Anda di halaman 1dari 111

[

Blok 2.3 Basic Sciences of Continuity and Life Cycle


Laboratorium Anatomi FK Unsoed

Tim Penyusun
Dr. Catharina Widiartini, M.Med.Ed.
Asisten:
Adiutores Anatomium 2007:
Melan Mulyana – Agus Hariyanto – Muhammad Ikbal – Supak Silawani – Nessyah Fatahan –
Manggala Sariputri – Aprianti Nur Hasanah – Elok Nurfaiqoh – Qonita Wachidah – Aristi
Intan Soraya
Adiutores Anatomium 2008
Adiutores Anatomium 2009
Adiutores Anatomium 2010
Adiutores Anatomium 2011
Adiutores Anatomium 2012
Adiutores Anatomium 2013
Adiutores Anatomium 2014:
Adiutores Anatomium 2015:
Timotius Pratama (Koordinator) – Tiara Asri Nurillah – Dhuhita Ghassanizada –
Layalia Azka Fatharani – Diah Ayu Novitasari – Sonia Capirosi Ayuningtias – Akhmad Faizal Aziz –
Katarina Frenka Nadya Wijaya – Lutfia Nur Azizah –Talitha Apta Nitisara
Adiutores Anatomium 2016
Padang Dwika Aprilian (Koordinator) – Ahmad Wahyu Pamungkas – Rania Nisrina
Alifah – Ratih Bahari – Salma Nur Amalia – Marhamdani – Maulita Zulfiani – Mahayu
Suryandaru – Muhammad Maulana Rifqy - Jarwati

Editor Asisten
Jarwati
Marhamdani
Rania Nisrina Alifah

1
Ratih Bahari

Desainer
Ratih Bahari

Editor Dosen
DR. Dr. Fitranto Arjadi, M.Kes
Dr. Catharina Widiartini, M.Med.Ed.

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa
izin tertulis dari penyusun

2
PENDAHULUAN

Anatomi merupakan ilmu yang mempelajari struktur tubuh dan hubungannya dengan
bagian tubuh lain manusia secara makroskopis. Ilmu anatomi akan menunjang ilmu kesehatan
lainnya hubungannya dengan manusia sebagai subjek kegiatan ilmu kesehatan. Dalam
menjalankan kegiatan rutinnya yang berkaitan dengan tindakan terhadap pasien, seorang
dokter, perawat, dan paramedis lainnya butuh penguasaan dan pengetahuan dalam identifikasi
struktur tubuh manusia. Sehingga demikian, kesalahan dalam pelaksanaan kegiatan kemedisan
saat melaksanakan tindakan dapat diminimalisasi bahkan dihindari.

Anatomi merupakan ilmu kedokteran yang memiliki karakteristik penggunaan bahasa


latin dalam istilah-istilah organ dan struktur organ baik istilah posisi maupun nama organnya.
Tujuan penggunaan bahasa latin ini untuk menyamakan persepsi anggota tim medis dalam
mengidentifikasi struktur tubuh yang dimaksud sehingga setiap anggota tim medis dapat
mengerti dan menghindari kesalahan persepsi terutama saat pencatatan dan dokumentasi
tindakan medis. Selain itu, tim medis lain dapat mengerti persepsi yang sama jika catatan harus
dipindah tangankan ke anggota tim medis lainnya dalam rujukan.

Peranan anatomi yang penting dalam kegiatan medis inilah yang melatarbelakangi
pembuatan modul anatomi oleh Laboratorium Anatomi. Modul ini diharapkan dapat
mempermudah kegiatan pembelajaran anatomi di laboratorium sehingga praktikan dapat
mengefisiensikan waktu praktikum. Selain memudahkan praktikan, hal ini juga mempermudah
asisten laboratorium anatomi.

3
TATA TERTIB PRAKTIKUM
A. Ketentuan Penampilan atau Berpakaian

1. Praktikan wajib memakai jas praktikum beridentitas diri sendiri atau dilengkapi dengan
tanda pengenal. Memakai dan melepaskan jas praktikum harus di luar ruangan.

2. Praktikan wajib memakai sepatu selama praktikum, berpakaian rapi, dan sopan.

3. Praktikan dilarang memakai kaos oblong.

4. Praktikan dilarang memakai rok atau celana berbahan jeans. Khusus untuk perempuan
yang tidak mengenakan jilbab, dilarang menggunakan rok mini atau rok panjang dengan
belahan hingga diatas lutut.

5. Praktikan dilarang berkuku panjang.

6. Bagi praktikan pria, rambut disisir rapi. Bagi praktikan berhijab, kerudung dimasukkan ke
dalam jas praktikum, dan bagi praktikan wanita yang tidak berhijab, apabila berambut panjang
diikat rapi ke belakang.

B. Ketentuan Selama Praktikum

1. Praktikan wajib menjaga sopan santun, ketertiban, ketenangan, dan kebersihan di


laboratorium. Praktikan wajib berperilaku sopan, santun, dan saling menghargai antara
praktikan dan praktikan, praktikan dan asisten, praktikan dan dosen, serta praktikan dan
cadaver (guru diam).

2. Praktikan harus sudah mengerti tentang rencana yang akan dikerjakan selama praktikum dan
telah siap dengan teori dan gambar yang diperlukan selama praktikum.
3. Praktikan dilarang makan, minum, dan merokok selama melaksanakan kegiatan di arena
praktikum.

4. Praktikan wajib membawa perlengkapan praktikum individual: masker, goggle glass, sarung
tangan, pinset, serta atlas setiap kali praktikum.

5. Tiap kelompok menghadapi satu meja preparat (cadaver atau preparat lepas atau manekuin).
Tiap kelompok bergiliran mempelajari preparat dari satu meja ke meja lain secara bersama-
sama dengan alokasi waktu yang telah disepakati.

4
6. Praktikan mendapat bimbingan dari asisten dosen yang bertugas pada meja preparat yang
bersangkutan.

7. Cadaver sebagai “guru diam” mahasiswa harus diperlakukan selayaknya.

8. Praktikan tidak boleh memotret atau merekam cadaver ataupun preparat lepas.

9. Praktikan tidak diperkenankan mengambil sendiri atau meminjam alat, bahan, dan sarana
praktikum kecuali atas seijin asisten dosen dan dosen pengampu.

10. Praktikan wajib menjaga keutuhan kondisi baik manekuin, preparat lepas dan cadaver sesuai
dengan kondisi awal sebelum praktikum. Coretan pada manekuin, kerusakan manekuin,
kerusakan atau kehilangan jaringan berlebihan pada cadaver atau preparat lepas tidak dapat
ditoleransi. Praktikan bertanggung jawab penuh apabila terjadi hal tersebut dengan membayar
penggantian sesuai taksiran pihak laboratorium anatomi.

C. Ketentuan Kehadiran

1. Praktikan wajib hadir di Laboratorium Anatomi paling lambat 5 menit sebelum waktu
praktikum. Terlambat lebih dari 10 menit dilarang mengikuti praktikum, kecuali dengan izin
khusus.

2. Kehadiran praktikum adalah 100%.

3. Syarat ketidakhadiran praktikum sesuai dengan yang tercantum dalam peraturan akademik.

4. Izin ketidakhadiran praktikum disertai penyerahan surat izin kepada dosen pengampu dan
menghubungi koordinator asisten dosen yang membimbing pada blok yang bersangkutan.

5. Praktikan yang tidak hadir dan telah mengikuti prosedur perizinan ketidakhadiran akan
diberikan tugas pengganti.

D. Ketentuan Lain

1. Praktikan wajib mematuhi peraturan yang berlaku yang dibuat Laboratorium Anatomi FK
Unsoed dan peraturan FK Unsoed secara keseluruhan.
2. Praktikan yang melanggar ketentuan tersebut tidak diperbolehkan mengikuti praktikum.

5
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... 1


PENDAHULUAN ........................................................................................................... 3
TATA TERTIB PRAKTIKUM. ...................................................................................... 5
DAFTAR ISI ................................................................................................................... 6
ORGAN GENITALIA FEMININA ................................................................................ 7
ORGAN GENITALIIA FEMININA INTERNA ................................................................. 9
A. Ovarium ............................................................................................................... 9
B. Tuba Uterina ......................................................................................................13
C. Uterus .................................................................................................................15
D. Vagina ................................................................................................................19
GLANDULLA MAMMAE ..............................................................................................21
ORGAN GENITALIA FEMININA EXTERNA ..............................................................23
A. Mons Pubis ........................................................................................................23
B. Labium majus Pudendi ......................................................................................23
C. Labium Minus Pudendi ......................................................................................24
D. Vestibulum .........................................................................................................24
E. Introitus Vagina .................................................................................................24
F. Clitoris ...............................................................................................................24
G. Bulbus vestibuli .................................................................................................25
H. Vaskularisasi Organ genitalia Feminina Externa...............................................25
I. Aliran Limfe Organ Genitalia Feminina Externa ..............................................25
J. Inervasi organ genitalia Feminina Externa ........................................................25
K. Aplikasi Klinis organ Genitalia feminina Externa.............................................25
L. PELVIS .............................................................................................................28
A. Pelvis ............................................................................................................28
B. Osteologi Pelvis ...........................................................................................28
C. Myologi Pelvis .............................................................................................31

6
D. Diafragma pelvis ..........................................................................................32
ORGAN GENITALIA MASCULINA ..........................................................................33
ORGAN GENITALIA MASCULINA INTERNA.............................................................34
A. Testis ..................................................................................................................34
B. Epididimis ..........................................................................................................35
C. Ductus deferens..................................................................................................37
D. Ductus Ejaculatorius ..........................................................................................37
E. Funiculus Spermaticus .......................................................................................38
F. Urethra masculina ..............................................................................................40
G. Glandula prostat .................................................................................................40
H. Vesicula seminalis .............................................................................................41
I. Glandula Bulbourethralis ...................................................................................42
ORGAN GENITALIA MASCULINA EXTERNA ............................................................43
A. Penis ...................................................................................................................43
B. Scrotum ..............................................................................................................45
EMBRIOLOGI UMUM ................................................................................................47
A. Faktor Molekular Embriologi ............................................................................47
B. Proses Perkembangan dan pembelahan Sel .......................................................48
C. Spermatogenesis dan Oogenesis ........................................................................53
D. Fertilisasi............................................................................................................53
E. Cleavage.............................................................................................................54
F. Pembentukan Blastokista ...................................................................................55
G. Gastrulasi ...........................................................................................................58
OVERVIEW EMBRIOLOGI PERSISTEM ...............................................................63
A. Sistem Skeletal...................................................................................................63
B. Sistem Musculare ...............................................................................................64
C. Rongga Tubuh....................................................................................................67
D. Sistem Cardiovascular .......................................................................................69
E. Sistem respirasi ..................................................................................................74

7
F. Sistem Digest .....................................................................................................78
G. Sistem urinari .....................................................................................................80
H. Sistem genitalia ..................................................................................................82
I. Caput et Colum ..................................................................................................87
J. Sistem Nervus Central .......................................................................................95
K. Telinga ...............................................................................................................97
L. Mata ...................................................................................................................99
M. Integumentum ....................................................................................................100
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................101

8
9
6

10
11
-

12
SISTEM REPRODUKSI

Reproduksi merupakan suatu cara yang dimiliki makhluk hidup untuk melestarikan
generasinya. Keberlangsungan serta keeksistensian makhluk hidup dipengaruhi oleh seberapa besar
makhluk hidup itu beradaptasi terhadap lingkungan dan seberapa besar makhluk hidup itu dapat
melakukan reproduksi. Oleh karena itu, pembahasan mengenai anatomi organ-organ reproduksi
menjadi penting untuk dibahas.

I. ORGAN GENITALIA FEMININA


Organ genitalia feminina terdiri atas organ genitalia feminina externa dan organ genitalia
feminina interna. Berikut ini daftar organ-organ yang termasuk ke dalam organ genitalia
feminina externa dan interna

Tabel 1. Tabel organ genitalia feminina


Genitalia Feminina Interna Genitalia Feminina Eksterna
1. Ovarium 1. Vulva
2. Tuba Uterina/Tuba Fallopii/Salphinx 2. Glandula Mammae
3. Uterus
4. Vagina

ORGAN GENITALIA FEMININA INTERNA


A. Ovarium
1. Fungsi
Endokrin: menghasilkan hormon estrogen, progesterone, inhibin, dll
Eksokrin: menghasilkan ovum
2. Holotopi
a. Terletak di depan dinding lateral pelvis, pada lekukan fossa ovarica di cavitas
pelvis. Fossa ini dibatasi diatas oleh arteria dan vena iliaca externa serta di
belakang oleh arteri dan vena iliaca interna

9
b. Sering juga ditemukan di excavatio rectouterina (cavum douglasi)
3. Sintopi
Lateral : dindinglateral pelvis
Anterior : ligamentum latum uteri

Superior : arteria dan vena iliaca externa


Inferior : arteri dan vena iliaca interna
Medial : uterus
4. Struktur
a. Terdapat dua ovarium berbentuk oval, berukuran 4 x 2 cm.
b. Ovarium dikelilingi oleh capsula fibrosa tipis disebut tunica albuginea. Bagian
luar dibungkus oleh epitelium germinativum.

Pada wanita pre pubertas capsula fibrosa dilapisi oleh lapisan tipis dari
mesotelium ovari atau epitel germinal. Pada wanita pubertas epitel
tersebut semakin lama semakin berparut karena ruptur yang berulang dari
folikel – folikel ovarium dan keluarnya oosit saat ovulasi.
c. Ovarium memiliki fungsi sebagai organ endokrin dan eksokrin. Sebagai organ
endokrin menghasilkan estrogen dan progesterone. Sebagai organ eksokrin
menghasilkan sel ovum

10
d. Ovarium di fiksasi oleh 3 ligamentum yang mengikat ovarium, diantaranya:
1) Lig. Ovarii proprium (ovarian ligament), untuk fiksasi ovarium dan
uterus

2) Lig. Suspensorium ovarii (suspensory ligament), untuk fiksasi ovarium


dan dinding pelvis

3) Mesovarium/mesosalpinx, fiksasi ovarium dan tuba uteri

5. Vaskularisasi
a. Arteri ovarica berasal dari cabang arteri abdominalis di bagian lateral dan
cabang ascenden arteri uterina medial. Arteri abdominalis bercabang setinggi
vertebrae lumbal 1 lalu menyilang arteri iliaca externa sebelum masuk ke
ligamentum suspensorium ovarii menuju ke aspek latelar ovarium dan tuba
uterina sedangkan cabang ascenden arteri uterina berjalan di arah lateral uterus
menuju aspek medial ovarium dan tuba uterina.
b. Drainase vena-vena ovarium membentuk suatu anyaman yang bernama plexus
pampiniformis. Dimana terdapat pada ligamentum latum uteri. Pleksus
tersebut bersatu menjadi vena ovarica yang bermuara di vena cava inferior
(ovarium dextra) dan vena renalis sinistra (ovarium sinistra).

11
6. Aliran limfe
Pembuluh limfe dari ovarium berjalan berdampingan dengan arteri ovarica
menuju nodus para-aortica setinggi lumbal pertama
7. Inervasi
Inervasi dari ovarium terdiri dari sebagian pleksus ovarica yang turun sejajar
dengan arteri ovarica dan sebagian dari pleksus uterina (pelvici).

12
2.3 - BASIC SCIENCE OF CONTINUITY& LIFE CYCLE

B. Tuba uterina/tuba fallopii (uterina tubes)


1. Fungsi
Menerima ovum dari ovarium dan merupakan tempat fertilisasi (ampulla tubae),
menyediakan makanan untuk ovum yang telah difertilisasi.

2. Holotopi
a. Berjumlah dua buah
b. Masing-masing panjangnya 10 cm. Letak dar tuba uterina berada di
superolateral dari ligamentum latum.

3. Struktur
Tuba uterina dibagi menjadi beberapa bagian, dari lateral ke medial :
a. Infundibulum tubae uterina, merupakan bagian terdisstal dari tuba yang
terbuka dengan cavitas peritonium melalui ostium abdominalis. Di ujung
infundibulum terdapat struktur mirip jari yang bernama fimbriae ovarii yang
melekat pada bagian medial dari ovarium.
b. Ampulla tubae uterina, merupakan bagian terlebar dan terpanjang dari tuba
uterina bagian ini berfungsi sebagai tempat fertilisasi.

c. Isthmus tubae uterine,bagianyang mempunyai dinding tebal pada tuba


uterina. Yang nantinya akan memasuki cornu uterina

d. Pars uterine/ intersisialis, merupakan bagian intramural pendek yang


melewati dinding uterus menuju cavitas uterus pada cornu uteri serta
membentuk celah disebut ostium uterina.

13
2.3 - BASIC SCIENCE OF CONTINUITY& LIFE CYCLE

4. Vaskularisasi
a. a. ovarica (cabang aorta abdominalis setinggi vertebra lumbalis)
b. a. uterina (cabang a. iliaca interna)
c. v. uterine

14
2.3 - BASIC SCIENCE OF CONTINUITY& LIFE CYCLE

5. Aliran limfe

Drainase limfe melewati nodus ilica interna dan nodus para-aortici.


6. Inervasi
Inervasi dari ovarium terdiri dari sebagian pleksus ovarica yang turun sejajar
dengan arteri ovarica dan sebagian dari pleksus uterina (pelvici).
7. Aplikasi klinis
a. Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik merupakan suatu keadaan dimana implant janin terjadi
bukan pada tempatnya. Predisposisi paling sering penyakit pada daerah isthmus
tuba uterina.
b. Tubektomi/ salphingectomy
Merupakan suatu tindakan pemotongan tuba uterina. Tindakan inin bertujuan
untuk sterilitas dari seorang wanita.
c. Salphingitis
Salphingitis merupakan radang yang terjadi pada tuba uterina. Radang tersebut
biasanya terjadi bersamaan dengan radang organ lain di sekitarnya

C. Uterus
Uterus normal mempunyai dua sudut yaitu anteversi (sudut antara serviks uteri dan
vagina) dan antefleksi (sudut antara serviks dan corpus uteri)
1. Sintopi
a. Anterior : excavatio vesicouterina dan facies superior vesica urinaria
b. Posterior : excavatio rectouterina, lengkung ileum atau colon sigmoid

c. Lateral : ligamentum latum, arteriae dan vena uterina


2. Struktur
a. Uterus normal mempunyai dua sudut yaitu anteversi (sudut antara serviks
uteri dan vagina) dan antefleksi (sudut antara serviks dan corpus uteri).
b. Uterus terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
1) Fundus uteri
2) Corpus uteri (uterina body), ruang di dalamnya disebut cavum uteri
(uterinacavity)

15
2.3 - BASIC SCIENCE OF CONTINUITY& LIFE CYCLE

3) Isthmus uteri (uterina isthmus), di bagian dalamnya terdapat ostium


uteri interna (internal orifice)
4) Cervix uteri (uterina cervix), ruang di dalamnya disebut canalis cervicalis
(cervical canal/internal os) yang berujung pada ostium uteri externa
(external orifice/cervical os)
c. Lapisan-lapisan uterus dari dalam ke luar :
1) Tunica mucosa/endometrium
2) Tunica muscularis/myometrium
3) Tunica serosa/perimetrium superficial

Antefleksi
16
2.3 - BASIC SCIENCE OF CONTINUITY& LIFE CYCLE

d. Penyokong uterus
1) Tonus musculus levator ani dan corpus perineal
2) Kondensasi fascia pelvis yang membentuk tiga ligamentum (lig.
transversum cervicis, lig. pubovesicalis, lig. sacrocervicale).
e. Ligamentum pada uterus :
1) Ligamentum Latum uteri (broad ligament)
2) Ligamentum Teres uteri/Lig. rotundum (round ligament)
3) Ligamentum Sacrouterina (uterosacral ligament), untuk fiksasi uterus
lateral danpermukaan anterior sacrum
4) Ligamentum Cardinale/ligamentum mackenrodt/ligamentum
transversum cervicis/lateral ligament, fiksasi uterus dan vagina pada
dinding pelvis

3. Vaskularisasi
Arteri:
a.uterina (paling utama memperdarahi uterus dan merupakan cabang a. iliaci
interna). Pada akhirnya akan beranatstomosis dengan a.ovarica.Arteria uterina
bercabang kecil dan akan memperdarahi cervix dan vagina.

Vena:
Drainase dari uterus berasal dari vena uterica lalu masuk ke dalam ligamentum
latum dan membentuk suatu anyaman yaitu pleksus venosus uteri. Pleksus tersebut
lalu bermuara ke v iliaca interna.

17
2.3 - BASIC SCIENCE OF CONTINUITY& LIFE CYCLE

4. Aliran limfe
a. fundus uteri berjalan bersama dengan a.ovarica dan mengalir ke nodi para
aortici setinggi vertebrae lumbal 1.
b. corpus uteri dan cervix uteri bermuara ke nodi iliaci interni dan nodi iliaci
externa
c. beberapa pembuluh limfe mengikuti lig.teres uteri di dalam canalis inguinalis
dan mengalirkannya ke nodi inguinales superficiales.

5. Inervasi
Persarafan simpatik dan parasimpatik uterus berasal dari pleksus hipogastric
inferior. Simpatis berasal dari medulla spinalis pars thorakalis bagian inferior dan
untuk parasimpatis berasal dari sacralis segmen S2-S4.
6. Aplikasi klinis
a. Prolaps Uteri
Prolaps uteri merupakan suatu kondisi dimana uterus turun ke derah perineum.
Kondisi ini umumnya disebabkan oleh lemahnya ligamentum dari penggantung
uterus.
b. Uterus Bicornu
Uterus bicornu merupakan suatu keadaan kongenital akibat kegagalan fusi dari
ductus paramesonefros pada saat embrional.
c. Culdosintesis
Merupakan suatu tindakan untuk mengambil cairan yang terakumulasi dalam
cavum douglass. Biasanya dilakukan apabila terjadi perdarahan inte peritoneal.
d. Retroflexi Uterus
Dalam keadaan normal. Posisi uterus adalah anteversi dan antefleksi. Namun
terdapat suatu kondisi yang menyebabkan uterus terdorong kearah belakang
hingga menybabkan retrofleksi.
e. Kehamilan Ektopik
f. Ca Ovarium

g. Ca cervix

18
2.3 - BASIC SCIENCE OF CONTINUITY& LIFE CYCLE

D. Vagina
1. Fungsi
Berfungsi sebagai jalan lahir, pengeluaran darah menstruasi, dan untuk coitus
2. Holotopi
a) Terletak di antara cervix uteri dan vestibulum vaginae
b) ½ bagian atas terletak didasar pelvis dan ½ bagian bawah terletak di dalam
perineum
c) Panjangnya sekitar 7,5-9 cm.
3. Sintopi
a. Anterior
Vesica urinaria, urethra
b. Posterior
Excavatio rectouterina (atas), ampulla recti( tengah), corpus perineale (bawah)
c. Lateral
Ureter (atas), serabut anterior m.levator ani, diaphragma urogenitale (bawah)

19
2.3 - BASIC SCIENCE OF CONTINUITY& LIFE CYCLE

4. Struktur
a. Hymen, membatasi vagina dan vestibulum. Bentuk hymen bermacam-
macam,antara lain berbentuk annularis (bulat), cribriformis (dilapisi kulit),
falciformis (bulan sabit), dan imperfo rate (tidak berlubang-lubang).

b. Dinding vagina membentuk rugae vaginales


c. Fornix vaginae, terdiri atas fornix anterior, posterior, lateral (dekstra
dansinistra).
5. Vaskularisasi
Arteri:

Bagian superior diperdarahi oleh cabang dari a. uterina, sedangkan bagian tengah
dan inferior berasa dalri a. vaginalis dan a. pudendus interna.
Vena:
Drainase vagina berasal dari v. vaginalis yang membentuk pleksus venosus
vaginalis yang berjalan sepanjang dinding vagina. Lalu pleksus tersebut bertemu
dengan pleksus venosus uterus membentuk pleksus venosus uterovagianal yang
akan bermuara ke v. Iliaca interna melalui v. uterica

20
2.3 - BASIC SCIENCE OF CONTINUITY& LIFE CYCLE

6. Aliran limfe
a. 1/3 atas bermuara ke nodi iliaci interna dan externa
b. 1/3 tengah bermuara ke nodi iliaci interni
c. 1/3 bawah bermuara ke nodi inguinales superficialis
7. Inervasi
a. Plexus uterovaginalis yaitu perluasan dari plexus hypogastricus inferior
(simpatis, parasimpatis, aferen).
b. Serabut aferen melalui nervi thoracici X-XII dan nervus subcostalis.
8. Aplikasi klinis
a. Fistula Vesicoaginal
Suatu keadaan dimana terdapat suatu celah penghubung antara vesica urinari
dan vagina. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma ataupun kesalahan saat
tindakan operatif
b. Fistula urethrovaginal
Suatu keadaan dimana terdapat suatu celah penghubung antara urethra dan
vagina. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma ataupun kesalahan saat
tindakan operatif.
c. Hymenoplasty
Merupakan suatu tindakan untuk memperbaiki hymen yang rusak pada
perempuan.

21
2.3 - BASIC SCIENCE OF CONTINUITY& LIFE CYCLE

GLANDULA MAMMAE
1. Holotopi
Terletak di fascia superfisialis yang meliputi dinding anterior thorax.
2. Skeletopi
Pada dewasa muda terletak di atas costa II sampai VI dan cartilagenes
costalesnya; meluas dari pinggir lateral sternum sampai line axillaris media
3. Struktur
a. Struktur-struktur
1) Papilla mammaria (terletak setinggi SIC 4, sekitar 4 cm dari garis
tengah)
2) Areola mammaria
3) Sinus laciferus
4) Ductus lactiferous
5) Lobuli glandulae mammaria
b. Perjalanan ASI
Glandula mammariae → ductus lactiferous → sinus lactiferous → papilla
mammae

21
2.3 - BASIC SCIENCE OF CONTINUITY& LIFE CYCLE

4. Vaskularisasi
Arteri:
Bagian medial diperdarahi dari a. torachica interna r. intercostalis anterior cabang
dari a. Subclavia.
Bagian lateral diperdarahi oleh a. thoracoacromialis cabang dari a. axilaris.
Vena:
Pada umumnya darah dari mamae bermuara di v. aksilaris, namun ada sebagian
yang bermuara ke v. thoracica
5. Aliran limfe
Drainase limfe mamae oleh plexus lymphaticus subareolar yang akan menuju :
a. Limfe nodi aksila
b. Limfe nodi interpectoral
c. Limfe nodi deltopectoral
d. Limfe nodi supraclavicular
e. Limfe nodi servikalis inferior profundus
f. Limfe nodi parasternal
g. Limfe nodi phrenicus inferior.
6. Inervasi
Persarafan mamae berasal dari n. intercostalis IV-VI.
7. Aplikasi klinis
a. Gynecomastia
Merupakan kondisi dimana tumbuhnya kelenjar payudara pada laki-laki.
Biasanya merupakan tnadka kelainan hormonal pada laki-laki tersebut
b. Ca mamae
Merupakan keganasan pada mamae, penyakit ini dapat menjalar melalui aliran
limfe.

22
2.3 - BASIC SCIENCE OF CONTINUITY& LIFE CYCLE

ORGAN GENITALIA FEMININA EXTERNA


Genitalia feminina externa dikenal sebagai vulva, yang terdiri dari : Mons pubis, Labium
majus pudendi, labium minus pudendi, clitoris, vestibulum, ostium vaginae, bulbus vestibuli,
glandula vestibularis major dan glandula vestibularis minor

A. Mons pubis
1. Mons pubis adalah penonjolan berlemak sebelah ventral symphysis pubica dan
daerah suprapubik.
2. Jumlah jaringan lemak bertambah saat akil balik dan berkurang saat menopause
3. Terdapat pubes (rambut pubis) : pada perempuan mempunyai pinggir superior
yang jelas, sedangkan laki-laki dapat meluas hingga umbilicus

B. Labium majus pudendi


1. Merupakan lipatan kulit yang menonjol, berambut, meluas ke posterior dari
mons pubis dan bersatu di posterior pada garis tengah
2. Melindungi muara-muara urethra dan vagina

23
2.3 - BASIC SCIENCE OF CONTINUITY& LIFE CYCLE

3. Struktur – struktur :
a. Fissura pudendi
b. Commisura labii anterior
c. Commisura labii posterior

C. Labium minus pudendi


1. Merupakan lipatan kulit lembut tidak berambut dan terletak diantara labium
majus pudenda
2. Mengandung banyak saraf sensorik
3. Di anterionya terpisah membentuk preputium clitoridis dan frenulum clitoridis di
posterior
4. Struktur:
a. Frenulum clitoris
b. Fourchette

D. Vestibulum
1. Merupakan daerah lunak berbentuk segitiga yang di sebelah lateral dibatasi oleh
labium minus pudendi, dengan clitoris pada apexnya dan frenulum labium
pudendi pada basisnya
2. Merupakan ruang antara ruang labium minus pudendi
3. Terdapat 4 ostium, yaitu : meatus urethra externa, introitus vaginae, muara
glandula vestibularis major (Bartholin’s gland), dan muara glandula paraurethralis
(Skene’s glands)
4. Terdapat jaringan erektil sepanjang sisi orifisium vagina dan labia minor yaitu
bulbus vestibuli.

E. Introitus vaginae
1. Glandula vestibularis major di kanan-kiri vestibulum vaginae
2. Glandula vestibularis major mengeluarkan lendir saat terjadi rangsangan seksual
3. Pada gadis, introitus vaginae dilindungi oleh hymen.

F. Clitoris
1. Merupakan organ erektil yang terletak pada pertemuan labium minus pudendi di
sebelah ventral atau apex anterior vestibulum vaginae.
2. Organ yang homolog dengan penis pada pria

24
2.3 - BASIC SCIENCE OF CONTINUITY& LIFE CYCLE

3. Sebagian glans clitoris tertutupi preputium


4. Terdiri dari radix clitoris, corpus clitoris, glans clitoris, dan crura clitoris.

G. Bulbus Vestibuli
Terletak pada sisi ostium vaginae, di sebelah dalam m. bulbospongios

I. Vaskularisasi
Arteri:
Perdarahan dari genitalia externa berasal dari a. pudendus eksterna dan interna.a.
pudendus interna berasal dari a. iliaca interna sedangkan a. pudendus externa berasal
dari a. iliaca externa.

Vena:
Drainasi genitalia externa bermuara pada vena pudendus interna.

H. Aliran Limfe
Aliran limfe dari vagina, vestibulum menuju limfe nodi inguninalis superficial,
sedangkan yang lainnya menuju limfe nodi ingunalis profunda atau langsung ke limfe
nodi iliaca interna.

K. Innervasi
Bagian anterior dari vulva ( mons pubis, labia) di inervasi oleh n. Labialis anterior
yang berasal dari n.ilioinguinalis dan r.genital n.genitofemoralis.
Bagian posterior dari vulva diinervsi oleh n. labialis posterior.

J. Aplikasi Klinis
1. Sirkumsisi feminina
Suatu tindakan untuk mengambil preputium clitoridis dari seorang wanita.
2. Vaginismus
Merupakan suatu kondisi distensi dari m. Bulbospongiosus dan m. tranversus
perinei yang menyebabkan spasme vagina secara involunter.
3. Kegel Excersice
Merupakan suatu latihan untuk memperkuat otot – otot panggul. Metode ini ditemukan
oleh dr. kegel

25
2.3 - BASIC SCIENCE OF CONTINUITY& LIFE CYCLE

Inervasi Genitalia Externus Feminina

26
2.3 - BASIC SCIENCE OF CONTINUITY& LIFE CYCLE

27
2.3 - BASIC SCIENCE OF CONTINUITY& LIFE CYCLE

MATERI TAMBAHAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN SISTEM REPRODUKSI

A. Pelvis
Pelvis terdiri atas:
1. Bagian keras :tulang.
2. Bagian lunak :ligamenta dan otot.

B. Osteologi Pelvis
1. Tulang panggul
Terdiri dari 4 tulang, yaitu os coxa (ossa coxae) 2 buah, os sacrum (sacrum), dan
os coccygeus (coccyx).
Ossa coxae terbagi menjadi 3 zona,yaitu:
a. Os ilium (ilium), terletak di atas.
b. Os ischium (ischium), terletak di bawah dan pada permukaan
lateralischiumdextra dansinistra terdapat acetabulum yang berartikulasi dengan
caput os femur. Pada os ischium juga terdapat spina ischiadicae.
c. Os pubis (pubis), bergabung menjadi tulang rawan fibrosa yang disebut
symphisis ossispubis (pubic symphisis).
2. Pintu panggul
Terbagi menjadi 3 pintu, yaitu:
a. Pintu atas panggul (PAP) atau Apertura Pelvis Superior
1) Promontorium os sacrum
2) Linea terminalis/illeopectinea
3) Tepi atas symphisis ossis pubis
b. Pintu tengah panggul (bidang sempit panggul)
1) Os Sacrum 4-5
2) Spina ischiadicae
3) Tepi bawah symphisis ossis pubis
c. Pintu bawah panggul atau apertura pelvis inferior Terdiri dari dua segitiga
dengan dasar sama yaitu:
1) Segitiga bagian depan:

28
2.3 - BASIC SCIENCE OF CONTINUITY& LIFE CYCLE

a) Tepi bawah symphisis os pubis


b) Tuber ischiadicum
2) Segitiga bagian belakang:
a) Ujung os.coccygeus
b) Tuber ischiadicum
3. Ruang panggul
a. Pelvis major (false/greater pelvis)
b. Pelvis minor (true/lesser pelvis)
4. Ukuran-ukuran panggul
a. Conjugata vera = 11 cm (dari promontorium–tepi atas symphisis pubis)
b. Conjugata obstetrica ≤11 cm (dari promontorium–tepi tengah symphisis os
pubis).
c. Conjugata diagonalis = 12,5 - 13 cm (dari promontorium–tepi bawah
symphisis pubis)(Conjugata vera = CD – 1,5 cm)

29
2.3 - BASIC SCIENCE OF CONTINUITY& LIFE CYCLE

5. Bentuk-bentuk panggul
a. Gynecoid (paling ideal)
b. Android
c. Anthropoid
d. Platypelloid

6. Bidang hodge
Untuk menentukan berapa jauhnya bagian depan anak turun ke dalam rongga
panggul.

a. H I : sama dengan pintu atas panggul


(janin sejajar dengan tepi atas symphisis os pubis)
b. H II : sejajar dengan H I melalui pinggir bawah symphisis ossis pubis
c. H III : sejajar dengan H I melalui spina ischiadicae
d. H IV : sejajar dengan H I melalui ujung os coccygeus

30
2.3 - BASIC SCIENCE OF CONTINUITY& LIFE CYCLE

7. Perbedaan pelvis laki-laki dengan perempuan

Pembeda Laki-laki Perempuan


Pelvis minor Dalam Dangkal

Pintu atas panggul Hati Oval

Pintu bawah panggul Lebih sempit Lebih lebar

Promontorium Menonjol Tidak menonjol

Jarak PAP dan pintu Lebih panjang Lebih pendek

bawah panggul

Cavitas pelvis Sempit Lapang

Tuber ischiadicum Menonjol ke dalam Menonjol keluar

Angulus subpubicus ≤ 900 ≥ 1000

Os sacrum - Lebih pendek, lebar, rata

C. Miologi Pelvis
Perineum: lantai pelvis & struktur yang menempati bawah panggul
Sintopi:

Anterior : Symphisis pubis


Lateral : Tuber ischiadicum
Posterior : Os coccygeus
Musculus di pelvis terbagi dua berdasarkan letaknya:
1. Superficial (melapisi otot-otot profunda)
a. M. ischiocavernosus
b. M. bulbospongiosus
c. M. gluteus maximus
d. M. transversus perinei superficialis
2. Profunda (memperkuat lantai pelvis dan mengelilingi urethra)
a. M. transversus perinei profunda

31
2.3 - BASIC SCIENCE OF CONTINUITY& LIFE CYCLE

b. M. levator ani (M. pubococcygeus dan M. iliococcygeus)


c. M. coccygeus
Garis penghubung ujung-ujung ventral tuber ischiadicum membagi perineum menjadi dua
trigonum, yaitu:
1. Trigonum urogenitalis (urogenital triangle), terletak di bagian anterior, merupakan lokasi
scrotum, penis, dan alat kelamin wanita. Terdiri dari diaphragma urogenital dan terdapat
struktur m. bulbospongiosum dan m. ischiocavernosus.
2. Trigonum analis posterior (posterior anal triangle), terletak di bagian posterior,
merupakan lokasi anus. Terdiri dari :
a. m. levator ani
yang tersusun oleh:
• m. levator prostat
• m. puborectalis
• m. pubococcygeus
• m. pubovaginalis
• m. ileococcygeus
b. m. sphincter ani externa et interna
c. m.ischiococcygeus

D. Diaphragma Pelvis
Terdiri atas 2 diaphragma, yaitu :
1. Diaphragma urogenitale/urogenital diaphragm,
a. Merupakan otot-otot yang menjadi dasar trigonum urogenitalis
b. Terdiri dari m. sphincter urethrae, m. transversus perinei profundus, dan m.
transversus perinei superfisialis
2. Diaphragma pelvis/pelvic diaphragm
a. Merupakan otot-otot yang membentuk dasar cavitas pelvis
b. Memisahkan cavitas pelvis dan perineum
c. Menahan organ genitalia interna pada tempatnya
d. Terdiri dari m. levator ani dan m. ischiococcygeus

32
2.3 - BASIC SCIENCE OF CONTINUITY& LIFE CYCLE

II. ORGAN GENITALIA MASCULINA


Organ genitalia masculina terdiri atas organ genitalia masculina externa dan organ
genitalia masculina interna. Berikut ini daftar organ-organ yang termasuk ke dalam organ
genitalia feminina externa dan interna

Genitalia Interna Genitalia Externa


Ductuli Penis
1 Testis Scrotum
2 Epididymis
3 Ductus deferens
4 Ductus ejaculatorius
5 Urethra
Funiculus spermaticus
Glandula assesorius
1 Vesicula Seminalis
2 Glandula prostat
3 Glandula Bulbo-
urethralis

33
2.3 - BASIC SCIENCE OF CONTINUITY& LIFE CYCLE

ORGAN GENITALIA MASCULINA INTERNA


A. Testis
1. Holotopi
a. Merupakan organ kuat, mudah bergerak
b. Terletak di dalam scrotum
c. Testis sinistra lebih rendah daripada testis dextra
2. Struktur
a. Ekstremitas superior kelenjar sedikit lebih miring ke depan
b. Masing-masing testis dikelilingi oleh capsula fibrosa yang kuat, Tunica
albuginea
c. Testis terbagi menjadi lobulus-lobulus (Lobuli testis)
d. Didalam setiap lobules terdapat satu sampai tiga tubuli seminifermi yang
berkelok-kelok
e. Tubuli seminiferi bermuara kedalam jalinan saluran yang dinamakan rete
testis
f. Ductuli efferentes yang kecil menghubungkan rete testis dengan ujung
atasepididymis

3. Vaskularisasi
Arteri:
Testis diperdarahi oleh a. Testicularis yang merupakan cabang langsung dari
aorta abdominal.

Vena:
Darah dari testis di drainase oleh anyaman vena. Pleksus pampiniformis yang
kemudaian akan membentuk suatu vena tunggal yaitu v. testicularis. Vena
testicularis dekstra bermuara lansugn di vena cava inferior, sedangkan yang

34
2.3 - BASIC SCIENCE OF CONTINUITY& LIFE CYCLE

sinistra bermuara pada v. renalis sinistra.


4. Aliran limfe
Aliran limfe berjalan ke atas didalam funiculus spermaticus dan berakhir di nodi
limfenodi di samping aorta (nodi lymphoidei lumbales atau paraaortici) setinggi
vertebra lumbalis I.
5. Aplikasi klinis
Torsio Testis
Torsio testis merupakan suatu keadaan dimana testis berputar di dalam
skrotum. Keadaan ini menyebabkan penderita merasakan sakit yang berat
B. Epididymis
1. Fungsi
a. Fungsi utama epidydimis adalah mengabsorpsi cairan
b. Fungsi lainnya menambahkan zat pada cairan semen untuk memberikan
makanan pada spermatozoa yang sedang mengalami proses pematangan
2. Sintopi
Terletak posterior terhadap testis, dengan duktus deferens pada sisi medialnya
Di lateral, terdapat alur nyata antara testis dan epididymis, yang dibatasi oleh
lapisan visceral vaginalis dan dinamakan sinus epydidimis.
3. Struktur
a. Merupakan struktur kuat, saluran yang sangat berkelok kelok dan
panjangnya sekitar 6 meter dan tertanam didalam jaringan ikat
b. Saluran epididymis berasal dari cauda epydidimis sebagai ductus
deferens dan masuk ke dalam funiculus spermaticus
c. Saluran yang panjang ini merupakan tempat penyimpanan spermatozoa
untuk menjadi matang
d. Mempunyai ujung atas yang melebar yang terdiri dari caput, corpus
dan cauda yang arahnya ke inferior.

35
2.3 - BASIC SCIENCE OF CONTINUITY& LIFE CYCLE

4. Vaskularisasi
Arteri:
Epididimis diperdarahi oleh a. Testicularis yang merupakan cabang langsung
dari aorta abdominal.

Vena:
Darah dari testis di drainase oleh anyaman vena. Pleksus pampiniformis yang
kemudaian akan membentuk suatu vena tunggal yaitu v. Testicularis. Vena
testicularis dekstra bermuara lansugn di vena cava inferior, sedangkan yang
sinistra bermuara pada v. Renalis sinistra.
5. Aliran limfe
Aliran limfe berjalan ke atas didalam funiculus spermaticus dan berakhir di nodi
limfenodi di samping aorta ( nodi lymphoidei lumbales atau paraaortici )
setinggi vertebra lumbalis I.
6. Inervasi
Serabut simpatis T10 melalui pleksus renalis dan pleksus aor

36
C. Ductus deferens (vas deferens)
1. Fungsi
Menyalurkan sperma matang dari epididymis ke ductus ejaculatorius dan
urethra.

2. Struktur
a. Merupakan saluran berdinding tebal dengan panjang kurang lebih 45 cm
b. Berasal dari ujung bawah atau cauda epididymis dan berjalan di dalam
canalis inguinalis kemudian keluar dari annulus inguinalis profundus dan
berjalan di sekitar arteri epogastrica inferior. Kemudian vas deferens
berjalan ke bawah dan belakang pada dinding lateral pelvis dan menyilang
ureter pada region spina ischiadica. Vas deferens kemudian berjalan ke
medial dan bawah pada facies posterior vesicae,
c. Bagian terminal melebar membentuk ampulla ductus deferentis
d. Ujung bawah ampulla ductus deferentis menyempit bergabung dengan
ductus vesicular seminalis membentuk ductus ejaculatorius.
3. Vaskularisasi
Arteri:
Perdarahan dari ductus deferen berasal dari a. deferentes pada bagian
proksimal dan a. vesicalis superior di bagian distal.

Vena:
Drainasi ductus deferent berasal dari plexus pampiniformis distal
4. Inervasi
Persarafan simpatik dan parasimpatik berasal dari pleksus hipogastric inferior.
Simpatis berasal dari medulla spinalis pars thorakalis bagian inferior dan untuk
parasimpatis berasal dari sacralis segmen s2-s4
5. Aplikasi klinis
Vasektomi : merupakan suatu tindakan pemotongan vas deferent. Hal ini
ditujukan untuk sterilitas seorang pria.

D. Ductus Ejaculatorius
1. Fungsi
Mengalirkan cairan semen ke urethra
2. Struktur
a. Masing-masing panjangnya kurang lebih 1 inchi

37
b. Dibentuk oleh persatuan ductus deferens dan ductus vesicular seminalis
c. Menembus facies posterior prostat dan bermuara ke urethra pars prostatica, dekat
pinggir utriculus prostaticus
3. Vaskularisasi
Arteri:
Perdarahan ductus ejaculatorius berasal a. vesicalis superior
Vena:
Drainasi dari ductus ejaculatorius berasal plexus venosus prostaticus

E. Funiculus Spermaticus
1. Holotopi
Sepasang struktur yang terbentang dari cavitas abdominopelvic hingga ke testes,
dimulai dari annulus inguinalis profundus → canalis inguinalis → annulus
inguinalis superficialis → scrotum. Hal ini menjadi locus minores resisten
2. Struktur
a. Morfologi dan Letak
1) Terdiri atas fascia dan musculus yang membungkus: vassa, nervus, dan
limfe.
2) Selubung funiculus spermaticus :
i. Fascia spermatica externa → aponeurosis m. obliquus externus
abdominis
ii. Fascia cremasterica → aponeurosis m. obliquus internus abdominis
iii. Fascia spermatica interna → dari fascia transversalis
b. Pembentukan diawali saat janin dan melibatkan processus vaginalis dan
gubernaculum dengan induksi dari testosteron. Proses turunnya testes dan
ovarium → desensus testiculorum dan desensus ovarium.
c. Struktur penyusun :
1) Vas deferens → saluran berotot tebal
2) A. testicularis
3) V. testicularis/ plexus pampiniformis
4) Pembuluh limfatik
5) Saraf-saraf otonom

38
6) Sisa processus vaginalis
7) A. cremasterica
8) A. ductus deferentis/ a. deferentialis
9) Ramus genitalis N. genitofemoralis

PERJALANAN SPERMA
Tubulus seminiferus ➔ Tubulus recti ➔ rete testes ➔ ductus efferen ➔ epididymis
➔ ductus deferen (vas deferens) + ductus vesicula seminalis ➔ ductus ejaculatorius
➔urethra ➔ Ostium Urethrae Externa (OUE)

Funiculus Spermaticus

39
F. Urethra Masculina
1. Struktur
Urethra Masculina panjangnya sekitar 8 inchi (20 cm) dan terbentang dari
collum vesicae urinaria sampai ostium urethra externum pada glans penis. Pars
intramural (urethra di dalam dinding vesica urinarius)
a. Pars prostatika (berjalan melalui basis sampai apex glandula prostatica)
b. Pars membranaceae(berada pada diaphragma urogenital). Sebagian otot
diafragma urogenital (m. Transversus perinei profundus) membentuk
sphincter urethra eksterna yang diinnvervasi saraf volunteer
c. Pars bulbourethralis (dalam bulbus penis)
d. Pars spongiosa (terdapat dalam corpus spongiosum corpus dan glans penis.
Pada glans juga terdapat pembesaran yang disebut fossa navicularis
urethrae).
e. Struktur :
1) Ostium urethra externa
2) Sphincter urethra externa
3) Ostium glandula bulbourethralis
4) Ostium glandula urethralis

G. Glandula Prostat
1. Pendahuluan
a. Merupakan kelenjar fibromuskular yang mengelilingi urethra pars prostatic
b. Mempunyai panjang kurang lebih 3 cm dan terletak antara collum

40
vesicae diatas dan diaphragm urogenital
c. Prostat dikelilingi oleh capsula fibrosa
2. Holotopi
Glandula prostat merupakan glandula fibromuskular yang terletak diantara
collum vesica urinaria dan diafragma urogenital.
3. Sintopi
Superior : Collum vesicae
Inferior : Facies superior diaphragm urogenital
Anterior : Symphysis pubica
Posterior : Facies anterior ampulla recti
Lateral : Facies lateralis prostat difiksasi oleh serabut anterior musculus levator
ani pada saat serabut ini berjalan ke posterior dari pubis.
4. Struktur
a. Basis prostat terletak di superior dan berhadapan dengan collum vesicae
b. Apex prostatae yang terletak di inferior dan berhadapan dengan diaphragm
urogenitale
Prostat secara tidak sempurna terbagi menjadi lima lobus, yaitu:
a. Lobus anterior, terletak di depan urethra
b. Lobus medianus atau medius, terletak di antara urethra dan
ductus ejaculatorius.Permukaan atasnya berhubungan dengan
trigonum vesicae
c. Lobus posterior, terletak di belakang urethra dan di bawah
ductus ejaculatorius
d. Lobi prostata dexter dan sinister, terletak di samping urethra
5. Inervasi
Plexus prostaticus dari plexus hypogastricus inferior.
6. Aplikasi klinis
Pemeriksaan prostat.

H. Vesicula Seminalis
1. Pendahuluan
a. Merupakan dua buah organ yang berlobus dengan panjang kurang lebih 5

41
cm.
b. Terletak pada posterior vesicae
c. Ujung atasnya terletak agak berjauhan dan ujung bawahnya saling
berdekatan.
2. Sintopi
a. Medial : bagian terminal ductus deferens
b. Posterior : rectum
c. Bagian inferiornya menyempit dan bersatu dengan ductus deferens
sisiyang sama untuk membentuk ductus ejaculatorius
d. Fungsi : menghasilkan secret yang ditambahkan pada cairan semen.
Sekretnya mengandung makanan yang penting untuk makanan sperma .

3. Vaskularisasi

Arteri:
Perdarahan vesicae seminalis berasal dari a. vesicalis inferior dan a.rectalis
media.

Vena:
Drainse vesicae seminalis menuju plexus venosus prostaticus
4. Inervasi
Persarafan berasal dari nervi splanchnici pelvic.

I. Glandula Bulbo-urethralis
Glandula Bulbo-urethralis (Cowper’s Gland) merupakan dua kelenjar kecil yang
terletak dibawah musculus sphincter urethrae.Sekretnya dikeluarkan ke urethra
sebagai akibat stimulasi erotic

42
ORGAN GENITALIA MASCULINA EXTERNA

A. Penis
1. Struktur
Penis mempunyai radix penis yang terfiksasi dan corpus (pars Pendular)
yang tergantung bebas
a. Radix penis/ pars afixa
• Terdiri atas Bulbus penis dan crus penis dextra dan sinistra
• Bulbus penis ditembus oleh urethra dan permukaan luranya dibungkus
oleh musculus bulbospingiosus

• Masing-masing crus penis melekat pada pinggir arcus pubicus dan


permukaan luarnya diliputi oleh muscullus ischiocavernosus

• Bulbus melanjutkan diri ke depan sebagai corpus penis dan membentuk


corpus spongiosum

• Di anterior kedua crus penis saling mendekati dan di bagian dorsal


corpus penis terletak berdampingan membentuk corpus cavernosum
penis.

b. Corpus Penis/ pars libera


• Terdiri atas 3 jaringan erektil, 2 corpora cavernosa dan 1 corpus
spongiosa

• Pada bagian distal, corpus spongiosum penis melebar menjadi glans


penis yang meliputi ujung distal corpora capernosa.

43
• Pada glans penis terdapat ostium urethra externa
• Preputium penis marupakan lipatan kulit seperti kerudung yang
meliputi glanspenis

• Preputium dihubungkan dengan glans penis oleh lipatan yang terdapat


tepat di bawah muara urethra dan dinamakan frenulum preputium
2. Vaskularisasi
Arteri:

a. a. Dorsalis Penis yang berjalan searah dengan v. Dorsalis penis profunda


diantara kedua corpora cavernosa. Arteri ini memperdarahi jaringan sekitar
corpus cavernosa, spongiosa, dan cutis.
b. a. Penis profunda berjalan di tengah dari corpora cavernosa. Memperdarahi bagian
corpora cavernosa.

c. Cabang superficial dan profunda dari a. Pudendus externa memperdarahi


daerah sekitar kulit penis yang beranastomosis dengan cabang a. Pudendus
interna
d. a. Helicinae merupakan cabang arteri penis profunda yang bejalan masuk ke
dalam corpora cavernosa dan berperan dalam proses ereksi.

Vena
a. Darah dari corpora cavernosa dan sekitarnya membentuk pleksus venosus
yang nantinya bermuara pada v. Dorsalis penis profunda.
b. Darah yang berasal dari cutis dan subcutan akan bermuara di v. Dorsalis
pedis superficial yang nantinya akan bermuara di v. Pudendi externa
superficialis
3. Aliran limfe
Cairan limf kulit penis dialirkan ke nodi inguinales superficialis.Struktur
profunda penis mengalirkan cairan limfnya ke nodi iliaci interni.
4. Inervasi
Saraf yang berada pada penis berasal dari S2-S4 melalui n. splanici pelvici dan
n. pudendus. Persaradan sensori dan simpatis berasal dari n. dorsalis
penis.persarafan parasimpatis berasal dari n. cavernosus Sedangkan untuk kulit
bagian luar diinervasi oleh n. ilioinguinal.
5. Aplikasi klinis
a. Hipospadia

44
Merupakan suatu keadaan dimana Ostium uretra eksterna berada di
bagian bawah dari glans penis.

b. Fimosis, parafimosis
Merupakan suatu kondisi dimana preputium dari penis tidak dapat ditarik
atau didorong secara normal.
c. Priapismus
Merupakan kondisi dimana seorang penis selalu dalam keadaan ereksi
meskipun tidak ada rangsangan seksual.
d. Erectile dysfunction
Merupakan keadaan diamana ketidak mampuan seorang pria untuk ereksi
atau mempertahankan ereksi secara normal.

B. Scrotum
1. Struktur
a. Merupakan suatu kantong yang menonjol keluar dari bagian bawah
dinding anterior abdomen.
b. Berisi testis dan ujung bawah funiculus spermaticus.
c. Terdapat plexus subcutanius dan anastomosis arteriovenosa yang dapat
menyebabkan suhu turun danmampu membantu mengontrol temperatur
lingkungan disekitar testis
d. Dinding Penyusun Scrotum :
1) Cutis: tipis, berkerut, berpigmen, membentuk suatu kantong
tunggal. Peninggian bagian tengah yang menyatu (raphe).
2) Fascia superficialis→panniculus adiposus dan stratum
membranosum.
i. Panniculus adiposus: m. dartos dipersarafi dengan saraf simpatis
untukpengerutan kulit di atasnya;

ii. Stratum membranosum: Fascia collesi→ jadi fascia scarpae. Fascia


→septum scroti.
3) Fascia spermatica: sama pada funiculus spermaticus.
4) Tunica vaginalis: bagian bawah processus vaginalis yang telah menutup
danmemisah.

45
2. Vaskularisasi
Arteri:

a.pudenda interna (cabang dari a. femoralis) rami scrotales arteriae pudenda


interna
Vena: Vena pudenda interna
3. Aliran limfe
Nodi lymphoidei inguinales
4. Inervasi
N. genitofemoralis cabang plexus lumbales.
5. Aplikasi klinis
a. Reflex cremaster
aferen→ ramus femoralis N. Genitofemoralis → L1 dan L2 →
eferen→motorik → ramus genitalis → pengangkatan testis dan scrotum ke
atas, menghangatkan, dan melindungi testis dari cedera.

46
EMBRIOLOGI

Embriologi adalah suatu studi tentang perkembangan yang terjadi dari


sebuah sel menjadi seorang bayi dalam 9 bulan yang mencakup faktor molekular,
selular dan struktural yang berperan dalam pembentukan suatu organisme.
Ilmu embriologi penting karena dapat segala karakteristik seseorang
paskanatal sangat dipengaruhi oleh kelancaran proses perkembangan embriologis.
Banyak terdapat kelainan embriologis yang berasal dari perkembangan embriologis
yang kurang baik, misalnya adalah situs inversus organ abdomen, ginjal tapal kuda
(horseshoe kidney), dextrocardia, dan lain sebagainya. Selain itu, ilmu embriologi
dapat memudahkan mahasiswa untuk memahami anatomi dan ilmu dasar lainnya
secara lebih mudah. Misalnya, semua organ digestif yang berasal dari struktur
hindgut akan mendapatkan vaskularisasi dari arteri mesenterica inferior, dan masih
banyak manfaat lainnya.

Gambar 1. Kelainan embriologis organ abdomen.

I. EMBRIOLOGI UMUM
A. Faktor Molekular Embriologi
Faktor molekular sebenarnya dapat dipelajari pada tingkat
pembelajaran kedokteran yang lebih lanjut, akan tetapi mahasiswa perlu
memahami bahwa faktor molekular dan genetik sangat berperan dalam
proses perkembangan embriologis. Berikut ini adalah beberapa contoh
peran faktor molekular dalam pembelajaran embriologi di kedokteran:
1. Dalam proses perkembangan sistem saraf pusat
a. Kadar TGF-beta yang tinggi dan SHH yang sangat rendah →
aktivasi PAX3 dan PAX7 yang akan mengontrol diferensiasi
neuron sensorik

47
b. Kadar SHH yang tinggi dan TGF-beta yang sangat rendah →
aktivasi NKX2.2 dan NKX6.1 yang akan mengontrol diferensiasi
neuron motoric.
2. Dalam proses perkembangan sistem reproduksi (Terkait Ductus
Mullerian untuk Wanita dan Ductus Wolfii untuk Laki-Laki)

a. faktor transkripsi SRY akan mengaktigasi gen otosom SOX9 yang


akan berikatan dengan regio promotor gen hormon antimullerian
sehingga janin akan berjenis kelamin laki-laki
b. Ketidakadaan faktor transkripsi SRY, dan adanya gen WNT4 akan
meningkatkan DAX1 yang akan menghambat aktivasi SOX9
sehingga hormon antimullerian tidak terbentuk sehingga janin akan
berjenis kelamin perempuan.

Gambar 2. Peran faktor transkripsi SRY

B. Proses Perkembangan dan Pembelahan Sel


Untuk memahami perkembangan embriologis, mahasiswa perlu
mengetahui tentang jenis dan proses perkembangan/pembelahan sel, yang
dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Mitosis; 2) Meiosis.

48
Gambar 3. Perbedaan mitosis dan meiosis

49
1. Pembelahan Mitosis
a. Menghasilkan sel anak yang identik secara genetik dengan
induk
b. Terjadi pada sel somatic
c. Kromosom sel anak bersifat diploid (2n)
d. Tahapan:
a. Profase
a) Multipikasi DNA
b) Kromosom sangat panjang, tersebar difus ke seluruh
nucleus
c) Saat mulai mitosis, kromosom membentuk kumparan,
berkontraksi, memadat

b. Metafase
a) Kromosom berjajar dalam satu bidang ekuator
b) Struktur ganda tampak jelas

c. Anafase
a) Kromosom membelah
b) Migrasi kromatid ke kutub gelendong berlawanan

d. Telofase
a) Kumparan kromosom mengurai dan memanjang
b) Selubung nukleus kembali terbentuk, sitoplasma
membelah

Gambar 4. Pembelahan mitosis


50
46
2. Pembelahan Meiosis
a. Menghasilkan sel anak dengan kromosom sel anak bersifat
haploid (n)
b. Terjadi pada sel gamet pria (sperma) dan sel gamet wanita
(ovum)
c. Tahapan:
1) Meiosis I : fase pembelahan sel
• Perbedaan dengan mitosis: kromosom homolog bergabung
membentuk pasangan-pasangan → sinapsis

• Terjadi crossover

• Segera membentuk dua sel anak

2) Meiosis II : reduksi jumlah kromosom menjadi 23, haploid (n)


• Pemisahan sister chromatid

Gambar 5. Pembelahan meiosis

51
46
SEKILAS PROSES PERKEMBANGAN EMBRIOLOGI MANUSIA
Spermatogenesis Oogenesis

Sperma Ovum

Fertilisasi

Zigot

Stadium dua sel

Stadium empat sel

Stadium 12-16 sel

Stadium morula

Morula

Blastokista

Embrioblas Trofoblas

Lapisan hipoblas lapisan epiblas


(di samping rongga blastokista) (mengarah ke amnion)

Yolk sac/rongga eksoselom Rongga amnion

Gastrulasi

Endoderm Mesoderm Ectoderm

(musculus, eritrosit, cor, (kulit,kuku, rambut, SSP, dll)


(tractus digestivus, sel alveoli, dll.) dll.)

Embrio
52
53
C. Spermatogenesis dan Oogenesis
1. Proses pembelahan meiosis, membentuk sperma dan ovum
2. Proses mitosis (meiosis I) terjadi pada tahap pembentukan spermatosit
primer dan oosit primer

3. Proses meiosis II terjadi pada tahap pembentukan spermatosit


sekunder dan oosit sekunder
4. Pada spermatogenesis, jumlah sel sperma fungsional berjumlah 4
buah

5. Pada oogenesis, jumlah sel ovum berjumlah 4 buah, akan tetapi


hanya bersifat fungsional, 3 sisanya menjadi badan polar

6. Oosit primer berhenti perkembangannya sebelum masa pubertas


tahap profase meiosis I
7. Jika tidak dibuahi, oosit sekunder akan bertahan pada tahap metafase
meiosis II

Gambar 6. Perbedaan spermatogenesis dan oogenesis

D. Fertilisasi
1. Hanya 1 sperma yang mampu melakukan pembuahan 1 sel ovum
pada kondisi normal
2. Pembuahan umumnya terjadi di ampulla tuba uterina
3. Spermatozoa harus menjalani 2 proses untuk melakukan pembuahan,
yaitu:

53
53
a. Kapasitasi sperma
b. Reaksi akrosom
4. Fase fertilisasi
a. Fase I : penetrasi korona radiate
b. Fase II : penetrasi zona pelusida
c. Fase III : fusi membrane sel sperma dan oosit

Gambar 7. Fase fertilisasi


5. Respon ovum terhadap masuknya spermatozoa:
a. Reaksi korteks dan zona
1) Pembebasan granula oosit yang mengandung lisosom
2) Membran oosit tidak bisa ditembus oleh sperma lain
3) Zona pelusida berubah struktur, cegah pengikatan dan
penetrasi sperma → mencegah polispermia
b. Pelanjutan pembelahan meitotik kedua
c. Aktivasi metabolik sel telur
1) Sperma mengaktivasi secara metabolik proses selular dan
molekular awal yang terkait dengan embriogenesis

E. Cleavage (Pembelahan)
1. Zigot mengalami pembelahan mitotik hingga jumlah selnya bertambah
(2 sel, 4 sel dst.), sel zigot semakin kecil, disebut blastomer, lalu akan
mengalami proses pemadatan (compaction)

2. Hari ke-3 → Morula (16 sel)


a. Massa sel dalam (inner cell mass) → embrio
54
53
b. Massa sel luar → trofoblas, dari plasenta

Gambar 8. Fase cleavage

F. Pembentukan Blastokista
1. Cairan masuk ke zona pelusida → terbentuk rongga blastokel,
sehingga disebut blastokista
2. Massa sel dalam menjadi embrioblas
3. Massa sel dalam menjadi trofoblas : gepeng, membentuk dinding
epitel blastokista

Gambar 9. Pembentukan blastokista

Hari ke-8
1. Blastokista sudah ½ terbenam di stroma endometrium
2. Embrioblas Hipoblas (di samping rongga blastokel)
Epiblas (di samping rongga amnion)
3. Trofoblas Sitotrofoblas (mononuclear, di dalam)
Sinsitiotrofoblas (polinuclear, di luar)
4. Terbentuk rongga amnion, dengan sel epiblas dekat sitotrofoblas
disebut amnioblas

55
53
Gambar 10. Perkembangan embrio hari ke-8

Hari ke-9
1. Trofoblas sangat berkembang, terbentuk vakuola dan danau-danau
besar → disebut sebagai stadium lacunar
2. Terbentuk membrana eksoselom (Heuser), melapisi sitotropoblas
3. Terbentuk rongga eksoselom (yolk sac primitif)

Gambar 11. Perkembangan embrio hari ke-9

Hari ke-11 dan 12


1. Blastokista terbenam seluruhnya di endometrium
2. Mulai terbentuk sinusoid maternal, menembus lapisan
sinsitiotrofoblas → sistem sirkulasi uteroplasenta
3. Terbentuk mesoderm ekstraembrional antara massa sel dalam
dengan sitotrofobas, yang terbagi menjadi:
56
58 53
a. Mesoderm somatopleura ekstraembrional → tutupi amnion dan
sitotrofoblas
b. Mesoderm splanknopleura ekstraembrional → tutupi yolk sac
4. Terbentuk rongga besar di mesoderm ekstraembrional → selom
ekstraembrional (rongga korion)

Gambar 12. Perkembangan embrio hari ke-11 dan ke-12


Hari ke-13
1. Terbentuk vilus primer
2. Terbentuk yolk sac sekunder/ yolk sac definitive
3. Selom ekstraselom membesar, membentuk rongga korion, di
dalamnya terdapat kista eksoselom
4. Mesoderm ekstraembrional yang melapisi bagian dalam sitotrofoblas
→ lempeng korion
5. Terbentuk connecting stalk → saat terbentuk pembuluh darah,
terbentuklah Korda umbilikalis (tali pusat)

Gambar 13. Perkembangan embrio hari ke-13


57
53
G. Gastrulasi (Minggu Ke-3)
1. Tahapan:
a. Pembentukan primitive streak (garis primitif) di permukaan
epiblast
1) Jelas pada usia 15-16 hari
2) Memiliki penonjolan di sisi sefalik dan kaudal
3) Ujung sefalik → primitive node, mengelilingi primitive pit
b. Invaginasi
1) Migrasi sel epiblast ke arah primitive streak
2) Dipengaruhi oleh FGF8
3) Bagian sel terselip di primitive streak, turun ke bawah dan
menggeser hipoblas → Endoderm
4) Sel epiblast ➔ Ectoderm (sisa sel yang tidak migrasi)
➔ Mesoderm (antara endoderm dan ectoderm)

o Mesoderm paraaksial
o Mesoderm intermediat
o Mesoderm lempeng lateral
o Mesoderm ekstraembrional
➔ Endoderm (kumpulan sel yang bermigrasi, menggeser hipoblas)

58
53
Gambar 14. Lapisan trilaminar embrio

2. Diferensiasi organ oleh diskus germinativum trilaminar

Gambar 15. Organ yang berasal dari lapisan trilaminar embrio

Gambar 16. Organ yang berasal dari endoderm

59
53
Gambar 17. Organ yang berasal dari lapisan ektoderm

Gambar 18. Organ yang berasal dari lapisan mesoderm

Gambar 19. Organ yang berasal dari mesoderm


60
54
3. Struktur embriologis lain yang perlu diketahui
a. Lempeng prekordal
b. Lempeng notokord
c. Notokord definitive
d. Kanalis neuroentericus
e. Membrana kloaka
f. Divetrikulum allantois / allantois (hari ke-16)

Gambar 20. Lapisan notokord


g. Vilus primer
h. Vilus sekunder

61
60
i. Viles tersier (vilus plasenta definitive)

Gambar 21. Vilus primer, sekunder dan tersier

j. selubung sitotrofoblas luar

k. Desidua basalis
l. Vilus ancoralis / vilus batang
m. Vilus liber / vilus bebas
n. Connecting stalk (korda umbilicalis) → plasenta

Gambar 22. Lapisan embrio paska invasi endotel maternal


62
60
II. OVERVIEW EMBRIOLOGI PER SISTEM

A. Sistem Skeletal
1. Perkembangan Sistem Skeletal
Sistem skeletal secara embriologis berasal dari mesoderm paraaksial, lemeng lateral
(lapisan somatik dan krista neuralis).
Berikut ini perkembangannya:

Mesoderm Lempeng lateral


Crista neuralis
paraaksial (lempeng somatik)

Mesenkim

Segmentasi Mesenkim
Tulang wajah dan
tengkorak
Sel mesoderm
Somit
Somitomiter (regio oksipital ke Gelang bahu Tulang panjang
(regio kepala) dan panggul ekstremitas
kaudal)

Calvaria dan basis


cranii
Dorsolateral

Sklerotom Dermomiotom

Mesenkim

Kondroblas Osteoblas
Fibroblas

Jaringan tulang
Jaringan tulang
rawan Jaringan ikat

Gambar 23. Skema pembentukan sistem skeletal

Jenis osifikasi:
a. Osifikasi membranosa
b. Osifikasi endokondral

63
60
2. Perbedaan Anatomi Sistem Skeletal pada Anak dan Dewasa
Beberapa ciri-ciri tulang anak yang membedakan dengan
tulang pada dewasa, anatara lain:

a. Tulang anak-anak porous (berongga) dengan canal haversi yang lebih


lebar.
b. Tulang anak-anak lebih elastis. Tulang anak-anak dapat mencapai
deformitas tetapi tanpa disertai fraktur akibat adanya sifat plastisitas.
c. Lapisan periosteum pada tulang anak-anak lebih tebal, sehingga
berperan penting dalam remodelling skeletal pada pediatrik setelah
trauma tulang.
d. Lempeng epifisis belum menutup pada anak-anak, sehingga
memungkinkan pertambahan panjang dari tulang. Sehingga, trauma
pada lempeng epifisis yang belum menutup dapat menyebabkan
pertumbuhan tulang yang berlebihan. Hal tersebut dapat menyebabkan
disproporsional skeletal tubuh.
Berdasarkan ciri-ciri di atas, menyebabkan beberapa proses
remodelling yang berbeda pada anak, yaitu:
a. Semakin muda usia anak, akan semakin meningkatkan potensial
remodelling.
b. Proximity to the physis, artinya fraktur yang semakin dekat dengan
physis akan lebih cepat mengalami remodelling.
c. Fraktur pada axis sendi gerak lebih cepat mengalami remodelling
daripada diluar axis sendi gerak.
d. Deformitas rotasional tidak mengalami remodelling dan akan
sembuh sendiri.

B. Sistem Musculare
1. Perkembangan Sistem Musculare
Sistem musculare secara embriologis berasal dari mesoderm
paraksial dan mesoderm splanknika. Berikut ini adalah gambarannya:

64
60
Mesoderm Mesoderm
paraksial splanknik

Somit Otot
Otot polos Otot jantung
(regio oksipital rangka
sampai sacral)

Usus dan Tabung


Ektoderm
turunannya jantung
Somitomer

(di daerah kepala)

Otot Kelenjar Kelenjar


pupil mammaria keringat

Gambar 24. Skema pembentukan sistem muskulare

2. Perbedaan Anatomi Sistem Musculare pada Anak dan Dewasa


Sistem muskulorum pada anak berbeda dengan dewasa. Hal
ini dapat dilihat dari berbagai aspek di antaranya:
a. Struktur anatomis
1) Komposisi otot
Pada anak, otot didominasi oleh otot merah (slow
twitch/tipe II), sedangkan pada dewasa didominasi oleh otot
putih (fast twitch/tipe I). Hal ini yang mendasari perbedaan
pada metabolisme dan fungsional yang akan dibahas
selanjutnya. Perbedaan otot merah dan putih secara umum
ditunjukkan sebagai berikut.
No Komponen Otot Merah Otot Putih (Fast
(Slow Twitch) Twitch)
.
1. Aspek neural
Motor neuron size Kecil Besar
Motor neuron recruitment threshold Rendah Tinggi
Motor neuron conduction Lambat Cepat
2. Aspek structural
Diameter serat otot Kecil Besar
Kepadatan mitokodria Tinggi Rendah
Kepadatan kapiler Tinggi Rendah

65
60
Konten mioglobin Tinggi Rendah
3. Substrat Energi
Penyimpanan fosfokreatinin Rendah Tinggi
Penyimpanan glikogen Rendah Tinggi
Penyimpanan trigliserida Tinggi Rendah
4. Aspek enzimatik
Aktivitas Myosin ATP sintase Rendah Tinggi
Aktivitas enzim glikogen Rendah Tinggi
Aktivitas enzim oksidase Tinggi Rendah
5. Aspek fungsional
Twitch time Lambat Cepat
Waktu relaksasi Lambat Cepat
Produksi kekuatan Rendah Tinggi
Efisiensi energy tinggi Rendah
Resistensi kelelahan Tinggi Rendah
Elastisitas Rendah Tinggi

2) Diameter otot
Anak memiliki diameter otot yang lebih kecil pada
setiap fasikulusnya, hal ini dapat disebabkan oleh dominasi otot
merah seruta waktu penggunaan yang lebih kecil dibandingkan
orang dewasa.
3) Jaringan ikat
Dengan ultrasound, dapat diketahui pada anak terdapat
lebih banyak jaringan ikat khususnya pada perimisium.
4) Lemak subkutan
Anak lebih banyak dibandingkan dengan dewasa.
b. Metabolisme
1) Aerob/anaerob
Sesuai dengan jenis ototnya, metabolisme yang terjadi
pada anak cenderung bersifat aerob dibandingkan anaerob. Hal
ini menyebabkan peningkatan VO2, penurunan kapasitas
glikolotik dan utilisasi zat.
2) Sumber energi
Penurunan kapasitas glikolitik menyebabkan anak anak
cenderung menggunakan simpanan lemaknya dalam
melakukan aktivitas.
66
60
3) Fungsional
a) Sinkronisasi otot lebih rendah
b) Peningkatan ambang kadar laktat dalam darah dan otot
c) Orang dewasa lebih mampu untuk merekrut semua
neuronmotor dan ototnya.

KETERANGAN:

PCr : Fosfokreatin

VO2 : adalah volum O2 yang diproses oleh tubuh saat melakukan kegiatan yang intensif

C. Rongga Tubuh
1. Perkembangan Rongga Tubuh
Pada awalanya, sisi kanan dan kiri rongga intraembrional
berhubungan langsung dengan rongga ekstraembrional. Akan tetapi.
Saat embrio melipat secara sefalokaudal dan lateral, hubungan ini
terputus dan terbentuklah rongga intraembrional dari regio toraks ke
panggul

67
60
Gambar 25. Skema pembentukan rongga tubuh

Gambar 26. Rongga tubuh

68
61
D. Sistem Cardiovasculare
1. Pembentukan Jantung

Gambar 27. Pembentukan jantung


69
62
2. Pembentukan Sistem Arteri

Arcus aorta:
Arkus Arteri turunan
1 A. Maxillaris
2 A. hioidea dan a. stapedialis
3 A. karoris komunis dan bagian pertama a. karotis interna
4 kiri Arkus aorta dari a. karotis komunis sinistra ke a. subclavia sinistra
sisi kanan A. subclavia dextra (bagian proksimal)
6 kiri A. pulmonalis sinistra dan ductus arteriosus
sisi kanan A. pulmonalis dextra

3. Perbedaan Anatomi Sistem Kardiovaskular Anak dan Dewasa


Pada sistem kardiovaskular terdapat beberapa perbedaan
sirkulasi antara orang dewasa dan fetus. Hal ini disebabkan karena saat
dalam kandungan, fetus mendapatkan pasokan oksigen dari ibunya
(maternal) serta fungsi pulmo yang belum berjalan sebagaiman
mestinya.

70
64
a. Sirkulasi Fetus
Saat dalam kandungan, darah berasal dati plasenta melalui
vena umbilicalis dengan kadar oksigen sekitar 80%. darah tersebut
lalu menuju Hepar melalui Ductus Venosus, darah yang masuk
melalu hepar akan diregulasi oleh mekanisme sphingter dari
ductus venosus. Sehingga mencegah darah masuknya darah yang
berlebihan saat kontraksi uterus. Darah tersebut kemudian masuk
ke atrium dextra melalui vena cava inferior.
Darah yang masuk ke atrium dextra kebanyaka nakan
langsung menuju ke atrium sinistra melalui foramen ovale,
sedangkan sisanya tertahan oleh crista dividen dan bercampur
daengan darah dari vena cava superior yang kemudian mengalir
menuju ventrikel dextra.
Darah dari atrium sinistra dilanjutkan ke ventrikel sinistra
kemudian menuju aorta ascenden. Sedangkan darah yang berasal
dari ventrikel dextra disalurkan ke trunkus pulmonalis. Karena
resistensi tekanan yang tinggi dari pulmo, banyak darah mengalir
menuju ductus arteriosus menuju aorta. Setelah itu darah kembali
ke plasenta melalui dua arteri umbilicalis.
Dalam sirkulasi tersebut terdapat beberapa tempat pertemuan
darah dengan saturasi oksigen yang berbeda, lokasi tersebut
diantaranya hepar, vena cava inferior, atrium dextra, atrium
sinistra dan aorta descenden.
b. Sirkulasi neonatus dan dewasa
1) Ductus arteriosus menutup sesaat setelah lahir dikarenakan
kontraksi otot dinding vascular yang diperantarai oleh
bradikinin dan menjadi ligamentum arteriosus
2) Penutupan ductus arteriosus membuat tekanan di atrium
sinistra meningkat. Hal ini menyebabkan septum primum
terdorong ke arah septum secundum sehingga foramen ovale
tertutup dan menjadi fossa ovale.
3) Kontraksi otot dinding arteri umbilicalis menyebabkan
tertutupnya arteri umbilikalis menjadi ligamentum
umbilicalis medialis (distal) dan arteri vesicalis superior
(proksimal).
4) Sesaat setelah menutupnya arteri umbilikalis, vena
umbilikalis mengalami obliterasi menjadi ligamentum teres
hepatis dan ductus venosus menjadi ligamentum venosus.

71
64
Gambar 28. Perbedaan anatomi jantung dan sirkulasi dari orang dewasa (kiri) dan fetus
usia 37 minggu (kanan)

Gambar 29. Keadaan cor neonates

72
65
Adapun selain sirkulasi. Terdapat perbedaan kondisi fisiologis
dari hearth rate dan tekanan darah sistolik untuk neonatus dan orang
dewasa. Berikut tabel heart rate dan tekanan darah:

Normal Heart Rates (beats/min) and Systolic Blood Pressure


(mmHg)
UMUR RATA – RATA RANGE MEAN SBP
PRETERM 130 120-170 40-55
NEONATUS 120 100-170 50-90
1-11 BULAN 120 80-160 85-105
2 TAHUN 110 80-130 95-105
4 TAHUN 100 80-120 95-110
6 TAHUN 100 75-115 95-110
8 TAHUN 90 70-110 95-110
10 TAHUN 90 70-110 100-120
14 TAHUN (LAKI- 80 60-100 110-130
LAKI)
14 TAHUN 85 65-105 110-130
E.
(PEREMPUAN)
16 TAHUN (KALI – 75 55-95 110-130
LAKI)
16 TAHUN 80 60-100 110-130
(PEREMPUAN)

73
66
Sistem Respiratorium
1. Perkembangan Sistem Respiratorium

Gambar 30. Skema pembentukan sistem respiratorium

74
66
2. Perbedaan Anatomi Sistem Respirasi pada Anak dan Dewasa
a. Tuba auditiva
Tuba auditiva berjalan horizontal pada saat lahir dan
membelok ke medial sebesar 45o pada orang dewasa. Tuba auditiva
pada anak-anak lebih pendek, semput, dan horizontal dibandingkan
dengan dewasa, membuat pergerakan cairan dan udara lebih sulit,
serta meningkatkan faktor risiko terjadinya infeksi telinga tengah.
Bakteri lebih mudah terjebak saat jaringan pada tuba auditiva
inflamasi. Bakteri tersebut dapat menyebabkan infeksi telinga
tengah dan menyebabkan gangguan pendengaran.

Gambar 31. Tuba auditiva pada anak-anak (kiri) dan dewasa (kanan).

b. Laring
Leher pada anak-anak lebih pendek dan laring lebih rostral
dibandingkan pada dewasa. Saat lahir kartilago cricoid berada
setinggi vertebrae servikal 4 (C4) dan hanya pada usia 6 tahun
kartilago cricoid berada setinggi vertebrae servikal 6 (C6). Glottis
saat lahir berada setinggi vertebrae servikal 2 (C2). Cavitas laryngis
di lingkaran cricoid pada anak-anak lebih sempit sedangkan glottis
merupakan cavitas paling sempit pada dewasa. Penyempitan
tersebut dapat menyebabkan edema dan komplikasi selama
ekstubasi tight fitting Endotracheal Tube (ETT). Perkembangan
kartilago cricoid sempurna pada usia 10-12 tahun.

75
68
Gambar 32. Potongan sagital leher pada dewasa (A) dan infant (B).
Perbedaan letak vertebarae terlihat.

Gambar 33. Kartilago cricoid dewasa (A) dan infant (B). Bagian laring
pada anak kecil menyempit di bagian kartilago cricoid.

c. Plica vocalis
Plica vocalis pada anak-anak memiliki submukosa yang
lebih tebal sehingga edem pada plica dapat menyebabkan oklusi
glottis. Rima glottidis yang terbentuk di antara plica vocalis terletak
lebih anterior pada anak-anak dibandingkan dewasa. Plica vocalis
pada anak-anak lebih dekat dengan trakea dibandingkan pada
dewasa. Hal ini menyebabkan kesulitan saat intubasi nasal karena
memudahkan ETT masuk ke komisura anterior dibandingkan
trakea.

76
68
Gambar 34. Potongan sagital leher pada infant (atas) dan dewasa
(bawah).

d. Bentuk epiglottis
Epiglotis berbentuk U-shaped dan kurang fleksibel pada
anak-anak sehingga terkadang menjadi sulit untuk dilakukan
tindakan laringoskopi. Selain itu epiglotis pada anak-anak lebih
lebih menjauhi aksis trakea dibandingkan pada dewasa.

77
69
Gambar 35. Anatomi saluran udara pada dewasa (fig.27) terlihat epiglotis
yang lebih pendek dan mendekati aksis trakea. Anatomi saluran udara pada
anak-anak (fig.26) terlihat epiglotis yang lebih curam dan berbentuk U serta
menjauhi aksis trakea.

F. Sistem Digestorium
1. Perkembangan Sistem Digestorium

Gambar 36. Skema pembentukan sistem digestorium

78
70
2. Perbedaan Anatomi Sistem Digestorium pada Anak dan Dewasa
a. Hepar
Hepar merupakan organ terbesar pada tubuh manusia. Pada
anak-anak 2/5 bagian abdomen merupakan hepar. proporsi hepar
lebih besar daripada manusia dewasa. Karena ukuran hepar yang
besar, batas inferior hepar meluas, pada manusia dewasa normalnya
tidak teraba, kecuali pada orang yang sangat kurus, hepar terkadang
teraba pada 1 jari dibawah arcus costae, sedangkan pada anak-anak,
normalnya hepar teraba hingga 2 jari dibawah arcus
costae.Sehingga, bagian hepar yang tidak ter-cover oleh os costae
cukup luas, sehingga resiko terjadinya kerusakan organ ini pada
kasus trauma abdomen cukup besar.

Gambar 37. Perbedaan hepar anak dan dewasa.


b. Cavitas Abdominalis
Cavum abdomen pada anak masih cukup kecil.
Perbandingan dengan cavum thoraks pada 2 tahun pertama yakni
1:1. Lalu akan semakin meningkat seiring berkembangnya usia,
sehingga proporsi abdomen lebih besar. Cavitas abdomen yang
relatif kecil, dan besarnya ukuran organ abdomen menjadikan
tampilan abdomen anak terlihat menonjol. Selain itu, penonjolan ini
juga didukung oleh masih belum berkembangnya tonus otot
abdomen.
c. Dentes
Dentes pada anak-anak usia kurang dari satu tahun terkadang
belum terlihat. Setelah usia enam bulan, baru akan mulai proses
erupsi yakni munculnya gigi. Pada usia 5-6 tahun akan mulai
kehilangan dentes decidualis. Pada usia kurang dari 5 tahun,
merupakan usia perkembangan yang sangat cepat. Trauma pada
mandibula atau maxilla dapat berakibat pada rusaknya struktur gigi.
Dentes decidua adalah gigi anak yang berjumlah 20 buah, nantinya
79
78
akan berkembang menjadi gigi dewasa dan berumlah 32 buah.

Gambar 38. Perbandingan dentes decidualis dan dentes permanentes

G. Sistem Urinaria
1. Perkembangan Sistem Urinaria

Mesoderm
Pronefros Mesonefros Metanefros
metanefros

Unit ekskretorik Tubulus


vestigial mesonefros

Rudimenter tota Tunas ureter Tubulus koligentes


pada minggu ke ditutup jaringan
metanefros
Ureter, pelvis
Medial Lateral renalis, kaliks
mayor, kaliks Metanephric
minor, 1-3 juta tissue cap
Kapsula bowman, Duktus tubulus
corpusculum koligentes
renalis mesonefrikus Vesikel ginjal
(wolfii)
Tubulus Tubulus kecil
Gonad
berbentuk S
kontortus
Urogenital proksimal, ansa
henle, tubulus glomerulus
ridge
kontortus distal
Nefron

Gambar 39. Skema pembentukan sistem urinarium

2. Perbedaan Anatomi Sistem Urinaria pada Anak dan Dewasa


a. Renal
1) Neonatus
a) Ren pada neonatus masih berkembang dimana lanjutan dari
masa fetus. Berat dari kedua ginjal sekitar 23 gram. Ukuran
ren pada neonatus akan lebih besar pada kasus bayi yang
80
78
lahir dengan berat badan yang besar.
b) Glomeruli renalis menduduki daerah yang lebih besar pada
cortex pada usia 2 bulan (18%) dari pada saat dewasa
(8,6%).
c) Medulla renalis memiliki volume dengan persentasi lebih
besar dari pada dewasa
d) Peningkatan filtrasi glomerulus sangat cepat dalam tiga
bulan pertama kehidupan, dan kemudian menjadi lebih
lambat sampai dewasa yang dicapai pada akhir tahun kedua.
Tingkat filtrasi glomerulus pada bayi baru lahir adalah
sekitar 30% dari nilai pada orang dewasa
e) Pada neonatus volume darah ke ginjal sekitar 2-3%
sedangkan pada dewasa 15-18%.
f) Penurunan jumlah gromeruli pada usia 1-6 bulan
g) Karakteristik yang signifikan pada renal neonatus adalah
penurunan kapasitas konsentrasi urin yang akan
meingkatkan risiko terjadinya dehidrasi pada neonatus pada
asupan cairan yang terbatas.
2) Anak, Remaja, Dewasa Muda
a) Rasio cortex : medulla = 1.64 : 1 (neonatus) dan 2.59 : 1
(dewasa)

b) Panjang ren tergantung pada tinggi seseorang


c) Ren dewasa memiliki panjang 10-12 cm, lebar 5-6 cm dan
tebal 3 cm
d) Berat ginjal dewasa laki2 sekitar 150 gram dan pada
wanita sekitar 135 gram pada masing2 ginjal
3) Lansia
a) Penurunan progresif dari berat kedua ginjal dari 250 – 270
gram menjadi 180 – 200 gram pada dekade ke-8.
b) Penurunan tersebut terutama pada daerah cortex (bisa
menurun lebih dari setengahnya), sementara medulla relatif
sama.
c) Penurunan jumlah fungsional nefron.
d) Pada gromeluri terjadi pembesaran matrix mesangeal,
penebalan membran basalis dan hyalinasi arteriole.
e) Penurunan jumlah corpusculum renalis 81
78
f) Pada orang normal ketika mencapai usia 80 hanya ada
50% gromerulus yang masih berfungsi
g) Penurunan renal blood flow 10% per dekade
b. Vesica Urinaria
VU pada orang dewasa pada saat kosong berada pada cavum
pelvis dan bila terisi penuh akan terangkat sampai regio
hypogastrica, pada anak kecil VU menonjol di atas PAP dan
termasuk organ abdomen, bila pelvis membesar maka akan ke posisi
seperti dewasa. Columna vesicae pada anak tepat berada di tepi atas
symphisis pubis.
Pada VU dewasa urothelium masih berlapis transisional,
pada lansia urothelium sudah terjadi degenerasi. Hal ini dikarenakan
menurunnya aliran darah ke VU, sehingga terjadi iskemik pada sel2
di urothelium. Sehingga bisa menyebabkan permeabilitas cairan
urun ke urothelium dan dapat mengiritasi lapisan dibawahnya.
Pada lamina propia dewasa terbagi menjadi dua daerah
dimana bagian superficial terdiri dari jaringan ikat padat dan bagian
profunda jaringan ikat longgar, sedangkan pada lansia lamina propia
tersebut menjadi padat di semua daerah. Hal tersebut menyebabkan
kekakuan pada VU lansia.
Pada VU dewasa lapisan musculus detrusor masih baik
terdiri dari 3 lapisan, sedangkan pada lansia lapisan musculus
detrusor ini sudah tidak terlihat lagi lapisan2nya dan pada beberapa
daerah mengalami degenerasi. Sehingga menyebabkan perubahan
sensitivitas pada sensoris afferent, meningkatnya jaringan ikat
kolagen pada lapisan detrusor. Hal ini menyebabkan VU sulit
berkontraksi untuk mengeluarkan urin.

H. Sistem Genitalia
1. Perkembangan Gonad
INDIFFERENT STAGE
Sel-sel endoderm pada dinding yolk sac dekat allantois (premordial
germ cells) bermigrasi ke arah primitive gonads pada minggu ke-5 dan
menginvasi ke genital/gonadal ridges pada minggu ke-6. Germ cells
akan menstimulasi gonadal ridges untuk berproliferasi menjadi
primitive sex cords. Primitive sex cords akan menempel pada
permukaan epitelium yg disebut indifferent gonad (sama antara wanita
dan pria). Apabila germ cells tidak mencapai gonadal ridges, gonad
tidak akan berkembang.
82
78
Migrasi Invasi Proliferasi
Premordial Primitive Genital/gonadal

germ cells gonads ridges

Indifferent Primitive

gonad Connected to sex cords

surface epithelium

MALE AND FEMALE GONAD


Kromosom Y mengandung SYR (Sex-determining region on Y) yang
mempengaruhi perkembangan jenis kelamin embrio.
MALE FEMALE
Primitive sex cords berkembang menjadi: - Primitive sex cords berdegenerasi menjadi
- Testis/medullary cords (bulan ke-4), berisi ovarian medulla
primitive germ cells & sustentacular cells of
Sertoli (derivat dari permukaan epitelium) - Permukaan epitelium terus berproliferasi.
Pada minggu ke-7 akan membentuk second
- Rete testis → dari bagian hillum generation cords yg disebut cortical cords.
- Tunica albuginea → dari jaringan ikat - Bulan ke-4, cortical cords pecah menjadi
fibrous, memisahkan testis cords dari kelompok-kelompok kecil yang
permukaan epitelium. mengandung 1-2 primitive germ cells →
- Interstitial cells of Leydig → dari sel oogonia dan
mesenkim. Pada minggu ke-8 akan sel epitel yg mengelilinginya → sel
menghasilkan TESTOSTERON → folikular.
memperngaruhi testis untuk membentuk

genital ducts dan external genitalia.

2. Perkembangan Genital Ducts


INDIFFERENT STAGE
Pada embrio wanita dan pria terdapat 2 duktus, yaitu: mesonephric
(wolffian) ducts dan paramesonephric (müllerian) ducts.
83
78
Perkembangan duktus dipengaruhi oleh gen dan hormon-hormon yang
dihasilkan oleh testis (pada pria) dan ovarium (pada wanita).
Gen dan hormon yang berpengaruh dalam perkembangan duktus pada
alat reproduksi wanita dan pria:

MALE FEMALE

Müllerian inhibiting substance (MIS, atau SF1 → diregulasi oleh gen DAX1 pd
antimüllerian hormone, AMH) → meregresi kromosom X → berfungsi untuk mencegah
paramesonephric (müllerian) ducts → diferensiasi sel Sertoli dan Leydig.
dihasilkan oleh sel Sertoli
WNT4 → growth factor yang mempengaruhi
Testosteron → dihasilkan oleh sel Leydig, diferensiasi ovarium dan mengekspresikan
pada sel jaringan target dikonversi menjadi gen wanita serta menekan gen pria.
dihydrotestosterone.
Estrogen → dihasilkan oleh paramesonephric
- Testosterone → stimulasi perkembangan (müllerian) ducts → stimulasi pembentukan
mesonephric ducts → vas deferens, uterine tubes, uterus, cervix, dan vagina
epididimis, tubulus seminiferus, ductuli bagian atas. Serta untuk diferensiasi genetalia
efferent eksterna wanita.

- Dihydrotestosterone → modulasi
diferensiasi genetalia eksterna pria.

8478
Gambar 2.40. Perkembangan vagina

3. Perkembangan Vagina
a. Minggu ke-9. Uterine septum mulai menghilang. Ujung kaudal
dari paramesonephric ducts mencapai urogenital sinus.
b. Akhir bulan ke-3. Sinovaginal bulbs berproliferasi menjadi solid
(vaginal plate). Bulan ke-5 seluruh vagina sudah terbentuk kanal
dan terbentuk vaginal fornices (the winglike expansions of the
vagina around the end of the uterus)
85
78
c. Newborn. Upper portion & the fornices → berasal dr vakualisasi
jaringan paramesonephric (uterine canal). Lower portion →
berasal dr vakualisasi sinovaginal bulbs (vaginal plate). Hymen
→ lapisan tipis yg memisahkan dengan urogenital sinus. Hymen
biasanya berkembang dan terbuka sedikit selama perinatal.

4. Perkembangan External Genitalia


INDIFFERENT STAGE

Sel mesenkim akan bermigrasi ke sekitar membran kloaka pada minggu


ke-3 gestasi, membentuk cloacal folds. Bagian kranial akan
membentuk genital tubercle dan bagian kaudal memiliki subdivisi
menjadi urethral folds (anterior) dan anal folds (posterior).
Genital swallings → elevasi yang ada di sisi-sisi dari urethral folds.
Genital swelling pada pria akan menjadi scrotal swellings (dipisahkan
oleh scrotal septum) dan menjadi blabia majora pada wanita. Akhir
dari minggu ke-6, jenis kelamin masih belum bisa dibedakan.

Gambar 2.41. Perkembangan genitalia eksterna

Gambar 2.42. Perkembangan genitalia maskulina dan feminina

86
78
5. Perbedaan Anatomi Sistem Genitalia pada Anak dan Dewasa
a. Genitalia Feminina
1) Fundus dan corpus uteri pada anak-anak tetap kecil sampai pubertas,
kemudian akan membesar karena pengaruh estrogen dari ovarium
2) Oogenesis : 5 juta oogenesis (bulan V) → 1 juta (kelahiran)
a) Bayi lahir :
• Stadium diploten profase meiosis I
• Jumlah kromosom =2n
• 600.000 atresia
b) Masa dewasa/ reproduktif→ OVULASI
• ~ 450 oosit selama 30-40 tahun
• Stadium metafase Meiosis II = 1N (pd fase ovulasi)
• Oosit lain → ATRESIA
• Pembelahan berlanjut setelah ovum dibuahi → meiosis II komplit
3) Pada anak belum ada pubes, pada dewasa (dimulai remaja)
sudah mulai tumbuh pubes.

b. Genitalia Masculina
1) Pada anak belum ada pubes, pada dewasa (dimulai remaja)
sudah mulai tumbuh pubes.

2) Pada saat pubertas, skrotum dan testis membesar.


3) Penis mulai membesar ketika pubertas.
4) Glandula prostat dan vesikula seminalis mulai tumbuh.

I. Caput et colum
1. Perkembangan Arkus Faring
Ciri khas:
a. Berasal dari endoderm (permukaan dalam), ectoderm (permukaan
luar), dan mespderm paraksial dan lempeng lateral
b. Bagian inti tiap arkus menerima dari sel krista neuralis → bentuk
komponen tulang wajah
c. Setiap arkus mempunyai komponen otot, saraf dan arterinya
masing-masing
87
78
Arkus faring Saraf Otot Tulang
I. Mandibula N. maxilaris (N.V2), m. masticatoris, Premaxilla, maxilla,
(prosesus zygomaticum, temporal,
N. Mandibularis m. mylohyoideus,
maksilaris dan kartilago Meckel, mandibular,
(N.V3) m.digastricus venter
mandibula) maleus, incus, lig. malei
anterior, m. tensor veli
anterius, lig. sfenomandibulare
palatine, m. tensor

tympani
II. Hyoid N. Facialis (N. VII) mm. untuk ekspresi Stapes, proceussus styloideus,
wajah (m. buccinators, ligamentum stylohyoideum,
orbicularis occuli et oris, kornu minus dan bagian atas
korpus os hyoideum
m. frontalis, m.
platysma,

m. auricularis)
m. digastricus venter
posterior, m.
stylohyoideus, m.
III N. Glossopharyngeus m. stylopharyngeus Kornu majus dan bagian bawah
(N. IX) os hyoideum
IV-VI N. Vagus (N.X) Otot intrinsik laring Kartilago laring (tiroidea,
krikoidea, aritenoidea,
n. laryngeus superior m. cricothyroideus, m.
kornikulata, kuneiformis)
(arcus IV) levator veli palatine, m.
constrictor pharyngeus
n. laryngeus
rekurens (arcus VI)

88
78
Gambar 2.42. Arkus faring

89
79
2. Perkembangan Kantong Faring

Gambar 2.43. Skema kantong faring

Gambar 2.44. Kantung faring

90
80
Gambar 2.45. Kantung faring

3. Perkembangan Celah Faring


Celah faring membentuk rongga yang dilapisi oleh epitel
ectodermal yang disebut sinus servikalis, tetapi pada perkembangan
selanjutnya sinus ini lenyap.

4. Perbedaan Anatomi Caput et Collum


Saat lahir, kepala berukuran seperempat dari total panjang
badan, dimana pada dewasa kepala hanya menempati 1/7 bagian tubuh.
Selanjutnya, mulai dari bulan keenam hingga pubertas, ekstremitas
tumbuh lebih cepat dari kepala, sehingga kepala terlihat mengecil.
Selain itu, . Pada bayi dahi terlihat lebih tinggi dan terkesan menonjol,
disebabkan oleh lobus frontal otak yang memiliki ukuran cukup besar.
Bagian wajah pada neonatus juga terlihat lebih kecil dibandingkan
dengan cranium, dimana pola ini muncul hingga anak berusia 7-8
tahun. Pertumbuhan vertikal baru dimulai pada bulan keenam setelah
lahir, tahun ketiga dan keempat, tahun ketujuh dan kesebelas, dan tahun
keenambelas dan kesembilan belas. Bagian yang pertama kali tumbuh
adalah bagian atas hidung dan cavum nasi sebagai area olfaktori. Selain
itu, pertumbuhan gigi anak dimulai pada usia 6 bulan dan berlanjut
secara progresif. Anak mulai kehilangan dens deciduanya pada usia 5-
6 tahun dan digantikan dengan gigi permanen.

91
81
Gambar 2.46. Perkembangan proporsi kepala dibandingkan dengan tinggi tubuh

Gambar 2.47. Perubahan kepala dan leher.

92
82
Gambar 2.48. Perubahan beberapa bagian wajah.

Gambar 2.49. Perbandingan kepala anak (kiri) dan dewasa (kanan).


Bentuk kepala infant juga berbeda dengan dewasa. Cranium infant
lebih panjang dengan sisi frontal dan parietal yang menonjol. Saat lahir,
lingkar kepala normal adalah sekitar 13-14 inchi, yang meningkat 17%
pada usia 3 bulan, dan 25% pada usia 6 bulan. Pada usia 2 tahun, lingkar
kepala akan meningkat 1 inchi per tahun, usia 3-
5 tahun akan meningkat sekitar 1,5 inchi per tahun, kemudia
selanjutnya bertambah 4 inchi hingga usia 20 tahun. Ukuran lingkar
kepala ini berkaitan dengan perkembangan otak, dimana 70% berat
ortak dewasa tercapai pada usia 18 bulan, 80% pada usia 3 tahun, 90%
pada usia 5-8 tahun, dan mencapai 95% pada usia 10 tahun.

93
83
Cranium infant dan anak lebih lunak daripada dewasa, berkaitan
dengan perkembangan segmental. Cranium berkembang sebagai tulang
lunak di dalam matriks jaringan ikat longgar. Pertemuan dua tulang
juga terkesan lebar, dengan jaringan fibrosa yang menutupi otak dari
lingkungan luar. Jaringan lunak atau fontanella ini sangat jelas terlihat
di bagian frontal dan occipital. Fontanella mastoid, yang berada
diantara tulang occipital dan parietal akan menutup pada usia 6-8
minggu setelah kelahiran. Fontanella frontalis, yaitu pertemuan antara
tulang frontal dan parietal memiliki ukuran yang lebih besar, dan
menutup saat usia 17 bulan.

Gambar 2.50. Ukuran dan lokasi fontanella. Panah menunjukkan arah penutupan
fontanella.
Otot leher akan meningkat kekuatannya seiring dengan usia.
Begitu pula dengan vertebrae cervicalis pada bayi yang awalnya berasal
dari kartilago akan berubah menjadi tulang kompak secara bertahap.
Facies articularis, ligament pada leher, dan diskus intervertebralis anak
juga lebih lunak dibandingkan dengan orang dewasa.

94
84
J. Sistem Nervosum Central
1. Perkembangan Sistem Nervosum Central

Gambar 2.51. Embriologi sistem saraf pusat

2. Perbedaan Anatomi Sistem Nervosum Central pada


Anak dan Dewasa
Sistem saraf secara anatomi sudah lengkap sejak bayi lahir,
namun fungsi sistem saraf belum berjalan seutuhnya. Myelinisasi
sistem saraf akan terlus berlanjut hingga anak mencapai usia tujuh
tahun, puncaknya pada umur dua tahun, dan biasanya diiringi dengan
95
86
perkembangan cepat fungsi motorik anak. Seluruh proses
perkembangan sistem saraf yang telah disebutkan membutuhkan
konsumsi energi yang mencukupi, sehingga perfusi darah normal untuk
anak adalah sebagai berikut:
a. Neonatus : 42-48 ml/100gr/menit
b. 4-6 bulan : 90-100 ml/100gr/menit
c. 3-4 tahun : 110-100 ml/100gr/menit
d. 9 tahun : 78-100 ml/100 gr/menit
e. Dewasa : 50-100 ml/100gr/menit
Pada anak-anak, sistem sawar darah otak atau blood brain
barrier (BBB) masih belum matur, namun akan berkembang cepat
setelah melewati usia neonatus. Akibat belum maturnya BBB pada
anak, sehingga perlu perhatian lebih pada saat pemberian obat pada
anak.
Sistem saraf otonom terdapat pada neonatus, akan tetapi
maturasi sistem ini akan dimulai setelah masa usia neonatus berakhir.
Respon terhadap nyeri pada neonatus akan terlihat dari wajah yang
menyeringis (facial grimace). Pada anak jaras inhibitorik belum
sempurna, sehingga ambang batas nyeri pada anak lebih rendah
dibandingkan dengan orang dewasa.

Perbedaan lain, dari sistem saraf anak dan dewasa terdapat pada
susunan medula spinalis. Pada awal masa embriologi medula spinalis
mengisi keseluruhan kanalis vertebralis, namun setelah masa fetus
pertumbuhan vertebrae akan lebih cepat jika dibandingkan dengan
pertumbuhan medula spinalis.
96
86
K. Telinga
1. Perkembangan Telinga Dalam
Penebalan
ektoderm di kedua
sisi rombensefalon

Sacculus

Ductus
cochlearis

Utriculus

Gambar 52. Skema embriologi telinga dalam

2. Perkembangan Telinga Tengah

Gambar 53. Skema embriologi telinga tengah

3. Perkembangan Telinga Luar


Bagian dorsal celah faring I → meatus acusticus eksternus
Arkus faring I dan II → auricular

4. Perbedaan Anatomi Telinga pada Anak dan Dewasa


Telinga Perbedaan

Kanalis auditorius Mature sempurna terjadi setelah lahir.


eksternus Pada anak lebih pendek dan lebih lurus.

Dindingnya pada neonatus tidak memiliki bony portion dan diisi


87
oleh kartilago.

97
Pada orang dewasa 2/3 internal merupakan bony portion dan 1/3
eksternal soft tissue.

Membran tympani Berkembang sampai usia 2 tahun .


Letaknya lebih horizontal dari axis central pada kanalis auditorius
pada anak.
Lebih tebal (0.4-0.7 mm pada postero-superior, 0,7-1.5 mm pada
daerah umbo, dan 0,1-0,25 pada daerah postero-inferior, antero-
inferior, dan antero-superior pada anak.

Cavum tympani Volume cavum timpani meningkat pada postnatal hingga usia
remaja.
Semakin kecil volume cavum timpani, maka akan meningkatkan
kerja dari telinga dan menimbulkan kelelahan pada kanalis
auditorius eksterna yang melakukan compliance pada volume suara.
Perkembangan volume cavum tympani ini akan memengaruhi

fungsi mekanik dari ossicula auditiva.


Volume cavum tympani pada anak sekitar 452 mm3 dan pada
dewasa sekitar 640 mm3.

Processus mastoideus berkembang sampai usia 1 tahun setelah


kelahiran.

Ossicula auditiva telah terbentuk secara lengkap pada 6 bulan dari


kehidupan fetus.

Pada minggu ke 27-28 fetus koklea sudah mampu melakukan


konduksi suara dan terjadi sinkronisasi dari potensial aksi pada
sistem saraf dan batang otak sehingga menghasilkan persepsi
pendengaran.

Persarafan terus berkembang menjadi matur hingga usia 1 tahun


postnatal sehingga memiliki morfologi yang sama dengan dewasa.
Tuba eustachius Pada anak lebih pendek dan horizontal sehingga mudah terkena
infeksi.
Pada dewasa lebih panjang dan berbentuk miring menuju faring.
Fungsi Pada anak telinga lebih peka dengan suara frekuensi tinggi.
Respon maksimal meningkat pada usia yang lebih rendah (dewasa
dari 2.5 kHz dan 5 kHz pada anak 1 bulan).

Dan pendengaran akan menurun seiring berjalannya usia serta


berkaitan dengan beebrapa penyakit seperti presbiakusis baik
mekanik, sensorik, maupun striae.

87

98
K. Mata

1. Perkembangan Mata
Penutupan neural Pembentukan
tube vesikel optika

Vesikel melekat ke
Lapisan pigmen dan
ektoderm Invaginasi awal saraf retina
permukaan

Plakoda lentis Cawan optik (optic

cup) berdinding
Invaginasi ganda)
Invaginasi lanjutan

Vesikula lentis di permukaan


inferior

Lensa
Fissura koroidea

Tempat lewat a. Tempat lewat Menyatu selama


hialoidea nervus opticus minggu ketujuh

Menjadi a. dan v. Mulut cawan optik


centralis retina menjadi lubang

Bakal pupil

Gambar 2.54. Skema embriologi mata

2. Perbedaan Anatomi Mata pada Anak dan Dewasa


Pemeriksaan Neonatus Bayi-Anak Dewasa
Ketajaman Tidak diperiksa Awalnya kurang (20/400) lalu Relatif konstan
penglihatan semakin

membaik sampai usia 3-4


tahun. Bila tetap kurang, perlu
koreksi visus. Kelainan
refraksi dapat berkembang
pada usia sekolah - remaja.

Kornea , Keruh; sisa tunika Semakin jernih Jernih


lensa, vitreus vaskulosa lentis sering (normalnya)
humor tampak dan akan regresi
setelah usia cukup bulan,
dapat juga permanen.

Papilla bergmeister*

99
89
Bintik Mittendorf **

Fundus Cupping fisiologik diskus Diskus semakin merah Merah


oculi jarang ditemukan, diskus kekuningan kekuningan. Keruh
keabuan mirip atrofi. menunjukkan
patologis (mis:
katarak)
*sisa sistem hialoid primitif yang tidak terserap sempurna sehingga membentuk kerucut di diskus
dan mengarah ke vitreus.

**lempeng gliotik pada kapsul lensa posterior

M. Integumentum
1. Perkembangan Integumen

Gambar 55. Skema embriologi integumentum

2. Perbedaan Anatomi Integumen pada Anak dan Dewasa


Kulit anak-anak relatif lebih tipis, terutama lapisan dermis dan
keratin. Sedangkan ketebalan lapisan epidermis cenderung konstan
sepanjang hidup. Kulit anak-anak akan menebal seiring pertambahan
usia hingga dekade keempat atau kelima, yang mana kulit kembali
mengalami penipisan akibat berkurangnya serabut elastik. Sehingga
anak-anak lebih cepat menyerap zat melalui kulit (topikal). Namun,
efek negatif dari kulit tipis adalah mudah terserapnya zat toksik melalui
kulit dan juga rentan infeksi.
Kulit anak-anak cenderung lebih halus dan lebih kering.
Glandula sebacea pada kulit berfungsi sebagai penghasil sebum untuk

100
89
lubrikasi kulit sehingga memberi proteksi dari gesekan dan menjaga
kelembaban kulit. Sehingga kulit anak-anak cenderung bersih, tidak
berjerawat, tetapi juga menjadi rentan terhadap gesekan.
Anak-anak mempunyai proporsi body surface area (BSA) yang
lebih luas daripada orang dewasa . Semakin kecil badan seorang anak,
semakin besar rasio luas permukaan (kulit) teradap ukuran. Akibatnya,
anak-anak memiliki risiko lebih besar terhadap kehilangan panas dan
cairan tubuh juga meningkatkan absorbs zat melalui kulit.

101
90
DAFTAR PUSTAKA

Abdala, C., dan Douglas H. K. 2012. Morphological and Functional Ear


Development. Springer Handbook of Auditory Research 42, DOI
10.1007/978-1-4614-1421-6 2
Adams, G. L., Boies, L. R., & Higler, P. A. (2012). BOIES Buku Ajar
Penyakit THT. Jakarta: EGC.
Al-Motabagani, Mohamed Akram. 2005. International Journal of
Morphology. Age Related Changes in The Urinary Bladder of The
Female Albino Rats. Vol. 23 (4) : 309 – 316.
Amirlak, Bardia. 2013. Skin Anatomy. Emedicine Medscape.
Baylor, S. M. & Stephen H. 2012. Intracellular Calcium Movements During
Excitation– Contraction Coupling In Mammalian Slow-Twitch And Fast-
Twitch Muscle Fibers. Journal Of Sports And Health Science 139(4):
261-272.
Brown K. The application of basic science to practical paediatric
anaesthesia. Update in Anaesthesia 2000; 11 Article 14
Council of Australian Governments. 2009. National Framework for Protecting
Australia's Children 2009-2020. Council of Australian Governments.
Debernard, L., Ludovic R., Fabrice C., and Sabine F. B. 2011. Characterization
Of Muscle Architecture In Children And Adults Using Magnetic
Resonance Elastography And Ultrasound Techniques. Journal of
Biomechanics 44(3): 397-401
Dotan, R., Cameron M., Rotem C., Panagiota K., David G., & Bareket F. 2012.
Child-Adult Differences In Muscle Activation – A Review. Pediatric
Exercise Sci 24(1): 2-21.
Falk, B., Charlotte U., Raffy D., Laura B., Panagiota K., Jay S. Et Al. 2009. Child
Adult Differences In Muscle Strength And Activation Pattern During
Isometric Elbow Flexion And Extension. Appl. Physiology Nutricion
Metabolism 34(4): 609-61
Huelke, D.F. 1998. An Overview of Anatomical Considerations of Infants and
Children in the Adult World of Automobile Safety Design. Annu Proc
Assoc Adv Automot Med. 19998;42:93-113
Kaneshiro, N. K. (2012, Mei 16). MedlinePlus. Retrieved April 24, 2015,
from Eustachian Tube:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/19596.htm
Mai, C., & Mansour, C. 2012. Basics of Pediatric Airway Anatomy, Physiology
and Management.
Boston: Boston University Medical
Center.
Martini, FH. 2006. Fundamentals of Anatomy and Physiology. San Francisco:
Pearson. Moore, K. L., &Agur, A.M.R. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta:
Hipokrates.
Paulsen, F., Waschke J. 2012. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Jakarta: EGC
BASIC SCIENCE OF CONTINUITY& LIFE CYC
Poduval, M. 2013. Skeletal System Anatomy in Children and Toddlers.
Emedicine Medscape

Putz, R., & Pabst, R.. 2007. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Jakarta: EGC
Snell, R. S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC.
Rade Č., Slobodan V. 2005. Facta Universitatis series : Medicine and Biology.
Age Related Anatomical and Functional Characteristic of Human
Kidney. Vol. 12 (2) : 61 – 69.
Riordan-Eva, P, John P. W. 2009. Vaughan & Asbury: Oftalmologi Umum
ed. 17. Jakarta: EGC Sadler, T.W. 2009. Embriologi Kedokteran Langman.
Jakarta: EGC.

Snell, R.S. 2011. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta : EGC


Swamy, M. N. Chidananda dan Mallikarjun. 2004. Applied Aspects of Anatomy
and Physiology of Relevance to Paediatric Anaesthesia. Indian Journal
of Anaesthesia. 48(5): 333 –338
2.3 -

Anda mungkin juga menyukai