BAB 3 VIRUS
Disusun Oleh :
No. Absen : 11
2019 / 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme
biologis.Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan
memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk
bereproduksi sendiri.Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di luar inangnya
menjadi tak berdaya.Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau
RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang
terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi baik
protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan
dalam daur hidupnya.
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel
eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah
bakteriofag atau fag digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota
(bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).
Penelitian mengenai virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit mosaik yang
menghambat pertumbuhan tanaman tembakau dan membuat daun tanaman tersebut
memiliki bercak-bercak. Pada tahun 1883, Adolf Mayer, seorang ilmuwan Jerman,
menemukan bahwa penyakit tersebut dapat menular ketika tanaman yang ia teliti menjadi
sakit setelah disemprot dengan getah tanaman yang sakit. Karena tidak berhasil
menemukan mikroba di getah tanaman tersebut, Mayer menyimpulkan bahwa penyakit
tersebut disebabkan oleh bakteri yang lebih kecil dari biasanya dan tidak dapat dilihat
dengan mikroskop.
Pada tahun 1892, Dimitri Ivanowsky dari Rusia menemukan bahwa getah daun
tembakau yang sudah disaring dengan penyaring bakteri masih dapat menimbulkan
penyakit mosaik.Ivanowsky lalu menyimpulkan dua kemungkinan, yaitu bahwa bakteri
penyebab penyakit tersebut berbentuk sangat kecil sehingga masih dapat melewati
saringan, atau bakteri tersebut mengeluarkan toksin yang dapat menembus saringan.
Kemungkinan kedua ini dibuang pada tahun 1897 setelah Martinus Beijerinck dari Belanda
menemukan bahwa agen infeksi di dalam getah yang sudah disaring tersebut dapat
bereproduksi karena kemampuannya menimbulkan penyakit tidak berkurang setelah
beberapa kali ditransfer antartanaman.Patogen mosaik tembakau disimpulkan sebagai
bukan bakteri, melainkan merupakan contagium vivum fluidum, yaitu sejenis cairan hidup
pembawa penyakit.
Setelah itu, pada tahun 1898, Loeffler dan Frosch melaporkan bahwa penyebab
penyakit mulut dan kaki sapi dapat melewati filter yang tidak dapat dilewati bakteri.Namun
demikian, mereka menyimpulkan bahwa patogennya adalah bakteri yang sangat kecil.
Pendapat Beijerinck baru terbukti pada tahun 1935, setelah Wendell Meredith
Stanley dari Amerika Serikat berhasil mengkristalkan partikel penyebab penyakit mosaik
yang kini dikenal sebagai virus mosaik tembakau. Virus ini juga merupakan virus yang
pertama kali divisualisasikan dengan mikroskop elektron pada tahun 1939 oleh ilmuwan
Jerman G.A. Kausche, E. Pfankuch, dan H. Ruska.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan virus?
2. Bagaimana struktur dan anatomi virus?
3. Bagaimana virus bereproduksi?
4. Apa saja contoh-contoh virus?
5. Bagaimana peranan virus dalam kehidupan?
6. Apakah yang dimaksud anti virus?
7. Bagaimana cara mencegah dan cara pengobatannya?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetehui devinisi virus
2. Untuk mengetahui struktur dan anatomi virus
3. Untuk mengetahui reproduksi virus
4. Untuk mengetahui contoh-contoh virus
5. Untuk mengetahui peranan virus dalam kehidupan
6. Untuk mengetahui anti virus
7. Untuk mengetahui pencegahan dan pengobatannya
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Virus adalah parasit intraseluler obligat dan ukurannya 20-200 nm, bentuk dan
komposisi kimianya bervariasi, tetapi hanya mengandung RNA or DNA.Partikelnya secara
utuh disebut “VIRION” yang terdiri dari “Capsid” yang dapat terbungkus oleh sebuah
Glycoprotein/membrane lipid. Virus resisten terhadap antibiotics. (Wesley, 1990)
Virus merupakan Partikel yang bersifat parasit obligat pada sel/makhluk hidup
Aseluler (bukan merupakan sel) Berukuran sangat renik Di dalam sel inang virus
menunjukkan ciri makhluk hidup, sedangkan di luar sel menunjukkan ciri bukan makhluk
hidup.Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis.
Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan
memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk
bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di luar inangnya
menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat yang
diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau
kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi baik protein yang digunakan untuk memuat
bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya. (Istamar, 2007)
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel
eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah
bakteriofag atau fag digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota
(bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel). (Istamar, 2007)
Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat
menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik khasnya ini virus selalu
terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya virus influenza dan HIV),
hewan (misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya virus mosaik tembakau)
(Istamar, 2007)
F. REPRODUKSI VIRUS
1. Siklus Litik (Lisis)
Siklus litik adalah siklus reproduksi atau replikasi virus yang menyebabkan
kematian sel inang pada akhir prosesnya. Istilah litik mengacu pada fase pelepasan virus
di akhir proses replikasi yang membuat sel inang pecah dan hancur.Virus-virus yang
hanya dapat mereplikasi dirinya melalui siklus litik disebut virus virulen. Berikut ini
penjelasan dari tahapan reproduksi virus yang dilakukan melalui siklus litik.
a. Fase Adsorbsi
Di fase ini, ekor virus melalui serabut yang dimilikinya mulai menempel pada
dinding sel bakteri. Penempelan virus dapat terjadi karena ia memiliki daerah tertentu
pada ujung ekornya yang disebut reseptor. Penempelan virus pada sel bakteri
bersifat khas, artinya hanya dapat dilakukan oleh virus tertentu sehingga jenis virus
lain tidak dapat melakukannya. Adapun setelah menempel, enzim lisozim kemudian
akan dikeluarkan virus untuk menghancurkan dinding sel sehingga virus dapat
masuk ke dalam sel tersebut. (Istamar, 2007)
b. Fase Penetrasi
Fase penetrasi dilakukan setelah dinding sel inang hancur. DNA virus akan
masuk ke dalam sel inang melalui penambatan lempeng ujung, kontraksi, dan
penusukan pasak.bagian tubuh virus yang masuk ke dalam sel inang hanyalah asam
nukleatnya saja. Kapsid akan tetap ada di luar dinding sel dan akan terlepas dengan
sendirinya setelah tidak berguna lagi. (Istamar, 2007)
c. Fase Sintesis
Enzim lisozim yang disintesis virus selain dapat menghancurkan dinding sel,
juga dapat menghancurkan DNA sel inang. Proses ini membuat sintesis DNA bakteri
berhenti. DNA bakteri kemudian digantikan oleh DNA virus, sehingga DNA virus
mengendalikan secara penuh kehidupan dari sel bakteri. Pada fase inilah virus
mereplikasi dirinya secara berulang. DNA virus mengendalikan sintesis DNA dan
protein sel inang untuk kemudian dijadikan kapsid virus baru. (Istamar, 2007)
d. Fase Perakitan
Di fase ini, bagian tubuh virus antara kepala, ekor, dan serabut ekor yang
masih terpisah-pisah akan mengalami perakitan menjadi sebuah kapsid yang utuh.
Kapsid utuh yang terbentuk kemudian diisi oleh DNA atau RNA virus sehingga
proses reproduksi virus berhasil menciptakan virus baru. Pada fase ini, virus yang
dihasilkan bisa mencapai 100-200 buah. (Istamar, 2007)
e. Fase Lisis
Kerja enzim lisosom bukan hanya untuk melubangi dinding sel inang saja.
Secara simultan, enzim ini juga membuat dinding sel akan mengalami perpecahan di
akhir fase reproduksi virus. Pecahnya dinding sel kemudian diikuti oleh pelepasan
virus-virus baru yang telah siap melakukan replikasi ulang dengan menemukan sel
inang baru. Proses pelepasan virus baru dalam fase ini dapat kita amati
menggunakan mikroskop gelap. (Istamar, 2007)
2. Siklus Lisogenik
Siklus lisogenik adalah siklus reproduksi atau replikasi virus yang tidak
menyebabkan kematian sel inang pada akhir prosesnya. Setelah adsorbsi dan injeksi,
DNA virus akan berintegrasi dengan kromosom bakteri secara profage. Sintesis DNA
bakteri tidak dapat langsung dilakukan virus karena bakteri masih mempunyai imunitas.
Setelah imunitas bakteri hilang, DNA virus barulah dapat mengendalikan DNA bakteri.
Pada tahapan ini, proses replikasi virus akan terjadi seperti siklus litik. Secara lebih
lengkap, berikut ini 7 tahapan proses reproduksi virus melalui siklus lisogenik. (Istamar,
2007)
1. Fase absorpsi dan infeksi : Terjadi dimana virus menempel pada dinding sel
inang.
2. Fase penetrasi atau injeksi : Terjadi dimana fag virus masuk ke dalam sel
bakteri.
3. Fase penggabungan : Terjadi saat DNA virus dan DNA bakteri bergabung
membentuk suatu profag. Dalam bentuk ini, hanya
terdapat minimal 1 gen aktif yang berfungsi
mengkodekan protein reseptor.
4. Fase replikasi : terjadi saat profag membelah. Sel bakteri yang
membelah akan menghasilkan 2 sel bakteri yang
masing-masing mengandung profag. Semakin
sering bakteri melakukan pembelahan sel, maka
akan semakin banyak pula virus yang dihasilkan.
5. Fase sintesis : Enzim lisozim yang disintesis virus selain dapat
menghancurkan dinding sel, juga dapat
menghancurkan DNA sel inang. Proses ini
membuat sintesis DNA bakteri berhenti. DNA
bakteri kemudian digantikan oleh DNA virus,
sehingga DNA virus mengendalikan secara penuh
kehidupan dari sel bakteri. Pada fase inilah virus
mereplikasi dirinya secara berulang. DNA virus
mengendalikan sintesis DNA dan protein sel inang
untuk kemudian dijadikan kapsid virus baru.
6. Fase perakitan : Di fase ini, bagian tubuh virus antara kepala, ekor, dan serabut
ekor yang masih terpisah-pisah akan mengalami
perakitan menjadi sebuah kapsid yang utuh. Kapsid
utuh yang terbentuk kemudian diisi oleh DNA atau
RNA virus sehingga proses reproduksi virus
berhasil menciptakan virus baru. Pada fase ini,
virus yang dihasilkan bisa mencapai 100-200 buah.
7. Fase lisis : Kerja enzim lisosom bukan hanya untuk melubangi dinding sel
inang saja. Secara simultan, enzim ini juga
membuat dinding sel akan mengalami perpecahan
di akhir fase reproduksi virus. Pecahnya dinding sel
kemudian diikuti oleh pelepasan virus-virus baru
yang telah siap melakukan replikasi ulang dengan
menemukan sel inang baru. Proses pelepasan
virus baru dalam fase ini dapat kita amati
menggunakan mikroskop gelap. (Istamar, 2007)
G. KLASIFIKASI VIRUS
Virus dikelompokkan berdasar sifat mereka bukan sel-sel indukan yang diinfeksi.
Kriteria utama pada klasifikasi jenis asam nukleat DNA atau RNA. Klasifikasi dengan
mekanisme sintesis mRNA dikenal sebagai klasifikasi Baltimore, seseorang yang
memenangkan nobel Nobel .
Menurut Baltimore semua virus memiliki mRNA strain positif dari genomnya untuk
memproduksi protein dan bereplikasi. Klasifikasi ini terbagi menjadi tujuh kelas. Virus yang
tegolong pada kelas I sampai kelas V melakukan reproduksi secara replikasi, sedangkan
virus kelas VI melakukan secara transkripsi balik.
Kelompok 1 : Virus DNA rantai ganda.
Kelompok 2 : Virus DNA rantai tunggal.
Kelompok 3 : Virus RNA rantai ganda.
Kelompok 4 : Virus RNA rantai tunggal positif.
Kelompok 5 : Virus RNA rantai tunggal negatif.
Kelompok 6 : Virus RNA transkripsi balik.
Kelompok 7 : Virus DNA transkripsi balik. (Istamar, 2007)
Kelas Asam Nukleat Cara Reproduksi Contoh