Jaundice ec Kolestasis
Oleh :
Dina , S.Ked
NIM. 18309123
Pembimbing :
BANJARMASIN
September, 2019
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…........................................................................... i
DAFTAR ISI…........................................................................................ ii
BAB IV DISKUSI................................................................................. 9
BAB V PENUTUP............................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Ikterus atau jaundice adalah suatu keadaan yang ditandai dengan kulit dan
sklera berwarna kuning, yang disebabkan oleh akumulasi bilirubin pada kulit dan
membrana mukosa, karena kadar bilirubin pada tubuh tinggi atau disebut juga
dalam darah pada bayi atau anak >5 mg/L. Ikterik terjadi pada 60% bayi cukup
bulan dan 80% bayi kurang bulan pada minggu pertama kehidupan. Pada sebagian
Bila ikterik menetap hingga melebihi 2 minggu pada bayi cukup bulan dan 3
minggu pada bayi kurang bulan maka disebut prolonged jaundice, yang terdiri
dari prehepatik, hepatik dan post hepatik. Hal ini dapat terjadi pada kurang lebih
yang akirnya menyebabkan akumulasi produk bilier di darah dan organ lain. Pada
(ALP). Kolestasis didefinisikan jika kadar bilirubin terkonjugasi > 1 mg/dl ketika
total bilirubin < 5 mg/dl atau lebih dari 20% total bilirubin, jika total bilirubin > 5
mg/dl. 3,4
1
Kolestatis pada bayi terjadi pada 1:25.000 kelahiran hidup, insidens
defisiensi α–1 anti-tripsin 1:20.000. Atresia bilier ditemukan pada 1 dari 15.000
kelahiran. Rasio atresia bilier pada anak perempuan dan anak laki-laki 2:1,
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit, membran mukosa dan sklera
akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Orang dewasa tampak kuning bila
kadar bilirubin serum > 2 mg/dl, sedangkan pada neonatus bila kadar bilirubin > 5
B. Epidemiologi
defisiensi α–1 anti-tripsin 1:20.000. Atresia bilier ditemukan pada 1 dari 15.000
kelahiran. Rasio atresia bilier pada anak perempuan dan anak laki-laki 2:1,
Hampir 25-40% penyebab kolestasis adalah atresi bilier. Atresia bilier biasanya
di Taiwan 1 : 6000 kelahiran hidup, Amerika Serikat 1 : 12.000 kelahiran hidup, dan
nonsindrom 84%, atresia bilier dengan 1 malformasi seperti situs inversus 6%, defek
lateral 10%. Pada pasien atresia bilier juga terdapat kelainan pada spleen. Sedangkan
3
25 % penyebab sisa dari kolestasis adalah genetik, infeksi virus, racun, inflamasi
C. Etiologi
Ekstrahepatik
- Atresia biliaris
- Hipoplasia biliaris
Intrahepatik
Idiopatik
- Byler’s disease
4
- Trihydroxycoprostanic academia
- Disfungsi mikrofilamen
Anatomi
Gangguan Metabolisme
- Wolman’s disease
- Niemann-Pick disease
- Gauchers’s disease
- Galaktosemia
- Fruktosemia
- Glikogenosis IV
- 3β-hidroksisteroid dehidrogenase/isomerase
5
e. Gangguan metabolik yang tidak khas
- Fibrosis Kistik
- Hipopituarisme idiopatik
- Hipotiroid
Hepatitis
- Cytomegalovirus (CMV)
- Virus hepatitis B
- Virus Rubela
- Reovirus tipe 3
- Virus herpes
- Virus varisela
- Coxsackievirus
- Echovirus
- Parvovirus B19
- Toksoplasmosis
- Sifilis
- Tuberkulosis
6
- Listeriosis
b. Toksik
- Sepsis
a. Trisomi E
b. Sindrom Down
c. Sindrom Donahue
Lain-lain
a. Histiositosis X
c. Obstruksi intestinal
d. Sindrom polisplenia
e. Lupus neonatal
D. Patofisiologi
Secara umum tidak ada bayi yang jaundice sejak lahir. Jaundice harus
diwaspadai sebagai tanda penyakit dan tidak secara rutin dianggap fisiologis,
tetapi jaundice fisiologis pun tetap merupakan suatu tanda gangguan metabolisme
7
3. Defek konjugasi bilirubin
5. Gabungan antara peningkatan kadar bilirubin yang terjadi karena produksi yang
terkonjugasi.
8
E. Diagnosis
Beberapa kondisi jaundice pada neonatus yang harus waspadai sebagai non
fototerapi
apnea, takipnea, kehilangan berat badan yang ekstrem, atau suhu yang tidak
stabil)
prognosisnya tergantung usia pada saat dioperasi. Pada usia kurang 8 minggu
peningkatan transaminase dan alkali fosfatase dan gangguan ekskresi zat warna
kolesistografi.
intrahepatik dengan ekstrahepatik, namun tidak ada cara yang dapat digunakan
secra tunggal dengan akuarasi diagnostik 100%, oleh karena itu memerlukan
anamnesis dan pemeriksaan fisis yang cermat dan pemeriksaan penunjang yang
9
memadai.
riwayat mulai timbulnya sindrom kolestasis, ras serta riwayat keluarga yang
badan dan lingkar kepala, selain pemeriksaan abdomen yang mencakup lingkar
perut, hati, limpa serta adanya massa atau asites. Walaupun etiologi kolestasis
sangat beragam, terdapat beberapa gambaran klinis yang dapat memberi petunjuk
Misalnya bayi kolestasis yang disertai gejala muntah dan riwayat hipoglikemia
keadaan umum penderita kolestasis intrahepatik biasanya lebih berat dan mungkin
10
kolestasis ekstrahepatik bisanya memiliki keadaan umum yang baik. Tetapi atresia
biliaris mungkin disertai dengan levokardia, atresia intestinal dan sindrom Turner.
harian dengan mengumpulkan tinja 3 porsi (porsi pertama antara jam 06.00 –
14.00) porsi kedua jam 14.00– 22.00, dan porsi ketiga antara jam 22.00 – 06.00)
dalam wadah yang transparan dan disimpan di dalam kantong plastik yang
berwarna gelap. Tindakan ini dapat digunakan sebagai penyaring tahap pertama,
menyebabkan tinja yang akolis pada semua porsi tinja. Bila ketiga porsi tinja tetap
kolestasis ekstra hepatik (atresia biliaris). Pada kolestasis intrahepatik, warna tinja
kuning atau dempul berfluktuasi dan pada keadaan lanjut tinja dapat pula seperti
dempul terus-menerus.
PEMERIKSAAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
Pencitraan
Biopsi hati
Pemeriksaan laboratorium
Kadar bilirubin
11
empedu serum dan urin serta asam empedu dalam tinja.
Peningkatan SGOT dan SGPT yang lebih dari 10 kali nilai normal atau >
800 U/L terutama yang disertai peningkatan γGT yang kurang dari 5 x normal,
lebih mendukung SGPT kurang dari 5 x nilai normal dengan peningkatan γGT
lebih dari 5 x normal atau > 600 U/L, lebih mengarah kepada atresia biliaris atau
Bila AF tinggi dan γGT rendah (< 100 U/L), penderita mungkin mengidap
suatu kolestasis familial progesif atau gangguan sintesis garam empedu. Dengan
yang bermanifestasi sebagai penyakit hati yang berat dapat dideteksi pula.
pemeriksaan khusus seperti hormon tiroid, asam amino serum dan urin, kultur
darah dan urin, zat reduktor dalam urin, galaktosa-1 fosfat uridil-transferase, uji
klorida keringat dan pemeriksaan kromosom dilakukan atas indikasi, yaitu bila
12
Utrasonografi
kolestasis pada bayi. Pemeriksaan ini sebaiknya dikerjakan pada semua penderita
kolestasis karena tekniknya sederhana dan non invasif. Melalui USG ini kista
(duktus koledokus atau intrahepatik), batu kandung empedu atau biliary sludge
akibat nutrisi parenteral atau penyakit hemolitik serta tumor dapat dideteksi.
Untuk kista duktus koledokus dan batu, akurasi pemeriksaan ini mencapai
90−95%. Tetapi untuk biliary sludge atau inspissated bile akurasinya buruk. Pada
pemeriksaan USG juga dapat diukur panjang dan kontraktilitas gall bladder. Pada
atresia biliaris dapat ditemukan panjang gall bladder <1,5 cm, kolaps, tidak
berlumen, atau bahkan gall bladder tidak terlihat sama sekali. Selain itu, pada
atresia biliaris didapatkan nilai kontraktilitas gall bladder rendah atau tidak
dipuasakan minimal 3-4 jam dan diulang kembali setelah bayi minum. Akurasi
diagnostik pemeriksaan USG ini untuk kolestasis hanya 80%. Namun dengan
USG dapat ditemukan gambaran Triangular cord sign (gambaran masa fibrotik
membentuk kerucut atau tubular pada bagian cranial dan bifurkasio vena porta)
SGOT atau sangat membantu untuk mendiagnosis atresia biliaris. Triangular cord
13
Scintigraphy
cholestasis jaundice karena memiliki waktu paruh yang pendek, konsentrasi yang
tinggi di dalam hepar, dan dieksresikan melalui hepar dan ginjal. Disida Tc99m
tidak boleh dilakukan bila kadar blirubin direk >20mg/dl. Satu minggu sebelum
dibagi menjadi 2 dosis. Bila terdapat ekskresi isotope pada usus halus dalam 24
jam setelah pemeriksaan, menunjukkan patensi dari sistem duktus biliaris. Hasil
scan yang negatif belum pasti dapat menyingkirkan penyebab kolestatsis jaundice
lainnya, karena sekitar 40% penderita dengan hepatitis neonatal yang lanjut
menunjukkan hasil scan yang negatif akibat terjadinya disfungsi hepar, oleh
Cholangiography
14
memasukkan kontras untuk memvisualisasikan duktus biliaris. Sensitivitas dan
rutin.
Saat ini MRCP merupakan gold standar untuk atresia biliaris dengan akurasi
100%. Namun pemeriksaan ini memerlukan sedasi dalam atau general anestesia.
pemeriksaan rutin.
wedge biopsy hepar, dan jika atresia biliaris ditemukan maka dilakukan Kasai
prosedur (portoenterostomy).
Biopsi hepar
terhadap atresia biliaris yaitu proliferasi duktus pada porta hepatis, thrombus di
daerah porta hepatis, proses inflamasi dan fibrosis pada porta hepatis, dan
15
lymphedema. Biopsi hepar memiliki sensitivitas 85% dan spesifisitas 95%.
F. Tatalaksana
16
kolestasis terbagi menjadi 2 yaitu: sebagai terapi spesifik pada tipe intrahepatik
a. Pirimetamin
b. Sulfadiazin
pirimetamin.
17
pemberian terbagi menjadi terapi induksi dan pemeliharaan. Pada dosis induksi
ini adalah supresi sumsum tulang, neutropenia terjadi pada sekitar 15-40% kasus
dan trombositopenia terjadi pada sekitar 5-20%. Neutropenia sering terjadi pada
minggu kedua terapi dan biasanya reversibel dalam 1 minggu setelah obat
dihentikan. Efek samping lain adalah gangguan fungsi ginjal, dan pada sistem
saraf pusat yaitu sekitar 5-15%. Gejalanya dapat berupa sakit kepala, perubahan
Obat-obatan Suportif
cholanic acid) merupakan asam empedu yang terbentuk secara alami, secara
Pada manusia, asam empedu terutama terdiri dari 38-54% AKDK, 26-39%
asam kolat (AK) dan 16-33% asam deoksikolat; UDCA dan asam litokolat (LK)
didapatkan hanya dalam jumlah kecil (0,1-5%). Kecuali UDCA, semua asam
18
empedu bersifat toksis terhadap hati. Pada keadaan kolestasis karena terjadi
hambatan aliran empedu ke usus, asam empedu tersebut akan merusak hati yang
bila berlangsung lama akan menyebabkan sirosis hati. Selama pengobatan dengan
Asam empedu toksik mempunyai efek merusak membran sel dengan cara
membran tersebut, sehingga efek yang ditimbulkan oleh asam empedu toksik
dapat dikurangi.
Asam empedu toksik juga merusak sel dengan cara membuka pori-pori
maupun kolangiosit.
3. Efek Imunomodulator
complex (MHC) kelas I dan II yang berakibat terjadinya dekstrusi sel oleh limfosit
tersebut.
19
4. Meningkatkan Sekresi Hepatobilier
dosis.30,32,33 Efek samping UDCA yang pernah dilaporkan adalah diare, mual
dan muntah.
Nutrisi
Kekurangan Energi Protein (KEP) sering terjadi sebagai akibat dari kolestasis
(lebih dari 60%). Penurunan ekskresi asam empedu menyebabkan gangguan pada
pada bayi dengan kolestasis diperlukan kalori yang lebih tinggi untuk menjaga
a. Formula Medium chain triglyceride (MCT) karena relative larut dalam air
- A : 5000-25000 U/hari
- E : 25-50 IU/kgbb/hari
- K1 : 2,5-5mg/2-7x/minggu
20
d. Mineral dan trace element: Ca, P, Mn, Selenium dan Fe.
21
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
A. Identitas Penderita
Nama : An. MG
Umur : 3 bulan
B. Identitas Orangtua
II. ANAMNESIS
Diagnosis : Jaundice
1. Keluhan Utama
Badan kuning
22
Orang tua pasien mengeluhkan anaknya terlihat kuning sejak 1 minggu
setelah lahir. Awalnya kuning di mata kemudian meluas ke wajah dan badan. Ibu
mengatakan anaknya tidak pernah dibawa berobat karena mengira kuningnya akan
membaik tapi ternyata tidak. BAB anak berwarna kuning pucat sejak usia 1
minggu, tidak berdarah dan tidak berbau amis. Demam disangkal, perdarahan
Riwayat antenatal : Ibu dengan P1A0 rutin pemeriksaan Antenatal Care (ANC)
Riwayat Natal :
23
Penolong : Dokter
5. Riwayat Neonatal
Anak kejang disangkal, rawat inkubator juga disangkal. Anak tidak pernah di
6. Riwayat Perkembangan
Tiarap :-
Merangkak : -
Duduk :-
Berdiri :-
Berjalan :-
7.Riwayat Imunisasi :
Dasar Ulangan
Nama
(umur dalam bulan) (Umur dalam bulan)
BCG 2 -
Polio 2 | - | - | - -
Hepatitis B 0 | - | - | - -
DPT - | - | - -
Campak - -
Sejak lahir anak minum ASI dan dicampur susu formula. Pemberian ASI
Iktisar Keturunan :
24
Ket :
: Perempuan : Laki-laki
: Pasien
Susunan Keluarga
Pasien tinggal di kawasan padat penduduk dan tinggal bersama orang tua.
Sumber air untuk keperluan sehari-hari menggunakan air PDAM. WC dan kamar
GCS : E4 V5 M6
25
2. Pengukuran
Suhu : 36.6°C,
Respirasi : 30 x/menit
Panjang/tinggi badan : 59 cm
Kelembaban : Lembab
Pucat : (-)
UUB : Datar
UUK : Datar
Lain-lain : (-)
Tebal/tipis : Tipis
Distribusi : Normal
Alopesia : -
Lain-lain : -
26
Mata : Palpebra : Simetris, edema (-)
Pupil : Diameter : 3 mm / 3 mm
Simetris : +/+
Serumen : Minimal
27
Kotor/tidak : Tidak kotor
1. Leher :
1. Toraks :
a. Dinding dada/paru
kiri
28
Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru
b. Jantung
1. Abdomen :
umbilikalis (+)
29
8. Ekstremitas :
Neurologis :
Lengan Tungkai
Tanda Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Klonus Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Refleks ++/++ ++/++ ++/++ ++/++
Fisiologis
Refleks - - - -
patologis
Sensibilitas +(baik) +(baik) + (baik) +(baik)
Tanda - - - -
meningeal
30
Hematokrit 33.6* 44.00-64.00 vol%
Trombosit 198 150-450 ribu/ul
RDW-CV 15.8 12.1-14.0 %
KIMIA DARAH
SGOT 511* 5-34 U/l
SGPT 249* 0-55 U/l
ALP 801* 245-768 U/l
Bilirubin Total 6.85* < 1.0 Mg/dl
Bilirubin Direk 4.08* < 0.25 Mg/dl
Bilirbun Indirek 2.27* <0.75 Mg/dl
31
RESUME
Nama : An. MG
Umur : 3 bulan
32
Keluhan Utama : Badan kuning
Uraian :
awalnya di mata, lalu menyebar ke wajah dan badan. Ibu tidak membawa
berobat, karena yakin akan sembuh sendiri. BAB kuning pucat, tidak ada
darah, tidak bau amis, perdarahan disangkal. RPD (-) RPK (-)
Pemeriksaan Fisik
Pernafasan : 30 kali/menit
Suhu : 36.7 °C
Kepala : Normal
Telinga : Normal
Hidung : Normal
Mulut : Normal
Toraks/Paru : Normal
Jantung : Normal
Ekstremitas : Normal
Genitalia : Laki-laki
33
Anus : Normal
DIAGNOSIS
PENATALAKSAAN
- Venflont
- Urdahex 2x50 mg
- Vitamin K 1x1/2 tab
- Avialis 1x0.5 ml
PROGNOSIS
Follow up
Tgl (Agustus) 27 28 29
Subjektif
Pucat - - -
Kuning + < <
Demam - - -
Perdarahan - - -
Mual/muntah - - -
Batuk/pilek +/- </- </-
Minum Asi + + +
BAB/BAK +/+ +/+ +/+
Keluhan lain - - -
34
Objektif
Kesadaran CM CM CM
CRT (detik) < 3” < 3” < 3”
HR (x/m) 128 120 122
RR (x/m) 30 32 40
T (oC) 36.7 36.9 37.3
SpO2 (%) 99 99 98
Kulit ikterik + < <
Sklera ikterik + + +
Thorax : Rh/Wh -/- -/- -/-
Abdomen : +/+ +/+ +/+
supel/ BU
Extremitas + + +
hangat
Assesment
Jaundice ec Kolestasis
DD Kolelitiasis
Planning
Venflont
Urdahex 2x50 mg
Vitamin K 1x1/2 tab
Avialis 1x0.5 ml
Cek fungsi
tiroid
Cek TORCH
Cer urin rutin
35
BAB IV
PEMBAHASAN
Telah
36
BAB V
PENUTUP
48
DAFTAR PUSTAKA
1. Elias E. Jaundice and cholestasis. Dalam: Dooley JS, Lok A, Burroughs AK,
Heathcote EJ, editor. Sherlock's dissease of the liver and billiary system. Edisi
ke-12: Blackwell Publishing, 2011. hlm. 234−56.
49