Anda di halaman 1dari 4

PENGARUH ASAM FOLAT TERHADAP RE-EPITELISASI PENYEMBUHAN RADANG MUKOSA MULUT

(Kajian In Vivo pada


Tikus Wistar)
AGNES TRI PUSPITASARI
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Radang mukosa mulut (stomatitis) atau yang biasa disebut sariawan adalah

suatu radang pada mukosa rongga mulut berwarna putih kekuningan dan biasanya

akut (Spicer, 2008). Radang mukosa mulut menimbulkan rasa yang sangat

menyakitkan karena munculnya luka berbentuk bulat pada mukosa mulut di

berbagai tempat seperti pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi serta

langit-langit rongga mulut (Shah dkk., 2016; Durkin, 2012). Radang mukosa

mulut memiliki prevalensi 10-25% dari seluruh masyarakat di dunia. Penyakit ini

dapat sembuh sendiri dalam waktu 10-14 hari dan tergolong ringan, namun

radang mukosa mulut dapat mempengaruhi kualitas hidup karena adanya rasa

nyeri, yang dapat mengganggu fungsi mulut (Gandolfo dkk., 2006).

Etiologi radang mukosa mulut masih belum diketahui secara pasti dari

seluruh kausa yang ada. Menurut Lewis dan Jordan (2012) serta Shah dkk (2016),

radang mukosa mulut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain trauma,

infeksi, gangguan imunologik, gangguan pencernaan, defisiensi nutrisi, kelainan

hormonal, infeksi HIV, faktor genetik, stres, pengaruh endokrin, produk

tembakau, dan konsumsi obat.

Proses penyembuhan luka pada radang mukosa mulut dapat berjalan

dengan baik apabila dibantu dengan asupan nutrisi yang baik. Proses

penyembuhan luka adalah suatu proses biologis yang kompleks dan dinamis

untuk mengembalikan struktur jaringan yang hilang dan lapisan-lapisannya

(Mercandetti, 2015). Tahapan dalam proses penyembuhan luka secara umum

1
PENGARUH ASAM FOLAT TERHADAP RE-EPITELISASI PENYEMBUHAN RADANG MUKOSA MULUT
(Kajian In Vivo pada 2
Tikus Wistar)
AGNES TRI PUSPITASARI
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dibagi menjadi 4 fase yaitu fase hemostasis, fase inflamasi, fase proliferasi, dan

fase remodeling. Pada fase hemostasis terjadi vasokontriksi dan vasodilatasi

pembuluh darah. Fase inflamasi meliputi proses kemotaktik growth factors dan

infiltasi sel-sel inflamasi. Pada fase proliferasi terjadi proses angiogenesis dan

pembentukan jaringan granulasi, re-epitelisasi, dan pembentukan matriks

ekstraselular (Shai dan Maibach, 2005). Fase terakhir yaitu remodeling mencakup

proses maturasi sel. Pada fase remodeling jaringan granulasi akan mengumpulkan

matriks jaringan ikat secara progresif, kemudian menghasilkan fibrosis padat yang

mengalami penyesuaian bentuk lebih lanjut sesuai perjalanan waktu (Ariani dkk.,

2013).

Asam folat merupakan nutrien tambahan yang dibutuhkan dalam replikasi

DNA serta berperan sebagai substrat pada reaksi enzimatik sintesis asam amino

dan metabolisme vitamin. Asam folat adalah senyawa induk dari sekumpulan

senyawa yang secara umum disebut folat. Asam folat merupakan co-factor dalam

metabolisme energi dan dibutuhkan dalam sintesis DNA dan RNA (Greenberg

dkk., 2011). Asam folat sangat diperlukan untuk pemeliharaan jaringan dan

menghasilkan sel baru selama proses perkembangan dan penyembuhan (George

dkk., 2013). Dosis terapeutik dari asam folat adalah 400-1000 μg peroral satu kali

sehari (Schellack dan Harirari, 2015).

Parameter dalam proses penyembuhan luka yaitu epitelisasi, jumlah sel

radang, angiogenesis, jumlah sel fibroblas, kepadatan kolagen dan lain

sebagainya. Re-epitelisasi merupakan salah satu parameter yang penting dalam

tahap penyembuhan luka. Proses re-epitelisasi diawali dengan migrasi sel


PENGARUH ASAM FOLAT TERHADAP RE-EPITELISASI PENYEMBUHAN RADANG MUKOSA MULUT
(Kajian In Vivo pada 3
Tikus Wistar)
AGNES TRI PUSPITASARI
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

epidermal pada lamina basalis menuju jaringan sekitar luka. Setelah beberapa

hari, sel epidermal akan berproliferasi membentuk sel epidermal baru (Shai dan

Maibach, 2005).

Pengamatan re-epitelisasi dapat dilakukan dengan mengukur ketebalan

lapisan epitel baru yang terbentuk setelah perlukaan. Adanya asam folat sebagai

co-factor dalam proses metabolisme energi dan dibutuhkan dalam sintesis DNA

dan RNA pada sel diharapkan dapat mempercepat proses inflamasi dan

menginduksi sel-sel proliferasi jaringan epitel sehingga akan mempercepat proses

penyembuhan radang mukosa mulut.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan suatu

permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah pengaruh asam folat terhadap re-

epitelisasi penyembuhan radang mukosa mulut (kajian in vivo pada tikus wistar)?

C. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai asam folat yang diberikan melalui suntikan intravena

terhadap peningkatan kecepatan sintesis DNA dalam proses penyembuhan luka

telah dilakukan oleh Zhang dkk (2008) yaitu berjudul “Folate Stimulation of

Wound DNA Synthesis”. Penelitian lain yang telah dilakukan oleh Suryakumar

dan Gupta (2011) menunjukkan bahwa asam folat yang terdapat pada tanaman

Sea buckthorn (Hippophae rhamnoides L.) memicu perubahan yang signifikan

pada proses re-epitelisasi dan penutupan luka bakar. Sejauh peneliti ketahui,
PENGARUH ASAM FOLAT TERHADAP RE-EPITELISASI PENYEMBUHAN RADANG MUKOSA MULUT
(Kajian In Vivo pada 4
Tikus Wistar)
AGNES TRI PUSPITASARI
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

belum ada penelitian mengenai pengaruh pemberian asam folat terhadap re-

epitelisasi penyembuhan radang mukosa mulut

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian

asam folat terhadap re-epitelisasi pada proses penyembuhan radang mukosa

mulut(kajian in vivo pada tikus wistar).

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan akan didapat dari penelitian ini adalah untuk

memberikan pengetahuan mengenai alternatif dalam terapi penyembuhan radang

mukosa mulut. Selain itu juga diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

masukan untuk penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai