Anda di halaman 1dari 16

PITA FIBER RESIN REINFORCED YANG DIGUNAKAN

SEBAGAI SPLINTING

Oleh :
Wandania Farahanny, drg.
NIP. 132 306 493

DEPARTEMEN ILMU KONSERVASI GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2008

Wandania Farahanny : Pita Fiber Resin Reinforced Yang Digunakan Sebagai Splinting, 2008
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

BAB II PITA FIBER RESIN REINFORCED .................................................................. 2

BAB III STABILISASI TRAUMA DENGAN PITA FIBER RESIN REINFORCED...... 5

BAB IV SPLINTING PERIODONTAL DENGAN PITA FIBER RESIN


REINFORCED PADA GIGI ANTERIOR MANDIBULA DENGAN TANPA
PREPARASI PADA BAGIANLINGUAL GIGI ............................................... 7

BAB V DISKUSI ............................................................................................................ 11

BAB IV KESIMPULAN .................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 13

Wandania Farahanny : Pita Fiber Resin Reinforced Yang Digunakan Sebagai Splinting, 2008
Pita Fiber Resin Reinforced yang Digunakan Sebagai Splinting

Pendahuluan

  Splinting gigi merupakan praktik yang umum dilakukan dalam restorative


dentistry. Splinting akan memperbaiki gigi dalam posisi yang telah ditentukan. Gigi
displinting untuk berbagai alasan, meliputi:1

• Untuk mengganti gigi yang hilang


• Untuk menjaga gigi yang telah dirawat secara ortodontik
• Untuk menstabilkan gigi yang mengalami trauma
• Untuk menstabilkan gigi yang terlibat secara periodontal dan mengalami
mobiliti
Suatu masalah yang dihadapi oleh klinisi dalam memenuhi harapan pasien yaitu
meningkatnya derajat mobiliti gigi anterior yang merupakan akibat dari hilangnya
perlekatan jaringan periodonsium. Hal ini terlihat sangat jelas pada gigi insisivus
mandibula. Pada keadaan ini, perawatan untuk mengurangi derajat mobiliti dengan
splinting periodontal gigi yang terlibat dapat diterima.2
Selama bertahun-tahun diduga bahwa splinting periodontal gigi yang terlibat
diperlukan untuk kontrol gingivitis, periodontitis, dan pembentukan soket.2 Riset
terbaru mendukung penggunaan stabilisasi gigi dan splinting untuk meningkatkan
prognosis. Ada tiga indikasi utama untuk splinting secara periodontal yang
melibatkan gigi, yaitu: trauma oklusal primer, trauma oklusal sekunder, mobiliti
progresif, migrasi atau sakit pada fungsi.3
Selama bertahun-tahun dokter gigi telah melakukan splinting gigi dengan
berbagai teknik. Salah satu teknik yang konservatif meliputi penggunaan casting yang
sebagian ditutupi emas yang disemenkan dan dilekatkan ke gigi yang mobiliti dengan
skrew pin nonparalel ke gigi yang hilang. Suatu pengembangan dari teknik tersebut
menggunakan retainer metal bonded resin (Maryland Bridge). Teknik yang lain
menggunakan direct bonding dengan jala kawat yang dilekatkan dengan resin

Wandania Farahanny : Pita Fiber Resin Reinforced Yang Digunakan Sebagai Splinting, 2008
komposit dan kawat ligature yang diikat di sekeliling gigi yang mobil dan ditutupi
oleh dental resin. Dengan perkiraan klinis dari prosedur adhesif, penggunaan dari
teknik bonding konservatif untuk splinting gigi menawarkan alternatif yang berguna
untuk penemuan prosedur prostodontik restoratif fixed yang lainnya. Telah ada
laporan dari teknik klinis yang dilekatkan dengan kawat, pin, nilon dan jala stainless
steel dengan resin restoratif.4

Adanya kegagalan klinis dengan bahan-bahan tersebut disebabkan karena


bahan-bahan itu tidak dapat mendukung beban tekanan yang berulang-ulang yang
ditempatkan pada splint selama fungsi normal dan parafungsi. Masalah utama dari
melekatkan metal atau kisi-kisi nilon dengan dental resin adalah karena bahan
tersebut tidak dapat melekat secara kimia, resin dapat terlepas dari jala atau
kawatnya. Pada permukaan lingual dari splint maksila dengan kawat, pasien akan
memakai komposit melewati kawat dan merusak jala kawat sehingga akan
meninggalkan ujung kawat yang tajam yang akan mengiritasi lidah. Daerah ini sulit
untuk diperbaiki.4

Pollack menyampaikan keberhasilannya selama 25 tahun dengan teknik


stabilisasi tanpa mahkota dan jembatan menggunakan resin komposit adhesif dari gigi
yang goyang secara periodontal. Kebanyakan splint yang diikutinya selama periode
25 tahun juga tidak ada kekuatan tambahan atau mereka memakai kekuatan kawat.
Masalah utamanya yaitu sering dibutuhkan perbaikan oleh karena patahnya komposit
di antara gigi. Masalah tersebut dapat diatasi dengan diperkenalkannya bahan fiber
reinforced dalam bentuk pita yang berkuatan tinggi, tipis, mudah berikatan,
biokompatibel, estetis baik, mudah dimanipulasi dan tidak berwarna yang dapat
dilekatkan ke dalam struktur resin.2

Wandania Farahanny : Pita Fiber Resin Reinforced Yang Digunakan Sebagai Splinting, 2008
Pita Fiber Resin Reinforced

Baru-baru ini terdapat beberapa bahan fiber reinforcement yang tersedia di


pasaran. Bahan fiber reinforcement mempengaruhi daya tarik fisik dan reaksi bahan-
bahan komposit. Glass fiber digunakan dengan silane agar dapat berikatan dengan
dental resin sementara polyethylene fibers yang berupa plasma digunakan untuk
menambah ikatan kemisnya.2

Suatu masalah yang ada dengan bahan fiber reinforcement saat ini adalah
ketebalan yang tidak dapat dipisahkan ketika berikatan dengan resin komposit pada
splint. Untuk mengatasi masalah ini, diperkenalkanlah suatu pita yang terdiri dari
rangkaian untaian jalinan serat polyethylene tipis yang silang menyilang, salah
satunya yaitu Ribbond® THM Reinforcement (gambar 1).2

Gambar 1. Ribbond® Fiber Reinforcement 4

Bahan yang lebih tipis masih digabungkan untuk kemudahan dari penggunaan
jalinan pita yang asli. Tidak seperti jalinan serat yang memiliki kecenderungan untuk
menguraikan dan tidak mempertahankan bentuk dimensinya apabila diputuskan
sesuai panjang yang dibutuhkan, bahan yang baru tidak menguraikan dan dimensinya
konstan ketika terikat di dalam bahan komposit. Salah satu kelebihan dari bahan pita

Wandania Farahanny : Pita Fiber Resin Reinforced Yang Digunakan Sebagai Splinting, 2008
fiber resin reinforced yaitu dapat mempertahankan keutuhan struktur dengan
memberikan kekuatan multidirectional terhadap polimer resin restoratif karena terdiri
dari untaian jalinan yang kuat sehinggga mencegah terjadinya keretakan.2

Keunggulan pita fiber resin reinforced:4

- Suatu fiber dan jalinan yang berkekuatan tinggi sebagai hasil dari pita
reinforcement yang kuat dan tahan lama.
- Mudah berikatan
- Jalinan silang, rangkaian jalinan yang terkunci (tidak terurai ketika dipotong;
mempertahankan bentuknya)
- Berwarna netral
- Mudah dimanipulasi karena tidak terdapat fiber memori
- Biokompatibel
- Pilihan tersedia dari panjang 1,2,3,4 dan 9 mm
- Telah terbukti secara klinis

Sifat Fisik dari pita fiber resin reinforced:4

- Jalinan anyaman yang terkunci yang membantu mempertahankan struktur


integritas dari resin
- Jalinan serat polyethylene multidirectional memberikan tahanan
multidirectional yang akan mentransfer tekanan melalui jaringan serat
- Kepadatan dari jalinan serat Ribbond mencegah celah mikro/microcracks di
dalam struktur resin
- Modulus elastisitas dari fiber 24.000.000 psi

Terdapat beberapa pilihan untuk pita reinforcement (gambar 2&3). Pita fiber
resin reinforced merupakan rangkaian jalinan serat polyethylene lock stitched,
dimana serat polyethylene tersebut sangat kuat dan membantu dalam ketahanan

Wandania Farahanny : Pita Fiber Resin Reinforced Yang Digunakan Sebagai Splinting, 2008
splint. Selain itu, pita fiber resin reinforced lebih tipis dan memiliki modulus
elastisitas yang lebih tinggi.4

Gambar 2. Ribbond®-THM (60x)4 Gambar 3. Pita merk lain (60x)4

Stabilisasi Trauma dengan Pita Fiber Resin Reinforced

Beberapa tahun belakangan ini, splinting yang konservatif dari gigi yang
goyang dengan adanya keterlibatan jaringan periodontal dengan menggunakan suatu
jalinan pita fiber reinforcement telah disampaikan dan menjadi teknik yang diterima
dengan baik. Dengan adanya splinting, terjadi penurunan tingkat mobiliti gigi.1
Splinting juga dapat digunakan pada gigi yang mengalami trauma, diantaranya yaitu
pada kasus luksasi dan avulsi.5

Cedera luksasi tanpa memperhatikan tipenya, sering mempersulit diagnosa


dan perawatan sehingga memerlukan konsultasi dengan spesialis. Pada kasus
subluksasi, stabilisasi mungkin diperlukan bila gigi mobiliti derajat 2. Splinting
dipasang selama 2 minggu. Pada cedera ekstrusi dan luksasi lateral memerlukan
reposisi dan pemasangan splinting (gambar 4&5). Lamanya waktu yang diperlukan
untuk pemasangan splinting bervariasi sesuai dengan keparahan cedera. Ekstrusi
mungkin hanya memerlukan 2-3 minggu, sedangkan luksasi yang disertai fraktur
tulang memerlukan lebih dari 8 minggu (gambar 6,7,8).5

Wandania Farahanny : Pita Fiber Resin Reinforced Yang Digunakan Sebagai Splinting, 2008
Gambar 4. Cedera ekstrusi4 Gambar 5. Pada cedera ekstrusi dilakukan

pemasangan splinting4

Gambar 6. Fraktur tulang alveolar4 Gambar 7. Fiksasi dengan pita fiber resin

reinforced4

Gambar 8. Penyembuhan setelah 8 minggu4

Wandania Farahanny : Pita Fiber Resin Reinforced Yang Digunakan Sebagai Splinting, 2008
Splinting juga dilakukan pada gigi yang avulsi. Pada replantasi dalam waktu 2 jam
splinting dipasang selama 1-2 minggu untuk stabilisasi. Sedangkan, pada replantasi
yang lebih dari 2 jam, gigi displinting selama 3-6 minggu.5

Manfaat Teknik Stabilisasi Trauma dengan Pita Fiber Resin Reinforced 4:

1. Mudah dilakukan

2. Tipis, halus, dan tidak mengiritasi bibir

3. Mudah untuk mengontrol derajat rigiditas

Teknik Splinting Menggunakan Pita Fiber Resin Reinforced:

1. Potong pita dengan instrumen pemotong

2. Untuk mencegah kontaminasi pada daerah interproksimal diletakkan waxed


dental floss

3. Etsa asam, aplikasi resin bonding ke gigi, kelebihan resin dibuang dan dicuring.
Aplikasikan hanya di tempat yang ingin dibonding.

4. Aplikasikan komposit ke gigi

5. Pita dilumuri dengan resin bonding dan buang kelebihan resin.

6. Dorong pita melewati komposit sehingga pita berada dekat dengan gigi,
kemudian curing.

Splinting Periodontal dengan Pita Fiber Resin Reinforced pada Gigi


Anterior Mandibula dengan Tanpa Preparasi pada Bagian Lingual Gigi

Pasien menunjukkan keluhan utama karena ketidaknyamanan pada gigi


anterior mandibula ketika sedang berfungsi. Dicatat adanya kehilangan perlekatan
gingiva dengan beberapa resesi. Semua insisivus memiliki mobiliti derajat 2. Kaninus

Wandania Farahanny : Pita Fiber Resin Reinforced Yang Digunakan Sebagai Splinting, 2008
memiliki mobiliti derajat 1. Gambaran radiografis menunjukkan adanya kehilangan
tulang lebih dari 40% pada keempat insisivus (gambar 9).2,4

Gambar 9. Gambaran radiografis2,4

Gigi diskeling dan dilakukan penyerutan akar. Setelah menyelesaikan terapi


periodontal awal, diputuskan untuk membuat splinting pada insisivus mandibula
dalam rangka untuk merawat trauma oklusal sekunder. Teknik yang digunakan adalah
penempatan secara langsung splinting pita resin fiber reinforced yang dibonding
dengan resin komposit yang akan dipasang dari kaninus ke kaninus.2,4

Gigi diisolasi dengan dental dam yang diperluas secara bilateral sampai ke
premolar kedua untuk prosedur klinis. Selain mengontrol kelembaban daerah yang
dirawat, dam juga mengontrol bibir, pipi dan lidah membuat perawatan restorasi lebih
mudah. Dam mudah dipasang karena gigi goyang dan renggang.2,4

Gigi dibersihkan pada permukaan fasial dan lingual menggunakan cup


profilaksis dengan pasta dari air dan pumis. Gigi dibilas dan dikeringkan. Permukaan
interproksimal dibersihkan dengan strip abrasif. Bagian interproksimal fasial
dipreparasi dengan bur diamond untuk menambah lebar resin komposit di daerah ini
untuk menstabilkan gigi (gambar 10).4

Wandania Farahanny : Pita Fiber Resin Reinforced Yang Digunakan Sebagai Splinting, 2008
Gambar 10. Bagian interproksimal yang

dipreparasi dengan bur diamond2,4

Panjang pita yang dibutuhkan dapat ditentukan dengan menempatkan sebuah


dental floss dari distal ke distal splint baik pada cast gigi maupun secara langsung
pada gigi. Floss tersebut akan beradaptasi ke permukaan lingual. Floss dipotong
sepanjang pita yang dibutuhkan. Teknik lainnya dengan menggunakan lead foil pada
bungkus sinar-x dan memotongnya sesuai dengan panjang pita (gambar 11).2,4

Gambar 11. Pita yang dipotong sesuai

dengan panjang dental floss2,4

Pita fiber resin reinforced dilapisi dengan resin adhesif (resin bonding agent).
Gigi dietsa selama 30 detik dengan etsa gel asam fosforik, pastikan etsa ditempatkan
pada permukaan lingual baru dibonding dan etsa juga mengalir ke interproksimal
antara semua gigi yang displinting dan ke permukaan interproksimal fasial (gambar

Wandania Farahanny : Pita Fiber Resin Reinforced Yang Digunakan Sebagai Splinting, 2008
12). Etsa dijauhkan dari permukaan akar untuk menghindari meningkatnya
sensitivitas akar. Gigi dibilas dengan semprotan air-udara selama 10 detik dan
keringkan. Permukaan yang dietsa akan terlihat seperti es.2,4

Gambar 12. Gigi dietsa selama 30 detik2,4

Salah satu teknik untuk mengontrol resin komposit di embrasur gingiva yaitu
dengan menggunakan material impressi polysiloxane heavy-bodied atau medium-
bodied yang automixing (ditambah silikon) dan menyemprotnya ke ruang
interproksimal (gambar 13). Penting diketahui bahwa gigi dietsa dan dikeringkan
sebelum menggunakan teknik blockout ini. Teknik blockout ini meminimalkan
preparasi daerah embrasur. Teknik lainnya dengan menggunakan wooden wedge.
Wooden wedge sering tidak beradaptasi dengan baik pada daerah embrasur dan
membersihkan resin komposit membutuhkan waktu yang lebih banyak.2,4

Gambar 13. Polysiloxane impression

materials blockout2,4

Wandania Farahanny : Pita Fiber Resin Reinforced Yang Digunakan Sebagai Splinting, 2008
Adhesif resin disapukan ke semua permukaan yang dibonding termasuk
lingual, interproksimal dan fasial (gambar 14). Pada permukaan lingual jangan di
light cure sampai resin komposit dan pita fiber berada pada tempatnya. Resin
komposit pada permukaan fasial dibentuk agar kelebihannya minimal dan kemudian
di light cure selama 30 detik. Komposit di fasial/interproksimal juga mengisi kontak
interproksimal melawan karies yang berulang. Jika resin komposit tidak ditempatkan
pada permukaan fasial di daerah interproksimal untuk menciptakan selubung 180˚
untuk menstabilkan gigi, tekanan pengikisan yang ditempatkan pada splinting ketika
berfungsi dapat menyebabkan gigi terpisah dari splint.2,4

Gambar 14. Aplikasi adhesif resin2,4

Contoh lain pemisahan gigi dari splint resin komposit fiber reinforced.
Perhatikan kekurangan komposit di daerah interproksimal fasial. Tanpa stabilisasi
silang dari gigi mobiliti yang displint, adanya torsi pada fungsi yang ditempatkan
pada gigi dapat mengikis komposit dari gigi yang dibonding.

Resin komposit hibrid viskositas sedang dalam tube dioleskan ke permukaan


lingual. Dengan menempatkan ujung tube pada sudut kanan gigi, resin komposit
dapat ditekan dan mengalir ke permukaan lingual dengan mudah. Pada gigi yang
terakhir, tekan ujungnya ke gigi untuk memotong resin komposit pada titik ini
(Gambar 15). Dengan resin komposit yang ditempatkan pada permukaan lingual, pita

Wandania Farahanny : Pita Fiber Resin Reinforced Yang Digunakan Sebagai Splinting, 2008
reinforcement sekarang dapat ditempelkan ke resin komposit. Pita ditempatkan
sehingga berada di tengah pada 2/3 dari permukaan lingual dan ditekan melewati
resin komposit dimulai pada ujung paling distal (Gambar 16). Pita hampir
disesuaikan bertentangan dengan gigi jauh ke bawah kontak interproksimal. Hal ini
menyesuaikan pita ke permukaan gigi. Resin komposit yang berlebih dibersihkan
sebelum light curing. Setiap gigi di light cure selama 60 detik.

Gambar 15. RK dipalikasikan ke permukaan Gambar 16. Penempatan pita fiber resin
lingual2,4 reinforced pada RK di permukaan lingual2,4

Diskusi

Mobiliti gigi telah diuraikan sebagai parameter klinis yang penting dalam
memprediksi prognosis. Untuk alasan ini dan untuk kenyamanan pasien, splinting
telah menjadi terapi yang dianjurkan untuk menstabilkan gigi. Di masa lalu,
stabilisasi langsung dan splinting dari gigi yang menggunakan teknik adhesif
membutuhkan penggunaan kawat, pin, atau kisi-kisi jala. Bahan-bahan ini hanya bisa
mengunci secara mekanik di sekeliling restorasi resin, sehingga berpotensi

Wandania Farahanny : Pita Fiber Resin Reinforced Yang Digunakan Sebagai Splinting, 2008
membentuk irisan tipis dan konsentrasi tekanan yang akan menyebabkan fraktur dari
komposit dan kegagalan prematur. Kegagalan tersebut yaitu bahan tidak dapat
melekat secara kimia, resin dapat terlepas dari jala atau kawatnya, patahnya komposit
di antara gigi sehingga ujung kawat yang tajam akan mengiritasi lidah. Apabila splint
gagal, masalah klinis yang akan muncul yaitu traumatik oklusi, perkembangan
penyakit periodontal, dan karies yang berulang.3

Dengan diperkenalkannya pita fiber resin reinforced yang mudah berikatan,


banyak masalah dengan reinforcement tipe lama dapat diselesaikan.3 Hal ini
dikarenakan pita fiber resin reinforced lebih tipis, biokompatibel, estetisnya baik,
mudah dimanipulasi dan tidak berwarna yang dapat dilekatkan ke dalam struktur
resin.2

Evaluasi dari fiber reinforced yang digunakan pada splinting gigi untuk efek
fisik dan klinis berhasil menunjukkan bahwa semua fiber meningkatkan kekuatan
fleksural dan modulus fleksural dari resin komposit. Semua splint pabrik yang
menggunakan bahan-bahan ini secara klinis juga menunjukkan kesuksesan setelah
satu tahun.3

Kesimpulan

Pada paper ini dipaparkan sebuah teknik inovatif menggunakan pita material
splinting yang tipis, mudah berikatan untuk dental resin reinforced. Dengan
mengkombinasikan adhesif kimiawi dan karakteristik estetik dari resin komposit
dengan kekuatan tambahan dari perlakuan plasma, modulus yang tinggi, reinforced
ribbon, dokter gigi dapat memberikan pasien restorasi dan splint yang akan tahan
terhadap tekanan pengunyahan dan oklusi. Restorasi yang resisten terhadap fraktur ini
akan lebih tahan lama daripada material splinting alternatif di masa lalu.

Wandania Farahanny : Pita Fiber Resin Reinforced Yang Digunakan Sebagai Splinting, 2008
DAFTAR PUSTAKA

1. Strassler HE. Periodontal splinting with fiber reinforced composite resin. Benco
Dental: 53-9.

2. Strassler HE, Brown C. Periodontal splinting with a thin-high-modulus


polyethylen ribbon. Compendium 2001; 22: 610-20.

3. Hughes TE, Strassler HE. Minimizing excessive composite resin when fabricating
fiber reinforced splints. JADA 2000; 131: 977-9.

4. Strassler HE. Periodontal splinting with ribbond-THM® an overview and basic


information. Ribbond Inc 2000.

5. Walton RE, Torabinejad M. Prinsip dan praktik ilmu endodonsi. Alih bahasa.
Narlan S, Winiati S, Bambang N. Jakarta: EGC, 1997: 569-75.

Wandania Farahanny : Pita Fiber Resin Reinforced Yang Digunakan Sebagai Splinting, 2008

Anda mungkin juga menyukai