Anda di halaman 1dari 26

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Audit Energi


Audit energi merupakan suatu analisis terhadap konsumsi energi sebuah sistem
yang menggunakan energi seperti gedung bertingkat, pabrik, dan sebagainya. Hasil
dari audit adalah laporan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
penggunaan energi, terutama tentang bagian yang mengalami pemborosan energi.
Umumnya bentuk energi yang diaudit adalah energi listrik dan energi dalam bentuk
bahan bakar (fuel).
Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam sebuah audit energi adalah
dimana energi digunakan, bagaimana energi itu digunakan, bagaimana biaya dapat
direduksi, menghitung penghematan dan bagaimana karakteristik sistem yang
mengkonsumsi energi[6].
Menurut SNI 6196-2011 atau Standar PAEBG alur proses audit energi dapat dibagi
dalam tiga tahap, yakni audit energi awal, audit energi rinci, dan implementasi &
monitoring[2].
Untuk mengukur besarnya efisiensi penghematan digunakan parameter Benefit Cost
Ratio (BCR) yang didefinisikan sebagai :

𝐸.𝑎.ℎ
BCR= ............................................. (2.1)
𝑐

dimana :

E = biaya energi tahunan,satuan uang

a = potensi energi tahunan, satuan uang, % dari harga E

b = relalisasi biaya energi yang dapat dihemat, % dari harga a

c = biaya realisasi, satuan uang


6

2.1.1 Macam-macam audit energi


Jenis dari Audit energi bukan hanya satu jenis saja melainkan audit energi ada
bermacam-macam jenis dimana tiap jenis memiliki fungsi masing-masing.Adapun
jenis-jenis audit energi tersebut dapat dibagi menjadi beberapa bentukseperti Audit
Energi Singkat (Walking audit), Audit Energi Awal (Prelimentary audit),Audit Energi
Rinci (Detail Audit), dan energy management plan dan implementasion action[2].
a. Audit Energi Singkat (Walking audit)
Walking audit ini sering disebut dengan mini audit.Audit yang dilakukan secara
sederhana , tanpa perhitungan yang rinci, hanya melakukan analisis sederhana.
Umumnya fokus dari audit ini adalah pada bidang perawatan dan penghematan
yang tidak terlalu memerlukan biaya investasi besar.

b. Audit Energi Awal (Prelimentary audit)


Audit yang hanya dilakukan pada bagian vital saja. Analisa didapat dengan
melakukan perhitungan yang cukup jelas. Audit ini meliputi identifikasi
mesin,analisis kondisi aktual, menghitung konsumsi energi,menghitung
pemborosan energi dan beberapa usulan.

c. Audit Energi Rinci (Detail audit)


Audit energi yang dilakukan secara menyeluruh terhadap seluruh aspek yang
mengkonsumsi energi listrik beserta semua kemungkinan penghematan yang dapat
dilakukan.Biasanya dilakukan oleh lembaga auditor yang profesional dalam
jangka waktu tertentu.Pelaksanaan audit didahului dengan analisis biaya audit
energi, identifikasi mesin,analisis kondisi aktual dan menghitung konsumsi energi.
Selain itu melakukan perhitungan pemborosan energi,kesempatan konservasi
energi, sampai beberapa usulan untuk melakukan penghematan enegi beserta
dengan dampak dari usulan tersebut.Untuk mencari kemungkinan penghematan
maka harus diketahui terrlebih dahulu analisa biaya audit energi, identifikasi
gedung,analisis kondisi sesungguhnya dan menghitung semua penggunaan energi.
7

2.1.2 Prosedur Audit Energi


Proses audit energi dilakukan secara bertahap sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar berikut[2]:

START

Jenis Audit? Audit


Audit Energi Singkat Energi
Audit Energi Awal Rinci
Persiapan
Persiapan Persiapan
- Lingkup Kegiatan - Lingkup Kegiatan
- Dokumen - Lingkup Kegiatan
- Dokumen - Dokumen
- Daftar Periksa - Daftar Periksa
- Sumber Daya Manusia - Daftar Periksa
- Sumber Daya Manusia - Ahli Thermal, ahli
- Jadwal - Ahli Thermal, ahli listrik,arsitektur, ahli
listrik Teknik fisika
- Jadwal - Sumber Daya Manusia
- Jadwal
Pengumpulan Data
Pengumpulan Data
- Historis Konsumsi
Energi - Historis Konsumsi Pengumpulan Data
- Luas Bangunan Energi
- Daya terpasang - Sampling
- Historis Konsumsi
- Beban Penghunian - Luas Bangunan
Energi
bangunan (occupancy) - Daya terpasang
- Luas Bangunan
- Observasi Visual -Rekening Listrik
- Daya terpasang
-Wawancara - beban Penghunian
-Rekening Listrik
bangunan (occupancy)
- beban Penghunian
- Observasi Visual
bangunan (occupancy)
-Pengukuran sesaat
- Observasi Visual
Analisis -Pengukuran lengkap

-IKE
Analisis
-PERSEN SAVING
Analisis
-IKE
-PERSEN SAVING
-Simple Payback Periode -INTENSITAS
Laporan -Neraca -IKE
-PERSEN SAVING
- Analisis Finansial
-Proses penggunaan
- Neraca
Energi
Pembahasan sementara - Kinerja Alat
-Rekomendasi
hasil audit

Pembahasan sementara
Laporan hasil audit

Lanjut?
-Proses penggunaan
Energi Laporan
Ya
-Rekomendasi
-Prioritas -Proses penggunaan
-Penelitian Spesifik Energi
-Rekomendasi
Ada area spesifik yang perlu -Prioritas
diambil lebih lanjut Ya - Studi kelayakan
Tidak - Jadwal implementasi
Lanjut?
Tidak

STOP

Gambar 2.1 Prosedur Audit Energi


8

2.2 Perpindahan Panas


Perpindahan panas mempelajari tentang laju perpindahan panas diantara
material atau benda karena adanya perbedaan suhu. Panas akan mengalir dari tempat
yang temperatur tinggi ke tempat yang temperartur lebih rendah. Peristiwa
perpindahan panas sangat banyak dijumpai dalam industri, misalnya perpindahan
panas dari pipa uap ke udara, pembuangan panas pada pembangkit tenaga, ketel uap,
dapur yang menggunakan konsep perpindahan panas.
Perpindahan panas dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu secara konduksi,
konveksi dan radiasi. Perpindahan panas konduksi adalah proses dimana panas
mengalir antara medium-medium berlainan yang bersinggungan secara langsung
tanpa adanya perpindahan molekul yang cukup besar. Perpindahan panas konveksi
adalah perpindahan panas dimana panas dibawa oleh partikel-partikel zat yang
mengalir, atau pengangkutan kalor oleh gerak dari zat yang dipanaskan. Perpindahan
panas secara radiasi adalah perpindahan panas melalui pancaran energi, dimana
benda itu terpisah dalam ruang.
Tapi perpindahan panas yang sering terjadi tidak sendiri-sendiri, tetapi merupakan
gabungan atau dua maupun tiga cara perpindahan.[6]

Gambar 2.2 Konduksi, Konveksi dan Radiasi[3]


9

2.3 Teknik Pendingin dan sistem Pengkodisian udara


Teknik Pendingin adalah proses untuk mendapatkan temperatur yang
dikondisikan dari kondisi lingkungan dengan menggunakan piranti ataupun alat, yang
biasanya kita kenal dengan istilah mesin pendingin[6].
Pengadaan suatu sistem pengkondisian udara adalah agar tercapai kondisi
temperatur, kelembaban, kebersihan, dan distribusi udara dalam ruangan dapat
dipertahankan pada tingkat keadaan yang diharapkan. Suatu sistem pengkondisian
udara bisa berupa sebuah sistem pemanasan, pendinginan, dan ventilasi. Untuk
kondisi iklim indonesia (tropis), untuk proses pengkondisian udara yang berupa
pendinginan banyak sekali digunakan. Pendingin ini berfungsi untuk menciptakan
kondisi nyaman bagi beberapa aktivitas manusia.

2.3.1 Pengukuran Termal


Kondisi lingkungan termal dalam gedung menurut standar SNI 03-6572-2001
untuk temperatur efektif (Teff) kenyamanan termal untuk daerah tropis dibagi
menjadi:
− sejuk nyaman, Teff 20,50C – 22,80C
− nyaman optimal,Teff 22,80C – 25,80C
− hangat nyaman, Teff 25,80C – 27,10C

2.3.2 Kelembaban Udara Relatif.

Menurut standar SNI 03-6572-2001 untuk Kelembapan udara Relatif yaitu:


a) Kelembaban udara relatif dalam ruangan adalah perbandingan antara jumlah uap
air yang dikandung oleh udara tersebut dibandingkan dengan jumlah kandungan uap
air pada keadaan jenuh pada temperatur udara ruangan tersebut.
10

b). Untuk daerah tropis, kelembaban udara relatif yang dianjurkan antara 40% ~ 50%,
tetapi untuk ruangan yang jumlah orangnya padat seperti ruang pertemuan,
kelembaban udara relatif masih diperbolehkan berkisar antara 55% ~ 60%.

2.3.3 Jenis-jenis dan tipe mesin pendingin


Dari berbagai mesin pendingin yang ada, serta ditinjau dari segi kegunaan dan
fungsinya, yang umum kita kenal ada 4 macam mesin pendingin, antara lain[5] :

1. Refrigerant
Jenis ini lebih dikenal dengan sebutan kulkas atau lemari es. Tipe dan
kapasitasnya bermacam-macam, dan umumnya digunakan untuk rumah tangga.
Fungsinya untuk mendinginkan minuman, mengawetkan bahan makanan,
menghasilkan es. Suhu untuk lemari es dipertahankan 3 -100 o C.

2. Freezer
Jenis yang satu ini tidak berbeda dengan kulkas, hanya saja kapasitas lebih besar,
dan suhunya lebih rendah.

3. Air Conditioner (AC)


Manusia selalu berusaha untuk membuat keadaan disekelilingnya menjadi lebih
baik dan suasana lebih nyaman. Air Conditioner adalah salah satu yang dapat
memenuhi kebutuhan itu. Dengan membuat keadaan menjadi lebih sejuk.

4. Kipas Angin
Walaupun pada dasarnya peralatan yang satu ini tidak menghasilkan udara atau
suhu yang dingin sebagaimana kulkas atau AC, tetapi putaran dan sistem kerjanya
mirip dengan kerja dari kedua peralatan diatas.
11

2.3.4 Komponen Utama Mesin Pendingin


Adapun 4 komponen Utama Mesin Pendingin yaitu[5]:

1. Kompresor
Kompresor adalah jantung dari sistem kompresi uap, karena kompresor adalah
pemompa bahan pendingin keseluruh sistem. Pada sistem refrigerasi kompresor
bekerja membuat perbedaan tekanan,sehingga bahan pendingin dapat mengalir dari
satu bagian ke bagian yang lain dalam sistem . Karena ada perbedaan tekanan antara
sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah,maka bahan pendingin dapat menggalir
melalui alat pengatur bahan pendingin ke evaporator.
Kompresor dalam sistem refrigerasi berfungsi untuk :
- Menurunkan tekanan di dalam evaporator, sehingga bahan pendingin cair di
evaporator dapat mendidih atau menguap pada suhu yang lebih rendah dan menyerap
panas lebih banyak dari ruang di dekat evaporator.
- Menghisap bahan pendingin gas dari evaporator dengan suhu rendah dan
tekanan rendah lalu memanpatkan gas tersebut sehingga menjadi gas suhu tinggi dan
tekanan tinggi. Kemudian mengalirkan ke kondensor, sehingga gas tersebut dapat
memberikan panasnya kepada zat yang mendinginkan kondensor lalu mengembun.
Untuk menentukan beberapa suhu yang harus dicapai oleh evaporator, antara lain
ditentukan oleh beberapa rendah suhu penguapan di evaporator.

2. Kondensor
Kondensor berfungsi untuk membuang kalor dan mengubah wujud bahan
pendingin dari dari gas menjadi cair. Selain itu kondensor juga digunakan untuk
membuat kondensasi bahan pendingin gas dari kompresor dengan suhu tinggi dan
tekanan tinggi. Kondensor ada tiga macam menurut pendinginannya yaitu
 Kondensor dengan pendinginan udara ( air cooled )
 Kondensor dengan pendinginan air ( water cooled )
 Kondensor dengan pendinginan campuran udara dan air
(evaporative )
12

Faktor penting yang menentukan kapasitas kondensor dengan pendinginan udara


adalah

1. Luas permukakaan yang didinginkan dan sifat perpindahan kalornya.


2.Jumlah udara permenit yang dipakai untuk mendinginkan
3.Perbedaan suhu antara bahan pendingin dengan udara luar.
4.Sifat dan karakteristik bahan pendingin yang dipakai.

3. Evaporator
Evaporator berfungsi untuk menyerap panas dari udara atau benda di dalam
lemari es dan mendinginkannya. Kemudian membuang kalor tersebut melalui
kondensor diruang yang tidak didinginkan. Kompresor yang sedang bekerja menghisap
bahan pendingin gas dari evaporator , sehingga tekanan didalam evaporator menjadi
rendah dan vakum .
Evaporator fungsinya kebalikan dari kondensor, yaitu membuang panas kepada
udara sekitar tetapi untuk mengambil panas dari udara didekatnya. Perencanan
evaporator harus mencakup : penguapan yang efektif dari bahan pendingin dengan
penurunan tekanan yang minimum dan pengambilan panas dari zat yang didinginkan
secara efisien. Perencanan evaporator tergantung dalam penempatannya dan zat yang
akan langsung didinginkan apakah berwujud : gas, cair atau padat. Pada semua
keadaan beban, bahan pendingin akan penguap waktu mengalir sepanjang pipa
evaporator atau permukaan evaporator dan diusahakan agar cairan tetap membasai
semua bagian dari evaporator.

4. Katup Ekspansi
Alat ekspansi mempunyai dua fungsi yaitu menurunkan tekanan refrigeran cair
dan mengatur aliran refrigeran ke evaporator .
Jenis alat-alat ekspansi:
- Pipa kapiler
13

Pipa kapiler dibuat dari pipa tembaga dengan lubang dalam yang sangat kecil.
Panjang dan lubang kapiler dapat mengontrol jumlah bahan pendingin yang mengalir
ke evaporator.
Fungsi Pipa kapiler adalah :
- Menurunkan tekanan bahan pendingin cair yang mengalir didalamnya.
- Mengatur jumlah bahan pendingin cair yang mengalir melaluinya.
-membangkitkan tekanan bahan pendingin di kondensor.

Gambar 2.3 Kompenen Utama Mesin Pendingin[5]

2.3.5 Beban Pendingin


Beban Pendinginan adalah aliran energi dalam bentuk panas. Jenis beban
pendingin, dapat dibagi menjadi dua yaitu panas sensible dan panas laten. Panas
sensible adalah panas yang diterima atau dilepaskan suatu materi sebagai akibat
perubahan suhunya. Panas laten adalah panas yang diterima atau dilepaskan suatu
materi karena perubahan fasanya. Menghitung beban pendingin pada prinsipnya
adalah menghitung laju perpindahan panas yang melibatkan semua jenis perpindahan
panas yang melibatkan semua jenis perpindahan panas, yaitu : konduksi, konveksi,
radiasi, penguapan, dan pengembunan.Adapun dikenal beberapa metode perhitungan
14

beban pendingin. Metode yang umum digunakan antara lain Transfer Function
method (TFM), Cooling Load Temperature Difference (CLTD), dan Time-
averaging(TETD/TA). Sebelum melakukan perhitungan beban pendinginan pada
suatu ruangan yang akan dikondisikan, data-data pendukung harus dikumpulkan.Data
yang harus dimiliki sebelum melakukan perhitungan adalah sebagai berikut [4]:

1. Lokasi bangunan dan arahnya


2. Konstruksi dari bangunan
3. Kondisi di luar atau di sekitar bangunan
4. Kondisi design di dalam Gedung
5. Jadwal penghuni dalam Gedung
6. Jumlah lampu dan peralatan listrik yang dipasang di dalam Gedung
7. Jadwal masuknya/beroperasinya peralatan-peralatan di dalam Gedung
8. Kebocoran udara(infiltration) dan penambahan udara (ventilation)
Adapun Spesifikasi Air Conditioner (AC) secara umum yang dapat dihasilkan
berdasarkan daya yang digunakan [7].

Tabel 0.1 Spesifikasi Air Conditioner (AC) secara umum

PK BTU/H
0,5 5000
0,75 7000
1,0 9000
1,5 12000
2,0 18000

2.3.5.1 Beban Pendingin External


Beban pendingin external berasal dari konduksi udara luar dengan dinding.
Beban pendingin dari luar ruangan secara umum terbagi menjadi tiga yaitu panas
konduksi dari material bangunan yang berbatasan langsung dengan udara luar
(misalnya dinding, atap, lantai atau jendela), panas konduksi dari material bangunan
15

yang berbatasan dengan ruangan lain yang bukan udara luar, dan panas transmisi sinar
matahari dari bahan bangunan yang dapat ditembus sinar matahari (kaca atau
plastik)[4].

1. Perhitungan Beban Pendingin dari Atap dan Dinding


Besarnya beban panas dinding dari luar dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:

Q = A . U . CLTD ................................................................................... (2.2)

dimana :
Q = Laju Perpindahan Panas (Watt)
A = Luas Permukaan (m2)
U = Koefisien Perpindahan Panas menyeluruh (Watt/ m2.oC)
∆T = Perbedaan temperature (oC)
Harga koefisien perpindahan panas total (U) dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

1 1 x1 x2 x3 1
= + + + + ................................................................... (2.3)
𝑅 h0 k1 k2 k3 h1

Gambar 2.4 Perpindahan panas pada dinding


16

dimana:

U = Konduktivitas termal [Watt/m2.oC]


k1,k2,..kn = Konduktivitas thermal material [Watt/m.oC] x
= Tebal material [m]
h0 = Koefisien Konveksi

2. Perhitungan Beban Pendingin dari Lantai


Lantai bangunan mempengaruhi beban pendingin.Untuk Lantai,
diasumsikan seluruh ruangan sama yaitu lantai semen yang dilapis keramik.Tahanan
termal dapat dilihat pada ASHRAE 1997 bab 28 tabel 4. Besaran panas pada lantai
dapat dihitung menggunakan persamaan:

Q = U.A. (tb-ti) ............................................................................................. (2.4)

dimana :

U = Koefisien perpindahan panas menyeluruh (Watt/m2.oC)


A = luas lantai (m2)
tb = temperatur ruangan yang berdekatan
ti = temperatur desain dalam (konstan) di ruang AC

3. Perhitungan Beban Pendingin dari Kaca


Kaca merupakan material yang dapat mempengaruhi beban pendingin dari
ruangan. Ruangan ini dapat dihitung pada bagian kaca yang terkena sinar matahari
langsung. Besaran panas pada lantai dapat dihitung menggunakan persamaan:

Q = A . U . CLTD .......................................................................................... (2.5)

dimana :

Q = Laju Perpindahan Panas (Watt)


A = Luas Permukaan (m2)
17

U = Koefisien Perpindahan Panas menyeluruh (Watt/ m2.oC)


∆T = Perbedaan temperature (oC)

2.3.5.2 Beban Pendingin Internal

Panas yang timbul, baik akibat aktivitas dan proses konservasi energi, di
dalam ruangan akan di perhitungkan sebagai panas dari dalam. Beberapa sumber
panas dapat di hitung pada sub bagian berikut:

1. Panas dari tubuh manusia didalam ruangan

Tubuh manusia dalam beraktivitas, selalu mengeluarkan panas keudara


sekelilingnya. Panas yang dilepaskan oleh tubuh manusia ini terdiri dari 2 jenis, yaitu
panas sensible dan panas laten. Masing-masing panas ini dapat di hitung sebagai
berikut:
Qs = N x SHG x CLF ............................................................................ (2.6)
Q1 = N x LHG......................................................................................... (2.7)

dimana:

N = Jumlah manusia yang menghuni ruangan

Sensible heat gain (SHG) = Perkiraan panas sensibel

Latent heat gain (LHG) = Panas laten yang di keluarkan manusia dan sesuai
umur dan aktivitasnya

Cooling load factor (CLF) = Faktor Beban Pendingin

2. Panas dari Lampu/ Penerangan


Lampu atau alat penerangan mengubah energi listrik menjadi cahaya, dan
sebagian energi ini akan berubah menjadi panas. Besar panas yang dilepaskan bola
18

lampu/penerangan ke lingkungan adalah panas sensible dan dapat dihitung


menggunakan persamaan :

Q𝑠 = W x 𝐹𝑢𝑙 x 𝐹𝑠𝑎 x CLF ................................................................... (2.8)


dimana :

W = daya total Lampu (watt)


𝐹𝑢𝑙 = lighting use
𝐹𝑠𝑎 = Special allowance Factor
CLF = Cooling load factor

3. Panas dari Peralatan Elektronik


Peralatan Elektronik didalam ruangan mempengaruhi beban pendingin.Hal
ini juga diikuti dengan besarnya daya yang dipakai dan lama nya digunakan didalam
ruangan. Jumlah daya peralatan elektronik yang merupakan kalor sensible (SHG) pada
ruangan dapat dilihat pada ASHRAE 1997 bab 28 tabel 39. Besaran panas pada
peralatan elektronik dapat dihitung menggunakan persamaan:

Q𝑠 = SHG x (CLF) .............................................................................. (2.9)


dimana :

SHG = Jumlah daya yang dipakai (watt)


CLF = Faktor beban pendingin dengan jam hunian

2.3.5.3 Beban Panas dari infiltrasi dan ventilasi


Infiltrasi yang dimaksud dalam bagian ini adalah udara yang memasuki ruangan
karena adanya kebocoran yang tidak disengaja. Ventilasi adalah seluruh udara yang
sengaja disirkulasikan dalam ruangan.
19

Gambar 2.5 Contoh Beban Pendingin pada Suatu Ruangan[10]

Banyak faktor yang mempengaruhi perhitungan beban pendingin. Nilai beban


pendingin (cooling load) akan berubah jika jumlah orang yang beraktivitas didalam
ruangan bertambah atau jika sebuah benda menghasilkan panas, terdapat aliran udara,
ataupun ruangan tidak ditutup rapat. Oleh karena itu umumnya perhitungan dibatasi
dengan mengambil faktor-faktor yang dominan saja.
Menghitung beban pendingin pada prinsipnya adalah menghitung total laju
perpindahan panas yang terjadi pada ruangan, yang meliputi konduksi, konveksi,
radiasi, penguapan, dan pengembunan. Untuk menghitung total beban pendingin pada
suatu ruangan, dapat menggunakan beberapa metode, yaitu[9]
1. Transfer Function Method (TFM)
2. Cooling Load Temperatur Difference (CLTD), dan
3. Time Averaging (TA/TETD)
Dari ketiga metode tersebut, metode yang menggunakan perhitungan
sederhana dan paling disarankan untuk perhitungan manual adalah metode CLTD
(Cooling Load Temperatur Difference)[4]. Adapun persamaan laju beban pendingin
menurut metode CLTD untuk beban pendingin dari luar melalui atap dan dinding
yaitu[9]
20

q = U A × CLTD........................................................................................ (2.10)
dimana A adalah luas penampang permukaan panas dalam satuan m2. CLTD adalah
perbedaan temperatur beban pendingin. U adalah koefisien perpindahan panas
menyeluruh dalam satuan W/m2K, dihitung dengan menjumlahkan setiap invers dari
koefisien perpindahan panas pada dinding ruangan. Untuk mempermudah dalam
mengetahui nilai U untuk material atap dan dinding bangunan dapat dilihat pada
lampiran, yaitu tabel sifat termal bahan bangunan umum.
Perhitungan nilai beban pendingin dari luar ruangan umumnya dilakukan
berdasarkan jam pengujian. Nilai CLTD untuk atap dapat dilihat pada tabel standar
ASHRAE untuk atap, dimana terdapat 14 jenis atap yang dapat dipilih seperti berikut:

Gambar 2.6 Tabel ASHRAE untuk Nilai CLTD pada Atap


Standar tersebut digunakan untuk nilai temperatur minimum dalam ruangan
berkisar 25,5°C dan nilai maksimum temperatur luar 35°C. Pemilihan nomor atap pada
tabel tersebut harus sesuai spesifikasi atap yang digunakan. Tabel pemilihan nomor
atap ditunjukkan pada lampiran.

Gambar 2.7. Tabel ASHRAE untuk Nilai CLTD pada Dinding Nomor 3
Nilai CLTD pada dinding dapat diambil dari tabel standar ASHRAE untuk
dinding, dimana terdapat 16 jenis dinding yang bisa dipilih. Gambar diatas adalah tabel
21

untuk dinding tipe 3. Tabel untuk dinding lainnya dan tabel pemilihan nomor dinding
ditampilkan pada lampiran. Tabel tersebut digunakan untuk data CLTD pada standar
lokasi 40° LU pada musim panas, sehingga untuk menyesuaikan dengan lokasi lainnya
digunakan CLTD koreksi (CLTDcor) dengan rumus berikut :
CLTDcor = CLTD + (25,5-tr) + (tm-29,4) ................................................. (2.11)
dimana tr adalah temperatur dalam ruangan dan tm adalah temperatur luar ruangan rata-
rata yang dapat dihitung dengan persamaan tm = temperatur luar ruangan maksimum
– (perbedaan temperatur harian/2).
Perhitungan untuk beban pendingin luar ruangan yang melalui lantai dan langit-
langit dapat menggunakan rumus berikut :
q = U A × (to – ti) ....................................................................................... (2.12)
dimana to adalah temperatur luar ruangan dan ti adalah temperatur dalam ruangan yang
didinginkan.
Adapun nilai U terdapat di tabel sifat termal untuk berbagai bahan bangunan.
Tabel ini ditampilkan pada lampiran. Beban pendingin infiltrasi dan ventilasi dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
q𝑠𝑒𝑛𝑠𝑖𝑏𝑙𝑒 = 1,23Q (to-ti) .......................................................................... (2.13)

q𝑙𝑎𝑡𝑒𝑛𝑡 = 3010 x Q x (W0-Wi) ............................................................... (2.14)


q𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 1.2Q (h0-hi) ........................................................................... (2.15)
dimana
to adalah temperatur udara luar dan ti adalah temperatur udara dalam ruangan.
W0, Wi adalah Kelembapan udara didalam rasio kg (air) / kg (udara kering)
ho , hi adalah entalpi udara , KJ/ kg (udara kering)
Nilai Q dapat dihitung menggunakan rumus[9] :
𝐴𝑙
q = 1000 √𝐶𝑠. ∆𝑡 + 𝐶𝑤. 𝑣 2 .................................................................................... (2.16)

dimana :

Al = Kebocoran udara efektif area (cm2)

Cs = Koefisien Stack (L/s)2/(cm4.K)


22

∆𝑡 = Perbedaan suhu rata-rata untuk interval waktu perhitungan,K

𝐶𝑤 = Koefisien angin (L/s)2/ [cm4.(m/s)2]

V = rata-rata kecepatan angina diukur distasiun cuaca local untuk waktu perhitungan
m/s

2.4 Sistem Kelistrikan

Sistem kelistrikan adalah sistem energi yang terbesar dalam suatu gedung
maupun industri. Dikarenakan pengubahan jenis energi lebih mudah dengan
menggunakan energi listrik, penggunaannya mencakup hampir seluruh sistem energi
lainnya seperti sistem pencahayaan dengan menggunakan lampu, sistem tata udara
menggunakan air conditioner (AC) dan sistem penggerak menggunakan motor motor
listrik. Koordinasi antar sistem tersebut beserta peralatannya dengan sistem
kelistrikan diatur dalam sebuah intalasi listrik.

Instalasi listrik adalah susunan perlengkapan listrik yang berhubungan yang


satu dengan yang lain, serta memiliki ciri terkoordinasi, untuk memenuhi satu atau
sejumlah tujuan tertentu. Instalasi yang benar dan sesuai akan sangat berpengaruh
terhadap efisiensi energi yang digunakan. Intalasi listik saat ini telah mencakup beban
penerangan, air conditioner, motor listrik dan lain lain.

2.4.1 Energi Listrik


Energi didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk melakukan kerja. Energi
tersimpan dalam berbagai bentuk seperti energi mekanis, energi kimia, energi listrik,
energi panas, energi cahaya, dan lain-lain. Menurut hukum kekekalan energi, energi
tidak dapat diciptakan atau pun dimusnahkan tetapi dapat berubah bentuk ke bentuk
energi yang lain. Adapun satuan menurut Satuan Internasional adalah Joule, dan juga
dapat dinyatakan dalam satuan satuan lain seperti elektronVolt, kalori, BTU dan
Watthour [cari ref].

Energi listrik merupakan energi utama yang dibutuhkan suatu peralatan listrik
untuk melakukan kerja seperti menggerakkan motor, lampu penerangan, pemanasan,
23

dan sebagainya. Energi yang digunakan oleh suatu peralatan listrik merupakan daya
dikalikan dengan waktu pemakaian daya tersebut yang secara matematis di tuliskan
sebagai Persamaan 2. Berikut:

W = P × t ......................................................... (2.17)
dimana :
P = daya listrik (Watt)

T = waktu selama peralatan digunakan (jam atau hour)

W = energi listrik yang dikonsumsi peralatan (Watt hour)

2.4.2 Efisiensi Energi


Efisiensi energi umumnya dinyatakan sebagai rasio atau perbandingan energi
yang dihasilkan / keluaran / output dengan energi yang diambil / masukan / input.
Efisiensi dapat dinyatakan sebagai pecahan ataupun persentasi.

Adapun persamaan efisiensi energi secara umum ditunjukkan oleh Persamaan


2.5 berikut.

𝑃𝑜𝑢𝑡
𝜂= 𝑥 100%................................................... (2.18)
𝑃𝑖𝑛

dimana :
η = efisiensi (%)

Pout = energi keluaran (kWh)

Pin = energi masukan (kWh)

2.4.3 Intensitas Konsumsi Energi


Indikator utama penghematan energi di sebuah gedung umumnya
menggunakan Intensitas Konsumsi Energi (IKE). IKE menunjukkan besarnya
konsumsi energi (kWh) per meter persegi (m2) setiap bulan. Angka IKE
(kWh/m2/bulan) diperoleh dengan membagi jumlah kWh penggunaan listrik selama
24

sebulan dengan luas bangunan yang digunakan. Untuk perhitungan IKE yang
direkomendasikan melalui Permen ESDM No.13 Tahun 2012 dapat dilihat pada
bagian Monitoring dalam Panduan ini.
Selanjutnya, nilai IKE yang dihasilkan akan menentukan apakah sebuah bangunan
tergolong sangat efisien, efisien, cukup efisien dan boros, seperti tabel di bawah ini :

Tabel 2.1 Standar Intensitas Konsumsi Energi untuk Gedung Kantor Pemerintah
Kriteria Gedung Kantor Ber-AC Gedung Kantor Tanpa
kWh/m2/ AC
bulan kWh/m2/bulan
Sangat Efisien <8,5 <3,4
Efisien 8,5 - 14 3,4 - 5,6
Cukup Efisien 14 - 18,5 5,6 - 7,4
Boros >18,5 >7,4

Sumber: Permen ESDM No. 13 tahun 2012

2.4.4 Tarif Listrik

Tarif listrik merupakan tarif yang dikenakan kepada konsumen yang


menggunakan energi listrik yang bersumber dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Berdasarkan peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik
Indonesia, tarif tenaga listrik ditetapkan berdasarkan golongan tarif.

Biaya listrik yang dibayarkan konsumen terdiri atas dua komponen, yaitu:

1. Biaya Awal

Untuk mendapatkan suplai listrik oleh pihak penyedia listrik pertama kali, maka

konsumen harus membayar biaya awal. Biaya awal terdiri atas biaya

penyambungan dan biaya jaminan listrik.


25

2. Biaya Perbulan (Pemakaian)

Biaya perbulan merupakan biaya yang dibayarkan oleh konsumen setiap bulan,

biaya ini terdiri atas :

a. Biaya Beban (Abonemen)

b. Biaya Pemakaian kWh

c. Biaya Kelebihan Pemakaian kVARh

d. Biaya Pemakaian Trafo (jika ada)

e. Biaya lain-lain yang terdiri dari:

a. Biaya Pajak Penerangan Jalan

b. Biaya Materai

c. Biaya Pajak Pertambahan Nilai

Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, terdapat 37

golongan tarif yang disubsidi dan non-subsidi . Untuk golongan sosial (S)

diperuntukkan untuk intitusi sperti sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit, tempat

ibadah, dan lain lain. Daftar tarif daya listrik untuk golongan tarif sosial dan berlaku

hingga saat ini ditunjukkan dalam Tabel 2.2.


26

Tabel 0.2 Tarif tenaga listrik untuk golongan sosial (S)

2.4.5 Faktor Daya

Faktor Daya dapat diartikan sebagai perbandingan antara daya aktif dengan
daya semu. Faktor daya sering dinotasikan dengan cos φ (cos phi), dimana φ adalah
selisih sudut antara arus dan tegangan. Perhitungan faktor daya diberikan dalam
Persamaan 2.3 dan dilihat pada Gambar 2.2 di subbab sebelumnya.
Faktor daya sangat besar pengaruhnya terhadap kualitas daya dan efisiensi
energi yang dipergunakan suatu gedung, karena besar daya sebenarnya yang di
konsumsi dari besar daya yang disalurkan dari PLN bergantung pada faktor daya
tersebut.
27

Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral,


ditetapkan besar faktor daya yang di izinkan oleh PLN adalah sekurang-kurangnya 0,85
[8]. Apabila faktor daya ditemukan kurang dari 0,85 maka pihak pemakai dikenai biaya
tambahan pemakaian beban kVArh.

2.5 Sistem Pencahayaan


Pada suatu bangunan komersial,penggunaan energi pencahayaan sangat
bervariasi dengan kisaran 10-30% dari total penggunaan energi listrik. Meskipun
bukan penggunaan energi terbesar namun penghematan energi pada system
pencahayaan memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam penghematan energi.
Sistem ini terbagi dua kelompok besar yaitu cahaya buatan dan cahaya alami.

Dalam perancangan suatu Gedung, pemanfaatan cahaya alami sangat bermanfaat


khususnya dalam upaya penghematan sumber cahaya buatan khususnya bangunan-
bangunan yang beroperasi pada siang hari.Maka selain potensi cahaya alami tersebut
yang harus dipertimbangkan, maka perancangan system pencahayaan buatan harus
memenuhi hal-hal memenuhi hal-hal sebagai berikut:

a. Tingkat pencahayaan minimum yang di rekomendasikan


b. Daya pencahayan maksimum yang di ijinkan
Pengertian sistem penerangan pada bangunan dalam suatu bentuk instalasi.
Penerangan yang disediakan untuk mendukung aktivitas kerja yang berlangsung
normal pada bangunan tersebut. Sistem penerangan dengan instalasi penerangan yang
memenuhi kebutuhan suatu aktivitas kerja, ditetapkan setelah kondisi aktivitas kerja
dan kondisi teknis yang tersedia didalam ruangan/bangunan.

Setelah sistem tata udara, bagian yang menyerap energi paling besar pada
sebuah bangunan gedung adalah sistem tata cahaya yaitu sekitar 27% dari total
konsumsi energi listrik harian sebuah bangunan gedung Hal ini dikarenakan jumlah
pemakaian lampu penerangan yang sangat banyak, meskipun tingkat pemakaian
energi listriknya tidak sebesar peralatan lain, seperti AC.
28

Untuk kenyamanan visual suatu ruangan bangunan gedung, maka salah satu hal
yang harus diperhatikan adalah dalam sistem tata cahaya adalah intensitas cahaya
ruangan. Tabel 2.4 berikut merupakan daftar intensitas cahaya pada beberapa ruangan
pada gedung perkantoran menurut SNI [Pencahayaan].

Tabel 0.2 Intensitas cahaya beberapa ruangan berdasarkan SNI

Fungsi Ruangan Tingkat Pencahayaan (lux)


Ruang direktur 350
Ruang kerja 350
Ruang komputer 350
Ruang rapat 300
Ruang gambar 750
Gudang arsip 150
Ruang arsip aktif 300
Lain lain :
Toilet 250
Lobi, koridor 100
Untuk mendapatkan lux yang diharapkan saat pemasangan instalasi, jumlah
lampu yang diperlukan dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan 2.7
berikut [14].

𝐸×𝐴
𝑛 = ɸ×ɳ×𝑑 ............................................................ (2.19)

dimana:

n = jumlah lampu

E = intensitas penerangan yang diharapkan (lux)

ɸ = fluks lampu (lumen)

ɳ = efisiensi penerangan

d = faktor depresiasi
29

2.5.1 Perhitungan Daya Listrik Untuk Penerangan

Perhitungan Pemakaian daya listrik untuk pernerangan dapat dilakukan dengan


perhitungan langsung pada jumlah lampu yang terpasang, menurut jenis lampu yang di
pergunakan, sesuai dengan spesifikasi yang dikeluarkan oleh produsen. Untuk jenis
lampu pijar, daya terpakai sesuai dengan daya yang tertulis. Sedangkan untuk jenis
lampu pijar, daya terpakai sesuai dengan daya yang tertulis. Sedangkan untuk jenis
lampu fluoresen daya yang tertulis, disebabkan pemakaian ballast. Untuk itu pada jenis
lampu flourensen perhitungan daya semuanya harus dibagi dengan factor daya dari
lampu tersebut, dan secara matematis perhitungan daya listrik pemakaian adalah
sebagai berikut:

P = VI cos∅ .................................................. (2.20)

dimana :

P = daya Pemakaian (Watt)

V = tegangan (volt)

I = arus (ampere)

cos∅ = Faktor Daya

2.6 Tingkat Kebisingan


Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki, yang bersumber dari alat-alat
proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu
dapat menimbulkan gangguan.

Tujuan dari Pengukuran/pemantauan tingkat kebisingan daerah kerja adalah


untuk mendapatkan data pengukuran tingkat kebisingan daerah kerja IPLR dan KH-
IPSB3 yang dapat digunakan sebagai bahan evaluasi tingkat kebisingandengan
mengevaluasi batasan aman bagi pekerja sesuai dengan peraturan yang
30

berlaku.Tingkat kebisingan daerah kerja perlu dilakukan pengukuran secara rutin


sehingga dapat diketahui lebih awal dampak dari kebisingan pada pekerja dari daerah
kerja jika melebihi batasan[Jurnal Tingkat kebisingan].
Tahapan dari kegiatan ini yaitu:

Mengoperasikan dan Mengambil Data


Pada tahapan ini dilakukan pengoperasian dan pengambilan data pengukuran
tingkat kebisingan di daerah kerja. Pengambilan data/ pengukuran tingkat kebisingan
daerah kerja ini menggunakan sound level meter yang dilakukan di ruangan.
kemudian dicatat ke dalam Formulir Tingkat Kebisingan Daerah Kerja.

Menginterpretasi Data Ukur/Survey


Pada tahapan ini dilakukan penginterpretasian data pengukuran Tingkat
Kebisingan di daerah kerja. Data ini diolah dan dibandingkan dengan batasan yang
diijinkan permenaker atau
peraturan yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai