Anda di halaman 1dari 69

ABSTRAK

Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan metabolik, ditandai


dengan tingginya kadar glukosa darah yang terjadi karena kelainan
sekresi dan kerja insulin. Diabetes melitus merupakan penyakit menahun
yang akan diderita seumur hidup dan menimbulkan komplikasi. Komplikasi
diabetes dapat dicegah, ditunda atau diperlambat dengan mengendalikan
kadar glukosa darahnya. Aktivitas senam kaki adalah salah satu yang
direkomendasikan untuk penderita diabetes melitus tipe 2 karena efeknya
dapat meningkatkan sensitifitas insulin. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 sebelum dan sesudah
senam kaki.

Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif cross sectional yang


dilakukan terhadap 72 pasien DM tipe 2 pada bulan Mei 2016 di
Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo dengan 56 orang menjadi kelompok
senam dan 16 orang menjadi kelompok non senam. Hasil data
pemeriksaan dianalisis dengan uji t dependen dan uji t independen
kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata kadar glukosa darah
sebelum senam dari kelompok senam sebesar 144,73 mg/dL dan kadar
glukosa darah setelah senam sebesar 135,14 mg/dL terjadi penurunan
kadar glukosa darah sebesar 9,59 mg/dL. Sedangkan pada kelompok non
senam terjadi peningkatan kadar glukosa sebesar 44,0 mg/dL.
Kesimpulan penelitian ini menyatakan bahwa adanya perbedaan yang
bermakna kadar glukosa darah pada penderita DM tipe 2 kelompok
senam dengan kadar glukosa darah kelompok non senam di Puskesmas
Kecamatan Pasar Rebo dengan didapatkan nilai t hitung sebesar 5,052
dan nilai p 0,000 (p < α = 0,05).

Kepustakaan : 32
Tahun : 2004 – 2015
Kata Kunci : Senam kaki diabetes, Glukosa darah N & 2 jam PP
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah Swt yang telah

memberikan karunia, hidayah, dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah yang sederhana ini. Karya tulis ilmiah ini

merupakan laporan penelitian sederhana yang akan diajukan untuk salah

satu mata kuliah semester VI, Diploma III Jurusan Analis Kesehatan di

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta III.

Karya tulis ilmiah yang berjudul “pemeriksaan kadar glukosa darah

sebelum dan sesudah senam kaki diabetes pada penderita DM tipe 2 di

puskesmas kecamatan pasa rebo periode Mei 2016” ini dapat

dimanfaatkan sebagai informasi mengenai bagaimana kadar glukosa

darah pada penderita DM tipe 2 yang mengikuti senam kaki diabetes.

Penulisan karya tulis ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak

yang telah memberikan motivasi dan bimbingan dalam menyelesaikan

penulisan karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Bagya Mujianto, S.Pd, M.Kes., selaku Ketua Jurusan Analis

Kesehatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta III.

2. Ibu Dewi Inderiati, S.Si, M.Biomed., selaku Ketua Program Diploma III

Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Jakarta III.

iv
3. Bapak Heru Setiawan, S.Si, M.Biomed selaku pembimbing materi yang

telah banyak membantu, membimbing, memberi masukan dan motivasi

dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

4. Ibu Endang Susmiati, SKM, MKM selaku pembimbing teknis yang telah

banyak membantu, membimbing, memberi masukan dan motivasi

dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

5. Seluruh dosen dan staf Jurusan Analis Kesehatan yang telah

memberikan dukungan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

6. Seluruh pegawai Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo yang telah

memberikan bantuan dalam pengambilan data dalam karya tulis ilmiah

ini.

7. Ibuku yang telah memberikan doa, dukungan, dan semangat kepada

penulis.

8. Ditta, Rini teman seperjuangan PKL dan Rizal yang telah memberikan

semangat dan motivasi dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

9. Seluruh teman-teman angkatan 19 jurusan Analis Kesehatan.

Akhirnya penulis menyadari bahwa proposal karya tulis ilmiah ini masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran guna penyempurnaan karya tulis ini.

Bekasi, Juli 2016

Penulis

v
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................. iv

DAFTAR ISI .......................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1


B. Identifikasi Masalah .................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................. 4
D. Perumusan Masalah .................................................................. 4
E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ............................................................................ 6


1. Diabetes Melitus .................................................................... 6
a. Definisi ............................................................................ 6
b. Klasifikasi .......................................................................... 7
c. Patofisiologi .................................................................... 9
d. Gejala ............................................................................... 10
e. Faktor Risiko ................................................................... 12
f. Diagnosis .......................................................................... 16
g. Komplikasi ...................................................................... 20
h. Penatalaksanaan .............................................................. 21
2. Senam Kaki Diabetes ............................................................ 23
a. Definisi ............................................................................ 23
b. Tujuan ............................................................................... 24
c. Prosedur ......................................................................... 24
3. Pemeriksaan Glukosa Darah ................................................. 27
a. Definisi ............................................................................ 27
b. Metabolisme Glukosa ....................................................... 28
c. Metode Pemeriksaan Glukosa ........................................ 29

vi
B. Kerangka Berpikir ...................................................................... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian ........................................................................ 32


B. Definisi Operasional Variabel ...................................................... 32
C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 33
D. Populasi dan Sampel ................................................................. 33
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 34
F. Teknik Analisa Data .................................................................... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ........................................................................... 36


B. Pembahasan .............................................................................. 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................. 45
B. Saran .......................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 47

LAMPIRAN – LAMPIRAN ..................................................................... 50

vii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Naskah

1. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai


Patokan Penyaring dan Diagnosis DM (mg/dL) ·················· 18

2. Kriteria Diagnostik Diabetes Melitus dan Gangguan


Glukosa ······································································ 20

3. Distribusi Responden Kelompok Senam dan Non Senam


Berdasarkan Usia ························································· 36

4. Distribusi Frekuensi Kelompok Senam dan Non Senam


Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kelompok Usia ················ 37

5. Gambaran Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Sesudah


diberikan Senam Kaki Diabetes di Puskesmas Kecamatan
Pasar Rebo Pada Kelompok Senam dan Non Senam·········· 38

6. Perbedaan Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Sesudah


Senam Kaki Diabetes Pada Penderita DM Tipe 2 di
Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo ································ 39

7. Perbedaan Kadar Glukosa Darah Pada Penderita DM


Tipe 2 Kelompok Senam dan Kelompok Non Senam di
Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo ································ 40

Lampiran

8. Data Kadar Glukosa Darah Puasa dan 2 Jam PP Pada


Penderita DM Tipe 2 Kelompok Senam dan Non Senam ······ 52

viii
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

Naskah

1. Langkah-langkah diagnostik DM dan GTT ................................. 19

2. Pasien Duduk di Atas Kursi ......................................................... 24

3. Tumit Kaki di Lantai dan Jari-jari Kaki Diluruskan ke Atas .......... 25

4. Tumit Kaki di Lantai Sedangkan Telapak Kaki Diangkat ............. 25

5. Ujung Kaki Diangkat Ke Atas ...................................................... 25

6. Jari-jari Kaki di Lantai .................................................................. 26

7. Kaki Diluruskan dan Diangkat ..................................................... 26

8. Robek Kertas Koran Kecil-Kecil Dengan Menggunakan Jari-Jari


Kaki Lalu Lipat Menjadi Bentuk Bola ........................................... 27

ix
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Halaman

1. Lembar Instrumen Penelitian ..................................................... 50

2. Lembar Hasil Pasien ................................................................... 52

3. Surat Permohonan Pengambilan Data ........................................ 54

4. Surat Persetujuan Pengambilan Data ......................................... 55

5. Surat Tugas Dosen Pembimbing Materi dan Teknis ................... 56

6. Uji t Independen ......................................................................... 57

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit

metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya

(Gustaviani,R., 2006:1879). Gangguan tersebut dapat disebabkan

oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau

sel tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang dihasilkan organ

pankreas dengan baik (Sutanto,T., 2013:14). Ada beberapa jenis DM

yaitu diabetes melitus tipe 1, diabetes mellitus tipe 2 dan diabetes

gestasional (IDF, 2013:22). Secara umum, hampir 80% diabetes

melitus yang banyak diderita adalah DM tipe 2 (KEMENKES RI,

2009:1).

Diabetes melitus merupakan penyakit tidak menular yang

menjadi masalah kesehatan masyarakat global dan menjadi

penyebab kematian nomor 6 di dunia (KEMENKES RI, 2013:1).

Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) (2013:11)

estimasi penderita diabetes melitus di dunia pada tahun 2013

sebesar 8,3% atau sekitar 382 juta orang dan diperkirakan pada

tahun 2035 jumlahnya akan meningkat menjadi 592 juta orang.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) memprediksi untuk

Indonesia terjadi peningkatan penderita DM dari 8,4 juta pada tahun

1
2

2000 menjadi 21,3 juta orang pada tahun 2030 (PERKENI, 2006).

Menurut data dari IDF pada tahun 2013 penduduk Indonesia yang

terkena DM sekitar 8,5 juta orang dan menjadikan Indonesia berada

di urutan ketujuh dalam sepuluh negara dengan penderita DM

terbanyak (IDF, 2013:34).

Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang akan

diderita seumur hidup dan penderitanya memiliki resiko komplikasi

ke penyakit lain seperti jantung, gagal ginjal, stroke, retinopati

diabetika, gangguan saraf, kaki diabetika dan sebagainya. Beban

penyakit diabetes melitus sangat besar apalagi jika sudah terkena

komplikasi maka upaya pengendalian diabetes menjadi tujuan yang

sangat penting yang perlu mendapatkan perhatian serius dari semua

pihak (PERKENI, 2006). Komplikasi kaki adalah komplikasi yang

sering terjadi pada penderita DM sekitar 15%, selain luka kaki juga

terjadi kelainan dan perubahan bentuk kaki, peredaran darah yang

kurang juga akan mempengaruhi pergerakan sendi kaki

(Wahyuni,T.D., 2013:144).

Komplikasi diabetes melitus dapat dicegah, ditunda, atau

diperlambat dengan mengendalikan kadar gula darah. Pengelolaan

diabetes yang bertujuan mempertahankan kadar gula darah dalam

rentang normal dapat dilakukan secara non farmakoterapi dan

farmakoterapi (Damayanti,S., 2015)


3

Pengelolaan non farmakoterapi meliputi pengaturan pola

makan, meningkatkan aktivitas jasmani dan edukasi (Yunir,E.;

Soebardi,S., 2006:1886). Latihan jasmani merupakan upaya awal

dalam mencegah, mengontrol, dan mengatasi diabetes melitus

(Wahyuni,T.D., 2013:144).Latihan jasmani pada penderita DM tipe 2

memiliki peran utama yaitu pengaturan kadar glukosa darah karena

latihan jasmani dapat menyebabkan terjadinya peningkatan

pemakaian glukosa oleh otot yang aktif (Ilyas,E.I., 2007:67).

Salah satu latihan jasmani yang dianjurkan adalah dengan

melakukan latihan pada kaki dengan cara senam kaki. Senam kaki

adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes

melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan

peredaran darah bagian kaki (Ernawati., 2013:127).

Menurut penelitian Sumarni dan Yudhono tahun 2013

didapatkan hasil yang menyimpulkan rata-rata kadar glukosa darah

sebelum senam adalah 281,5mg/dL dan rata-rata kadar glukosa

darah setelah senam adalah 230,5mg/dL. Penelitian ini menunjukan

adanya penurunan kadar glukosa darah pada penderita DM tipe 2.

Penelitian lain yang dilakukan Sigit Priyatno tahun 2012

menyebutkan kadar glukosa darah lebih baik dari sebelum senam

kaki diabetes.
4

Salah satu tempat pelayanan kesehatan yang melaksanakan

senam kaki diabetes adalah Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo

yang berada di Jalan Kalisari Raya No.1 Jakarta Timur.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin melakukan

penelitian tentang pemeriksaan kadar glukosa darah sebelum dan

sesudah senam kaki diabetes di Puskesmas Kecamatan Pasar

Rebo.

B. Identifikasi Masalah

1. Diabetes melitus menjadi penyebab kematian nomor 6 di dunia.

2. Salah satu latihan jasmani yang dianjurkan untuk penderita DM

adalah dengan senam kaki diabetes.

3. Perlunya pemeriksaan glukosa darah sebelum dan sesudah

senam untuk mengetahui adanya penurunan kadar glukosa darah.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada pemeriksaan kadar glukosa darah

sebelum dan sesudah senam kaki diabetes di Puskesmas

Kecamatan Pasar Rebo periode Mei 2016.

D. Perumusan Masalah

Bagaimana hasil pemeriksaan kadar glukosa darah sebelum

dan sesudah senam kaki diabetes di Puskesmas Kecamatan Pasar

Rebo periode Mei 2016?


5

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum :

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penderita

diabetes melitus di Puskesmas Kecamatan Pasa Rebo yang

mengikuti senam kaki diabetes.

2. Tujuan Khusus :

Mengetahui kadar glukosa darah pasien DM sebelum senam

kaki (glukosa puasa) dan sesudah senam kaki (glukosa 2 jam

PP).

F. Manfaat Penelitian

1. Untuk Penderita DM

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam memberikan

informasi mengenai pentingnya pengelolaan DM melalui terapi

non farmakologi, seperti senam kaki diabetes agar komplikasi

yang ditimbulkan dari DM dapat dicegah ataupun ditunda.

2. Untuk Instansi Terkait

Memberikan informasi kepada instansi terkait mengenai

pemeriksaan glukosa darah sebelum dan sesudah senam kaki

diabetes.

3. Bagi Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan penelitian

selanjutnya sebagai sumber informasi dan data.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Diabetes Melitus

a. Definisi

Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen

yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau

hiperglikemia (Smeltzer; Bare, 2008).

Menurut International Diabetes Federation (IDF) tahun 2013

diabetes melitus adalah penyakit gangguan metabolik menahun

yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi cukup insulin

atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi

secara efektif.

Penyakit diabetes melitus adalah kumpulan gejala yang

timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya

peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik

absolut maupun relatif. Diabetes melitus merupakan salah satu

penyakit degeratif dengan sifat kronis yang jumlahnya terus

meningkat dari tahun ke tahun (Subekti,I., 2007:245)

6
7

b. Klasifikasi

Klasifikasi diabetes melitus menurut International Diabetes

Federation (IDF) tahun 2013 dibagi menjadi 3 bagian, yaitu

Diabetes tipe 1, Diabetes tipe 2 dan Diabetes gestasional.

1) Diabetes tipe 1

Diabetes tipe ini merupakan diabetes yang jarang atau sedikit

populasinya, diperkirakan kurang dari 5-10% dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Ernawati, 2013:11). Diabetes tipe

1 dikenal juga sebagai juvenile diabetes, diabetes anak-anak.

Penyebutan ini didasarkan karena pada umumnya penderita

berasal dari kelompok anak-anak dan dewasa muda. Namun

diabetes ini bisa saja menyerang semua umur. Nama lain dari

diabetes ini adalah Insulin Dependent Diabetes Melitus

(IDDM), yaitu diabetes yang bergantung pada insulin.

Diabetes tipe 1 adalah penyakit diabetes yang terjadi karena

gangguan pada pankreas, menyebabkan pankreas tidak

mampu memproduksi insulin dengan optimal. Akibatnya,

penderita diabetes tipe 1 harus mendapatkan injeksi insulin

dari luar. Tidak optimalnya fungsi pankreas disebabkan oleh

hancurnya sel beta dalam pankreas yang berperan dalam

memproduksi hormon insulin. Penyebab sel beta pankreas

yang hancur diduga karena adanya autoimun, yaitu sistem

kekebalan tubuh yang salah mengenali sel beta sebagai


8

benda asing. Sistem kekebalan tubuh yang seharusnya

menghancurkan bakteri dan virus malah menghancurkan sel

beta yang memproduksi hormon insulin. Penyebab lain diduga

karena adanya faktor genetik dan infeksi virus. Gejala

penderita diabetes tipe 1 termaksud sering buang air kecil.

rasa haus, lapar dan berat badan menurun (Sutanto,T.,

2013:23-24).

2) Diabetes tipe 2

Diabetes tipe ini disebut sebagai Non Insulin Dependent

Diabetes Melitus (NIDDM), diabetes yang tidak bergantung

pada insulin. Pada diabetes tipe 2, organ pankreas penderita

mampu memproduksi insulin dengan jumlah yang cukup,

namun sel-sel tubuh tidak merespon insulin yang ada dengan

benar. Diabetes tipe 2 adalah penyakit diabetes yang

disebabkan karena sel-sel tubuh tidak merespon insulin yang

dilepaskan pankreas, inilah yang disebut dengan resistensi

insulin. Secara umum ada dua penyebab utama terjadinya

penyakit diabetes tipe 2 ini, yaitu faktor genetik dan

hiperglikemia. Faktor keturunan sangat berpengaruh dalam

diabetes tipe 2 (Sutanto,T., 2013:24-25). Diabetes ini jumlah

penderitanya sekitar 90%-95% dari seluruh penyandang

diabetes dan 80% mengalami obesitas dari diabetes tipe ini


9

sedangkan 20% mengalami non obesitas dari diabetes tipe ini

(Ernawati, 2013:11).

3) Diabetes gestasional

Diabetes gestasional adalah diabetes yang disebabkan

karena kondisi kehamilan. Pada kondisi gestasional, pankreas

penderita tidak dapat menghasilkan insulin yang cukup untuk

mengontrol gula darah pada tingkat yang aman bagi ibu dan

janin (Sutanto,T., 2013:26). Diabetes ini disebabkan oleh

hormon yang disekresikan plasenta dan menghambat kerja

insulin (Ernawati, 2013:12). Diabetes gestasional yang tidak

terkontrol dapat berisiko pada bayi seperti tubuh bayi menjadi

gemuk, masalah pernafasan karena potensi hipoglikemia

pada ibu dengan diabetes gestasional, bayi berisiko terserang

penyakit kuning dan risiko paling tinggi adalah bayi meninggal

saat lahir (Sutanto,T., 2013:27).

c. Patofisiologi

Patofisiologi DM tipe 2 terdapat dua masalah utama yang

berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan

gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan

reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya

insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi

dalam metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada

DM tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan


10

demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi

pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah

terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan

jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi

glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang

berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat

yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian jika sel-sel

beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan

insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi Diabetes

Melitus tipe 2.

Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan

ciri khas DM tipe 2, namun masih terdapat insulin dengan jumlah

yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi

benda keton yang menyertainya.

DM tipe 2 paling sering terjadi pada penderita DM yang

berusia 30 tahun dan obesitas. Obesitas merupakan faktor

utama penyebab timbulnya DM tipe 2. Pada keadaan

kegemukan respons sel beta pankreas terhadap peningkatan

gula darah sering berkurang (Ernawati, 2013:15-16)

d. Gejala

Gejala DM yang paling sering terjadi dapat dibedakan

menjadi tiga, yaitu gejala awal, gejala akut, dan gejala kronis.
11

Gejala awal adalah gejala permulaan penyakit diabetes. Gejala

akut adalah gejala tahap lanjut dari gejala awal, sedangkan

gejala kronik adalah gejala-gejala diabetes yang sudah

menahun.

1) Gejala awal

Pada setiap individu, gejala-gejala awal diabetes cukup

bervariasi, antara satu dengan yang lain tidak selalu sama.

Gejala awal yang paling umum terjadi biasanya disebut

dengan istilah 3P, yaitu sering buang air kecil (poliuria), sering

haus (polidipsia) dan sering lapar (polifagia).

2) Gejala tahap lanjut (akut)

Gejala akut ini adalah tahap selanjutnya dari gejala awal yang

tidak diatasi dengan baik. Gejala-gejala akut diabetes, yaitu

cepat mengalami kelelahan, lemas tanpa penyebab yang

jelas, air kencing dikerumuni semut karena kandungan gula di

dalam darah salah satunya dapat dilihat dari indikasi ini.

Selain itu penderita mengalami penurunan berat badan yang

drastis tanpa penyebab yang jelas.

3) Gejala menahun (kronik)

Gejala kronik yang paling sering ditimbulkan adalah rasa

kesemutan pada jari tangan dan kaki karena diabetes

menyebabkan sirkulasi darah terhambat, kulit terasa panas

dan juga terasa sakit seperti tertusuk-tusuk, sering terjadi


12

kram, terjadi gangguan kulit seperti badan terasa gatal-gatal,

sering merasa lelah dan mengantuk tanpa penyebab yang

jelas. Gangguan penglihatan, menurunnya kemampuan

seksual pada pria, gatal di daerah kelamin pada wanita,

gangguan kesehatan pada mulut dan gigi serta jika terjadi luka

sulit sembuh biasanya membutuhkan waktu berbulan-bulan

agar luka tersebut dapat sembuh (Sutanto,T., 2013:30-33).

e. Faktor Risiko

Faktor risiko DM merupakan faktor-faktor yang dapat

mempertinggi risiko seseorang untuk terkena diabetes. Dengan

kata lain, faktor risiko adalah sesuatu hal yang dapat memicu

terjadinya penyakit diabetes sekaligus meningkatkan potensi

serangan diabetes.

Faktor risiko diabetes terdiri dari faktor-faktor risiko terkendali

dan faktor-faktor risiko tidak terkendali. Faktor risiko terkendali

adalah faktor risiko yang dapat dikontrol dengan kehendak

sendiri. Sedangkan faktor risiko tidak terkendali adalah faktor

risiko yang tidak dapat dikontrol oleh kehendak sendiri. Faktor

risiko tidak terkontrol bersifat alamiah, sudah dibawa dari ‘sana’.

Salah satu faktor risiko tidak terkontrol misalnya faktor usia dan

keturunan. Berikut adalah faktor risiko yang perlu diwaspadai.


13

1) Faktor Keturunan

Diabetes merupakan penyakit yang memiliki faktor risiko

genetik. Artinya, diabetes ada hubungannya dengan faktor

keturunan. Penyakit diabetes dikategorikan sebagai penyakit

multifaktorial, yaitu penyakit yang melibatkan faktor keturunan

(gen) dan faktor lingkungan. Penyakit multifaktorial timbul

tidak hanya melibatkan gen tetapi juga lingkungan dan

bagaimana interaksi antara gen dan lingkungan tersebut.

Faktor keturunan merupakan faktor pemicu diabetes yang

tidak dapat dimodifikasi. Artinya, faktor ini tidak dapat ditawar-

tawar, dengan memiliki riwayat diabetes dalam keluarga,

maka risiko seseorang untuk terkena penyakit DM menjadi

lebih tinggi dibandingkan orang lain yang tidak memiliki

riwayat DM dalam keluarganya. Faktor keturunan adalah

sebuah ‘alarm’ sebagai peringatan bagi seseorang. Maka dari

itu apabila seseorang dengan faktor risiko orang tua menderita

diabetes, sebaiknya selalu melakukan pencegahan dan

menjaga diri agar terhindar dari serangan dengan gaya hidup

sehat (Sutanto,T., 2013:56-59).

2) Gaya Hidup

Gaya hidup dapat menentukan besar kecilnya risiko

seseorang untuk terkena diabetes, karena berkaitan dengan

pola makan dan aktivitas yang dilakukan seseorang sebagai


14

gaya hidupnya. Segala yang berlebihan selalu memiliki

dampak negatif. Asupan gula yang berlebihan dan lemak

berlebihan dapat mengakibatkan diabetes. Tingginya

konsumsi lemak tidak hanya mengakibatkan obesitas dan

peningkatan risiko penyakit jantung, tetapi juga salah satu

faktor yang menyebabkan diabetes. Diabetes terjadi akibat

terganggunya kerja insulin. Salah satu faktor yang menganggu

kerja insulin yaitu tingginya kadar lemak di perut.

Selain pola makan, salah satu gaya hidup modern yang

berisiko pada diabetes adalah pola tidur. Sekarang ini banyak

orang-orang melakukan aktivitasnya pada malam hari, hal ini

akan membuat resistensi insulin sehingga hormon-hormon

dalam tubuh akan terpengaruh. Hormon grelin sebagai

hormon penimbul rasa lapar akan meningkat dan hormon

leptin, hormon yang menekan nafsu makan akan rendah.

Sehingga rasanya menjadi lapar. Makan malam hari membuat

pankreas bekerja lebih aktif memproduksi insulin. Hal ini

memicu risiko diabetes akibat kemungkinan terjadi resistensi

insulin, karena pankreas akan lebih banyak menghasilkan

insulin (Sutanto,T., 2013:59-62).

3) Obesitas

Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan akibat

penimbunan jaringan lemak tubuh yang berlebihan. Penyebab


15

obesitas secara pasti belum jelas, tetapi obesitas umumnya

diakibatkan oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor

lingkungan mencangkup pola makan, pola makan ini

sepertinya lebih berperan dalam timbulnya obesitas ketimbang

faktor keturunan. Obesitas meningkatkan risiko DM tipe 2

lebih besar dari faktor risiko lainnya. Obesitas berisiko pada

diabetes berkaitan dengan terjadinya kondisi resistensi insulin,

dimana kondisi resistensi insulin merupakan penyebab utama

terjadinya diabetes, khususnya DM tipe 2 (Sutanto,T.,

2013:63-66).

4) Faktor Usia

Faktor usia merupakan faktor yang tidak dapat dimodifikasi

seperti halnya faktor keturunan. Orang dengan usia 40 tahun

mulai memiliki risiko terkena DM. Semakin bertambahnya usia

maka semakin besar pula risiko seseorang mengalami DM

tipe 2. Usia memang berpengaruh terhadap serangan

berbagai macam penyakit. Hal ini mungkin alami, sebab usia

yang bertambah membuat kondisi tubuh berkurang

vitalitasnya (Sutanto,T., 2013:67).

5) Rokok dan Alkohol

Merokok ternyata dapat meningkatkan risiko seseorang untuk

terserang DM tipe 2 dibandingkan mereka yang tidak

merokok. Merokok dan diabetes memiliki keterkaitan, merokok


16

dapat menyebabkan diabetes dan merokok akan

memperparah penyakit diabetes yang telah diderita.

Hubungan rokok dengan diabetes terkait dengan terjadinya

resistensi insulin dan gangguan terhadap produksi insulin oleh

pankreas.

Alkohol juga memiliki efek yang tidak berbeda jauh,

mengonsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan risiko

diabetes. Kaitan alkohol dengan risiko diabetes adalah daya

rusak alkohol terhadap organ-organ tubuh, khususnya organ

pankreas. Mengonsumsi alkohol berlebihan dapat

menyebabkan radang kronis pada pankreas. Kerusakan pada

organ ini menyebabkan produksi insulin terhambat bahkan

terhenti. Jika sudah begitu, kadar gula di dalam darah tidak

dapat dikontrol, terjadinya hiperglikemia dan diabetes

(Sutanto,T., 2013:69-70).

6) Hipertensi

Tekanan darah > 140/90 mmHg dapat menimbulkan risiko DM

tipe 2 (Umami,A.K., 2013:13).

f. Diagnosis

Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar

glukosa darah. Diagnosis tidak dapat ditegakan atas dasar

adanya glukosuria. Guna penentuan diagnosis DM, pemeriksaan

glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa


17

secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena.

Penggunaan bahan darah utuh (wholeblood), vena, ataupun

kapiler dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik

yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk

tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan

menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan

glucometer (PERKENI, 2011).

Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan

penyaring. Uji diagnostik DM dilakukan pada mereka yang

menunjukan gejala/tanda DM, sedangkan pemeriksaan

penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak

bergejala, yang mempunyai risiko DM (Soegondo,S., 2007:18).

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang

diabetes. Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila

terdapat keluhan klasik DM seperti di bawah ini (PERKENI,

2011):

1) Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

2) Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal,

mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus

vulvae pada wanita.

Pemeriksaan penyaring dikerjakan pada kelompok dengan

salah satu risiko DM sebagai berikut (Gustaviani,R., 2006:1879):


18

usia > 45 tahun, berat badan lebih BBR >110% BB idaman atau

IMT > 23 kg/m2, Hipertensi ≥ 140/90 mmHg, riwayat DM dalam

garis keturunan, riwayat abortus, melahirkan bayi dengan BB >

4000 gram, kolesterol HDL ≤ 35mg/dL dan atau trigliserida ≥250

mg/dL. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui

pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa

darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes toleransi

glukosa oral (TTGO) standar.

Tabel 1
Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan
Penyaring dan Diagnosis DM (mg/dL)

Bukan DM Belum DM
pasti DM
Kadar glukosa darah Plasma vena < 100 100-199 ≥ 200

sewaktu (mg/dL) Darah kapiler < 90 90-199 ≥ 200

Kadar glukosa darah Plasma vena < 100 100-125 ≥ 126

puasa (mg/dL) Darah kapiler < 90 90-99 ≥ 100

(sumber: Soegondo,S., 2007)

Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada

keluhan klasik dan keluhan lain. Jika keluhan khas, pemeriksaan

glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dL sudah cukup untuk

menegakan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa

darah puasa ≥ 126 mg/dL juga digunakan untuk patokan

diagnosis DM. Untuk kelompok tanpa keluhan belum cukup kuat

untuk menegakan diagnosis DM. Diperlukan pemastian lebih


19

lanjut dengan mendapat sekali lagi angka abnormal, baik kadar

glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL, kadar glukosa darah sewaktu

≥ 200 mg/dL pada hari yang lain, atau dari hasil tes toleransi

glukosa oral (TTGO) didapatkan kadar glukosa darah pasca

pembebanan ≥ 200 mg/dL (Soegondo,S., 2007:18-20). Untuk

lebih jelasnya lihat gambar 1.

Gambar 1. Langkah-langkah diagnostik DM dan Gangguan


Toleransi Glukosa (Sumber: Perkeni, 2011)
20

Tabel 2

Kriteria Diagnostik Diabetes Melitus dan Gangguan Glukosa

1. A1C ≥ 6,5% atau


2. Kadar Glukosa Darah Sewaktu (plasma vena) > 200 mg/dL
atau
3. Kadar Glukosa Darah Puasa > 126 mg/dL atau
4. Kadar Glukosa Plasma > 200 mg/dL pada 2 jam sesudah
makan beban glukosa 75 gram pada TTGO

(Sumber : ADA, 2012)

g. Komplikasi

Diabetes melitus jika tidak ditangani dengan baik akan

mengakibatkan timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh

seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh darah kaki, dan saraf

(Umami,A.K., 2013:16).

Komplikasi diabetes mencangkup dua, yaitu komplikasi akut

dan komplikasi kronis. Komplikasi akut merupakan gangguan

keseimbangan kadar gula darah dalam jangka waktu pendek

yang meliputi hipoglikemia, ketoasidosis diabetik dan sindrom

HHNK (koma hiperglikemik hiperosmolar nonketotik) (Ernawati,

2013:87). Komplikasi kronik berupa kerusakan pada pembuluh

darah dan saraf. Pembuluh darah yang dapat mengalami

kerusakan dibagi menjadi dua jenis, yakni pembuluh darah besar

(makroangiopati) dan kecil (mikroangiopati).


21

Komplikasi pada pembuluh darah besar meliputi pembuluh

darah jantung yang dapat menyebabkan penyakit jantung

koroner dan serangan jantung mendadak, dan pembuluh darah

otak yang dapat menyebabkan stroke. Sedangkan komplikasi

pada pembuluh darah kecil berupa kerusakan retina (retinopati

diabetik) dan kerusakan ginjal (nefropati diabetik). Sementara,

kerusakan saraf mengakibatkan gangguan-gangguan saraf yang

disebut neuropati diabetik (Sutanto,T., 2013:44).

h. Penatalaksanaan

Karena banyaknya komplikasi kronik yang dapat terjadi pada

DM tipe 2. Dan sebagian besar mengenai organ vital yang dapat

fatal, maka tatalaksana DM tipe 2 memerlukan terapi agresif

untuk mencapai kendali glikemik dan kendali faktor risiko

kardiovaskular. Dalam Konsensus Pengelolaan dan

Perencanaan DM tipe 2 di Indonesia 2011, penatalaksanaan dan

pengelolaan DM dititik beratkan pada 4 pilar penatalaksanaan

DM, yaitu edukasi, terapi gizi, latihan jasmani dan intervensi

farmakologis.

1) Edukasi

Tim kesehatan mendampingi pasien dalam perubahan

perilaku sehat yang memerlukan partisipasi aktif dari pasien

dan keluarga pasien. Upaya edukasi dilakukan secara


22

komphrehensif dan berupaya meningkatkan motivasi pasien

untuk memiliki perilaku sehat.

2) Terapi Gizi Medis

Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes yaitu

makanan yang seimbang, sesuai dengan kebutuhan kalori

masing-masing individu, dengan memperhatikan keteraturan

jadwal makan, jenis dan jumlah makanan. Komposisi

makanan yang dianjurkan terdiri dari karbohidrat 45%-65%,

lemak 20%-25%, protein 10%-20%, natrium kurang dari 3gr

dan diet cukup serat sekitar 25 gr/hari.

3) Latihan Jasmani

Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu, masing-

masing selama kurang lebih 30-60 menit. Latihan jasmani

dianjurkan yang bersifat aerobik seperti berjalan santai,

jogging, bersepeda dan berenang. Latihan jasmani selain

untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat

badan dan meningkatkan sensitifitas insulin (PERKENI, 2011).

Salah satu latihan jasmani yang dianjurkan adalah melakukan

senam kaki diabetes (Priyatno,S., 2012:7).


23

4) Intervensi Farmakologis

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan peningkatan

pengetahuan pasien, pengaturan makan dan latihan jasmani.

Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan

(Ndraha,S., 2014:13).

2. Senam Kaki Diabetes

a. Definisi

Senam diabetes merupakan senam aerobik low impact dan

ritmis yang telah dilaksanakan sejak tahun 1997 di klub-klub

diabetes di seluruh Indonesia. Senam aerobik adalah latihan fisik

yang direkomendasikan sebagai aktivitas utama yang dapat

dilakukan oleh penderita diabetes tipe 2 karena efeknya dapat

meningkatkan sensitifitas insulin sehingga menghambat

perkembangan diabetesnya (Damayanti,S., 2015).

Senam kaki diabetes adalah kegiatan atau latihan yang

dilakukan oleh pasien diabetes melitus untuk mencegah

terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah

bagian kaki. Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi

darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah

terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan

kekuatan otot betis, otot paha, dan juga mengatasi keterbatasan

pergerakan sendi (Priyatno,S., 2012:30).


24

b. Tujuan

Adapun tujuan yang diperoleh setelah melakukan senam kaki ini

adalah memperbaiki sirkulasi darah pada kaki pasien diabetes,

sehingga nutrisi lancar terdistribusi kejaringan tersebut

(Priyatno,S., 2012:32).

c. Prosedur

Senam kaki diabetes dapat dilakukan setiap hari dengan waktu

pelaksanaan sekitar 30-45 menit (Tambunan,M., 2007:291).

Dalam buku karangan Ernawati (2013:128-131) dijelaskan

mengenai alat yang harus dipersiapkan dan prosedur

pelaksanaan senam. Alat yang dipersipakan adalah: kursi (jika

tindakan dalam posisi duduk pada prosedur pelaksanaan

senam). Sedangkan persiapan untuk klien adalah kesepakatan

dengan pasien, waktu, tempat dan tujuan dilaksanakan senam

kaki. Perhatikan juga lingkungan yang mendukung, seperti

lingkungan yang nyaman bagi pasien, dan jaga privacy pasien.

Langkah-langkah pelaksanaan senam kaki :

1) Pasien duduk tegak di atas kursi dengan meletakkan kaki di

lantai.

Gambar 2. Pasien duduk di atas kursi


(Sumber: www.google.com)
25

2) Dengan meletakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki

diluruskan ke atas lalu dibengkokkan kembali ke bawah

seperti bantuk cakar. Lakukan sebanyak 10 kali.

Gambar 3. Tumit kaki di lantai dan jari-jari kaki diluruskan ke atas


(Sumber: www.google.com)

3) Dengan meletakkan tumit di lantai, angkat telapak kaki ke

atas. Kemudian jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit

kaki diangkatkan ke atas. Cara ini diulang sebanyak 10 kali.

Gambar 4. Tumit kaki di lantai sedangkan telapak kaki


diangkat (Sumber: www.google.com)

4) Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian depan kaki diangkat ke

atas dan buat putaran 3600 dengan pergerakan pada

pergelangan kaki sebanyak 10 kali.


26

Gambar 5. Ujung kaki diangkat ke atas


(Sumber: www.google.com)

5) Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat

putaran 3600 dengan pergerakan pada pergelangan kaki

sebanyak 10 kali.

Gambar 6. Jari-jari kaki di lantai


(Sumber: www.google.com)

6) Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada

pergelangan kaki, tuliskan pada udara dengan kaki dari angka

0 hingga 10 lakukan secara bergantian.

Gambar 7. Kaki diluruskan dan diangkat


(Sumber: www.google.com)
27

7) Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi

seperti bola dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola

itu menjadi lembaran seperti semula menggunakan kedua

belah kaki. Cara ini dilakukan hanya sekali saja, lalu robek

koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian koran.

Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan

kedua kaki. Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut

dengan kedua kaki lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian

kertas yang utuh. Bungkus semuanya dengan kedua kaki

menjadi bentuk bola.

Gambar 8. Robek kertas koran kecil-kecil dengan


menggunakan jari-jari kaki lalu lipat menjadi bentuk bola
(Sumber : www.google.com)

3. Pemeriksaan Glukosa Darah

a. Definisi

Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang

berasal dari karbohidrat dalam makanan dan dapat disimpan

dalam bentuk glikogen di dalam hati dan otot rangka (Kee,J.L.,


28

2007:213). Menurut kamus kedokteran Dorlan (2010:923)

glukosa merupakan produk akhir metabolisme karbohidrat dan

sumber energi utama makhluk hidup yang penggunaannya

dikontrol oleh insulin.

b. Metabolisme Glukosa

Energi sebagian besar berfungsi untuk kebutuhan sel dan

jaringan yang berasal dari glukosa. Pembentukan energi

alternatif dapat berasal dari metabolisme asam lemak, tetapi jalur

ini kurang efisien dibandingkan dengan pembakaran langsung

glukosa dan juga menghasilkan metabolit-metabolit asam yang

dapat berbahaya apabila dibiarkan menumpuk, sehingga kadar

glukosa di dalam darah dikendalikan oleh beberapa mekanisme

homeostatik yang dalam keadaan sehat, mempertahankan kadar

dalam rentang 70 sampai 110 mg/dL dalam keadaan puasa.

Setelah pencernaan makanan yang mengandung banyak

glukosa, secara normal kadar glukosa darah akan meningkat,

namun tidak melebihi 170mg/dL. Banyak hormon yang berperan

dalam mempertahankan kadar glukosa darah. Pengukuran

glukosa darah dapat dilakukan untuk memantau mekanisme

regulatorik ini (Sacher,R.A.; McPherson,R.A., 2004:287-288).

Gula darah setelah diserap oleh dinding usus akan masuk ke

dalam aliran darah masuk ke hati, dan disintesis menghasilkan

glikogen kemudian dioksidasi menjadi CO2 dan H2O atau


29

dilepaskan untuk dibawa oleh aliran darah ke dalam sel tubuh

yang memerlukannya terutama otak. Kadar glukosa darah

dikendalikan oleh suatu hormon insulin yang berasal dari sekresi

sel beta pankreas. Jika hormon insulin kurang maka glukosa

darah akan menumpuk dalam sirkulasi darah sehingga glukosa

darah meningkat. Bila kadar glukosa darah meninggi hingga

melebihi ambang batas ginjal, maka glukosa darah akan keluar

bersama dengan urin (glukosuria) (Depkes, 2008).

c. Metode Pemeriksaan Glukosa

1) Metode Enzimatik Heksokinase, Endpoint

Prinsip : Glukosa berfosforilasi dengan ATP dalam reaksi

katalisasi dengan Hexokinase dan menghasilkan Glucose-6-

Phospate kemudian dioksidasi dan secara bersama terjadi

NAD+ menjadi NADH pada reaksi katalisasi oleh G6PDH.

Reaksi ini terlihat dengan kenaikan absorbans pada panjang

gelombang 340 nm dan sebanding dengan kadar glukosa

dalam sampel (Kit Insert Indoreagen).

Reaksi :

Glukosa + ATP Hexokinase G6P + ADP

G6P + NAD+ G6PDG 6-Phosphogluconate + NADH + H+

2) Glukosa Oksidase (GOD-PAP)

Prinsip : Glukosa kit menggunakan dasar metode Trinder yang

klasik dengan enzim Glucose Oxidase, Peroxidase, 4-


30

Aminoantipyrine dan Phenol (GOD-PAP). Glukosa dioksidase

oleh glukooksidase (GOD) kemudian direaksikan dengan 4-

aminoantipyrine dan fenol menghasilkan quinoneimine yang

berwarna kemerahan dan H2O, reaksi ini dikatalis oleh enzim

peroksidase (POD). Quinoneimine yang terbentuk eqivalen

dengan glukosa sehingga warna yang terukur pada produk

quinoneimine akan sebanding dengan kadar glukosa (Kit

Insert Indoreagen).

Reaksi :

Glukosa + O2 + H2O GOD D-Glukonat +H2O2

H2O2 + 4-Aminoantipyrin + Hydroxybenzoat Peroxidase

H2O + Quinoneimine (berwarna merah)

3) Strip Glukosa

Prinsip : Strip test diletakan pada alat, ketika darah diteteskan

pada zona reaksi tes strip, katalisator glukosa akan mereduksi

glukosa dalam darah. Intensitas dari electron yang terbentuk

pada alat sebanding dengan konsentrasi glukosa dalam darah

(Kit insert GlucoDr).


31

B. Kerangka berpikir

Penderita Diabetes Penderita Diabetes


Melitus Tipe 2 Melitus Tipe 2

Kelompok Senam Kelompok Non Senam

Glukosa Darah Puasa & Glukosa Darah Puasa &


Glukosa Darah 2 Jam PP Glukosa Darah 2 Jam PP

Hasil A Hasil B

Uji t Independent /
Uji Mann Whitney

Penderita DM tipe 2 pada kelompok yang ikut senam kaki diabetes

dan yang tidak ikut senam kaki diabetes akan diukur kadar glukosa

darahnya. Pada kelompok yang ikut senam kadar gluksoa darah puasa

diukur sebagai kadar glukosa sebelum senam, dan kadar glukosa darah 2

jam PP diukur sebagai kadar glukosa sesudah senam. Sedangkan pada

kelompok non senam yang diukur adalah kadar glukosa darah puasa dan

2 jam PP. Hasil rata-rata kadar glukosa pada masing-masing kelompok

dilakukan analisis dengan uji statistik, jika distribusi datanya normal maka

dilakukan uji parametrik dengan uji t independent namun jika distribusi

datanya tidak normal dilakukan uji non parametrik dengan uji mann

whitney.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

cross sectional.

B. Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala


ukur
1. Usia Usia responden Rekam medik Tahun Interval
berdasarkan ulang
tahun terakhir saat
mengikuti senam
kaki diabetes dan
melakukan
pemeriksaan
glukosa darah
sebelum dan
sesudah senam
2. Kelompok Kelompok usia yang Kemenkes,2009 1. 36-45 tahun Ordinal
usia dikelompokan 2. 46-55 tahun
berdasarkan rentang 3. 56-65 tahun
usia dari Kemenkes, 4. > 65 tahun
2009
2. Jenis Jenis kelamin pasien Rekam medik 1. Laki-laki Nominal
Kelamin yang mengikuti 2. Perempuan
senam kaki diabetes
dan melakukan
pemeriksaan
glukosa darah
sebelum dan
sesudah senam
4. Kadar Banyaknya glukosa Rekam medik mg/dL Interval
glukosa dalam darah yang
darah diambil dari
sebelum pembuluh darah
senam kapiler setelah
puasa 8-10 jam

32
33

yang diukur sebelum


senam ditentukan
berdasarkan metode
enzimatik
5. Kadar Banyaknya glukosa Rekam medik mg/dL Interval
glukosa dalam darah yang
darah diambil dari
sesudah pembuluh darah
senam kapiler setelah
puasa 8-10 jam
kemudian makan
dan senam maka 2
jam setelah makan
diukur kadarnya
ditentukan
berdasarkan metode
enzimatik
6. Kelompok Penderita DM yang Rekam medik 1. Ikut senam Ordinal
responden ikut senam dan tidak 2. Tidak
senam senam

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo

Jakarta Timur pada bulan Februari – Juni 2016.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh data penderita DM tipe

2 di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo selama kurun waktu

bulan Januari – Mei 2016 dengan jumlah 135 pasien.

2. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh data penderita DM tipe

2 yang ikut senam kaki diabetes dan melakukan pemeriksaan

glukosa darah puasa dan glukosa darah 2 jam PP di Puskesmas

Kecamatan Pasar Rebo pada bulan Mei 2016 dengan jumlah 56


34

pasien dan seluruh data penderita DM tipe 2 yang tidak ikut

senam kaki diabetes dan melakukan pemeriksaan glukosa darah

puasa dan glukosa darah 2 jam PP di Puskesmas Kecamatan

Pasar Rebo pada bulan Mei 2016 dengan jumlah 16 pasien.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Melakukan observasi ke Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo

Jakarta Timur untuk mengetahui jumlah penderita DM tipe 2 yang

ikut senam diabetes.

2. Meminta surat izin pengambilan data dari institusi Poltekkes

Kemenkes Jakarta III.

3. Menyerahkan surat izin pengambilan data ke Diklat Puskesmas

Kecamatan Pasar Rebo dan Suku Dinas Kota Administrasi

Jakarta Timur.

4. Mendapatkan surat izin pengambilan data dari Sudin dan Diklat

Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo

5. Membuka status atau catatan pasien yang menderita Diabetes

melitus tipe 2 yang ikut senam kaki diabetes dan tidak ikut senam

kaki diabetes yang melakukan pemeriksaan glukosa darah puasa

dan glukosa darah 2 jam PP.

6. Mencatat hasil pemeriksaan dan data penunjang lainnya.

F. Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam

bentuk tabel dan narasi.


35

1. Hipotesis I = Tidak ada perbedaan rata-rata kadar glukosa darah

sebelum dan sesudah senam (GDN & 2 Jam PP)

pada kelompok sampel yang mengikuti program

senam kaki diabetes pada tingkat kepercayaan

95%.

2. Hipotesis II = Tidak ada perbedaan rata-rata kadar glukosa darah

(GDN & 2 Jam PP) pada kelompok yang tidak

mengikui program senam kaki diabetes pada

tingkat kepercayaan 95%.

3. Hipotesis III = Tidak ada perbedaan rata-rata selisih kadar glukosa

darah antara kelompok senam dan kelompok non

senam pada tingkat kepercayaan 95%.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat kelompok penderita DM

tipe 2 yang mengikuti senam kaki diabetes dan tidak ikut senam kaki

diabetes di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo pada bulan Mei 2016.

Penderita DM tipe 2 yang ikut senam kaki diabetes sebanyak 56

sampel dan kelompok penderita DM tipe 2 yang tidak ikut senam kaki

diabetes sebanyak 16 sampel.

1. Deskriptif

Berikut ini adalah tabel mengenai gambaran keadaan

responden berdasarkan usia pada kelompok senam dan non

senam yang dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3.
Distribusi Responden Kelompok Senam dan Non Senam
Berdasarkan Usia
Rentang Nilai
Usia Usia Minimum Rata- Maksimum SB
(tahun) rata
a. Kelompok 43-80 43 57,63 80 7,41
senam
b. Kelompok Non 46-73 46 60,06 73 8,42
senam

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa usia rata-rata responden

pada kelompok senam adalah 58 tahun dengan simpangan baku

7,41 dan usia termuda pada kelompok ini adalah 43 tahun serta

usia tertua adalah 80 tahun. Sedangkan pada kelompok non senam

36
37

usia rata-rata responden adalah 60 tahun dengan simpangan baku

8,42 dan usia termuda pada kelompok non senam adalah 46 tahun

serta usia tertua adalah 73 tahun.

Tabel 4.

Distribusi Frekuensi Kelompok Senam dan Non Senam Berdasarkan


Jenis Kelamin dan Kelompok Usia

Variabel Kelompok senam Kelompok non


senam
n % n %
Jenis Kelamin
a. Laki-laki 9 16.1 5 31.3
b. Perempuan 47 83.9 11 68.8
Total 56 100.0 16 100.0
Usia (tahun)
a. Dewasa akhir (36-45) 3 5.4 0 0
b. Lansia awal (46-55) 21 37.5 4 25.0
c. Lansia akhir (56-65) 26 46.4 6 37.5
d. Manula (>65) 6 10.7 6 37.5
Total 56 100.0 16 100.0

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar sampel

pada kelompok yang ikut senam kaki diabetes adalah perempuan,

sebanyak 47 orang (83.9%) sedangkan laki-laki sebanyak 9 orang

(16.1%). Pada kelompok non senam jumlah sampel perempuan

sebanyak 11 orang (68.8%) dan laki-laki sebanyak 5 orang

(31.3%).

Usia responden yang paling banyak pada kelompok yang ikut

senam kaki diabetes antara usia 56 - 65 tahun sebanyak 26 orang

(46.4%), sedangkan pada kelompok non senam usia responden

berkisar antara lebih dari 56 tahun (75.0%).


38

Tabel 5.

Gambaran Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Sesudah diberikan


Senam Kaki Diabetes di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo Pada
Kelompok Senam dan Non Senam

Kelompok Senam Kelompok Non Senam


Kategori Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
(GDN) (GDPP) (GDN) (GDPP)
Rentang Kadar 89-241 98-220 97-229 147-250
Minimum 89 98 97 147
Nilai Rata-rata 144,73 135,14 147,31 191,31
Maksimum 241 220 229 250
Simpangan Baku 31,47 25,72 38,15 32,01

Berdasarkan tabel 5 didapat kadar terendah glukosa darah

sebelum diberikan senam kaki diabetes pada kelompok senam

sebesar 89 mg/dL dengan nilai rata-rata 144,73 mg/dL dan kadar

tertinggi glukosa darah sebelum diberikan senam sebesar 241

mg/dL dengan simpangan baku 31,47 sedangkan, setelah diberikan

senam kadar terendah pada kelompok ini sebesar 98 mg/dL

dengan nilai rata-rata 135,14 dan kadar tertinggi 220 mg/dL dengan

simpangan baku 25,72.

Pada kelompok non senam kadar terendah glukosa darah

puasanya sebesar 97 mg/dL dengan nilai rata-rata 147,31 mg/dL

dan kadar tertinggi 229 mg/dL dengan simpangan baku 38,15

sedangkan, pada kadar glukosa 2 jam pp kadar terendah sebesar

147 mg/dL dengan nilai rata-rata 191,31 mg/dL dan kadar tertinggi

250 mg/dL dengan simpangan baku 32,01.


39

2. Uji Statistik

Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata

kadar glukosa darah sebelum dan sesudah senam pada kelompok

yang ikut senam kaki diabetes, maka dilakukan uji t dependen.

Pada kelompok non senam juga dilakukan uji t dependen untuk

mengetahui adanya perbedaan rata-rata kadar glukosa darah

puasa dan 2 jam pp. Uji t dependen ini dilakukan dengan tingkat

kepercayaan 95% (α=0,05). Hasil uji statistik dapat dilihat di tabel 6.

Tabel 6.

Perbedaan Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Sesudah Senam Kaki


Diabetes Pada Penderita DM Tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Pasar
Rebo

Sebelum Sesudah
Kelompok n Rata-rata SB Rata-rata SB t Nilai p
(mg/dL) (mg/dL) (mg/dL) (mg/dL)
Senam 56 144,73 31,47 135,14 25,72 2,948 0,005
Non Senam 16 147,31 38,15 191,31 32,01 -4,358 0,001

Berdasarkan tabel 6, setelah dilakukan uji t berpasangan

didapatkan nilai t hitung sebesar 2,948 dengan nilai p sebesar

0,005 < α (0,05), maka dapat dikatakan bahwa ada perbedaan

yang bermakna kadar glukosa darah pada penderita DM tipe 2

sebelum dan sesudah senam kaki diabetes pada kelompok senam

di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. Setelah dilakukan uji t

berpasangan didapatkan nilai t hitung sebesar -4,358 dengan nilai p

sebesar 0,001 < α (0,05), maka dapat dikatakan bahwa ada

perbedaan yang bermakna kadar glukosa darah pada penderita DM


40

tipe 2 sebelum diberikan senam kaki diabetes dengan kadar

glukosa darah sesudah diberikan senam pada kelompok non

senam di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo.

Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui adanya

perbedaan selisih rata-rata kadar glukosa darah pada kelompok

senam dan non senam adalah uji t independen Uji t independen ini

dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05). Hasil uji

statistik dapat dilihat di tabel 7.

Tabel 7.

Perbedaan Kadar Glukosa Darah Pada Penderita DM Tipe 2


Kelompok Senam dan Kelompok Non Senam di Puskesmas Kecamatan
Pasar Rebo

Mean Std. error


t Nilai p
difference difference
Equal variances
53,589 10,607 5,052 0,000
not assumed

Berdasarkan tabel 6, setelah dilakukan uji t tidak berpasangan

didapatkan nilai t hitung sebesar 5,052 dengan nilai p sebesar 0,000

lebih kecil dari pada α (0,05), maka dapat dikatakan bahwa ada

perbedaan yang bermakna selisih rata-rata kadar glukosa darah pada

penderita DM tipe 2 antara kelompok senam dengan kadar glukosa

darah kelompok non senam di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo

pada tingkat kepercayaan 95% (p=0,000).


41

B. Pembahasan

Berdasarkan tabel 4, pada penelitian ini responden pada

kelompok senam terdiri dari 9 orang (16,1%) laki-laki dan 47 orang

(83,9%) perempuan. Sedangkan pada kelompok non senam

didapatkan jumlah responden laki-laki sebanyak 5 orang (31,3%) dan

11 orang (68,8%) perempuan. Hasil penelitian menunjukan bahwa

responden perempuan lebih banyak dari pada responden laki-laki.

Perempuan lebih berisiko mengidap DM karena secara fisik

perempuan memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang

lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome),

pasca-menopouse yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi

mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga

perempuan berisiko menderita DM tipe 2 (Trisnawati,S.K ;

Setyorogo,S., 2013:8). Hasil penelitian lain oleh Utomo, Azam dan

Anggraini (2012) juga didapatkan jumlah responden perempuan pada

kelompok senam sebesar 34 orang (80,95%) dan pada kelompok

kontrol sebesar 33 orang (78,57%).

Berdasarkan tabel 4, usia responden dibagi menjadi empat

kategori, dewasa akhir (36-45 tahun), lansia awal (46-55 tahun), lansia

akhir (56-65 tahun) dan manula (>65 tahun). Menurut Sutanto

(2013:67) orang dengan usia 40 tahun mulai memiliki risiko terkena

diabetes. Selanjutnya, dengan semakin bertambahnya usia maka

semakin besar pula risiko seseorang mengalami DM tipe 2. Usia bagi


42

penderita DM tipe 2 muncul pada usia di atas 45 tahun, karena pada

usia ini sudah banyak perubahan terutama pada organ pankreas yang

memproduksi insulin dalam darah, sehingga dalam memproduksi

insulin menjadi berkurang (Suyono,S., 2006:421). Pada penelitian ini

usia responden kelompok senam didapatkan paling banyak pada usia

56-65 tahun sebanyak 26 orang (46,4%) dan pada kelompok non

senam didapatkan usia responden > 56 tahun sebanyak 12 orang

(75%) hal ini sesuai dengan penelitian Rini Tri Hastuti (2008) yaitu

penderita DM dengan usia >60 tahun berkaitan dengan terjadinya

diabetes karena usia, fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena

terjadinya penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga

kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang

tinggi kurang optimal.

Berdasarkan tabel 5, rata-rata kadar glukosa darah sebelum

senam sebesar 144,73 mg/dL dengan SB sebesar 31,47 mg/dL dan

rata-rata kadar glukosa darah sesudah senam sebesar 135,14 mg/dL

dengan SB sebesar 25,72 mg/dL. Data tersebut menunjukan adanya

perbedaan kadar glukosa darah sebelum dengan sesudah senam

pada kelompok senam. Sedangkan pada kelompok yang tidak ikut

senam kaki diabetes didapatkkan kadar glukosa sebelum sebesar

147,31 mg/dL dengan SB sebesar 38,15 mg/dL dan kadar glukosa

darah sesudah sebesar 191,31 mg/dL dengan SB sebesar 32,01

mg/dL. Hal ini menggambarkan bahwa responden yang diberikan


43

senam kaki diabetes relatif memiliki kadar glukosa darah yang lebih

rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol. Nilai kadar glukosa

darah yang lebih rendah atau turun ini menggambarkan terjadinya

perbaikan nilai kadar glukosa darah setelah diberikan senam kaki

diabetes.

Dalam penelitian Sigit Priyatno (2012) juga menunjukan adanya

penurunan kadar glukosa darah pada kelompok yang diberikan senam

kaki diabetes dengan hasil uji statistik nilai p 0,000. Penurunan kadar

glukosa darah juga ditunjukan dalam penelitian yang dilakukan Dian

Hairani mengenai pengaruh senam lansia terhadap kadar glukosa

darah pada penderita DM tipe 2.

Berdasarkan pada beberapa hasil penelitian di atas, menunjukan

bahwa kadar glukosa darah pada penderita DM tipe 2 cenderung

dapat dikontrol dengan melakukan aktivitas. Aktivitas yang dilakukan

harus dilakukan secara teratur, terukur dan dilakukan secara baik dan

benar (Priyatno,S., 2012:61).

Berdasarkan tabel 6, setelah dilakukan uji t tidak berpasangan

untuk melihat apakah ada perbedaan kadar glukosa darah penderita

DM tipe 2 pada kelompok senam dan kelompok non senam

didapatkan nilai p sebesar 0,000 (P < α 0,05) hal ini menujukan

adanya perbedaan kadar glukosa darah antara kelompok yang

mengikuti senam kaki diabetes dengan kelompok yang tidak ikut

senam kaki diabetes. Penurunan kadar glukosa darah ini sebagai


44

salah satu indikasi terjadinya perbaikan diabetes melitus yang dialami.

Oleh karena itu, pemberian aktivitas senam kaki merupakan salah

satu cara yang efektif dalam mengelola diabetes melitus (Priyatno,S.,

2012:65)

Manfaat olahraga bagi penderita diabetes antara lain

menurunkan kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, ikut

berperan dalam mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi,

gangguan lipid darah, peningkatan tekanan darah, hiperkoagulasi

darah. Keadaan-keadaan ini mengurangi risiko penyakit jantung

koroner dan meningkatkan kualitas hidup penderita DM. Olahraga

pada penderita DM dapat menyebabkan terjadinya peningkatan

pemakaian glukosa oleh otot yang aktif, sehingga secara langsung

olahraga dapat menyebabkan penurunan glukosa darah (Ilyas,E.,

2007:73).

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penulis tidak meneliti

karakteristik responden lainnya yang dimungkinkan memiliki hubungan

dengan kadar glukosa darah seperti konsumsi obat, aktivitas sehari-

hari, pola makan maupun diit yang sedang dilakukan oleh penderita

DM tipe 2.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan :

1. Rata-rata kadar glukosa darah puasa pada penderita DM tipe 2

kelompok yang senam di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo

sebelum diberikan senam kaki diabetes sebesar 144,73 mg/dL

dengan simpangan baku sebesar 31,47 mg/dL, sedangkan

setelah dilakukan senam kaki rata-rata kadar glukosanya menurun

menjadi 135,14 mg/dL dengan simpangan baku sebesar 25,72

mg/dL.

2. Rata-rata kadar glukosa darah puasa pada penderita DM tipe 2

kelompok yang non senam di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo

sebesar 147,31 mg/dL dengan simpangan baku sebesar 38,15

mg/dL, sedangkan rata-rata kadar glukosa 2 jam PP menjadi

191,31 mg/dL dengan simpangan baku sebesar 32,01 mg/dL.

3. Ada perbedaan yang bermakna kadar glukosa darah pada

penderita DM tipe 2 sebelum dan sesudah senam kaki pada

kelompok senam di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. Hal ini

ditunjukan dengan nilai p = 0,005 (p < α = 0,05).

4. Ada perbedaan yang bermakna kadar glukosa darah puasa dan

glukosa darah 2 jam PP pada penderita DM tipe 2 kelompok non

45
46

senam di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. Hal ini ditunjukan

dengan nilai p = 0,001 (p < α = 0,05).

5. Ada perbedaan yang bermakna kadar glukosa darah pada

penderita DM tipe 2 antara kelompok senam dengan kadar

glukosa darah kelompok non senam di Puskesmas Kecamatan

Pasar Rebo. Hal ini ditunjukan dengan nilai p = 0,000 (p < α =

0,05).

B. Saran

1. Bagi Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo agar tetap

melaksanakan kegiatan senam kaki bagi penderita DM tipe 2 dan

memantau kadar glukosa darahnya, serta mengarahkan penderita

DM tipe 2 yang belum ikut senam untuk mengikuti senam kaki

diabetes.

2. Bagi penderita DM tipe 2 untuk menjaga pola hidup, dan

sebaiknya melakukan senam kaki minimal 3 kali seminggu yang

bisa dilakukan di Puskesmas ataupun di rumah.

3. Bagi penelitian selanjutnya menggunakan metode GOD-PAP

dengan spektrofotometer dan menggunakan variabel perancu lain

yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah seperti faktor

obat-obatan, makanan dll.


DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (2010) Diabetes Care, April 2012


(http://care.diabetesjournal.org/content/27/suppll/s5full)

Damayanti,S., Hubungan Antara Frekuensi Senam Diabetes Melitus


Dengan Kadar Gula Darah, Kadar Kolesterol dan Tekanan Darah
Pada Klien DM Tipe 2 di PERSADIA RS Jogja, Jurnal Medika
Respati, Vol.X, No.2 Yogyakarta, 2015

Depkes, Metode Pencegahan dan Penanggulangan Faktor Risiko


Diabetes Melitus, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta, 2008

Dorlan,Newman., Kamus Kedokteran Dorlan, Edisi 31, EGC, Jakarta,


2010
Ernawati, Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Melitus Terpadu, Mitra
Wacana Media, Jakarta, 2013

Gustaviani,R., Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam:


Sudoyo.A.W., dkk., editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta,
FKUI, 2006

Hastuti,R.T., Faktor-faktor Risiko Ulkus Diabetika Pada Penderita


Diabetes Melitus Studi Kasus di RSUD Dr.Moewardi, Surakarta,
2008

Ilyas.E.I., Olahraga Bagi Diabetisi. Dalam: Soegondo,S., dkk., editor.


Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu Sebagai Panduan
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Bagi Dokter Maupun Edukator,
FKUI, Jakarta, 2007

International Diabetes Federation, Diabetes Atlas Edisi keenam, IDF, 2013


(www.idf.org/diabetesatlas, 19/04/2016)

Kee, J.L., Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, Kapoh, R.P


(Ed), Edisi 6, EGC, Jakarta, 2007
Kit Insert Indo Reagen, Buku Prosedur Reagen Kimia Klinik
Ndraha,S., Diabetes Melitus Tipe 2 dan Tatalaksana Terkini, Departemen
Penyakit Dalam, Vol.27, No.2, hlm.9-16, FK Krida Wacana, Jakarta,
2014

47
PERKENI, Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 di Indonesia, Jakarta, 2006

--------------, Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Melitus


Tipe 2 di Indonesia, Jakarta, 2011

Priyatno,S., Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sensitivitas Kaki dan Kadar


Gula Darah Pada Aggregat Lansia Diabetes Melitus di Magelang,
Tesis sarjana, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia,
Depok, 2012

Sacher, R.A., McPherson,R.A., Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan


Laboratorium, EGC, Jakarta, 2004
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Textbook of medical surgical nursing, eleventh
edition., Brunner & Sudarth., Philadelphia, 2008

Soegondo,S., Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus Terkini. Dalam:


Soegondo,S., dkk., editor. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terpadu Sebagai Panduan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Bagi
Dokter Maupun Edukator, FKUI, Jakarta, 2007

Subekti,I. Apa Itu Diabetes: Patofisiologi, Gejala Dan Tanda. Dalam:


Soegondo,S., dkk., editor. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terpadu Sebagai Panduan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Bagi
Dokter Maupun Edukator, FKUI, Jakarta, 2007

Sumarni,T., Yudhono,D.T., Pengaruh Terapi Senam Kaki Terhadap


Penurunan Glukosa Darah Pada Lansia Dengan Diabetes Melitus
Di Posyandu Lansia Desa Ledug Kecamatan Kembaran Banyumas,
STIKES Harapan Bangsa, Purwokerto, 2013 (www.jurnal.shb.ac.id)

Sunaryo,T., Sudiro., Pengaruh Senam Diabetik Terhadap Penurunan


Resiko Ulkus Kaki Diabetik Pada Pasien DM Tipe 2, Jurnal Terpadu
Ilmu Kesehatan, Vol.3, No.1, hlm.99-105, Poltekkes Surakarta,
2014

Sutanto,T., Diabetes Deteksi, Pencegahan, Pengobatan, Buku Pintar,


Yogyakarta, 2013

Suyono,S., Diabetes Melitus di Indonesia. Dalam: Sudoyo.A.W., dkk.,


editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta, FKUI, 2006

Tambunan,M., Perawatan Kaki Diabetes. Dalam: Soegondo,S., dkk.,


editor. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu Sebagai

48
Panduan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Bagi Dokter Maupun
Edukator, FKUI, Jakarta, 2007

Trisnawati,S.K., Setyorogo,S., Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus


Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun
2012, Jurnal Ilmiah Kesehatan 5(1), hlm.6-11, Universitas MH
Thamrin, 2013

Umami,A.K., Perbedaan Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah Senam


Diabetes Pada Pasien Diabetes Tipe 2 di Persadia RS Sari Asih
Ciputat, skripsi sarjana, FKIK UIN, Jakarta, 2013

Utomo,O.M., Azam,M.A., Anggraini,D.N., Pengaruh Senam Terhadap


Kadar Gula Darah Penderita Diabetes, Unnes Journal of Public
Health, Universitas Negeri Semarang, 2012
(http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph)

Wahyuni,T.D., Ankle Brachial Index Sesudah Senam Kaki Diabetes Pada


Penderita Diabetes Melitus Tipe 2, Jurnal Keperawatan, Vol.4 No.2,
hlm 143-151, Poltekkes Kemenkes Malang, 2013
(www.ejournal.umm.ac.id, 4/06/2016)

www.depkes.go.id, 10/04/2016, Tahun 2013 Prevalensi Diabetes Melitus


di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang

www.depkes.go.id, 17/04/2016, Diabetes Melitus Penyebab Kematian


Nomor 6 di Dunia

www.google.com, 07/06/2016, Senam Kaki Diabetes

Yunir,E., Soebardi.S., Terapi Non Farmakologi Pada Diabetes Melitus.


Dalam: Sudoyo.A.W., dkk., editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Jakarta, FKUI, 2006

49
Lampiran ke_1

INSTRUMEN PENELITIAN

PROSEDUR KERJA PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH

A. Prinsip pemeriksaan

Strip test diletakan pada alat, ketika darah diteteskan pada zona

reaksi tes strip, katalisator glukosa akan mereduksi glukosa dalam

darah. Intensitas dari electron yang terbentuk pada alat sebanding

dengan konsentrasi glukosa dalam darah.

B. Alat dan bahan

1. Alat : Glucometer, autoklik dan lancet.

2. Bahan :

Spesimen darah kapiler dari penderita DM yang mengikuti

senam diabetes, alkohol swab, tissue, dan strip glucometer.

50
C. Prosedur pemeriksaan

1. Alat dan bahan disiapkan.

2. Nyalakan alat dengan menekan tombol ON. Glukometer yang

akan digunakan sebelumnya dicek menggunakan strip kontrol,

pastikan kode yang tertera pada strip dan alat sama.

3. Strip glukosa darah dimasukkan pada lubang yang terdapat pada

alat.

4. Dilakukan pengambilan darah kapiler, tetesan darah yang pertama

dibuang kemudian tetesan darah berikutnya ditempelkan pada

strip tes glukosa.

5. Darah akan terserap secara otomatis pada strip dan specimen

darah akan diukur pada alat dalam waktu 5 detik.

6. Hasil pemeriksaan akan muncul pada layar dalam satuan mg/dL.

D. Nilai rujukan

Glukosa Darah Puasa = 70 – 110 mg/dL

Glukosa Darah 2 Jam PP = < 140 mg/dL

51
Lampiran ke_2

Tabel 8
Data Kadar Glukosa Darah Puasa dan 2 Jam PP
Pada Penderita DM Tipe 2 Kelompok Senam dan Non Senam

Jenis GDN Kadar Kelompo


No Nama Usia
Kelamin (mg/dL) GPP k Senam
1 NR 51 P 111 101 Ya
2 SAS 66 P 148 148 Ya
3 JML 47 P 139 117 Ya
4 EC 58 P 173 127 Ya
5 KY 60 L 199 164 Ya
6 HMS 54 L 137 129 Ya
7 IS 59 P 142 107 Ya
8 PRH 65 P 169 126 Ya
9 SH 50 P 143 138 Ya
10 CY 50 P 128 117 Ya
11 AG 49 P 132 138 Ya
12 AS 62 L 103 162 Ya
13 NA 61 P 160 117 Ya
14 TTS 54 P 160 176 Ya
15 SNH 55 P 150 148 Ya
16 EA 50 P 164 154 Ya
17 JNB 49 P 165 161 Ya
18 WRT 55 P 105 118 Ya
19 MMH 53 P 241 220 Ya
20 SMR 72 P 164 130 Ya
21 SMH 62 P 156 122 Ya
22 EW 65 P 149 122 Ya
23 TQ 53 P 207 183 Ya
24 DH 66 P 137 138 Ya
25 RR 73 L 142 155 Ya
26 MRQ 49 P 174 148 Ya
27 NY 63 P 157 155 Ya
28 SR 60 P 156 132 Ya
29 DWM 63 P 110 121 Ya
30 MYM 57 P 146 106 Ya
31 AB 63 L 118 119 Ya
32 MRN 51 P 128 117 Ya
33 KMR 80 P 111 105 Ya
34 SHT 57 P 106 117 Ya
35 SK 59 P 106 135 Ya
36 SYN 63 P 134 112 Ya
37 STH 43 P 111 98 Ya
38 SH 63 P 110 145 Ya
39 EPY 58 P 131 145 Ya
40 ONH 54 P 198 192 Ya

52
Lampiran ke_2

Jenis GDN Kadar Kelompo


No Nama Usia
Kelamin (mg/dL) GPP k Senam
41 RTM 50 P 156 164 Ya
42 MM 57 P 89 110 Ya
43 YW 45 L 172 140 Ya
44 LS 50 P 163 138 Ya
45 TN 52 P 155 100 Ya
46 HYN 51 P 103 99 Ya
47 MRN 56 P 146 142 Ya
48 HS 69 L 127 127 Ya
49 SYS 62 L 143 137 Ya
50 NY 63 P 143 118 Ya
51 SH 63 P 110 145 Ya
52 SPN 63 L 195 196 Ya
53 DJ 57 P 212 135 Ya
54 RSM 60 P 147 115 Ya
55 MN 60 P 124 126 Ya
56 WK 47 P 100 111 Ya
57 TR 64 P 145 147 Tidak
58 SJ 50 L 134 155 Tidak
59 SR 73 P 148 158 Tidak
60 NI 50 P 163 167 Tidak
61 AB 58 L 102 168 Tidak
62 YU 46 L 104 173 Tidak
63 RUH 69 P 180 182 Tidak
64 SUP 58 L 137 183 Tidak
65 NH 70 P 182 186 Tidak
66 SU 49 P 97 188 Tidak
67 YH 56 P 106 195 Tidak
68 DJ 68 L 175 205 Tidak
69 IR 57 P 229 230 Tidak
70 LLK 67 P 151 237 Tidak
71 MN 66 P 111 237 Tidak
72 NT 60 P 193 250 Tidak

53
Lampiran ke_3

54
Lampiran ke_4

55
Lampiran ke_5

56
Lampiran ke_6

Pengaruh Senam Kaki Diabetes Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Kelompok
Senam dan Non Senam

Uji Parametrik t Independent

57

Anda mungkin juga menyukai