Anda di halaman 1dari 2

Riwayat singkat penemuan antibiotika

modern[sunting | sunting sumber]


Penemuan antibiotika terjadi secara 'tidak sengaja' ketika Alexander Fleming, pada tahun 1928,
lupa membersihkan sediaan bakteri pada cawan petri dan meninggalkannya di rak cuci
sepanjang akhir pekan. Pada hari Senin, ketika cawan petri tersebut akan dibersihkan, ia melihat
sebagian kapang telah tumbuh di media dan bagian di sekitar kapang 'bersih' dari bakteri yang
sebelumnya memenuhi media. Karena tertarik dengan kenyataan ini, ia melakukan penelitian
lebih lanjut terhadap kapang tersebut, yang ternyata adalah Penicillium chrysogenum syn. P.
notatum (kapang berwarna biru muda ini mudah ditemukan pada roti yang dibiarkan lembap
beberapa hari). Ia lalu mendapat hasil positif dalam pengujian pengaruh ekstrak kapang itu
terhadap bakteri koleksinya. Dari ekstrak itu ia diakui menemukan antibiotik alami
pertama: penicillin G.

Penemuan efek antibakteri dari Penicillium sebelumnya sudah diketahui oleh peneliti-peneliti
dari Institut Pasteur di Perancis pada akhir abad ke-19 namun hasilnya tidak diakui oleh
lembaganya sendiri dan tidak dipublikasi.'

Macam-macam antibiotika[sunting | sunting sumber]


Antibiotika dapat digolongkan berdasarkan sasaran kerja senyawa tersebut dan susunan
kimiawinya. Ada enam kelompok antibiotika[1] dilihat dari target atau sasaran kerjanya:

 Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penisilin, Polipeptida dan
Sefalosporin, misalnya ampisilin, penisilin G;
 Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone,
misalnya rifampisin, aktinomisin D, asam nalidiksat;
 Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan
Makrolida, Aminoglikosida, dan Tetrasiklin,
misalnya gentamisin, kloramfenikol, kanamisin,streptomisin, tetrasiklin, oksitetrasiklin, eritro
misin, azitromisin;
 Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomisin, valinomisin;
 Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida,
misalnya oligomisin, tunikamisin; dan
 Antimetabolit, misalnya azaserine.

Penggunaan antibiotika[sunting | sunting sumber]


Karena biasanya antibiotika bekerja sangat spesifik pada suatu proses, mutasi yang mungkin
terjadi pada bakteri memungkinkan munculnya strain bakteri yang 'kebal' terhadap antibiotika.
Itulah sebabnya, pemberian antibiotika biasanya diberikan dalam dosis yang menyebabkan
bakteri segera mati dan dalam jangka waktu yang agak panjang agar mutasi tidak terjadi.
Penggunaan antibiotika yang 'tanggung' hanya membuka peluang munculnya tipe bakteri yang
'kebal'. Oleh karena itu satu dosis lengkap atau satu cure antibiotika harus dihabiskan
semuanya, walaupun kadang-kadang baru setengah cure saja tampaknya sudah sembuh.
Bakteri tertentu pada orang tertentu kadang-kadang sulit disembuhkan, karena bakteri tersebut
kadang-kadang sudah mengalami resistensi terhadap beberapa antibiotika tertentu, oleh
karenanya perlu dilakukan Kultur di Laboratorium Klinik terhadap specimen (air seni, darah,
faeces, dahak, ingus atau secret lainnya) untuk mengetahui jenis bakterinya dan juga antibiotika
apa yang masih mempan terhadap bakteri tersebut. Pada infeksi saluran kemih kadang-kadang
dijumpai lebih dari satu bakteri sekaligus.

Pemakaian antibiotika di bidang pertanian sebagai antibakteri umumnya terbatas karena


dianggap mahal, namun dalam bioteknologi pemakaiannya cukup luas untuk menyeleksi sel-sel
yang mengandung gen baru. Praktik penggunaan antibiotika ini dikritik tajam oleh para aktivis
lingkungan karena kekhawatiran akan munculnya hama yang tahan antibiotika.

Anda mungkin juga menyukai