyaluran
kembali dana syirkah temporer:
Dr. Kas/Piutang xxx
Kr. Pendapatan yang belum dibagikan xxx
Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah
diperhitungkaan tetapi belum dibagikan kepada pemilik dana diakui sebagai
kewajiban sebesar bagu hasil yang menjadi porsi hak pemilik dana.
Jurnal:
Dr. Beban bagi hasil mudahrabah xxx
Kr. Utang bagi hasil mudhrabah xxx
Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil:
Dr. Utang bagi hasil mudharabh xxx
Kr. Kas xxx
4. Sedangkan apabila pengelola dana mengelola sendiri dana mudahrabah berarti
pendapatan dan beban yang diakui dan pencatatannya sama dnegan akuntansi
konvensional, yaitu:
Saat mencatat pendapatan:
Dr. Kas/ Piutang xxx
Kr. Pendapatan xxx
Saat mencatat beban:
Dr. Beban xxx
Kr. Kas/Utang xxx
Jurnal penutup yang dapat dibuat di akhir periode (apabila diperoleh
keuntungan):
Dr. Pendapatan xxx
Kr. Beban xxx
Kr. Pendapatan yang belum dibagikan xxx

16
Jurnal ketika dibagi hasil kepada pemilik dana:

Dr. Beban Bagi Hasil Mudharabah-pemilik dana xxx


Dr. Beban Bagi Hasil Mudharabah-pengelola dana xxx
Kr. Utang Bagi Hasil Mudharabah xxx
Jurnal penutup:
Dr. Pendapatan yang belum dibagikan: xxx
Kr. Beban Bagi Hasil Mudharabah-pemilik dana xxx
Kr. Beban Bagi Hasil Mudharabah-pengelola dana xxx
Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil:
Dr. Utang bagi hasil mudharabah xxx
Kr. Kas xxx
Jurnal penutup yang dibuat apabila terjadi kerugian
Dr. Pendapatan xxx
Dr.penyisihan kerugian xxx
Kr. Beban xxx
Catatan: penyisihan kerugian disajikan sebagai akun kontrak dari Dana Syirkah
Temporer.
5. Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola dana diakui
sebagai beban pengelola dana.
Jurnal:
Dr. Beban xxx
Kr. Utang Lain-lain/Kas xxx
6. Di Akhir Akad
Jurnal:
Dr.Dana Syirkah Temporer xxx
Kr. Kas/Aset Nonkas xxx
Jika ada penyisihan kerugian sebelumnya
Jurnal:
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Kr. Kas/Aset Nonkas xxx
Kr. Penyisihan Kerugian xxx
7. Penyajian

17
Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan:
a. Dana syirkah temporeer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai yang
tercatatnya untuk setiap jenis mudharabh, yaitu sebesar dana syirkah temporer
dikurangi dengan penyisihan kerugian (jika ada)
b. Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum
diserahkan kepada pemilik dana disajikan sebagai pos bagi hasil yang belum
dibgikan sebagai kewajiban.
8. Pengungkapan
Pengelola dana mengungkapkan transaksi mudahrabah dakam laporan keuangan:
a. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil
usaha, aktivitas usahas mudahrabah, dan lain-lain
b. Rincian dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan jenisnya
c. Penyaluran dana yang berasal dari mudharabah muqayadah. Pengungkapan yang
diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

18
F. Penutup
Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwa akad mudharabah adalah
akad kerja sama usaha antara pemilik dana dan pengelola dana untuk melakukan
kegiatan usaha, dengan laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil menurut
kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung
oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh hal-hal tertentu. akad mudharabah ini
merupakan suatu ttransaksi pendanaan atau investasi yang berdasarkan
kepercayaan. Akad mudharabah terbagi menjadi mudharabah Muthalaqah,
mudharabha muqayyadah, dan mudharabah musytarakah.
Dapat kami simpulkan juga bahwa akad mudharabah merupakan suatu usaha
perbankan yang berdasarkan syariat dan telah dilaksanakan pada masa Rasulullah.
Dan juga telah diatur dalam Al-Qur’an , As- Sunah serta sesuai dengan PSAK yang
berlaku di Indonesia.

G. Saran
Pada kenyataannya, pembuatan makalah ini masih bersifat sangat sederhana dan
simpel serta dalam penyusunan makalah ini juga masih memerlukan kritikan dan
saran bagi pembahasan materi ini. Kami berharap mendapat kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa
menjadi lebih baik. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat bermamfaat dan
dapat digunakan secara tepat, sehingga kita bisa tahu bagaimana pemilihan kata dan
penulisan kata yang benar dalam membuat sebuah artikel maupun gagasan tertulis.

19

Anda mungkin juga menyukai