I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Radang mukosa mulut (stomatitis) atau yang biasa disebut sariawan adalah
suatu radang pada mukosa rongga mulut berwarna putih kekuningan dan biasanya
akut (Spicer, 2008). Radang mukosa mulut menimbulkan rasa yang sangat
berbagai tempat seperti pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi serta
langit-langit rongga mulut (Shah dkk., 2016; Durkin, 2012). Radang mukosa
mulut memiliki prevalensi 10-25% dari seluruh masyarakat di dunia. Penyakit ini
dapat sembuh sendiri dalam waktu 10-14 hari dan tergolong ringan, namun
radang mukosa mulut dapat mempengaruhi kualitas hidup karena adanya rasa
Etiologi radang mukosa mulut masih belum diketahui secara pasti dari
seluruh kausa yang ada. Menurut Lewis dan Jordan (2012) serta Shah dkk (2016),
radang mukosa mulut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain trauma,
dengan baik apabila dibantu dengan asupan nutrisi yang baik. Proses
penyembuhan luka adalah suatu proses biologis yang kompleks dan dinamis
1
PENGARUH ASAM FOLAT TERHADAP RE-EPITELISASI PENYEMBUHAN RADANG MUKOSA MULUT
(Kajian In Vivo pada 2
Tikus Wistar)
AGNES TRI PUSPITASARI
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
dibagi menjadi 4 fase yaitu fase hemostasis, fase inflamasi, fase proliferasi, dan
pembuluh darah. Fase inflamasi meliputi proses kemotaktik growth factors dan
infiltasi sel-sel inflamasi. Pada fase proliferasi terjadi proses angiogenesis dan
ekstraselular (Shai dan Maibach, 2005). Fase terakhir yaitu remodeling mencakup
proses maturasi sel. Pada fase remodeling jaringan granulasi akan mengumpulkan
matriks jaringan ikat secara progresif, kemudian menghasilkan fibrosis padat yang
mengalami penyesuaian bentuk lebih lanjut sesuai perjalanan waktu (Ariani dkk.,
2013).
DNA serta berperan sebagai substrat pada reaksi enzimatik sintesis asam amino
dan metabolisme vitamin. Asam folat adalah senyawa induk dari sekumpulan
senyawa yang secara umum disebut folat. Asam folat merupakan co-factor dalam
metabolisme energi dan dibutuhkan dalam sintesis DNA dan RNA (Greenberg
dkk., 2011). Asam folat sangat diperlukan untuk pemeliharaan jaringan dan
dkk., 2013). Dosis terapeutik dari asam folat adalah 400-1000 μg peroral satu kali
epidermal pada lamina basalis menuju jaringan sekitar luka. Setelah beberapa
hari, sel epidermal akan berproliferasi membentuk sel epidermal baru (Shai dan
Maibach, 2005).
lapisan epitel baru yang terbentuk setelah perlukaan. Adanya asam folat sebagai
co-factor dalam proses metabolisme energi dan dibutuhkan dalam sintesis DNA
dan RNA pada sel diharapkan dapat mempercepat proses inflamasi dan
B. Perumusan Masalah
epitelisasi penyembuhan radang mukosa mulut (kajian in vivo pada tikus wistar)?
C. Keaslian Penelitian
telah dilakukan oleh Zhang dkk (2008) yaitu berjudul “Folate Stimulation of
Wound DNA Synthesis”. Penelitian lain yang telah dilakukan oleh Suryakumar
dan Gupta (2011) menunjukkan bahwa asam folat yang terdapat pada tanaman
pada proses re-epitelisasi dan penutupan luka bakar. Sejauh peneliti ketahui,
PENGARUH ASAM FOLAT TERHADAP RE-EPITELISASI PENYEMBUHAN RADANG MUKOSA MULUT
(Kajian In Vivo pada 4
Tikus Wistar)
AGNES TRI PUSPITASARI
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
belum ada penelitian mengenai pengaruh pemberian asam folat terhadap re-
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan akan didapat dari penelitian ini adalah untuk
mukosa mulut. Selain itu juga diharapkan dapat digunakan sebagai bahan