Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sarana dan bangunan umum merupakan tempat dan atau alat yang

dipergunakan oleh masyarakat umum untuk melakukan kegiatannya, untuk itu

perlu dikelola demi kelangsungankehidupan dan penghidupannya untuk mencapai

keadaan sejahtera dari badan, jiwa dansosial, yang memungkinkan penggunanya

hidup dan bekerja dengan produktif secara social ekonomis. Sarana dan bangunan

umum dinyatakan memenuhi syarat kesehatan lingkunganapabila memenuhi

syarat kesehatan lingkungan apabila memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis

dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni danmasyarakat

sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya

kecelakaan.

Menurut laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2006

sebanyak 24 % dari penyakit global disebabkan oleh segala jenis faktor

lingkungan yang dapat dicegah serta lebih dari 13 juta kematian tiap tahun

disebabkan faktor lingkungan yang dapat dicegah. Empat penyakit utama yang

disebabkan oleh lingkungan yang buruk adalah diare, infeksi Saluran Pernapasan

Bawah, berbagai jenis luka yang tidak intens, dan malaria.


Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi negara

negara berkembang. Menurut WHO, penyakit diare membunuh satu anak di dunia

ini setiap 15 detik, karena access pada sanitasi masih terlalu rendah. Hal ini

menimbulkan masalah kesehatan lingkungan yang besar, serta merugikan

pertumbuhan ekonomi dan potensi sumber daya manusia pada skala nasional.

B. Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa dapat melakukan penilaian terhadap kondisi sanitasi di lingkungan

pariwisata dan kolam renang Taipa Beach.

2. Dapat melakukan kegiatan identifikasi kondisi penyehatan lingkungan luar dan

dalam pada tempat pariwisata Taipa Beach.

3. Dapat melakukan kegiatan identifikasi kondisi fasilitas sanitasi pada tempat

pariwisata Taipa Beach.

4. Dapat melakukan kegiatan identifikasi kondisi kenyamanan dan keselamatan di

ruang tunggu, kantor dan loket pada tempat pariwisata Taipa Beach.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Sanitasi Tempat-Tempat Umum

Sanitasi tempat-tempat umum merupakan usaha untuk mengatasi kegiatan

yang berlangsung di tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya

dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit, sehingga kerugian yang

ditimbulkan oleh kegiatan tersebut dapat dicegah. Sanitasi tempat-tempat umum

menurut Mukono (2006),merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup

mendesak, karena tempat umum merupakan tempat bertemunya segala macam

masyarakat dengan segala penyakit yang dipunyai oleh masyarakat. Oleh sebab

itu tempat umum merupakan tempat menyebarnya segala penyakit terutama

penyakit yang medianya makanan, minuman, udara dan air. Dengan demikian

sanitasi tempat-tempat umum harus memenuhi persyaratan kesehatan dalam arti

melindungi,memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Tempat-tempat umum harus mempunyai kriteria sebagai berikut :

1. Diperuntukkan bagi masyarakat umum, artinya masyarakat umum boleh

keluar masuk ruangan tempat umum dengan membayar atau tanpa membayar.

2. Harus ada gedung/tempat permanen, artinya harus ada tempat tertentu dimana

masyarakat melakukan aktivitas tertentu.


3. Harus ada aktivitas, artinya pengelolaan dan aktivitas dari pengunjung tempat-

tempat umum tersebut.

4. Harus ada fasilitas, artinya tempat-tempat umum tersebut harus sesuai dengan

ramainya,

5. Harus mempunyai fasilitas tertentu yang mutlak diperlukan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku di tempat-tempat umum.

Tempat atau sarana layanan umum yang wajib menyelenggarakan

sanitasi lingkungan antara lain, tempat umum atau sarana umum yang dikelola

secara komersial, tempat yang memfasilitasi terjadinya penularan penyakit,

atau tempat layanan umum yang intensitas jumlah dan waktu kunjungannya

tinggi. Tempat umum semacam itu meliputi hotel, terminal angkutan umum,

pasar tradisionalatau swalayan pertokoan, bioskop, salon kecantikan atau

tempat pangkas rambut, panti pijat,taman hiburan, gedung pertemuan, pondok

pesantren, tempat ibadah, objek wisata, dan lain-lain. Tempat umum adalah

suatu tempat dimana orang banyak atau masyarakat umum berkumpul

melakukan kegiatan baik secara sementara (insidentil) maupun secara terus-

menerus (prmanet), baik membayar maupun tidak membayar. Kriteria suatu

tempat umum adalah terpenuhinya beberapa syarat:

a. Diperuntukan bagi masyarakat umum

b. Harus ada gedung/tempat yang permanen

c. Harus ada aktivitas (pengusaha, pegawai, pengunjung)

d. Harus ada fasilitas (SAB, WC, tempat sampah dan lain-lain)


Sedangkan yang disebut sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu

usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tidak terawatnya

tempat-tempat umum tersebut yang mengakibatkan timbul dan menularnya

berbagai jenis penyakit. Sasaran khusus yang harus diberikan dalam

pengawasan tempat-tempat umum meliputi :

1) Manusia sebagai pelaksana kegiatan (kebersihan secara umum maupun

personal hygiene).

2) Alat-alat kebersihan.

3) Tempat kegiatan.

B. Pengertian Tempat Pariwisata


Menurut Kodyat (1983) pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat

ketempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai

usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan

dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Selanjutnya Burkart dan Medlik

(1987) menjelaskan pariwisata sebagai suatu trasformasi orang untuk sementara

dan dalam waktu jangka pendek ketujuan-tujuan di luar tempat di mana mereka

biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di

tempat-tempat tujuan itu.


Sedangkan Wahab (1985) menjelaskan pariwisata adalah salah satu jenis

industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam

penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standart hidup serta

menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Sebagai sektor yang kompleks,


pariwisata juga meliputi industri-industri klasik seperti kerajinan tangan dan

cindera mata, penginapan, transportasi secara ekonomi juga dipandang sebagai

industri. Selain itu pariwisata juga disebut sebagai industri yang mulai

berkembang di Indonesia sejak tahun 1969, ketika disadari bahwa industri

pariwisata merupakan usaha yang dapat memberikan keuntungan pada

pengusahanya. Sehubungan dengan itu Pemerintah Republik Indonesia sejak dini

mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1969 tanggal 6 Agustus 1969,

menyatakan bahwa : Usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu

pengembangan industri pariwisata dan merupakan bagian dari usaha

pengembangan dan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan negara

(Yoet, 1983). Beberapa pengertian dan istilah dalam pariwisata sesuai Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, antara lain


1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut

dilakukan secara sukarela bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya

tarik wisata.
2. Wisatawan adalah orang yang menikmati kegiatan wisata.
3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk

pengusaha objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di

bidang tersebut.
4. Wepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

penyelenggaraan pariwisata.
Di dalam pertumbuhan dan perkembangan industri pariwisata ini dapat

diklasifikasikan bentuknya ke dalam beberapa kategori berikut ini :


1. Menurut asal wisatawan: Dilihat dari asal wisatawan, apakah asal wisata itu

dari dalam atau luar negeri. Jika dalam negara berarti bahwa sang wisatawan
ini hanya pindah tempat sementara di dalam lingkungan wilayah negerinya

(pariwisata domestik), sedangkan jika ia datang dari luar negeri dinamakan

pariwisata Internasional.
2. Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran: Kedatangan wisatawan dari

luar negeri adalah membawa mata uang asing. Pemasukan valuta asing itu

berarti memberi efek positif terhadap neraca pembayaran luar negara suatu

yang dikunjungi wisatawan ini disebut pariwisata aktif. Sedangkan kepergian

seorang warga negara keluar negeri memberikan efek negatif terhadap neraca

pembayaran luar negeri negaranya ini dinamakan pariwisata aktif.


3. Menurut jangka waktu: Kedatangan seorang wisatawan di suatu tempat atau

negara diperhitungkan pula menurut waktu lamanya ia tinggal di tempat atau

negara yang bersangkutan. Hal ini menimbulkan istilah-istilah pariwisata

jangka pendek dan jangka panjang, yang mana tergantung kepada ketentuan-

ketentuan yang berlaku oleh suatu negara untuk mengukur pendek atau

panjangnya waktu yang dimaksud.


4. Menurut jumlah wisatawan: Perbedaan ini diperhitungkan atas jumlahnya

wisatawan yang datang, apakah sang wisatawan datang sendiri atau dalam

suatu rombongan. Maka timbullah istilahistilah pariwisata tunggal dan

rombongan.
5. Menurut alat angkut yang dipergunakan: Dilihat dari segi penggunaan alat

pengangkutan yang dipergunakan oleh sang wisatawan, maka katagori ini

dapat dibagi menjadi pariwisata udara, pariwisata laut, pariwisata kereta api

dan pariwisata mobil, tergantung apakah sang wisatawan tiba dengan pesawat

udara, kapal laut, kereta api atau mobil.


C. Upaya Pengembangan Pariwisata
Menurut Suwantoro (2004), Upaya pengembangan pariwisata yang dilihat

dari kebijaksanaan dalam pengembangan wisata alam, dari segi ekonomi

pariwista alam akan dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Memang pariwisata

alam membutuhkan investasi yang relatif lebih besar untuk pembangunan sarana

dan prasarananya. Untuk itu diperlukan evaluasi yang teliti terhadap kegiatan

pariwisata alam tersebut. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa pariwisata

alam yang berbentuk ekoturisme belum berhasil berperan sebagai alat konservasi

alam maupun untuk mengembangkan perekonomian. Salah satu penyebabnya

adalah sulitnya mendapatkan dana pengembangan kegiatannya. Pengelolaan

kawasan wisata alam banyak menggunakan dana dari pendapatan pariwisata dari

pengunjung sebagai mekanisme pengembalian biaya pengelolaan dan pelestarian

kegiatan pariwisata alam belum tercapai secara optimal. Unsur pokok yang harus

mendapat perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata di daerah tujuan

wisata yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan

pengembangannya yang meliputi 5 unsur :


1. Objek dan daya tarik wisata,
2. Prasarana wisata,
3. Sarana wisata,
4. Infrastruktur,
5. Masyarakat/lingkungan.

D. Objek dn Daya Tarik Wisata


Daya tarik wisata yang juga disebut objek wisata merupakan potensi yang

menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata.

Pengusahaan objek dan daya tarik wisata di kelompokkan kedalam :

1. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam,

2. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya,

3. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus.

Dalam kedudukannya yang sangat menentukan itu maka daya tarik wisata

harus dirancang dan dibangun/dikelola secara profesional sehingga dapat menarik

wisatawan untuk datang untuk datang. Membangun suatu objek wisata harus

dirancang sedemikian rupa berdasarkan kriteria tertentu. pada Umumnya daya

tarik suatu objek wisata berdasar pada :

1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman

dan bersih.

2. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.

3. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka.

4. Adanya sarana/prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang

hadir.

5. Objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam

pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan, dan sebagainya.

6. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai

khusus dalam bentuk atraksi kesenian upacara-upacara adat, nilai luhur yang

terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.
Pembangunan suatu objek wisata harus dirancang dengan bersumber

pada potensi daya tarik yang memiliki objek tersebut dengan mengacu pada

kriteria keberhasilan pengembangan yang meliputi berbagai kelayakan.

1. Kelayakan Finansial: Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara

komersial dari pembangunan objek wisata tersebut. Perkiraan untung-rugi

sudah harus diperkirakan dari awal. Berapa tenggang waktu yang dibutuhkan

untuk kembali modal pun sudah harus diramalkan.

2. Kelayakan Sosial Ekonomi Regional: Studi kelayakan ini dilakukan untuk

melihat apakah investasi yang ditanamkan untuk membangun suatu objek

wisata juga akan memiliki dampak sosial ekonomi secara regional; dapat

menciptakan lapangan kerja/berusaha, dapat meningkatkan penerimaan

devisa, dapat meningkatkan penerimaan pada sektor yang lain seperti pajak,

perindustrian, perdagangan, pertanian dan lain-lain. Dalam kaitannya dengan

dengan hal ini pertimbangan tidak semata-mata komersial saja tetapi juga

memperhatikan dampaknya secara lebih luas. Sebagai contoh, pembangunan

kembali candi Borobudur tidak semata-mata mempertimbangkan soal

pengembalian modal pembangunan candi melalui uang retribusi masuk candi,

melainkan juga memperhatikan dampak yang ditimbulkannya, seperti jasa

transportasi, jasa akomodasi, jasa restoran, industri kerajinan, pajak dan

sebagainya.
3. Kelayakan Teknis: Pembangunan objek wisata harus dapat dipertanggung

jawabkan secara teknis dengan melihat daya dukung yang ada. Tidaklah perlu

memaksakan diri untuk membangun suatu objek wisata apabila daya dukung

objek wisata tersebut rendah. Daya tarik suatu objek wisata akan berkurang

atau bahkan hilang bila objek wisata tersebut membahayakan keselamatan

para wisatawan.

4. Kelayakan Lingkungan: Analisis dampak lingkungan dapat dipergunakan

sebagai acuan kegiatan pembangunan suatu objek wisata. Pembangunan objek

wisata yang mengakibatkan rusaknya lingkungan harus dihentikan

pembangunannya. Pembangunan objek wisata bukanlah untuk merusak

lingkungan tetapi sekedar memanfaatkan sumber daya alam untuk kebaikan

manusia dan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia sehingga menjadi

keseimbangan, keselarasan dan keserasian hubungan antar manusia dengan

manusia, manusia dengan lingkungan alam dan manusia dengan Tuhannya.

BAB III

METODOLOGI

A. Lokasi Dan Waktu Pelaksanaan

Kegiatan penilaian inspeksi sanitasi pariwisata dan kolam renang ini

dilaksanakan pada :

Hari/tanggal : Senin, 27 November 2017


Pukul : 08.00 – selesai

Tempat : Pariwisata Taipa Beach

B. Instrumen Observasi

Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan penilaian inspeksi sanitasi

pariwisata dan kolam renang, yaitu:

1. Kuesioner

2. Alat dokumentasi

3. Kalkulator

4. Alat tulis

BAB IV

HASIL & PEMBAHASAN

A. Kondisi Sanitasi Lingkungan Pariwisata


Berdasarkan penilaian inspeksi sanitasi di lingkungan pariwisata “Taipa

Beach” maka hasil yang diperoleh yaitu total jawaban “YA” sebanyak 24 dan
jawaban “TIDAK” sebanyak 8. Dari hasil tersebut, maka sanitasi di lingkungan

pariwisata “ Taipa Beach” dikategorikan tidak memenuhi syarat, karena kategori

hasil penilaian diklasifikasikan dengan melihat jumlah jawaban YA sebagai

berikut :
1. ≥ 25 % ( ≥ 80 % ) = Memenuhi Syarat
2. ≤ 24 % ( ≤ 64 % ) = Tidak Memenuhi Syarat

B. Kondisi Sanitasi Lingkungan Kolam Renang


Berdasarkan hasil penilaian inpeksi sanitasi kolam renang di pariwisata Taipa

Beach yang dilakukan maka, didapatkan presentase % sehingga kolam renang

tersebut dengan kriteria memenuhi syarat atau bisa dikatakan sehat kolam renang

tersebut.

1. Umum
a. Lingkungan
Untuk Persyaratan lingkungan kolam renang harus memiliki kriteria

seperti bersih, dapat mencegah kemungkinan terjadinya penularan

penyakit, dan tidak memungkinkan bersarangnya dan berkembang

biaknya vector penular penyakit. Berdasarkan haril observasi yang kami

lakukan di Kolam Renang winers Dari semua kriteria tersebut, telah

memenuhi persyaratan sanitasi kolam renang berdasarkan keputusan

Permenkes Nomor 416/ MENKES/PER/IX/1990. Tentang sanitasi kolam

renang
b. Bangunan dan peralatan
Untuk bangunan dan peralatan yang memenuhi persyaratan harus

memenuhi persyaratan kesehatan dan dapat mencegah terjadinya

kecelakaan. Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan di kola renang


winners, dari semua kriteria tersebut telah memenuhi persyaratan

berdasarkan keputusan permenkes 416 tahun 1990 tentang sanitasi kolam

renang

2. Tata bangunan

Untuk tata bangunan kolam renang harus mempunyai kriteria seperti dapat

ditata dan dipergunakan sesuai fungsinya dan tidak mengakibatkan

pencemaran terhadap air. Dan berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan

bahwa semua kriteria tersebut telah memenuhi persyaratan sanitasi kolam

renang berdasarkan keputusan permenkes 416 tahun 1990 tentang sanitasi

kolam renang.

3. Konstruksi Bangunan

a. Lantai

Untuk persyaratan lantai kolam renang, harus mempunyai kriteria

seperti Bahan kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, mudah

dibersihkan, Lantai yang selalu kontak dengan air mempunyai kemiringan

yang cukup (2-3%). Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan bahwa

semua kriteria lantai pada kolam renang winers telah memenuhi persyratan

sanitasi kolam renang.

b. Dinding

Untuk persyaratan dinding kolam renang harus memenuhi syarat seperti

permukaan mudah dibersihkan, permukaan yang selalu terkena percikan air


harus terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air. Berdasarkan hasil

observasi yang kami lakukan bahwa smua persyaratn tersebut telah

memenuhi kriteria sanitasi lingkungan kolam renang berdasarkan

keputusan permenkes 416 tahun 1990.

c. Ventilasi

Untuk peryaratan ventilasi harus mmenuhi peryaratan seperti dapat

menjamin peredaran udara dalam kamar/ruang dengan baik. Berdasarkan

hasil obsrvasi yang kami lakukan bahwa kriteria tersebut telah terpenuhi.

d. System pencahayaan

Untuk system pencahayaan memiliki kriteria intensitas sesuai dengan

fungsinya, khusus kolam renang yang dipergunakan malam harus

dilengkapi dengan lampu berkekuatan 12 volt. Berdasarkan hasil observasi

yang kami lakukan bahwa untuk intensitas pencahayaan yang sesuai

dengan fungsinya telah memenuhi persyaratan, akan tetapi untuk lampu

yang diperguanakan pada malam hari tidak memiliki kekuatan 12 volt dan

intensitasnya tidak memenuhi persyaratan.

e. Atap

Untuk peryaratan atap harus memiliki kriteria tidak bocor, dan tidak ada

kemungkinan adanya genangan air. Berdasarkan hasil observasi yang kami

lakukan bahwa untuk konstruksi atap yang digunakan tidak semua dengan

kondisi yang baik akan tetapi ada beberapa dalam kondisi yang sedikit

bocor dan jarang terjadi adanya genangan air.


f. Pintu

Untuk persyaratan pintu harus memiliki kriteria dapat mencegah

masuknya serangga, tikus, dan serangga pengganggu lainnya. Berdasarkan

hasil observasi yang kami lakukan bahwa kriteria tersebut telah memenuhi

persyaratan sanitasi kolam renang menurut aturan permenkes 416 tahun

1990 tentang sanitasi kolam renang.

4. Kelengkapan

a. Selain area untuk renang kolam renang minimal harus memiliki bangunan

dan vasilitas bak cuici kaki, kamar/pancuran bilas, kamar ganti dan tempat

penitipan barang atau pakaian, kamar P3K, fasilitas sanitasi (kotak

sampah, jamban dan peturasan, tempat cuci tangan), gudang bahan-bahan

kimia dan perlengkapan lain.berdasarkan hasil observasi yang kami

lakukan bahwa tidak semua kriteria tersebut telah terpenuhi sperti bak cuci

kaki, kamar ganti dan tempat penitipan pakaian kamar P3k dan gudang

bahan kimia, selainya telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

b. Selain area untuk mandi permandian umum minimal harus memiliki

bangunan dan fasilitas seperti Kamar atau pancuran bilas, Kamar ganti dan

penitipan barang/pakaian, Kamar P3K, Fasilitas sanitasi (kotak sampah,

jamban dan peturasan, tempat cuci tangan) dan Perlengkapan lain.

Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan bahwa tidak semua kriteria

tersebut telah terpenuhi sperti kamar ganti dan penitipan/pakaian dan

kamar P3k, selainnya telah memenuhi persyaratan yag telah ditetapkan.


5. Persyaratan bangunan dan fasilitas Kolam renang
a. Area kolam renang dan kolam umum
1) Poin 1
Tersedia Tersedia pemisah yang jelas antara kolam renang dengan

area lainnya, sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak bisa

masuk, Harus selalu terisi penuh dengan air, Maksimum jumlah

perenang yang diizinkan sebanding dengan luas permukaan koklam

dibahagi dengan 3 M2. Dari hasil observasi yang telah dilakukan bahwa

semua kriteria tersebut telah memenuhi persyaratan sanitasi yang telah

ditetapkan.
2) Poin 2
Lantai, dinding kolam renang, kedap air, rata, mudah dibersihkan

serta berwarna putih/terang. Sudut-sudut dinding dan besar kolam

melengkung (conus), Saluran air tang masuk ke tempat tenang harus

menjamin tidak terjadi hubungan langsung (krossektional). Antara air

bersih dan air kotor. Lubang pembuangan air kotor harus berada di dasar

kolam yang paling rendah, bersebrangan dengan lubang pemasukan air,

Lubang saluran, pembuangan kolam renang dilengkapi dengan ruji-ruji,

tidak membahayakan perenang, Pada kedalaman kurang dari 1,5 Meter,

kemiringan lantai kolam renang tidak lebih dari 10%. Pada kedalaman

lebih dari 1,5 meter kemiringan lantai kolam renang tidak lebih dari

30%. Dari hasil observasi yang telah dilakukan bahwa kriteria tersebut

telah memenuhi persyaratan sanitasi yang telah ditetapkan.


3) Poin 3
Dinding kolam renang harus rata dan fertikal, bila diperlukan

fasilitas injakan, pegangan dan tangga,tidak diperbolehkan adanya

penonjolan, Dilengkapi dengan saluran peluap dikedua belah sisinya,

Tangga kolam renang harus vertical dan terbuat dari bahan berbentuk

bulat dan tahan karat. Dari hasil observasi yang telah dilakukan tidak

semua memenuhi kriteria tersebut, kriteria yang hanya terpenuhi seperti

tangga kolam renang harus vertical dan terbuat dari bahan berbentuk

bulat dan tahan karat.


4) Poin 4
Lantai ditepi kolam renang yang kedap air memiliki lebar minimal 1

meter, tidak licin, dan permukaannya miring keluar kolam, Harus ada

tanda-tanda yang jelas untuk menunjukan kedalaman kolam renang dan

tanda pemisah unuk orang yang dapat berenang dan tidak berenang,

Apabila dilengkapi dengan papn loncat, papan luncur, harus sesuai

dengan ketentuan teknis untuk dapat mencegah terjadinya kecelakaan.

Dari hasil observasi yang dilakukan tidak semua memnuhi kriteria

tetrsebut, kriteria yang hanya terpenuhi seperti Lantai ditepi kolam

renang yang kedap air memiliki lebar minimal 1 meter, tidak licin, dan

permukaannya miring keluar kolam yang memenuhi sanitasi yang telah

titetapkan.
b) Bak cuci kaki untuk kolam renang
Harus tersedia dengan ukuran minimal panjang 1,5 meter lebar 1,5

meter, dalam 20 cm dan harus terisi air yang penuh, Kadar sisa kolor pada
air bak cuci kaki 2 ppm. Dari hasil observasi yang dilakukan bahwa tidak

ada yang memnuhi syarat yang telah di tetapkan.

c) Fasilitas sanitasi
1. Kamar pancuran bilas
Harus tersedia pancuran bilas minimal 1 pancuran untuk 40

perenang, Pancuran bilas untuk pria harus terpisah dari pancuran bilas

untuk wanita. Dari hasil observasi yang dilakukan bahwa tidak semua

fasilitas memnuhi syarat, seperti Pancuran bilas untuk pria harus

terpisah dari pancuran bilas untuk wanita. Untuk pancuran bilas minimal

1 pancuran untuk 40 perenang telah memenuhi persyaratan yang telah

ditentukan.
2. Tempat sampah
Harus terbuat dari bahan yang cukup ringan, tahan karat, kedap air

dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya.

Mempunyai tutup yang mudah dibuka/ditutup tanpa mengotori tangan.

Jumlah dan folume tempat sampah disesuaikan dengan produk sampah

yang dihasilkan pada setiap tempat kegiatan. Sampah pada setiap ruang

dibuang setiap hari. Harus tersedia tempat pengumpulan sampah

sementara yang tidak terbuat dari bak beton permanen, tidak menjadi

tempat perindukan serangga dan binatang pengerat serta terhindar dari

binatang lain. Tempat pengupulan sampah sementara harus terletak di

tempat yang mudah dijangkau oleh kendaraan pengangkut sampah dan

minimal 3 x 24 jam harus dikosongkan. Dari hasil observasi yang telah


dilakukan bahwa tidak semua fsilitas memenuhi persyaratan seperti,

Sampah pada setiap ruang dibuang setiap hari. Harus tersedia tempat

pengumpulan sampah sementara yang tidak terbuat dari bak beton

permanen, tidak menjadi tempat perindukan serangga dan binatang

pengerat serta terhindar dari binatang lain. Tempat pengupulan sampah

sementara harus terletak di tempat yang mudah dijangkau oleh

kendaraan pengangkut sampah dan minimal 3 x 24 jam harus

dikosongkan sedangkan yang telah memenuhi persyaratan yang telah

ditetapkan Harus terbuat dari bahan yang cukup ringan, tahan karat,

kedap air dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya.

Mempunyai tutup yang mudah dibuka/ditutup tanpa mengotori tangan.

Jumlah dan folume tempat sampah disesuaikan dengan produk sampah

yang dihasilkan pada setiap tempat kegiatan.


3. Jamban dan peturasan
Jamban untuk pria terpisah dengan jamban untuk wanita Harus

tersedia minimal 1 buah jamban untuk tiap 40 orang wanita dan 1 buah

jamban untuk tiap 60 orang pria. Harus tersedia 1 buah peturasan untuk

tiap 60 orang pria. Apabila kapasitas kolam renang kurang dari jumlah

pengunjung diatas maka harus disediakan minimal 2 buah jamban dan 2

buah peturasan untuk pria dan 3 buah jamban untuk wanita. Jamban

kedap air dan tidak licin, didnding berwarna terang, jamban leher angsa,

ventilasi dan penerangan cukup, tersedia air bersih yang cukup, luas

lantai minimal 1,5meter. Bila peturasan dibuat system talang


/memanjang, maka untuk tiap 1 peturasan panjangnya minimal 60 cm.

dari hasil oobservasi yang dilakukan bahwa tidak semua fasilitas telah

memnuhi persyaratan seperti, peturasan dibuat system talang

/memanjang, maka untuk tiap 1 peturasan panjangnya minimal 60 cm,

Harus tersedia 1 buah peturasan untuk tiap 60 orang pria.Apabila

kapasitas kolam renang kurang dari jumlah pengunjung diatas maka

harus disediakan minimal 2 buah jamban dan 2 buah peturasan untuk

pria dan 3 buah jamban untuk wanita.


4. Tempat cuci tangan
Tersedia tempat cuci tangan dilengkapi dengn sabun, pengering

tangan, dan cermin. Terletak ditempat yang mudah dijangkau dan

berdekatan dengan jamban, peturasan dan kamar ganti pakaian. Dari

observasi yang telah dilakukan bahwa tidak semua fasilitas memnuhi

persyaratan seperti, Terletak ditempat yang mudah dijangkau dan

berdekatan dengan jamban, peturasan dan kamar ganti pakaian.

Sedangkan tempat cuci tangan dilengkapi dengn sabun, pengering

tangan, dan cermin.telah memenuhi persyaratan yng telah ditetapkan.


5. Gudang bahan kimia
Tersedia gudang khusus pengolahan bahan-bahan kimia,

Penempatan kalsiaum hipoklorit harus terpisah dengan almunium sulfat

atau bahan-bahan kimia lainnya dari hasil observasi yang dilakukan

bahwa tidak semua memenuhi persyaratan seperti, Penempatan kalsiaum

hipoklorit harus terpisah dengan almunium sulfat atau bahan-bahan

kimia lainnya.
6. Perlengkapan lain
Tersedia papan pengumuman yang berisi antara lain, larangan

berenang bagi penderita penyakit kulit, penyakit kelamin, penyakit

epilepsy, penyakit jantung dan lain-lain. Tersedia perlengkapan

pertolongan bagi perenang antara lain, pelampung, tali penyelamat dan

lain-lain. Untuk kolam renang, selain perlengkapan seperti diatas

tersedia harus tersedia juga, Alat untuk mengukur. seperti alat ukur Ph

dan sisa klor air kolam renang secara berkala. Hail pengukuran sisa

chlor dan air kolam renang harian diumumkan kepada pengunjung

melalui papan pengumuman dan tersedia tatatertib berenang dengan

anjuran kebersihan.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penilaian inspeksi sanitasi di lingkungan pariwisata Taipa Beach

belum dikategorikan memenuhi syarat karena total jawaban “YA” sebanyak 24

dan “TIDAK” sebanyak 8. Sedangkan di katakan memenuhi syarat apabila jumlah

jawaban “YA” ≥ 80%.

Untuk penilaian inspeksi sanitasi di lingkungan kolam renang Taipa Beach

kriterianya memenuhi syarat yaitu dengan presentase %. Hal ini sesuai dengan

peraturan Permenkes nomor 416/ MENKES/PER/IX/1990. Dimana dikatakan

memenuhi syarat apabila hasil persentasenya 60 % - 100 % dan dikatakan tidak

memenuhi syarat apabila hasil presentasenya < 60 %.

DAFTAR PUSTAKA
Permenkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

416/MENKES/PER/IX/1990

Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 288/MENKES/SK/III/2003

Tentang Pedoman Penyehatan Sarana Dan Bangunan Umum. Jakarta : 2003.

Depkes RI. 2006. Intervensi Faktor Lingkungan Cegah 13 Juta Kematian.

http://www.depkes.go.id [Diakses 7 Desember 2009].

Anda mungkin juga menyukai