Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kasus

F23.1 GANGGUAN PSIKOTIK POLIMORFIK AKUT

DENGAN GEJALA SKIZOFRENIA

Oleh:

Krisma Aulia NIM. 1830912320016

Musyaffa’ Addawani NIM. 1830912310109

Nur Almira Rahma Sophia NIM. 1830912320141

Pembimbing

dr. Yanuar, Sp.KJ

BAGIAN/SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA

FK UNLAM-RSJ SAMBANG LIHUM

BANJARMASIN

Agustus, 2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1

DAFTAR ISI 2

BAB I. PENDAHULUAN 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 4

BAB III. LAPORAN KASUS 14

BAB IV. PEMBAHASAN 24

BAB V. PENUTUP 27

DAFTAR PUSTAKA 28

2
BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan psikotik akut merupakan penyakit psikiatri yang ditandai dengan

onset tiba-tiba dari 1 atau lebih gejala berikut ini : delusi, halusinasi, postur dan

perilaku yang bizarre, serta bicara yang kacau. Gangguan psikotik akut dapat

menjadi gejala awal dari penyakit psikotik lainnya, seperti skizofrenia. Perbedaan

antara penyakit ini dengan gangguan lainnya adalah hal jenis dan intensitas gejala,

durasi waktu serta perjalanan gangguan psikotik yang dapat kembali penuh pada

fungsi premorbid. 1

Diagnosis gangguan psikotik akut ditegakkan berdasarkan kriteria

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 5 (DSM-5). Perbedaan

dengan skizofrenia pada kriteria waktu (terjadi dalam 1 hari namun kurang dari 1

bulan) dan tidak disebabkan gangguan medis umum. Tidak adanya fase prodormal

pada gangguan psikotik akut menjadikan klasifikasi diagnosis ini tampak seperti

perubahan fungsi mental mendadak yang akhirnya kembali pada kondisi seperti

sebelum mengalami gangguan (tampak pulih sempurna). 2

Gangguan psikotik akut dapat disebabkan oleh adanya stresor yang jelas.

Stresor berupa stresor besar dari masalah interpersonal, pekerjaan dan pola relasi

harian yang menimbulkan kecenderungan perilaku membahayakan diri sendiri

atau orang lain. Sebuah analisis multivariat mengemukakan bahwa stres akut dan

substance use disorder berhubungan dengan perilaku bunuh diri pada pasien

gangguan psikotik akut. 3,4

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Psikosis adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan

individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau

perilaku kacau atau aneh. Psikotis akut adalah sekelompok gangguan jiwa yang

berlangsung kurang dari satu bulan dan tidak disertai gangguan mood, gangguan

berhubungan dengan zat, atau suatu gangguan psikotik karena kondisi medis

umum. Gangguan psikosis akut dan sementara adalah sekelompok gangguan jiwa

yang :5
1. Onsetnya akut (£ 2 minggu)
2. Sindrom polimorfik
3. Ada stresor yang jelas
4. Tidak memenuhi kriteria episode manik atau depresif
5. Tidak ada penyebab organik

B. Epidemiologi
1. Frekuensi Internasional
Berdasarkan studi epidemiologi internasional, bila dibandingkan dengan

skizofrenia, insidensi nonaffective acute remitting psychoses sepuluh kali lebih

tinggi terjadi di negara-negara berkembang daripada negara-negara industri.

Beberapa klinisi meyakini bahwa gangguan ini lebih sering terjadi pada pasien

dengan kelas sosioekonomi yang rendah, pasien dengan gangguan kepribadian,

dan imigran. Pada negara-negara non industri, beberapa istilah lain sering

digunakan untuk menjelaskan bentuk psikosis yang dipicu oleh stress yang tinggi.
5

2. Mortality/Morbidity

4
Sebagaimana episode psikosis lainnya, risiko pasien menyakiti diri sendiri

dan/atau orang lain dapat meningkat. 5

3. Jenis kelamin

Menurut studi epidemiologi internasional, insidensi dari gangguan ini dua

kali lebih tinggi terjadi pada wanita dibandingkan pria. Di Amerika Serikat,

sebuah penelitian mengindikasikan adanya insidensi yang lebih tinggi pada

wanita. 5

4. Usia
Gangguan ini lebih sering terjadi pada pasien dengan usia antara dekade ke

tiga hingga awal dekade ke empat. Beberapa klinisi meyakini bahwa pasien

dengan gangguan kepribadian (seperti narcissistic, paranoid, borderline,

schizotypal) lebih rentan berkembang menjadi gangguan psikosis pada situasi

yang penuh tekanan. 5

C. Etiologi
Di dalam DSM III-R faktor psikososial bermakna dianggap menyebabkan

psikosis reaktif singkat, tetapi kriteria tersebuat telah dihilangkan dari DSM IV.

Perubahan DSM IV menempatkan diagnosis gangguan psikotik akut di dalam

kategori yang sama dengan diagnosis psikiatrik lainnya yang penyebabnya tidak

diketahui dan diagnosis kemungkinan termasuk kelompok gangguan yang

heterogen. 5

Pasien dengan gangguan psikotik akut yang pernah memiliki gangguan

kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis ke arah

perkembangan gejala psikotik. Teori psikodinamika menyatakan bahwa gejala

5
psikotik adalah suatu pertahanan terhadap fantasi yang dilarang, penurunan

harapan yang tidak tercapai atau suatu pelepasan dari situasi psikososial tertentu. 5

D. Gambaran klinis

Gejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk sekurangnya satu gejala

psikotik, biasanya dengan onset yang tiba-tiba, tetapi tidak selalu memasukkan

keseluruhan pola gejala yang ditemukan pada skizofrenia. Beberapa klinisi telah

mengamati bahwa gejala afektif, konfusi, dan gangguan pemusatan perhatian

mungkin lebih sering ditemukan pada gangguan psikotik singkat daripada

gangguan psikotik kronis. Gejala karakteristik untuk gangguan psikotik singkat

adalah perubahan emosional, pakaian, atau perilaku yang aneh, berteriak-teriak

atau diam membisu, dan gangguan daya ingat untuk peristiwa yang belum lama

terjadi. Beberapa gejala tersebut ditemukan pada gangguan yang mengarahkan

diagnosis delirium dan jelas memerlukan pemeriksaan organik yang lengkap,

walaupun hasilnya mungkin negatif. 5

E. Diagnosis
1. PPDGJ III
Pedoman diagnostik6
1.) Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan

prioritas yang diberikan untuk ciri-ciri utama terpilih dari

gangguan ini. Urutan prioritas yang digunakan adalah


a. Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang sama

dengan jangka waktu gejala-gejala psikotik menjadi nyata

dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan

dan pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk periode

6
prodormal yang gejalanya sering tidak jelas) sebagai ciri

khas yang menentukan seluruh kelompok.


b. Adanya sindrom yang khas (berupa polimorfik =

beraneka ragam dan berubah cepat, atau

schizophrenia-like = gejala skizofrenik yang khas)


c. Adanya stress akut yang berkaitan
d. Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung
2.) Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria

episode manik atau episode depresif, walaupun perubahan

emosional dan gejala-gejala afektif individual dapat menonjol dari

waktu ke waktu
3.) Tidak ada penyebab organik, seperti trauma kapitis, delirium

atau demensia. Tidak merupakan intoksikasi akibat penggunaan

alcohol atau obat-obatan

Gejala psikotik berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu

bulan. Diagnosis dapat dibuat sebelum periode waktu satu bulan, tetapi harus

diterima sebagai diagnosis sementara. Jika gejala menetap lebih dari satu bulan,

diagnosis berubah menjadi gangguan psikotik lainnya, seperti gangguan

skizofreniform. 5

2. Bentuk-bantuk psikosis akut (PPDGJ III)

1.) F 23.0 Gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala skizofrenia6


a. Onset harus akut (dari suatu keadaan nonpsikotik sampai

keadaan psikotik yang jelas dalam kurun waktu 2 minggu atau

kurang);

7
b. Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham yang berubah

dalam jenis dan intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari

yang sama.
c. Harus ada keadaan emosional yang sama beranekaragamnya;
d. Walaupun gejala-gejalanya beraneka ragam, tidak satupun dari

gejala itu ada secara cukup konsisten dapat memenuhi kriteria

skizofrenia atau episode manik atau episode depresif.

2.) F 23.1 Gangguan psikotik polimorfik akut dengan gejala

skizofrenia
a. Memenuhi kriteria (a), (b), dan (c) yang khas untuk gangguan

psikotik polimorfik akut;


b. Disertai gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk diagnosis

skizofrenia yang harus sudah ada untuk sebagian besar waktu

sejak munculnya gambaran klinis psikotik itu secara jelas;


c. Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1

bulan maka diagnosis harus diubah menjadi skizofrenia.

3.) F 23.2 Gangguan psikotik lir-skizofrenia (schizophrenia-like akut)


a. Onset gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang, dari

nonpsikosis psikosis);
b. Memenuhi kriteria skizofrenia, tetapi lamanya kurang dari 1

bulan;
c. Tidak memenuhi kriteria psikosis polimorfik akut.
4.) F 23.3 Gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan waham
a. Onset gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang, dari

nonpsikosis psikosis);
b. Waham dan halusinasi;
c. Baik kriteria skizofrenia maupun gangguan psikotik polimorfik

akut tidak terpenuhi.


5.) F 23.8 Gangguan psikotik akut dan sementara lainnya
Gangguan psikotik akut lain yang tidak dapat diklasifikasikan ke

dalam kategori manapun.

8
6.) F 23.9 Gangguan psikotik akut dan sementara YTT

3. DSM IV

DSM IV memiliki rangkaian diagnosis untuk gangguan psikotik, didasarkan

terutama atas lama gejala. Gangguan psikosis akut dan sementara adalah

sekelompok gangguan jiwa yang berlangsung kurang dari satu hari tetapi kurang

dari satu bulan dan tidak disertai gangguan mood, gangguan berhubungan dengan

zat, atau suatu suatu gangguan psikotik karena kondisi medis umum. 5

Untuk gejala psikotik yang berlangsung lebih dari satu hari, diagnosis sesuai

yang harus dipertimbangkan adalah gangguan delusional (jika waham merupakan

gejala psikotik utama), gangguan skizofreniform (jika gejala berlangsung kurang

dari enam bulan) dan skizofrenia jika gejala telah berlangsung lebih dari enam

bulan.

Gangguan psikotik singkat diklasifikasikan di dalam DSM IV sebagai suatu

gangguan pasikotik dengan durasi singkat. Kriteria diagnostic ditentukan dengan

sekurangnya ada satu gejala psikotik yang jelas yang berlansung selama satu hari

sampai satu bulan.

Kriteria diagnostik untuk gangguan psikotik akut:

a. Adanya satu (atau lebih) gejala berikut:

1. Waham

2. Halusinasi

3. Bicara disorganisasi ( menyimpang atau inkoheren)

9
4. Perilaku terdisorganisasi jelas atau katatonik

b. Lama suatu episode gangguan adalah sekurangnya satu hari sampai

kurang dari satu bulan.

c. Gangguan yang muncul bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat

(misalnya obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau kondisi medis

umum. Sebutkan jika:

Dengan stressor nyata (psikosis reaktif singkat): jika gejala terjadi segera

setelah dan tampak sebagai respons dari suatu kejadian yang semdirian atau

bersama-sama akan menimbulkan stress yang cukup besar bagi hampir

setiap orang dalam keadaan yang sama dalam kultur orang tersebut.

Tanpa stressor nyata: jika gejala psikotik tidak terjadi segera setelah atau

tampaknya bukan sebagai respons terhadap kejadian yang, sendirian atau

bersama-sama, akan menimbulkan stress yang cukup besar bagi hampir

setiap orang dalam keadaan yang sama dalam kultur orang tersebut.

Dengan onset pascapersalinan: jika onset dalam waktu 4 minggu setelah

persalianan.

F. Jenis Stresor

Stressor pencetus yang paling jelas adalah peristiwa kehidupan yang besar

yang dapat menyebabkan kemarahan emosional yang bermakna pada tiap orang.

Contoh peristiwa adalah kematian anggota keluarga dekat dan kecelakaan

kendaraan yang berat. Klinisi lain berpendapat bahwa stressor mungkin

merupakan urutan peristiwa yang menimbulkan stress sedang, bukannya peristiwa

tunggal yang menimbulkan stress dengan jelas. 5

10
G. Diagnosis Banding

Diagnosis lain yang dipertimbangkan di dalam diagnosis banding adalah

gangguan buatan (factitious) psikotik karena kondisi medis umum dan gangguan

psikotik akibat zat. Seorang pasien mungkin tidak mau mengakui penggunaan

zat , dengan demikian membuat pemeriksaan intoksikasi zat sulit tanpa

menggunakan tes laboratorium. Pasien dengan epilepsi atau delirium dapat juga

datang dengan gejala psikotik seperti yang ditemukan pada gaangguan psikotik

akut.disorder) dengan tanda dan gejala psikologis yang menonjol, berpura-pura

(malingering). 5

H. Penatalaksanaan

1. Perawatan di rumah sakit

Perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan untuk pemeriksaan dan

perlindungan pasien. Pemeriksaan pasien membutuhkan monitoring ketat terhadap

gejala dan pemeriksaan tingkat bahaya pasien terhadap dirinya sendiri dan orang

lain. Lingkungan rumah sakit yang tenang dan terstruktur juga dapat membantu

pasien untuk memperoleh kembali rasa realitasnya. 5

2. Farmakoterapi

Dua kelas utama yang harus dipertimbangkan dalam pengobatan gangguan

psikotik akut adalah obat antipsikotik antagonis reseptor dopamine dan

benzodiazepine. Khususnya pada pasien yang berada dalam risiko tinggi untuk

mengalami efek samping ekstrapiramidal, suatu antikolinergik kemungkinan

harus diberikan bersama-sama dengan antipsikotik. Pemakaian jangka panjang

11
medikasi harus dihindari dalam pengobatan gangguan ini, jika medikasi

pemeliharaan diperlukan, klinisi harus mempertimbangkan ulang diagnosis. 5

3. Psiokoterapi

Walaupun perawatan di rumah sakit dan farmakoterapi merupakan

kemungkinan untuk mengendalikan situasi jangka pendek, bagian yang sulit dari

terapi adalah integrasi psikologis ke dalam kehidupan pasien dan keluarganya.

Psikoterapi individual, keluarga dan keompok mungkin diperlukan. Diskusi

tentang stressor, episode psikotik, dan perkembangan strategi untuk mengatasinya

adalah topik utama bagi terapi tersebut. 5

I. Prognosis

Pada umumnya pasien dengan gangguan psikotik singkat memiliki

prognosis yang baik dan penelitian di Eropa telah menyatakan bahwa 50 sampai

80 persen dari semua pasien tidak memiliki masalah psikiatrik berat lebih lanjut.

Lamanya gejala akut dan residual seringkali hanya beberapa hari. Kadang-kadang

gejala depresif mengikuti resolusi gejala psikotik. Bunuh diri adalah suatu

keprihatinan pada fase psikotik maupun fase depresif pascapsikotik. 5

Ciri prognosis yang baik untuk gangguan psikotik akut:

- Riwayat premorbid yang baik

- Stressor pencetus yang berat

- Onset gejala mendadak

- Gejala afektif

- Sedikit penumpulan afektif

12
- Tidak ada saudara yang skizofrenik.

BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Usia : 25 tahun
Jenis kelamin : Pria
Alamat : Jl. Bina Putra
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Kebun Sawo
Agama : Islam
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : Belum menikah
Berobat Tanggal : 25 Agustus 2019

II. RIWAYAT PSIKIATRI

13
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan heteroanamnesis tanggal 25

Agustus 2019 di IGD RSJ Sambang Lihum.


A. Keluhan Utama
Keluhan utama pasien gaduh gelisah.
B. Riwayat gangguan sekarang

Autoanamnesis
Pasien datang pada tanggal 25 Agustus 2019 pukul 09.00 WITA

diantar oleh ayah, ibu dan adiknya beserta 1 orang rekan kerja. Pasien

datang dengan keadaan mengamuk dan berontak. Pasien terus berontak

dan berusaha melepaskan diri. Badan pasien tampak keras dan kaku serta

tangan gemetaran. Pasien bicara meracau, tidak nyambung saat tanya dan

terdapat bloking kurang lebih 2 menit. Saat diajak bicara, pasien

mengulangi apa yang dikatakan oleh pemeriksa atau bahkan pasien tidak

menjawab.
Mulut pasien terlihat komat kamit seperti membaca mantra sambil

terkadang membuka mulut dan menjulurkan lidah. Pasien meracau dan

beberapa kali berkata-kata yang tidak nyambung, seperti “tadi malam

makan bakso”, “gusti Allah udah hilang” dan berkata-kata kotor. Pasien

terus berteriak-teriak dan marah-marah serta berusaha melepaskan ikatan.


Heteroanamnesis (dengan ayah pasien)
Pasien dibawa keluarga dengan keluhan tiba-tiba mengamuk sejak

kurang lebih 2 hari SMRS. Awalnya keluarga mendapatkan telepon dari

teman kerja, anaknya di sampit. Bahwa sang anak mengamuk dan bicara

tidak jelas. Keluhan muncul secara terus-menerus secara tiba-tiba pada

hari Jumat pagi. Keluhan muncul secara terus menerus sampai malam hari

di hari yang sama. Ketika keluarga datang pasien sempat berhenti

mengamuk kurang lebih 15 menit dan dapat mengenali wajah keluarga

14
serta bebicara layaknya orang normal. Setelah 15 menit pasien mengamuk

kembali hingga sekarang.


Selama mengamuk pasien berbicara tidak jelas, sering mencoba

melukai dirinya sendiri, mencakar-cakar dan meremas tubuhnya sendiri.

Pasien juga mencoba melukai orang lain dengan cara menendang dan

menggigit, keluarga akhirnya mengikat pasien dan akhirnya dibawa ke

rumah sakit jiwa Sambang Lihum. Sebelum kejadian pasien pernah

bercerita pada hari rabu sempat bertengkar dengan orang lain di Sampit

karena membela temannya yang menyerempet warga setempat.

Perkelahian terjadi hingga hari kamis, namun tidak terjadi baku hantam

dan diselesaikan dengan damai. Pada hari kamis malam pasien juga

meminta orang tua datang ke Sampit karena ingin melamar pacarnya.

Pasien juga pernah bercerita ingin berhenti bekerja di Sampit kurang lebih

14 hari yang lalu karena tidak nyaman dengan lingkungan tempat

tinggalnya, karena dia merasa kakek tidak memperlakukannya secara tidak

baik.
RPD : pasein belum pernah mengalami hal serupa. Pasien memiliki

riwayat kejang saat kecil (orang tua lupa usia berapa) namun kelas 2 SD

yang mengharuskan pasien berobat rutin ke Dokter dan Puskesmas


RPK : tidak ada kelurga yang mengalami hal serupa, ibu menderita darah

tinggi
- Hendaya / disfungsi
Pasien tidak dapat bekerja karena pasien mengamuk dan marah-marah,

orang lain juga tidak berani mendekat karena takut diserang.


- Faktor stressor psikososial
Pasien sempat merasa ingin berhenti kerja karena merasa kakek yang

tinggal bersama menjahatinya, setelah diyakinkan oleh ayah akhirnya

15
pasien tetap mau bekerja. Pasien tidak pernah mengatakan pernah

bermasalah dengan rekan kerja


- Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit/gangguan

sebelumnya
Tidak ada
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien sebelumnya belum pernah mengalami keluhan seperti ini atau

pun gangguan psikiatri sebelumnya.


2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Orang tua pasien tidak tau secara pasti apa saja zat psikoaktif yang

pernah dikonsumsi pasien. Teman pasien pernah mengatakan , pasien

sering minum-minum sejak SMP.


3. Riwayat penyakit dahulu (medis)
Pasien memiliki riwayat kejang sejak kecil hingga usia 7 tahun

sehingga mengharuskan pasien bolak balik ke Puskesmas dan Dokter

untuk mengambil obat rutin. Pasien juga sempat bolak balik opname

di rumah sakit karena kejangnya.


D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat pranatal
Pasien dilahirkan dengan persalinan normal dan tidak terdapat

kelainan saat kehamilan maupun proses kelahiran.


2. Masa kanak-kanak awal (0-3 tahun)
Pasien tumbuh dan berkembang sesuai usianya, anak jarang

berkomunikasi dengan teman sebaya, kebanyakan menghabiskan

waktu di rumah menonton TV.


3. Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pasien sering mengalami kejang dan harus berobat rutin. Anak

merupakan seorang yang pendiam


4. Masa kanak akhir dan remaja
Pasien sempat tinggal sendiri di Banjarnegara, karena Ayah kerja di

Kalimantan Selatan. Pasien sering mabuk-mabukkan.


5. Riwayat pekerjaan

16
Pasien sudah mulai bekerja setelah lulus SMA sebagai buruh

bangunan, kemudian berhenti dan bekerja sebagai buruh di kebun

sawu selama 2 tahun.


6. Riwayat agama
Pasien beragama islam. Pasien mengatakan jarang beribadah
7. Riwayat Psikoseksual
Normal menurut pengakuan keluarga
8. Aktivitas sosial
Pasien jarang besosialisasi keluar rumah
9. Riwayat hokum
Tidak ada
10. Riwayat penggunaan waktu luang
Pasien sering mengurung diri dalam rumah dan bermain HP
E. Riwayat keluarga
Ayah pasien merupakan seseorang yang sibuk sehingga hubungan dengan

sang ayah kurang harmonis. Pasien juga orang yang pendiam, jarang

bercerita kecuali pada ibunya.


F. Situasi sosial sekarang
Pasien jarang berinteraksi dengan orang sekitar
G. Persepsi (tanggapan) pasien tentang dirinya dan kehidupannya
Pasien semasa kecil sempat bercita-cita ingin menjadi jadi dokter, namun

sejak lulus SMA pasien tidak ingin sekolah lagi hanya ingin bekerja

III. STATUS MENTAL


A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien datang memakai kaos berlengan pendek warna hijau lumut dan

celana jeans hitam. Pasien tampak terawat, kulit berwarna sawo

matang. Pasien memiliki bekas luka lecet dibangian perut sampai

pinggang belakang.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Hiperaktif
3. Sikap pasien terhadap pemeriksa
Tidak kooperatif
B. Keadaan afektif (mood), perasaan, ekspresi afektif (hidup emosi) serta

empati :
1. Mood : iritabel
2. Afek : sempit
3. Keserasian : serasi

17
C. Gangguan persepsi
Sulit dievaluasi
D. Pembicaran
Tidak lancar, hanya mengeluarkan atau mengulang kata-kata, berteriak dan

berbicara tidak sopan


E. Pikiran :
1. Proses pikir :
a. Bentuk pikiran : sde
b. Arus pikiran : sde
2. Isi pikiran : sde
F. Sensorium dan kognitif
1. Kesadaran : Berkabut
2. Orientasi : waktu, tempat, dan orang normal : sde
3. Daya ingat : Pasien dapat mengingat jangka segera, pendek, menengah

maupun panjang : sde


4. Konsentrasi : sde
5. Perhatian : sde
6. Kemampuan membaca dan menulis : sde
7. Kemampuan visuospasial : sde
8. Pikiran abstrak : sde
9. Kapasitas intelegensia : sde
10. Bakat kreatif : sde
11. Kemampuan menolong diri : Tidak bisa
G. Kemampuan mengendalikan impuls :
Sulit dievaluasi
H. Tilikan
1
I. Taraf dapat dipercaya
Sulit dievaluasi

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Delirium
3. Tanda vital
- Tekanan darah: 140/80 mmHg - Frekuensi nadi: 85 x / menit
- Frekuensi napas: 22 x / menit - Suhu: 36,5
Bentuk badan : Kesan dalam batas normal
4. Sistem kardiovaskular : Tidak ada kelainan
5. Sistem muskuloskeletasl : Tidak ada kelainan
6. Sistem gastrointestinal : Tidak ada kelainan
7. Sistem urogenital : Tidak ada kelainan
8. Gangguan khusus : Tidak ada kelainan

B. Status Neurologis
Sde (pasien masih gaduh gelisah)

18
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb : 13 g/dl GDS : 149 mg/dl
Leukosit : 16.400/ul OT/PT : 37 U/l, 57 U/l
Trombosit : 265.000/ul Kolesterol total : 232 mg/dl
HCT : 41 vol %

VI. DIAGNOSTIK MULTIAKSIAL


1. Diagnosis Aksis I :
F 23.1 Gangguan psikotik polimorfik akut dengan gejala skizofrenia
2. Diagnosis Aksis II :
Gangguan kepribadian skizoid
3. Diagnosis Aksis III
Riwayat epilepsy, leukositosis, hiperkolesterolemia
4. Diagnosis Aksis IV
Masalah psikososial dan lingkungan lainnya
5. Diagnosis Aksis V
Pada pasien didapatkan disabilitas sedang (moderate) maka pada aksis

V didapatkan GAF Scale 60-51.


VII. PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad fungsionam : dubia ad bonam

Ad sanasionam : dubia ad bonam

VIII. TERAPI

- Injeksi lodomer 5 mg (1 ampul) im (kp)

- Haloperidol 5 mg 2x1

- Trihexyphenidil 2 mg 2x1

- Merlopam 2 mg 0-0-1 (kp)

19
BAB IV

PEMBAHASAN

Menurut pedoman diagnostik PPDGJ III untuk gangguan psikotis akut dan

sementara menggunakan urutan diagnostik yang mencerminkan urutan prioritas

yang diberikan untuk ciri-ciri utama terpilih dari gangguan ini. Urutan prioritas

yang dipakai antara lain :6

a. Onset akut (dalam masa 2 minggu atau kurang = jangka waktu gejala-gejala

psikotik menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek

20
kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk periode prodormal

yang gejalanya sering tidak jelas) sebagai ciri khas yang menentukan

seluruh kelompok

b. Adanya sindrom polimorfik yaitu beraneka ragam atau berubah cepat, dan

skizofrenia like yaitu gejala skizofrenia yang khas

c. Adanya stres akut yang berkaitan. Kesulitan atau problem yang

berkepanjangan tidak boleh dimasukkan sebagai sumber stres dalam

konteks ini

d. Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung

Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria episode

manik (F30.-) atau episode depresif (F32.-), walaupun perubahan emosi dan

gejala gejala menonjol dari waktu ke waktu. Tidak ada penyebab organik seperti

trauma kapitis, delirium dan demensia. Tidak merupakan intoksikasi obat atau

alkohol. 6

Gejala psikotik polimorfik akut dengan gejala skizofrenia memenuhi kriteria

(a), (b) dan (c). Apabila gejala menetap selama 1 bulan maka diagnosis berubah

menjadi skizofrenia (F20.-). Pada pasien mengalami gaduh gelisah dengan onset

selama 2 hari, pasien mengalami ingin melukai dirinya sendiri dan orang lain.

Memiliki waham atau kepercayaan bahwa orang lain menjahati dirinya. Afek

pasien juga sempit dan aktivitas psikomotor hiperaktif, kesadaran pasien berkabut.

Bentuk pikir pasien juga terganggua, dengan tidak koperatif dan tidak relevan

pembicaraanya. Pada anamnesis terdapat perubahan perilaku dan stresor pasien

karena ingin berhenti bekerja, serta terlibat perkelahian dua hari sebelum gejala

21
muncul. Pasien dapat didiagnosis sebagai gangguan psikotik polimorfik akut

dengan gejala skizofrenia.

Penyebab pasti psikosis masih belum diketahui. Memiliki pola tidur yang

buruk, mengonsumsi alkohol atau menggunakan ganja, dan mengalami trauma

psikologis dapat memicu munculnya kondisi. Psikosis juga dapat dipicu oleh

kondisi yang terjadi karena gangguan pada otak seperti parkinson, huntington,

tumor, stroke, alzeimer, epilepsi dan infeksi otak. Pada pasien memiliki riwayat

epilepsi dan penggunaan minum-minuman terlarang. Hubungan antara epilepsi

dan psikosis masih kontroversial. Beberapa studi menunjukan adanya hubungan

positif antara psikosis dan epilepsi, terutama pasien dengan TLE (temporal lobe

epilepsy). 7,8

Kepribadian adalah setumpuk pikiran, perasaan dan perilaku. Gangguan

kepribadian adalah gangguan kejiwaan yang terlihat dari perilaku, pola pikir, dan

sikap. Golongan kepribadian dibagi menjadi tiga kluster, yaitu A, B dan C. Pada

kluster A terdiri dari paranoid, skizoid dan skizotipal. Kepribadian skizoid

ditandai dengan pribadi yang suka menyendiri dan menunjukkan sedikit emosi.

Pada pasien ini dia sudah tinggal berpisah sejak SMA dengan orang tuanya, jadi

mengharuskan dia hidup sendiri. Setelah digali riwayat masa kecil pun anak

jarang bermain dengan teman sebaya, pasien lebih memilih untuk menyendiri.

Sampai dewasa juga terlihat, dimana pasien jarang berinteraksi dengan orang lain

dan lebih senang menggunakan waktunya untuk menyendiri. Pasien juga dicurigai

memiliki gangguan kepribadian ambang (borderline) karena mudah sekali terlibat

dalam masalah penggunaan zat terlarang, namum tidak pernah dilaporkan kalau

pasien memiliki pribadi yang membangkan ataupun emosi yang berubah- ubah. 9

22
Penatalaksanaan gangguan psikotik akut bertujuan untuk mengembalikan

fungsi premorbid, meredakan dan mengontrol gejala. Penatalaksanaan dimulai

dengan identifikasi dan penanganan kondisi kegawatdaruratan. Apabila gangguan

psikotik akut dengan tanda kegawatan perlu dirawat inap. Terapi farmakologis

untuk pasien agitasi dengan obat oral sebagai lini pertama diikuti dengan terapi

parenteral jika pasien tidak mau mengonsumsi obat oral. Terapi antipsikotik yang

dapat digunakan adalah golongan benzodiazepin. Selain itu penggunaan ketamin

juga dapat dipertimbangkan untuk obat sedatif secara cepat. 10

Dua kelas utama yang harus dipertimbangkan dalam pengobatan gangguan

psikotik akut adalah obat antipsikotik antagonis reseptor dopamine dan

benzodiazepine. Khususnya pada pasien yang berada dalam risiko tinggi untuk

mengalami efek samping ekstrapiramidal, suatu antikolinergik kemungkinan

harus diberikan bersama-sama dengan antipsikotik. Pada kasus ini pasien

diberikan parenteral dan oral haloperidol, serta obat antikolinergik triheksilpenidil

dan sedatif lorazepam.5

BAB V

PENUTUP

Telah dilaporkan kasus seorang pria, 25 tahun dengan diagnosis F23.1

Gangguan psikotik polimorfik akut dengan gejala skizofrenia, gangguan

kepribadian skizoid, masalah psikososial dan lingkungan dengan GAF scale 51-60

(disabilitas moderate). Pasien dirawat di RSJ Sambang Lihum dan mendapatkan

terapi antipsikotik dan sedatif (haloperidol dan lorazepam).

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Harrison P, Cowen P, Burns T. Shorter Oxford Textbook of Psychiatry


Seventh Edition. Oxford: Oxford University Press, 2018.

2. DSM-5. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fifth


Edition. In WT Carpenter, Barch JR, Gaebel BW. Schizophrenia Spectrum
and Other Psychotic Disorders. Washington: American Psychiatry
Publication, 2013.

3. Memon MA. Emedicine Medscape. Bienenfeld D, Editor. Retrieved from


Emedicine Medscape: https://emedicine.medscape.com/article/294416-
overview. 2017.

4. Lopez D, Lorenzo A, Lara P. Acute stress and subtance use as predictors


suicidal behaviour in acute and transient psychotic disorders. Psychiatry
Research, 2018.

24
5. Bakti G dan Sari PJ. Case report : Gangguan psikotik polimorfik akut
denga gejala skizofrenia. Padang: FK UNAND, 2013.

6. Maslim Rusdi. Diagnosis gangguan jiwa PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta,


2013.

7. Willy T. Psikosis. Diuduh pada tanggal 28 Agustus 2019. Dalam:


http://www.alodokter.psikosis.com//

8. Kusumawati S dan Zakiyah R. Post ictal psikosis berulang pada penderita


epilepsi. JIMR. 2017; 1(1): 96-100.

9. Dokter sehat. Gangguan kepribadian skizoid. Diunduh pada tanggal 28


Agustus 2019. Dalam: http://www.doktersehat.kepribadianskizoid.com//

10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional


Pelayanan Kedokteran Ilmu Psikiatri. Jakarta, 2015.

25

Anda mungkin juga menyukai