Anda di halaman 1dari 94

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA Tn. C.A DENGAN DERMATITIS DI


WISMA CEMARA UPT PANTI SOSIAL PENYANTUN LANJUT USIA
BUDI AGUNG KUPANG

Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk
Menyelesaikan Studi Diploma III Keperawatan
Dan mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan

CARLOS RATU PE
PO.530320115012

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D III KEPERAWATAN
2018

i
ii
iii
iv
BIODATA PENULIS

Nama : Carlos Ratu Pe


TTL : SoE, 26 November 1997
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Alamat : Liliba
Riwayat Pendidikan :1. Tamat SD Inpres Kobelete, SoE Tahun 2009
2. Tamat SMPN 1 SoE Tahun 2012
3. Tamat SMAN 1 SoE Tahun 2015
4. Sejak Tahun 2015 Kuliah di Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kupang

MOTTO

Pengalaman Yang Memiliki Luka Akan Menjadi Suatu Pelajaran Yang Baik

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Proposal Karya
Tulis Ilmiah, Yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn.C.A Dengan
Masalah Dermatitis Di UPT Panti Sosial Lanjut Usia Budi Agung Kupang”
dengan baik.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kupang Program Studi D-III Keperawatan.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis
banyak mendapatkan dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, tidak
terlepas dari bantuan tenaga, pikiran, dan dukungan moril. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Dr. Rafael Paun, SKM, M.Kes selaku pembimbing yang dengan penuh
kesabaran dan ketelitian serta dengan segala totalitasnya dalam
menyumbangkan ide-idenya dengan mengoreksi, merevisi, serta melengkapi
dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini dan juga tidak lupa terima kasih
kepada Bapak Ns. Yustinus Rindu S.kep, M.Kep selaku dosen penguji yang
telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan masukan demi
penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini. penulis juga mengucapkan limpah terima
kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Ragu Harming Kristina, SKM, M.Kes selaku direktur Politeknik
Kesehatan Kemenkes Kupang yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melakukan penelitian
2. Ibu M. Margaretha U.W. S,Kp.,Ns.,MHSc selaku ketua jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di
Jurusan Keperawatan Kupang
3. Kepada seluruh dosen dan karyawan Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kupang.
4. Kepada pengasuh wisma Cemara yang memperkenankan penulis
melakukan penelitian.
5. Seluruh keluarga tercinta Bapa, Mama, Kakak, Adik, Om, Tante, Dan
Semua Keluarga Baik di SoE, Bena, Kupang yang telah membantu dan
memberi dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
6. Terkhususnya untuk yang tersayang Festy Trisnia Ndun yang telah
banyak membantu, memotivasi dan memberikan semangat kepada saya
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Teman-teman seperjuangan Trisna Nggadas, Tanti Nalle, Yomal,
Fictoria, Nisa Dhawe, Ardian Foni, Seno Suhadi, Abang Rosi anak kos
blue dragon, Aloha, Scout 2015 dan lainnya atas dukungan dan
perhatiannya terhadap keberhasilan penulis dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini.

vi
8. Teman-teman angkatan XXIV (24) Reguler A dan B khususnya GNA
alias Generation Nurse A yang senantiasa membantu dan memotivasi
penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. dan semua pihak
yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif
dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan dari Karya Tulis Ilmiah
ini. Semoga segala budi baik dari semua pihak diberkati oleh Tuhan Yang
Maha Esa.
Akhirnya, penulis mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Kupang, Mei 2018


Penulis

Carlos Ratu Pe

vii
ABSTRAK

Carlos Ratu Pe, PO.530320115012, 2018, Asuhan Keperawatan Pada Tn.C.A


Dengan Masalah Dermatitis Di UPT Panti Sosial Penyantun Lanjut Usia
Budi Agung Kupang.

Latar Belakang. Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis )


sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik ( eritema, edema,
papul, vesikel, skuama ) dan keluhan gatal. Dermatitis adalah peradangan pada
kulit ( inflamasi pada kulit ) yang disertai dengan pengelupasan kulit ari dan
pembentukkan sisik. Jadi dermatitis adalah peradangan kulit yang ditandai oleh
rasa gatal. Tujuan. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk mendapatkan
pengetahuan serta pengalaman nyata dalam melakukan asuhan keperawatan pada
lansia dengan Dermatitis.
Metode. Jenis Penelitian ini adalah kualitatif, dengan pendekatan studi kasus,
sedangkan rancangan penelitiannya adalah rancangan deskriptif dilakukan pada
Tn. C.A di wisma Cemara UPT Panti Sosial Penyantun Lanjut Usia Budi Agung
Kupang.
Hasil. Masalah keperawatan didapatkan pada Tn. C.A adalah Nyeri akut,
Kerusakan Integritas Jaringan ,dan Gangguan Pola Tidur yang dirawat selama 4
hari dengan melakukan perawatan luka, belum dapat teratasi.
Simpulan. Masalah yang ditemukan, Kerusakan Integritas kulit perlu dilakukan
tindak lanjut oleh perawat yang ada di Panti serta pengasuh wisma agar luka
dermatitisnya tidak menunjukan tanda-tanda peradangan.

Kata Kunci : Dermatitis, Nyeri Akut, Kerusakan Integritas Jaringan

viii
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Depan
Lembar Persetujuan ................................................................................. ii
Lembar Pengesahan ................................................................................ iii
Surat Pernyataan Keaslian Karya Tulis Ilmiah ....................................... iv
Kata Pengantar ........................................................................................ vi
Abstrak .................................................................................................... viii
Daftar Isi.................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 4
1.3 Tujuan Penulisan Studi Kasus.......................................................... 4
1.4 Manfaat Penulisan Studi Kasus........................................................ 4
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Dermatitis Pada Lansia ..................................................................... 6
2.1.1 Konsep Lansia ..................................................................... 6
2.1.1.1 Pengertian Lansia .................................................... 6
2.1.1.2 Batasan Lansia .......................................................... 6
2.1.1.3 Ciri-ciri Lansia ........................................................ 7
2.1.1.4 Tujuan Keperawatan Gerontik ................................ 8
2.1.1.5 Perkembangan Lansia .............................................. 9
2.1.1.6 Permasalahan Lansia di Indonesia .......................... 9
2.1.1.7 Tujuan Pelayanan Kesehatan Lansia ....................... 10
2.1.1.8 Pendekatan Perawatan Lansia .................................. 11
2.1.1.9 Prinsip Etika Pada Pelayanan Kesehatan Lansia ..... 12
2.1.2 Konsep Dermatitis ............................................................... 13
2.1.2.1 Pengertian Dermatitis .............................................. 13
2.1.2.2 Klasifikasi Dermatitis .............................................. 13
2.1.2.3 Penyebab Dermatitis ................................................ 14
2.1.2.4 Patofisiologi Dermatitis ........................................... 15
2.1.2.5 Pathway ................................................................... 17
2.1.2.6 Tanda dan gejala Dermatitis .................................... 18
2.1.2.7 Pemeriksaan Diagnostik .......................................... 18
2.1.2.8 Pengobatan Dermatitis ............................................ 18
2.1.2.9 Komplikasi .............................................................. 18
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Dermatitis ......................................... 19
2.2.1 Pengkajian ........................................................................... 19
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................ 27
2.2.3 Perencanaan Keperawatan.................................................... 27
2.2.4 Tindakan Keperawatan ......................................................... 29
2.2.5 Evaluasi Keperawatan .......................................................... 29
BAB III METODE STUDI KASUS
3.1 Rancangan Studi Kasus ..................................................................... 30
3.2 Subyek studi kasus ............................................................................ 30

ix
3.3 Metode Penumpulan Data ................................................................ 30
3.4 Lokasi dan waktu studi ..................................................................... 30
3.5 Analisa Data dan Penyajian Data ..................................................... 30
3.6 Uji keabsahan Data .......................................................................... 31
3.7 Etika Studi Kasus ............................................................................. 31
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Studi Kasus ............................................................................. 32
4.2 Pembahasan ....................................................................................... 40
4.3 Keterbatasan ...................................................................................... 45
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 46
5.2 Saran .................................................................................................. 48
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 49
DAFTAR LAMPIRAN

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Tabel


Lampiran 2 Daftar Singkatan
Lampiran 3 Format Pengkajian Dan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Tn. C.A
Lampiran 4 Lembaran Konsultasi

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara global prevalensi lansia di dunia menurut data WHO pada
tahun 2009 menunjukan lansia berjumlah 7,49 % dari data populasi. Tahun
2011 menjadi 7,69 %, dan pada tahun 2013 populasi lansia sebesar 8,1 % dari
total populasi. Jumlah lansia di Indonesia tahun 2014 mencapai 18 juta jiwa
dan diperkirakan akan meningkat menjadi 41 juta jiwa di tahun 2035 serta
lebih dari 80 juta jiwa di tahun 2050. Tahun 2050, satu dari empat penduduk
Indonesia adalah penduduk lansia dan lebih mudah menemukan penduduk
lansia dibandingkan bayi atau balita. Jumlah lansia di Provinsi NTT tahun
2015 sebesar 250.265 jiwa (15 %), sedangkan 2014 sebesar 45.471 (15 %),
artinya jumlah lansia tahun 2015 dibandingkan tahun 2014 juga tidak ada
perbedaan/tetap (Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun
2015).
Mengingkatnya kelompok lansia berdampak pada masalah kesehatan
sebagai akibat dari proses menua yang diawali dengan kemunduran sel-sel
tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun serta faktor resiko
terhadap penyakit pun meningkat. Banyak masalah kesehatan yang sering
dialami lanjut usia salah satunya adalah dermatitis. Dermatitis adalah
peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh
faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis
berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama) dan
keluhan gatal (Djuanda & Adhi, 2007)
Selama 30 tahun terakhir, peningkatan prevalensi dari penyakit
Atropic Dermatitis (AD) didunia mencapai 18 % pada anak-anak dan 5 %
pada orang dewasa. Selain itu, Allergic Contact Dermatitis (ACD) terjadi
sekitar 7 % dari populasi umum, diantaranya 3-24 % pada anak-anak dan 33-
64 % pada lansia. Dermatitis merupakan salah satu penyakit terbanyak pada
penderita rawat jalan di Rumah Sakit Umum di Indonesia, pada tahun 2009

1
ditemukan jumlah kasus penyakit kulit dan jaringan subkutan lainnya yakni
sebesar 147.953 kasus pada perempuan. Dan pada tahun 2010 terdapat
122.076 kasus diantaranya 48.576 kasus pada laki-laki dan 73.500 kasus pada
perempuan. Penyakit Dermatitis di Puskesmas Nusa Tenggara Timur dengan
jumlah kunjungan di puskesmas sebesar 30.349 jiwa (4,67%) (Profil
Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014). Pada saat ini di Upt
Panti Sosial penyantun lanjut usia Budi Agung Kupang, kasus dermatitis baru
pertama kali terjadi yaitu pada Tn C.A.
Kebijakan pemerintah terhadap kesejahteraan lansia menurut UU
Kesejahteraan Lanjut Usia (UU No 13/1998) pasal 1 ayat 1: Kesejahteraan
adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial baik material maupun
spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman
lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan
pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi
diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban
asasi manusia sesuai dengan Pancasila. Pada ayat 2 disebutkan, Lanjut Usia
adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas.
Dan mereka dibagi kepada dua kategori yaitu lanjut usia potential (ayat 3)
dan lanjut usia tidak potensial (ayat 4). Lanjut Usia Potensial adalah lanjut
usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang dan/atau jasa. Sedangkan Lanjut Usia Tidak Potensial
adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain. Bagi Lanjut Usia Tidak potensial (ayat
7) pemerintah dan masyarakat mengupayakan perlindungan sosial sebagai
kemudahan pelayanan agar lansia dapat mewujudkan dan menikmati taraf
hidup yang wajar. Selanjutnya pada ayat 9 disebutkan bahwa pemeliharaan
taraf kesejahteraan sosial adalah upaya perlindungan dan pelayanan yang
bersifat terus-menerus agar lanjut usia dapat mewujudkan dan menikmati
taraf hidup yang wajar.

2
Aktifitas sehari-hari yang harus dilakukan oleh lansia ada lima macam
yaitu makan, mandi, berpakaian, mobilitas dan toiletif. Untuk memenuhi
kebutuhan, lansia memerlukan pengetahuan dan sikap yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan perilakunya dalam kemandirian pemenuhan
kebutuhan activity daily living (ADL) karena proses penuaan (aging).
Kebiasaan tidak bersih menyebabkan berbagai penyakit terutama pada kulit
diantaranya dermatitis suatu penyakit radang kulit yang kronik, ditandai
dengan rasa gatal, eritema, edema, vesikel dan luka pada stadiumakut, pada
stadium kronik ditandai dengan penebalan kulit (likenifikasi) dan distribusi
lesi spesifik.
Dermatitis disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan
(multifaktorial). Faktor instrinsik berupa predisposisi genetik, kelainan
fisiologi dan biokimia kulit, disfungsi imunologis, interaksi psikosomatik dan
disregulasi/ketidakseimbangan sistem saraf otonom. Sedangkan faktor
ekstrinsik meliputi bahan yang bersifat iritan dan kontaktan, alergen hirup,
makanan, mikroorganisme, perubahan temperatur, dan trauma. Prevalensi
dermatitis pada wanita dua kali lipat dibanding laki-laki.
Faktor-faktor risiko terjadinya dermatitis secara umum antara lain genetik,
sosioekonomi, polusi lingkungan dan jumlah anggota keluarga. Faktor-faktor
pencetus terjadinya dermatitis secara umum antara lain alergen, bahan iritan,
infeksi, faktor psikis dan lain-lain. Faktor-faktor yang umum terkait dengan
dermatitis yaitu personel hygiene tentang kebiasaan mandi, pakaian,
kebiasaan menggunakan handuk, dan kebiasaan mencuci sprei.
Lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat proses
alamiah dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun sosial
yang saling berinteraksi. Permasalahan yang berkembang memiliki
keterkaitan dengan perubahan kondisi fisik yang menyertai lansia. Perubahan
kondisi fisik pada lansia yang turut menyertai menurunnya kesehatan kulit
terkait dengan semakin menurunnya kemampuan fungsional sehingga
menjadi tergantung kepada orang lain dalam kebiasaan higiene perorangan.

3
1.2 Perumusan Masalah
1). Bagaimana gambaran pengkajian asuhan keperawatan pada lansia dengan
dermatitis di Upt Panti sosial penyantun lanjut usia Budi Agung Kupang ?

2). Bagaimana rumusan diagnosa asuhan keperawatan pada lansia dengan


dermatitis di Upt Panti sosial penyantun lanjut usia Budi Agung Kupang ?
3). Bagaimana perencanaan asuhan keperawatan pada lansia dengan dermatitis
di Upt Panti sosial penyantun lanjut usia Budi Agung Kupang ?
4). Bagaimana implementasi asuhan keperawatan pada lansia dengan
dermatitis di Upt Panti sosial penyantun lanjut usia Budi Agung Kupang ?
5). Bagaimana evaluasi asuhan keperawatan pada lansia dengan dermatitis di
Upt Panti sosial penyantun lanjut usia Budi Agung Kupang ?
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Untuk memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan dermatitis di
Upt Panti sosial penyantun lanjut usia Budi Agung Kupang.

3.1.2. Tujuan khusus :


1). Mempelajari pengkajian pada Tn. C.A dengan masalah dermatitis di UPT
Panti Sosial penyantun lanjut usia Budi Agung Kupang

2). Mempelajari diagnosa keperawatan pada Tn. C.A dengan masalah


dermatitis UPT Panti Sosial penyantun lanjut usia Budi Agung Kupang
3). Mempelajari perencanaan keperawatan pada Tn. C.A dengan masalah
dermatitis UPT Panti Sosial penyantun lanjut usia Budi Agung Kupang
4). Mempelajari tindakan keperawatan pada Tn. C.A dengan masalah dermatitis
UPT Panti Sosial penyantun lanjut usia Budi Agung Kupang

5). Mempelajari evaluasi hasil asuhan keperawatan pada Tn. C.A dengan
masalah dermatitis UPT Panti Sosial penyantun lanjut usia Budi Agung
Kupang
1.4 Manfaat Penelitian
1). Manfaat Teori

4
Sebagai referensi dalam mengembangkan ilmu keperawatan dimasa
yang akan datang khususnya pada pasien dengan dermatitis.
2). Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan pada pasien dermatitis di Upt
Panti sosial penyantun lanjut usia Budi Agung Kupang.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Lansia
2.1.1. Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-
angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses
menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
dan luar tubuh, seperti didalam Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang
isinya menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang
bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi
sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin
meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak diantara
lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan
kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian
nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di
dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua
(Nugroho, 2006).
Keperawatan Gerontik adalah Suatu bentuk pelayanan profesional
yang didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang berbentuk
bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien
lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
2.1.2. Batasan Lansia

6
1). WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :
a) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,
b) Usia tua (old) :75-90 tahun, dan
c) Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
2). Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa;
a) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
b) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,
c) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke
atas dengan masalah kesehatan.
3). Menurut WHO di era baru
a) Setengah baya : 66- 79 tahun,
b) Orang tua : 80- 99 tahun,
c) Orang tua berusia panjang
2.1.3 Ciri-ciri Lansia
1). Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan
faktor psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang
rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses
kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi
yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
2). Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang
kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang mempertahankan
pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi
ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain
sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.
3). Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya

7
dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di masyarakat
sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia
sebagai ketua RW karena usianya.
4). Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan
yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula.
Contoh : lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan
untuk pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno,
kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan,
cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.
2.1.4 Tujuan Keperawatan Gerontik
1). Membantu memahami individu terhadap perubahan di usia lanjut
2). Memoivasi masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan lansia
3). Mengembalikan kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari
4). Mempertahankan kesehatan serta kemampuan lansia dengan jalan
perawatan dan pencegahan.
5). Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau
semangat hidup klien lanjut usia.
6). Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau
mengalami gangguan tertentu (kronis maupun akut).
7). Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan
menegakkan diagnosa yang tepat dan dini apabila mereka menjumpai
suatu kelainan tertentu.
8). Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang
menderita usia penyakit/ gangguan, masih dapat mempertahankan
kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara
kemandirian secara maksimal).

8
2.1.5 Perkembangan Lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan
manusia di dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan.
Lansia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang
akan mengalami proses menjadi tua (tahap penuaan). Masa tua merupakan
masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap
penurunan). Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk
hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan
kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan
perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-
paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan regeneratif
yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma
dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain. Untuk menjelaskan
penurunan pada tahap ini, terdapat berbagai perbedaan teori, namun para
ahli pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak ditemukan pada
faktor genetik.
2.1.6 Permasalahan Lansia di Indonesia
Pendapat lain menjelaskan bahwa lansia mengalami perubahan
dalam kehidupannya sehingga menimbulkan beberapa masalah.
Permasalahan tersebut diantaranya yaitu :
1). Masalah fisik
Masalahyang hadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai
melemah, sering terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas
yang cukup berat, indra pengelihatan yang mulai kabur, indra
pendengaran yang mulai berkurang serta daya tahan tubuh yang
menurun, sehingga seringsakit.
2). Masalah kognitif ( intelektual )

9
Masalah yang hadapi lansia terkait dengan perkembangan kognitif,
adalah melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal (pikun), dan sulit
untuk bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar.
3). Masalah emosional
Masalah yang hadapi terkait dengan perkembangan emosional,
adalah rasa ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga
tingkat perhatian lansia kepada keluarga menjadi sangat besar. Selain
itu, lansia sering marah apabila ada sesuatu yang kurang sesuai dengan
kehendak pribadi dan sering stres akibat masalah ekonomi yang kurang
terpenuhi.
4). Masalah spiritual
Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan spiritual,
adalah kesulitan untuk menghafal kitab suci karena daya ingat yang
mulai menurun, merasa kurang tenang ketika mengetahui anggota
keluarganya belum mengerjakan ibadah, dan merasa gelisah ketika
menemui permasalahan hidup yang cukup serius.
2.1.7 Tujuan Pelayanan Kesehatan Lansia
Pelayanan pada umumnya selalu memberikan arah dalam
memudahkan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan sosial,
kesehatan, perawatan dan meningkatkan mutu pelayanan bagi lansia.
Tujuan pelayanan kesehatan pada lansia terdiri dari :
1). Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang setinggi
tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.
2). Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan mental
3). Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang menderita
suatu penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan
kemandirian yang optimal.
4). Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada lansia
yang berada dalam fase terminal sehingga lansia dapat mengadapi
kematian dengan tenang dan bermartabat. Fungsi pelayanan dapat
dilaksanakan pada pusat pelayanan sosial lansia, pusat informasi

10
pelayanan sosial lansia, dan pusat pengembangan pelayanan sosial
lansia dan pusat pemberdayaan lansia
2.1.8 Pendekatan Perawatan Lansia
1). Pendekatan Fisik
Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan
fisik melalui perhatian terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadian yang
dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh,
tingkat kesehatan yang masih dapat dicapai dan dikembangkan, dan
penyakit yang dapat dicegah atau progresifitas penyakitnya.
Pendekatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi 2
bagian: a) Klien lansia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang
masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam
kebutuhannya sehari-hari ia masih mampu melakukannya sendiri. b) Klien
lansia yang pasif, keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit.
Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini, terutama yang
berkaitan dengan kebersihan perseorangan untuk mempertahankan
kesehatan.
2). Pendekatan Psikologis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lansia. Perawat dapat berperan sebagai
pendukung terhadap segala sesuatu yang asing, penampung rahasia pribadi
dan sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan
ketelitian dalam memberi kesempatan dan waktu yang cukup banyak
untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar lansia merasa puas. Perawat
harus selalu memegang prinsip triple S yaitu sabar, simpatik dan service.
Bila ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap
kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap.
3). Pendekatan Sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu
upaya perawat dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi kesempatan
untuk berkumpul bersama dengan sesama klien lansia berarti menciptakan

11
sosialisasi. Pendekatan sosial ini merupakan pegangan bagi perawat bahwa
lansia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam
pelaksanaannya, perawat dapat menciptakan hubungan sosial, baik antar
lania maupun lansia dengan perawat. Perawat memberi kesempatan
seluas-luasnya kepada lansia untuk mengadakan komunikasi dan
melakukan rekreasi. Lansia perlu dimotivasi untuk membaca surat kabar
dan majalah.
2.1.9 Prinsip Etika Pada Pelayanan Kesehatan Lansia
Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan
pada lansia adalah (Kane et al, 1994, Reuben et al, 1996) :
1). Empati: istilah empati menyangkut pengertian “simpati atas dasar
pengertian yang dalam”artinya upaya pelayanan pada lansia harus
memandang seorang lansia yang sakit dengan pengertian, kasih sayang
dan memahami rasa penderitaan yang dialami oleh penderita tersebut.
Tindakan empati harus dilaksanakan dengan wajar, tidak berlebihan,
sehingga tidak memberi kesan over protective dan belas-kasihan. Oleh
karena itu semua petugas geriatrik harus memahami peroses fisiologis
dan patologik dari penderita lansia.
2). Non maleficence dan beneficence. Pelayanan pada lansia selalu
didasarkan pada keharusan untuk mengerjakan yang baik dan harus
menghindari tindakan yang menambah penderitaan (harm). Sebagai
contoh, upaya pemberian posisi baring yang tepat untuk menghindari
rasa nyeri, pemberian analgesik (kalau perlu dengan derivate morfina)
yang cukup, pengucapan kata-kata hiburan merupakan contoh berbagai
hal yang mungkin mudah dan praktis untuk dikerjakan.
3). Otonomi yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak
untuk menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginannya sendiri.
Tentu saja hak tersebut mempunyai batasan, akan tetapi di bidang
geriatri hal tersebut berdasar pada keadaan, apakah lansia dapat
membuat keputusan secara mandiri dan bebas. Dalam etika ketimuran,
seringakali hal ini dibantu (atau menjadi semakin rumit ?) oleh

12
pendapat keluarga dekat. Jadi secara hakiki, prinsip otonomi berupaya
untuk melindungi penderita yang fungsional masih kapabel (sedangkan
non-maleficence dan beneficence lebih bersifat melindungi penderita
yang inkapabel). Dalam berbagai hal aspek etik ini seolah-olah
memakai prinsip paternalisme, dimana seseorang menjadi wakil dari
orang lain untuk membuat suatu keputusan (misalnya seorang ayah
membuat keputusan bagi anaknya yang belum dewasa).
2.2 Konsep Dermatitis
2.2.1 Definisi
Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis )
sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor
endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (
eritema, edema, papul, vesikel, skuama ) dan keluhan gatal ( Djuanda,
Adhi, 2007 ).
Dermatitis adalah peradangan pada kulit ( imflamasi pada kulit )
yang disertai dengan pengelupasan kulit ari dan pembentukkan sisik (
Brunner dan Suddart 2000 ). Jadi dermatitis adalah peradangan kulit yang
ditandai oleh rasa gatal.
2.2.2 Klasifikasi
1). Dermatitis kontak
Dermatitis kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik
terhadap paparan bahan iritan eksternal yang mengenai kulit dermatitis jenis
ini di bagi 2 seperti; a). Dermatitis kontak iritan (mekanisme non imunologik)
dan b). Dermatitis kontak alergik (mekanisme imunologik spesifik)

Tabel 1
Perbedaan Dermatitis kontak iritan dan kontak alergik
No. Dermatitis kontak iritan Dermatitis kontak alergik

1. Penyebab Iritan primer Alergen kontak


S.sensitizer

2. Permulaan Pada kontak pertama Pada kontak ulang

13
3. Penderita Semua orang Hanya orang yang alergik

4. Lesi Batas lebih jelas Batas tidak begitu jelas


Eritema sangat jelas Eritema kurang jelas

5. Uji Tempel Sesudah ditempel 24 jam, Bila sesudah 24 jam


bila iritan di angkat reaksi bahan allergen di angkat,
akan segera reaksi menetap atau
meluas berhenti.

2). Dermatitis atopik


Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif,
disertai gatal dan umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak,
sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat
atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa papul gatal, yang
kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, tempatnya dilipatan atau
fleksural..

3). Dermatitis numularis


Merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi berukuran
sebesar uang logam dan umumnya berlokasi pada sisi ekstensor ekstremitas.

4). Dermatitis seboroik


Merupakan golongan kelainan kulit yang didasari oleh factor konstitusi,
hormon, kebiasaan buruk dan bila dijumpai pada muka dan aksila akan sulit
dibedakan. Pada muka terdapat di sekitar leher, alis mata dan di belakang
telinga.

Tn.C.A mengalami dermatitis numularis


2.2.3 Etiologi
Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti. Sebagian besar
merupakan respon kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri
dan fungi selain itu alergi makanan juga bisa menyebabkan dermatitis.
Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi. (Arief Mansjoer.1998)
Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu

14
1) Luar ( eksogen ) misalnya bahan kimia ( deterjen, oli, semen, asam, basa ),
fisik ( sinar matahari, suhu ), mikroorganisme ( mikroorganisme, jamur).
2) Dalam ( endogen ) misalnya dermatitis atopik.
2.2.4 Patofisiologi
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan
sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik.
Bahan iritan merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa
jam bahan-bahan iritan tersebut akan berdifusi melalui membran untuk
merusak lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel. Dengan
rusaknya membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan diaktifkan dan
membebaskan asam arakidonik akan membebaskan prostaglandin dan
leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan transudasi
dari faktor sirkulasi dari komplemen dan system kinin. Juga akan menarik
neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan
membebaskan histamin, prostaglandin dan leukotrin. PAF akan
mengaktivasiplatelets yang akan menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil
gliserida akan merangsang ekspresi gen dan sintesis protein. Pada
dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan keluarnya
mediator- mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatis
kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis kontak iritan tidak melalui fase
sensitisasi. Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah.
Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada
hampir semua orang, sedang iritan lemah hanya pada mereka yang paling
rawan atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya
kelembaban udara, tekanan, gesekan dan oklusi, mempunyai andil pada
terjadinya kerusakan tersebut.
Pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon imun
tipe IV yang menyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu :
1) Fase Sensitisasi
Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada
fase ini terjadi sensitisasi terhadap individu yang semula belum peka,

15
oleh bahan kontaktan yang disebut alergen kontak atau pemeka. Terjadi
bila hapten menempel pada kulit selama 18-24 jam kemudian hapten
diproses dengan jalan pinositosis atau endositosis oleh sel LE
(Langerhans Epidermal), untuk mengadakan ikatan kovalen dengan
protein karier yang berada di epidermis, menjadi komplek hapten protein.
Protein ini terletak pada membran sel Langerhans dan berhubungan
dengan produk gen HLA-DR (Human Leukocyte Antigen-DR). Pada sel
penyaji antigen (antigen presenting cell). Kemudian sel LE menuju
duktus Limfatikus dan ke parakorteks Limfonodus regional dan terjadilah
proses penyajian antigen kepada molekul CD4+ (Cluster of
Diferantiation 4+) dan molekul CD3. CD4+berfungsi sebagai pengenal
komplek HLADR dari sel Langerhans, sedangkan molekul CD3 yang
berkaitan dengan protein heterodimerik Ti (CD3-Ti), merupakan
pengenal antigen yang lebih spesifik, misalnya untuk ion nikel saja atau
ion kromium saja. Kedua reseptor antigen tersebut terdapat pada
permukaan sel T. Pada saat ini telah terjadi pengenalan antigen (antigen
recognition). Selanjutnya sel Langerhans dirangsang untuk mengeluarkan
IL-1 (interleukin-1) yang akan merangsang sel T untuk mengeluarkan IL-
2. Kemudian IL-2 akan mengakibatkan proliferasi sel T sehingga
terbentuk primedmemory T cells, yang akan bersirkulasi ke seluruh
tubuh meninggalkan limfonodi dan akan memasuki fase elisitasi bila
kontak berikut dengan alergen yang sama. Proses ini pada manusia
berlangsung selama 14-21 hari, dan belum terdapat ruam pada kulit. Pada
saat ini individu tersebut telah tersensitisasi yang berarti mempunyai
resiko untuk mengalami dermatitis kontak alergik.
2) Faseelisitasi
Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua
dari antigen yang sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di
dalam kompartemen dermis. Sel Langerhans akan mensekresi IL-1 yang
akan merangsang sel T untuk mensekresi Il-2. Selanjutnya IL-2 akan
merangsang INF (interferon) gamma. IL-1 dan INF gamma akan

16
merangsang keratinosit memproduksi ICAM-1 (intercellularadhesion
molecule-1) yang langsung beraksi dengan limfosit T dan lekosit, serta
sekresi eikosanoid. Eikosanoid akan mengaktifkan sel mast dan makrofag
untuk melepaskan histamin sehingga terjadi vasodilatasi dan
permeabilitas yang meningkat. Akibatnya timbul berbagai macam
kelainan kulit seperti eritema, edema dan vesikula yang akan tampak
sebagai dermatitis.
2.2.5 Pathway
detergen, zat kimia Allergen’

Iritan Primer Sel Langerhans dan


Makrofag

Kerusakan
Mengiritasi kulit
Integritas
Kulit Sel T

Peradangan Kulit
Sensitisasi Terpajan
sel T oleh Ulang

Risiko Nyeri Gangguan Saluran limfe


Infeksi citra tubuh

Sel efektor
Reaksi hipersensitivitas Mengeluarkan
Iv Limfokin

Gejala Klinis : Gatal,


Panas, Kemerahan

Gangguan
pola tidur

17
2.2.6 Manifestasi Klinis
1) Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula,
erosi dan eksudasi sehingga tampak basah.
2) Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering
menjadi kusta.
3) Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan
likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis
sejak awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang Dan Diagnostik


1) Pemeriksaan penunjang :
a) Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin
1/5000).
b) Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi
2) Laboratorium
a) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total,
albumin, globulin
b) Urin : pemerikasaan histopatologi
2.2.8 Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan
Penatalaksanaan medis dan keperawatan dermatitis melalui terapi yaitu :
1) Terapi sitemik  Pada dermatitis ringan diberi antihistamin atau kombinasi
antihistamin, antiserotonin, antigraditinin, arit – SRS – A dan pada kasus berat
dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
2) Terapi topical  Dermatitis akut diberi kompres bila sub akut cukup diberi
bedak kocok bila kronik diberi saleb.
3) Diet  Tinggi kalori dan tinggi protein ( TKTP ) Contoh : daging, susu, ikan,
kacang-kacangan, jeruk, pisang, dan lain-lain.
2.2.9 Komplikasi
1) Infeksi saluran pernapasan atas

18
2) Bronkitis
3) Infeksi kulit
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan lansia dengan dermatitis
2.3.1 Pengkajian
1) Identitas Pasien
2) Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
3) Riwayat Kesehatan.
a) Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada
pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien
untuk menanggulanginya.
b) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
c) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini
atau penyakit kulit lainnya.
d) Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah
sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
e) Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai
pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap
sesuatu obat
4) Pola Kesehatan
a) Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan
penyakit. Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau
menunggu sampai penyakit tersebut mengganggu aktivitas pasien.
b) Pola nutrisi dan metabolisme

19
Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi, siang
dan malam ), Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual
muntah, pantangan atau alergi, Tanyakan apakah klien mengalami
gangguan dalam menelan, Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi
buah-buahan dan sayur-sayuran yang mengandung vitamin antioksidant.
c) Pola eliminasi
Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristiknya,
Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi, Adakah
masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat
bantu untuk miksi dan defekasi.
d) Pola aktivitas/olahraga
Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan pada
kulit. Kekuatan Otot :Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan
ototnya karena yang terganggu adalah kulitnya, Keluhan Beraktivitas :
kaji keluhan klien saat beraktivitas.
e) Pola istirahat/tidur
Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien, Masalah
Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang
berhubungan dengan gangguan pada kulit, Bagaimana perasaan klien
setelah bangun tidur? Apakah merasa segar atau tidak?
f) Pola kognitif/persepsi
Kaji status mental klien, Kaji kemampuan berkomunikasi dan
kemampuan klien dalam memahami sesuatu, Kaji tingkat anxietas klien
berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien. Identifikasi penyebab
kecemasan klien, Kaji penglihatan dan pendengaran klien. Kaji apakah
klien mengalami vertigo, Kaji nyeri : Gejalanya yaitu timbul gatal-gatal
atau bercak merah pada kulit.
g) Pola persepsi dan konsep diri
Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri,
apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya,
Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas,
depresi atau takut, Apakah ada hal yang menjadi pikirannya

20
h) Pola peran hubungan
Tanyakan apa pekerjaan pasien, Tanyakan tentang system pendukung
dalam kehidupan klien seperti: pasangan, teman, dll. Tanyakan apakah
ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan penyakit klien
i) Pola seksualitas/reproduksi
Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya,
Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait
dengan menopause, Tanyakan apakah klien mengalami
kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan seks
j) Pola koping-toleransi stress
Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial atau
perawatan diri ), Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien
mengatasi kecemasannya (mekanisme koping klien ). Apakah ada
penggunaan obat untuk penghilang stress atau klien sering berbagi
masalahnya dengan orang-orang terdekat.
k) Pola keyakinan nilai
Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam
beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya.
Orang yang dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif.
Tabel 2
Bather Indeks

NO KRITERIA DGN MANDIRI


BANTUAN
1 Makan 5 10
2 Aktivitas Ke Toilet 5 10
3 Berpindah dari kursi ke tempat tidur dan 5-10 15
duduk di tempat tidur
4 Membersihkan diri, mencuci muka, 0 5
menyisir rabut menggosok gigi
5 Mandi 0 5
6 Berjalan pada permukaan data 10 15
7 Naik turun tangga 5 10
8 Berpaikaian 5 10
9 Mengontrol Defikasi 5 10
10 Mngontrol berkemih 5 10

21
Jumlah 100
Penilaian : 0-20 : ketergantungan, 21-61 : ketergantungan berat/sangat
tergantung, 62-90 : ketergantungan berat, 91-99 : ketergantungan ringan, 100 :
mandiri
Tabel 3
Sullivan

NO TES KOORDINASI NILAI KET


1 Berdiri dengan postur Normal
2 Berdiri dengan postur Normal dan menutup mata
3 Berdiri dengan posisi kedua kaki rapat
4 Berdiri dengan posisi satu kaki
5 Berdri fleksi turnk keposisi netral
6 Berdiri lateran dengan fleksii trunk
7 Berjalan dgn cara menemmpatkan tumit didepan
jari kaki yg lain
8 Berjalan di sepanjang garis lurus
9 Berjalan mengikuti tanda gambar pada lantai
10 Berjalan menyamping
11 Berjalan mundur
12 Berjalan mengikuti lingkaran
13 Berjalan dengan tumit
14 Berjalan dengan ujung jari kaki
Penjelasan: Tidak mampu melakukan aktivitas, Mampu melakukan
aktivias dengan bantuan maximal, Mampu melakukan aktivitas dengan bantuan,
Mampu melakukan aktivita dengan lengkap.
Nilai, 14. Tidak mampu melakukan, 14-27. Mampu melakukan dengan bantuan
maximal, 28 – 41 Mampu melakukan dengan sedikit bantua, 42 – 54 Mampu
melakukan aktivitas

Tabel 4
Short Portable Mental Statusquestionnaire ( SPMSQ )

NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Tanggal berapa hari ini ? BENAR SALAH
2 Hari ini hari apa ?
3 Apa nama tempat ini

22
4 Dimana alamat oma/opa
5 Berapa alamat oma/opa
6 Kapan oma/opa lahir
7 Siapa presiden indonesia sekarang
8 Siapa Presiden Indonesia sebelumnya?
9 Siapa nama Ibu opa/oma ?
10 Mintalah opa/oma untuk menghitung kurangi 3 dari 20
kurang sampai habis
Jumlah
Untuk mendeteksi adanya tingkat kerusakan intelektual, Terdiri dari10
pertanyaan tentang: orientasi, riwayat pribadi, memori dlm hubungan dgn
kemampuan perawatan diri, memori jauh dan kemampuan matematis,
Rusak/salah nilai 1, Tidak rusak/benar nilai 0
Intepretasi: Salah 0-3 : Fungsi intektual utuh, Salah 4 – 5 : Fungsi
intelektua mengalami kerusakan ringan, Salah 6 – 8 : Fungsi intelektuan
mengalami kerusakan sedang, Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual mengalami
kerusakan berat
Tabel 5
Mini-Mental State Exam ( MMSE )

NO ASPEK NILAI KRITERIA


KONGNITIF MAXIMAL
1 ORIENTASI 5 Menyebut dengan benar: Tahun, Musim,
Tanggal, Hari, Bulan
2 Orientasi 5 Dinama sekrang kita berada ( Negara,
Registrasi 3 Propinsi, Kbupaten)
Mintalah Opa / oma untuk menyebutkan 3
nama obyek( Kursi, Meja, Kertas)
3 Perhatian dan 5 Mintalah opa/oma untuk menghitung mulai
Kalkulasi dari 100 kemudia dikurangi 7 sampai 5
tingkat (100,93,86,79,72,65)
4 Mengingat 3 Mntalah opa/oma untuk menyebut kembali
obyek pada nomor 2 point 1 dan 2 (kursi,
meja)
5 Bahasa 9 Tanyakan pada opa/oma tentang benda
(sambil menunjuk benda tersebut ( Jendela,
Jam dinding)
Mintalah opa/oma untuk mengulangi kata
berikut( Tak ada, Jika, dan, atau,
Tetapi).Klien menjawab Dan Atau, Tetapi
Minta opa/oma untuk mengikuti perinta

23
berikut yang terdiri dari 3 langkah (ambil
kertas dan balpoin dan menulis saya mau
tidur) Jika aktivitas klien sesuai perintah
mendapat point 1 dan minta klien tutup mata
dan minta untuk menilis satu kata dan
menyalin gambar
30
Menguji aspek kognitif dari fungsi mental : Orientasi, registrasi, perhatian,
kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa, Pemeriksaan bertujuan untuk
melengkapi dan nilai, tetapi tidak dapat digunakan untuk tujuan diagnostik,
Berguna untuk mengkaji kemajuan klien. Skor: Nilai 24 – 30 = Normal, Nilai 17 –
33 = Probable Gangguan Kongnitif, Nilai 0 - 16 = Definitif Gangguan
Kongnitif.
Tabel 6
INVENTARIS DEPRESI BECK ( IDB )

SKORE KRITERIA
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia karena saya tidak dapat menghadapi
2 Saya sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. PESIMISME
3 Saya merasa masa depan adalah sis-sia & sesuatu tdk membaik
2 Saya merasa tdk mempunyai apa-apa utk memandang ke depan
1 Saya merasa berkecilhati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis tentang masa depan
C. RASA KEGAGALAN
3 Saya merasa bernar2 gagal sebagai orangtua (suamit/istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang semuanya hanyalah gagal
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada uumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. KETIDAK PUASAN
3 Saya tidak pusa dengan segala sesuatu yang saya miliki
2 Saya tidak lagi mendapat kepuasan dari siapapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. RASA BERSALAH
3 Saya merasa seolah-olah sangat buruk dan tidak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik

24
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah
F. TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G.MEMBAHAYAKAN DIRI SEDNIRI
3 Saya akan membunuh diri saya jika ada kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti untuk bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Sya tidak mempunyai pikiran untuk membahayakan diri sedniri
H.MENARIK DIRI DARI SOSIAL
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain & tidak
perduli pada mereka
2 Saya telah kehilangan semua minat pada orang lain dan memiliki
sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I.KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat ,membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai bayak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusahan mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik

J.PERUBAHAN GAMBARAN DIRI


3 Saya merasa bahwa saya jelak atau tampak menjijikan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan
saya dan ini membuat saya tak menarik
1 Saya kuwatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari sebelumnya
K.KESULITAN KERJA
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri untuk melakukan sesuatu
1 Saya memerlukan upaya tambahan utk mulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira-kira lebih baik dari sebelumnya
L.KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak mersa lelah dari sebelumnya
M. ANOREKSIA.
3 Saya tidak memiliki nafsumakan sama seklai
2 Nafsu makan saya sangat meburuk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebabaik dari sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari sebelumnya

25
PENILAIAN
0-4 Depresi tidak ada atau minimal
5-7 Depresi ringan
8-15 Depresi Sedang
 15 Depresi Berat
Alat pengukur status efektif digunakan untuk membedakan jenis depresi yg
mempengaruhi suasana hati, Berisikan 21 karakteristik : Alam perasaan, Rasa
dihukum, Pesimisme, Kekecewaan terhadap seseorang, Rasa kegagalan,
Kekerasan terhadap diri sendiri, Kepuasan, Keinginan menghukum diri sendiri,
Rasa bersalah, Keinginan untk Menangis, Mudah tersinggung, Menarik diri,
Tidak mampu membuat keputusan, gambaran tubuh, Gangguan Tidur, kelelahan,
Gangguan selera makan, kehilangan berat badan.
1) Skala Depresi Geritrik Yesavage (Gds)
a.) Instrumen yang disusun secara khusus untuk memeriksa depresi
b.) Terdiri dari 30 pertanyaan dengan jawaban YA atau TIDAK
c.) Beberapa nomor jawaban YA dicetak tebal, dan beberapa nomor yang lain
jawaban TIDAK dicetak tebal.
d.) Yang dicetak tebal nilai 1 àbila dipilih
e.) Skor 0-10 : not depressed
Skor11-20 : Mild depression
Skor21-30 : Severe depression
2) Pengkajian Fungsisosial
a) Hubungan Lansia dengan keluarga sebagai peran sentral
b) Menghasilkan informasi tentang jaringan pendukung.
c) Perawatan jangka panjangàbutuh dukungan fisik dan emosional keluarga
d) Pengkajian ini meliputi:
3) APGAR Keluarga( Adaptation,Partnership, Growth, Affection, Resolve)
Merupakan Alat skrining singkat uutuk mengkaji fungsi sosia l lanjut usia
a) Saya puas bisa kembali pada keluarga saya untuk membantu pada
waktu sesuatu menyusahkan saya (adaptasi)
b) Saya puas dengan cara keluarga saya membicarakan sesuatu dan
mengungapkan masalah dengan saya (hubungan)

26
c) Saya puas bahwa keluarga saya menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan aktivitas (pertumbuhan)
d) Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai
(afek)
e) Saya puas dgn cara teman saya dan saya menyediakan waktu bersama
Penilaian : Pertanyaan yg dijawab:
a. Selalu (poin 2),
b. kadang-kadang (poin 1),
c. hampir tidak pernah (poin 0 )
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada
kulit
2) Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
4) Nyeri Akut berhubungan dengan lesi pada kulit
5) Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan
kurangnya informasi
2.2.3 Intervensi
1) Diagnosa 1 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
kekeringan pada kulit
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan, kulit klien
dapat kembali normal dengan kriteria hasil:
a) Kenyamanan pada kulit meningkat
b) Derajat pengelupasan kulit berkurang
c) Kemerahan berkurang
d) Lecet karena garukan berkurang
e) Penyembuhan area kulit yang telah rusak
Intervensi :
1. Lakukan inspeksi lesi setiap hari
2. Pantau adanya tanda-tanda infeksi

27
3. Ubah posisi pasien tiap 2-4 jam
4. Bantu mobilitas pasien sesuai kebutuhan
5. Pergunakan sarung tangan jika merawat lesi
6. Jaga agar alat tenun selau dalam keadaan bersih dan kering
7. Libatkan keluarga dalam memberikan bantuan pada pasien
8. Gunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk
kulit sensitive
9. Oleskan/berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau
tiga kali per hari.
2) Diagnosa 2 : Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tidak
terjadi infeksi dengan kriteria hasil:
a) Hasil pengukuran tanda vital dalam batas normal.
- RR :16-20 x/menit
- N : 70-82 x/menit
- S : 37,5 C
- TD : 120/85 mmHg
b) Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi (kalor,dolor, rubor, tumor,
infusiolesa)
c) Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal Leuksosit darah
: 5000-10.000/mm3
Intervensi :
1. Lakukan tekniaseptic dan antiseptic dalam melakukan tindakan
pada pasien
2. Ukur tanda vital tiap 4-6 jam
3. Observasi adanya tanda-tanda infeksi
4. Batasi jumlah pengunjung
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet TKTP
6. Libatkan peran serta keluarga dalam memberikan bantuan pada
klien
7. Kolaborasi dengan dokter dalam terapi obat

28
3) Diagnosa 3 : Gangguan pola tidur berhungan dengan pruritus
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan
Pengembangan peningkatan penerimaan diri pada klien
tercapai dengan kriteria hasil:
a) Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.
b) Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.
c) Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.
d) Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.
Intervensi :
1. Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan
merendahkan diri sendiri).
2. Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.
3. Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.
4. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas
mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali
masalahnya.
5. Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias,
merapikan.
6. Mendorong sosialisasi dengan orang lain.
2.2.4 Implementasi
Dilakukan pelaksanaan Intervensi
2.2.5 Evaluasi
Dilihat dari keberhasilan implementasi

29
BAB III
METODE STUDI KASUS
3.1 Jenis Rancangan Studi Kasus
Jenis Penelitian ini adalah kualitatif, dengan pendekatan studi kasus,
sedangkan rancangan penelitiannya adalah rancangan deskriptif tentang
dermatitis pada lansia.
3.2 Subyek Studi Kasus
Subyek penelitian dengan lansia yang menderita Dermatitis sebanyak satu
orang atas nama Tn. C.A di .Wisma Cemara.
3.3 Metode Pengumpulan Data
1.) Pengambilan data yang diakukan melalui wawancara, observasi, pemeriksaan
fisik dan pengukuran Tanda Tanda Vital yang dilakukan pada lansia.
2.) Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah format
pengkajian pada lansia.
3.4 Lokasi dan Waktu Studi Kasus
Pada studi kasus lansia dengan Dermatitis dilakukan di UPT Panti Sosial
Penyantun lanjut usia budi agung Kupang di wisma Cemara pada tanggal 25-
29 juni 2018
3.5 Analisa Data dan Penyajian Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara deskriptif,
dan disajikan dalam bentuk naratif berupa gambar, diagram dan grafik. Urutan
analisis data sebagai berikut:
1) Data di kumpulkan dari hasil (wawancara, observasi, dan dokumentasi/data
penunjang) hasil di tulis dalam format yang sudah ditetapkan.
2) Data yang dikumpulkan untuk disusun dalam bentuk asuhan keperawatan yang
lengkap dan sistematis.
3) Berdasarkan data yang ada di buat perencanaan keperawatan.
4) Berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan di lakukan implementasi
keperawatan.
5) Evaluasi di susun dalam catatan keperawatan yang lengkap dan melakukan
pendokumentasian.
3.6 Keabsahan Studi Kasus

30
Keabsahan Studi Kasus ini dilakukan dengan cara Triangulasi melalui
konfirmasi dengan petugas kesehatan (Perawat/Dokter) dan keluarga.
3.7 Etika Studi Kasus
Penelitian dimulai dengan melakukan berbagai prosedur yang berhubungan
dengan etika penelitian meliputi :
1) Informed concent (Lembaran persetujuan menjadi responden)
Adalah lembaran persetujuan yang akan diberikan kepada subjek yang akan
diteliti. Informed concent menjelaskan maksud dari penelitian serta dampak
yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data.
2) Anonymity
Adalah kerahasiaan identitas responden dan harus dijaga. Oleh karena itu
peneliti tidak boleh mencantumkan nama responden pada pengumpulan data.
3) Confidentiality
Adalah kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti karena hanya
kelompok dan data tertentu yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil
penelitian.

31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran lokasi penelitian
Studi kasus di lakukan di UPT. Panti sosial penyantun lansia budi
agung kupang, jumlah perawat yang bertugas merawat para lansia ada 1
orang dan para pengasuh setiap wisma terdiri dari 1 orang. Panti ini terdiri
dari 11 wisma dan peneliti saat ini melakukan penelitian di wisma Cemara
pada Tn. C.A dengan Dermatitis pada tanggal 25-06-2018
4.1.2. Pengkajian keperawatan
1) Identitas Pasien : Tn. C.A umur 89 tahun, jenis kelamin laki-laki, asal dari suku
Timor, agama Kristen Katholik, pendidikan SR (sekolah rakyat), status
perkawinan tidak menikah,
2) Riwayat Pekerjaan : Tn. C.A mengatakan bahwa ia tidak tahu apa
pekerjaannya sekarang. Saat ini dia tinggal di wisma Cemara yang terdiri dari
5 kamar tidur, 1 kamar tamu, 1 dapur, 3 kamar mandi, dan yang tinggal di
dalam wisma 8 orang ditambah 1 pengasuh, semua kamar memiliki pintu,
dan jendela memiliki gorden jendela.
3) Status Kesehatan saat ini : Saat ini Tn. C mengalami nyeri pada kaki bagian
kanan. Saat ini Tn. C mendapat obat salep gentamicin dan desoximetasone.
4) Pola-pola Kesehatan : Pola makan Tn. C baik sehari makan 3 kali, Buang air
kecil 3-4 kali/hari, Buang air besar 1 kali/hari. Tidak ada aktivitas yang dia
lakukan.
5) Tinjauan Sistem : Tingkat kesadaran pasien Composmentis , TTV , TD : 110/70
mmHg, Nadi : 86 x/menit, Suhu : 36,5 ⁰C, RR : 22 x/menit.
Keadaan Umum : Pasien mampu melakukan ADL, namun pasien
sulit tidur pada malam hari serta keringat pada malam hari. Integumen :
Terdapat luka pada kaki pasien, adanya gatal-gatal (pruritus), terdapat
perubahan pigmentasi (warna kulit menjadi hitam), terjadinya
perubahan tekstur kulit menjadi keras/kasar.Hemopoetik : Pasien

32
mengalami anemia karena pola tidur terganggu. Kepala : Pasien tidak
mengalami masalah yang berhubungan dengan kepala. Mata : Pasien
mengalami perubahan penglihatan dan pandangan pasien menjadi
kabur, pasien juga menggunakan alat bantu penglihatan/kacamata untuk
membaca. Telinga : Pasien mengalami perubahan pendengaran
sehingga kemampuan pasien untuk mendengar menurun. Hidung dan
sinus : Pasien tidak mengalami masalah yang berhubungan dengan
hidung maupun sinus. Mulut dan tenggorokan : Terdapat karies pada
gigi pasien, selain itu tidak ada masalah. Leher : Pasien tidak
mengalami masalah yang berhubungan dengan leher. Payudara : Pasien
tidak mengalami masalah yang berhubungan dengan payudara.
Gastrointestinal : Pasien tidak mengalami masalah yang berhubungan
dengan gastrointestinal. Kardiovaskuler : Pasien tidak mengalami
masalah yang berhubungan dengan kardiovaskuler. Genitalia : Pasien
tidak mengalami masalah yang berhubungan dengan alat genital.
Perkemihan : Pasien tidak mengalami masalah yang berhubungan
dengan perkemihan. Neurologi : Pasien tidak mengalami masalah yang
berhubungan dengan neurologi. Sistem endokrin : Pasien mengalami
perubahan warna rambut menjadi putih/uban.
6) Riwayat Psikososial : Pasien tidak memiliki masalah psikososial
7) Status Fungsional (Indeks barthel) :
Pasien mampu melakukan makan/minum, pindah dari tempat duduk
ke tempat tidur dan sebaliknya, melakukan kebersihan diri, keluar masuk
kamar mandi, mandi, berjalan, naik turun tangga dan berpakaian secara
mandiri, serta mampu mengontrol BAB dan BAK. Kesimpulannya pasien
mandiri (Skor 20).
8) Status Kognitif (Short Portable Mental Status Questsionnaire/SPMSQ)
Pasien mampu mengenal tempat ia tinggal, pasien juga mengetahui
hari, masih mengingat nama ibunya, dan mengetahui umurnya sendiri.
Pasien tidak mengetahui tanggal, presiden sekarang dan sebelum dan
juga pasien lupa tanggal lahir nya, pasien juga salah menjawab pertanyaan

33
tentang pengurangan. Kesimpulannya pasien mengalami kerusakan
intelektual sedang (Skor 5).
9) Mini Mental Status Exam (MMSE)
Pada fase orientasi, pasien mampu mengenal jam, hari serta tahun.
Sedangkan bulan, dan tanggal pasien mengatakan lupa. Untuk orientasi
tempat, pasien mampu mengenal nama tempat, kelurahan, kabupaten, dan
provinsi. Namun pasien tidak mengetahui kecamatan. Pada fase registrasi,
pasien mampu mengingat 2 dari 3 objek yang disebutkan petugas. Pada fase
perhatian dan perhitungan, pasien hanya mampu menjawab 1 pertanyaan
dari 5 pertanyaan pengurangan. Pada fase mengingat kembali, pasien hanya
mampu menyebutkan 2 dari 3 benda yang disebutkan pada fase sebelumnya
Pada fase bahasa, pasien mampu menyebutkan 3 benda yang ditunjuk
petugas. Pada fase pengulangan, pasien mampu mengulang kata-kata yang
diucapkan petugas. Pada fase pengertian verbal, pasien mampu melakukan 3
perintah yang diminta petugas. Pada fase perintah tertulis, pasien mampu
melakukan perintah yang ditulis petugas. Pada fase menulis kalimat, pasien
tidak mampu menulis satu kalimat yang bermakna (subyek + Predikat +
Obyek + Keterangan). Pada fase menggambar konstruksi, pasien tidak bisa
menirukan gambar yang diberikan oleh petugas. Kesimpulannya, pasien
mengalami gangguan kognitif ringan (Skor 19)
10) Status Fungsi Sosial (apgar skor)
Pasien tidak mengalami masalah sosialisasi dengan teman satu wisma
dan tetangga wisma (Skor 10).
11) Status Fungsional (Indeks Katz)
Pasien mampu melakukan aktivitas, mandi, toileting, mengontrol
berkemih, berpakaian, berpindah tempat, secara mandiri. Kesimpulannya,
lansia mandiri atau berfungsi sepenuhnya. Kesimpulannya fungsi sosialisasi
keluarga pasien sehat (Skor 6)
12) Pengkajian Inventaris Depresi BECK
Pasien merasa ragu-ragu dan kesulitan dalam membuat kesputusan,
pasien juga tidak melakukan pekerjaan apapun, pasien juga mengatakan

34
merasa lelah dari yang biasanya. Kesimpulannya, pasien mengalami depresi
ringan (Skor 6)

4.1.2.1 Analisa data


Data-data yang ditemukan kemudian dibuat analisa data sebagai berikut
:

Data Subjektif : Tn. C.A mengatakan bahwa ia merasakan sakit pada kaki
bagian kanan yang ada luka dermatitis. Data Objektif: P : Tidak menentu
,Q : Tajam ,R : Kaki bagian kanan ,S : Skala nyeri 5,T : Tidak menentu.
Dari data-data tersebut dapat ditemukan masalah keperawatan Nyeri akut
dengan kode 00132. Data Subjektif : Tn. C.A mengatakan kaki nya luka-
luka dan terasa gatal, Data Objektif : Terdapat luka di kaki bagian kanan,
Kulit sekitar luka berwarna hitam dan mengkerut. Dari data-data tersebut
dapat ditemukan masalah keperawatan kerusakan integritas jaringan
dengan kode 00044. Data Subjektif : Tn. C.A mengatakan bahwa ia sulit
tidur karena nyeri yang dirasakan, Tn. C.A hanya dapat tidur malam 1-2
jam saja, Data Objektif : Terdapat kantung mata berwana hitam,
konjungtiva anemis. Dari data-data tersebut dapat ditemukan masalah
keperawatan Gangguan pola tidur dengan kode 000198.
4.1.2.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil analisa data maka dapat ditegakkan diagnosa
keperawatan, Nyeri akut (00132), kerusakan integritas jaringan (00044),
dan gangguan pola tidur (000198).

35
4.1.2.3 Intervensi Keperawatan (NOC+NIC)
Diagnosa 1 Nyeri akut (00132), NOC : Dengan kode (1605) Pasien
akan terbebas dari nyeri selama dalam perawatan meningkat dari skala 2
menjadi skala 4, dengan indikator : Mengenali kapan nyeri terjadi
(160502), Menggambarkan faktor penyebab (160501), Menggunakan
tindakan pencegahan (160503), Menggunakan tindakan pengurangan nyeri
tanpa analgesik(160504), NIC : Dengan Kode (1400) Manajemen nyeri :
Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya
nyeri dan faktor pencetus, Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat
menurunkan atau memperberat nyeri, Pilih dan implementasikan tindakan
yang beragam (misalnya., farmakologi, non farmakologi, interpersonal),
untuk memfasilitasi penurunan nyeri sesuai dengan kebutuhan.
Diagnosa 2 : Kerusakan integritas jaringan (00044), NOC : Dengan
kode (1101) Pasien akan memperbaiki kerusakan integritas kulit
meningkat dari 2 menjadi 4 selama dalam perawatan. Dengan indikator :
Suhu kulit (110101), Tekstur (110108), Integritas Kulit (110113)., NIC :
Dengan Kode (3660) Perawatan Luka : Angkat balutan dan plester
perekat, Berikan perawatan ulkus pada kulit, yang diperlukan, Pertahankan
teknik balutan steril ketika melakukan perawatan luka, Periksa luka setiap
kali perubahan balutan, Bandingkan dan catat setiap perubahan luka
Diagnosa 3 : Gangguan pola tidur (000198), NOC : Dengan Kode
(0004) Pasien akan meningkatkan pola tidur selama dalam perawatan
dengan skala 2 menjadi 4 Dengan indikator : Jam Tidur (000401), Pola
tidur (000403), Nyeri (000425), NIC : Dengan Kode (1400) Manajemen
nyeri : Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya
nyeri dan faktor pencetus, Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat
menurunkan atau memperberat nyeri, Pilih dan implementasikan
tindakanyang beragam (misalnya., farmakologi, non farmakologi,

36
interpersonal), untuk memfasilitasi penurunan nyeri sesuai dengan
kebutuhan.
4.1.2.4 Implementasi
Tanggal 25/06/18 , jam 08.00 melakukan tindakan perawatan luka :
Mengangkat balutan dan plester perekat, memberikan perawatan ulkus
pada kulit, yang diperlukan, mempertahankan teknik balutan steril ketika
melakukan perawatan luka, Memeriksa luka setiap kali perubahan balutan,
Membandingkan dan mencatat setiap perubahan luka, jam 08.30
melakukan tindakan manajemen nyeri : melakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus, mencari
bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat
nyeri, memilih dan mengimplementasikan tindakan yang beragam
(misalnya., farmakologi, non farmakologi, interpersonal), untuk
memfasilitasi penurunan nyeri sesuai dengan kebutuhan.
Tanggal 26/06/18 , jam 08.00 melakukan tindakan perawatan luka :
Mengangkat balutan dan plester perekat, memberikan perawatan ulkus
pada kulit, yang diperlukan, mempertahankan teknik balutan steril ketika
melakukan perawatan luka, Memeriksa luka setiap kali perubahan balutan,
Membandingkan dan mencatat setiap perubahan luka, jam 08.30
melakukan tindakan manajemen nyeri : melakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus, mencari
bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat
nyeri, memilih dan mengimplementasikan tindakan yang beragam
(misalnya., farmakologi, non farmakologi, interpersonal), untuk
memfasilitasi penurunan nyeri sesuai dengan kebutuhan.
Tanggal 27/06/18 , jam 08.00 melakukan tindakan perawatan luka :
Mengangkat balutan dan plester perekat, memberikan perawatan ulkus
pada kulit, yang diperlukan, mempertahankan teknik balutan steril ketika
melakukan perawatan luka, Memeriksa luka setiap kali perubahan balutan,

37
Membandingkan dan mencatat setiap perubahan luka, jam 08.30
melakukan tindakan manajemen nyeri : melakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus, mencari
bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat
nyeri, memilih dan mengimplementasikan tindakan yang beragam
(misalnya., farmakologi, non farmakologi, interpersonal), untuk
memfasilitasi penurunan nyeri sesuai dengan kebutuhan.
Tanggal 28/06/18 , jam 08.00 melakukan tindakan perawatan luka :
Mengangkat balutan dan plester perekat, memberikan perawatan ulkus
pada kulit, yang diperlukan, mempertahankan teknik balutan steril ketika
melakukan perawatan luka, Memeriksa luka setiap kali perubahan balutan,
Membandingkan dan mencatat setiap perubahan luka, jam 08.30
melakukan tindakan manajemen nyeri : melakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus, mencari
bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat
nyeri, memilih dan mengimplementasikan tindakan yang beragam
(misalnya., farmakologi, non farmakologi, interpersonal), untuk
memfasilitasi penurunan nyeri sesuai dengan kebutuhan.
4.1.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari asuhan keperawatan
dengan cara mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Pada tahap evaluasi , kegiatan yang
dilakukan yaitu mengevaluasi selama proses berlangsung (Nursalam,
2012).
1) Tanggal 25/06/2018
Diagnosa 1 : Subyeltif : Pasien mengatakan masih merasakan nyeri
pada kaki bagian kanan yang terdapat luka dermatitis, Obyektif :
Skala nyeri : 5 (nyeri sedang), Aktual : Masalah belum teratasi,
Predikat : Lanjutkan intervensi.

38
Diagnosa 2 : Subyektif : Pasien mengatakan terdapat luka dan terasa
gatal di kaki kanan nya, Obyektif : Kulit sekitar luka berwarna hitam,
luka bersih, tidak ada nanah, kulit kasar, Aktual : Masalah belum
teratasi, Predikat : Lanjutkan intervensi.
Diagnosa 3 : Subyektif : Pasien mengatakan bahwa ia sulit tertidur
karena nyeri pada kaki kanan nya, Obyektif : Konjungtiva anemis,
terdapat kantung mata, Aktual : masalah belum teratasi, Predikat :
Lanjutkan intervensi.
2) Tanggal 26/06/2018
Diagnosa 1 : Subyektif : Pasien mengatakan masih merasakan nyeri
pada kaki bagian kanan yang terdapat luka dermatitis, Obyektif :
Skala nyeri : 5 (nyeri sedang), Aktual : Masalah belum teratasi,
Predikat : Lanjutkan intervensi.
Diagnosa 2 : Subyektif : Pasien mengatakan terdapat luka dan terasa
gatal di kaki kanan nya, Obyektif : Kulit sekitar luka berwarna hitam,
luka bersih, tidak ada nanah, kulit kasar, Aktual : Masalah belum
teratasi, Predikat : Lanjutkan intervensi.
Diagnosa 3 : Subyektif : Pasien mengatakan bahwa ia sulit tertidur
karena nyeri pada kaki kanan nya, Obyektif : Konjungtiva anemis,
terdapat kantung mata, Aktual : masalah belum teratasi, Predikat :
Lanjutkan intervensi.
3) Tanggal 27/06/2018
Diagnosa 1 : Subyektif : Pasien mengatakan masih merasakan nyeri
pada kaki bagian kanan yang terdapat luka dermatitis, Obyektif :
Skala nyeri : 5 (nyeri sedang), Aktual : Masalah belum teratasi,
Predikat : Lanjutkan intervensi.
Diagnosa 2 : Subyektif : Pasien mengatakan terdapat luka dan terasa
gatal di kaki kanan nya, Obyektif : Kulit sekitar luka berwarna hitam,
luka bersih, tidak ada nanah, kulit kasar, Aktual : Masalah belum
teratasi, Predikat : Lanjutkan intervensi.

39
Diagnosa 3 : Subyektif : Pasien mengatakan bahwa ia sulit tertidur
karena nyeri pada kaki kanan nya, Obyektif : Konjungtiva anemis,
terdapat kantung mata, Aktual : masalah belum teratasi, Predikat :
Lanjutkan intervensi.
4) Tanggal 28/06/2018
Diagnosa 1 : Subyektif : Pasien mengatakan masih merasakan nyeri
pada kaki bagian kanan yang terdapat luka dermatitis, Obyektif :
Skala nyeri : 5 (nyeri sedang), Aktual : Masalah belum teratasi,
Predikat : Lanjutkan intervensi.
Diagnosa 2 : Subyektif : Pasien mengatakan terdapat luka dan terasa
gatal di kaki kanan nya, Obyektif : Kulit sekitar luka berwarna hitam,
luka bersih, tidak ada nanah, kulit kasar, Aktual : Masalah belum
teratasi, Predikat : Lanjutkan intervensi.
Diagnosa 3 : Subyektif : Pasien mengatakan bahwa ia sulit tertidur
karena nyeri pada kaki kanan nya, Obyektif : Konjungtiva anemis,
terdapat kantung mata, Aktual : masalah belum teratasi, Predikat :
Lanjutkan intervensi.
4.2 Pembahasan
Penulis akan membahas persamaan dan kesenjangan yang ada pada
“Asuhan Keperawatan Pada Tn. C.A dengan diagnosa medis Dermatitis di
Wisma Cemara Panti Werdha, Budi Agung Kupang.” Berdasarkan pengkajian
yang penulis lakukan pada Tn.C.A selama 4 hari mulai tanggal 25,26,27,28
Juni 2018, penulis mengangkat 3 (tiga) diagnosa keperawatan berdasarkan
data-data pendukung yang ditemukan penulis. Dalam pembahasan ini penulis
membaginya dalam 5 (lima) langkah dari proses keperawatan yaitu
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
1) Pengkajian
Menurut Brunner dan Suddart (2000) dermatitis adalah peradangan
pada kulit ( imflamasi pada kulit ) yang disertai dengan pengelupasan kulit
ari dan pembentukkan sisik Jadi dermatitis adalah peradangan kulit yang
ditandai oleh rasa gatal. Berdasarkan kasus yang ditemukan, Tn.C.A

40
berusia 89 tahun menderita dermatitis. Hasil pengkajian yang ditemukan
penulis sudah sesuai dengan apa yang ada di teori sehingga tidak ada
kesenjangan antara teori dengan kasus nyata. Dari pengkajian pada tanggal
25 Juni 2018 Jam 08.00 didapatkan data subyektif meliputi , keluhan
utama yang dirasakan klien sendiri yaitu klien mengeluh nyeri pada kaki
bagian kanan yang ada luka dermatitisnya, klien mengatakan kaki bagian
kanan nya terasa gatal, klien juga mengatakan bahwa ia sulit tidur pada
malam hari. Data objektifnya, P : Tidak menentu ,Q : Tajam ,R : Kaki
bagian kanan ,S : Skala nyeri 5,T : Tidak menentu, terdapat luka pada kaki
kanan, kulit berwarna hitam dan teraba keras/kasar, terdapat bantalan
hitam di bawah kelopak mata klien, konjungtiva anemis. Hasil pengkajian
yang ditemukan penulis sudah sesuai dengan apa yang ada di teori
sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus nyata.
2) Diagnosa Keperawatan
Menurut Brunner dan Suddarth (2000), diagnosa keperawatan pada
pasien dengan dermatitis meliputi : Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan kekeringan pada kulit, Resiko infeksi berhubungan
dengan penurunan imunitas, Gangguan pola tidur berhubungan dengan
pruritus, Nyeri Akut berhubungan dengan lesi pada kulit, Kurang
pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan kurangnya
informasi. Berdasarkan kasus diatas, ditemukan 3 diagnosa keperawatan
yaitu, Nyeri akut, Kerusakan integritas jaringan, dan Gangguan pola tidur.
Pada diagnosa yang pertama yaitu nyeri akut, muncul karena klien
mengatakan ia merasakan nyeri pada kaki bagian kanan yang ada luka
dermatitis nya. Akibat dari nyeri ini sehingga menyebabkan klien
mengalami kesulitan untuk tidur, dan terdapat bantalan hitam dibawah
kelopak mata klien serta konjungtiva anemis sehingga diambil diagnosa
yang ke tiga yaitu gangguan pola tidur. Sedangkan untuk diagnosa yang ke
dua yaitu kerusakan integritas jaringan diangkat karena terdapat luka pada
kaki dan kulit disekitar luka mengeras dan menjadi kasar. Pada teori
dengan kasus nyata yang ditemukan penulis tidak terdapat kesenjangan.

41
3) Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 Nyeri akut (00132), NOC : Dengan kode (1605) Pasien
akan terbebas dari nyeri selama dalam perawatan meningkat dari skala 2
(jarang menunjukan) menjadi skala 4 (sering menunjukan), dengan
indikator : Mengenali kapan nyeri terjadi (160502), Menggambarkan
faktor penyebab (160501), Menggunakan tindakan pencegahan (160503),
Menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesik(160504), NIC :
Dengan Kode (1400) Manajemen nyeri : Lakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus, Gali bersama
pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri, Pilih
dan implementasikan tindakanyang beragam (misalnya., farmakologi, non
farmakologi, interpersonal), untuk memfasilitasi penurunan nyeri sesuai
dengan kebutuhan. Diagnosa 2 : Kerusakan integritas jaringan (00044),
NOC : Dengan kode (1101) Pasien akan memperbaiki kerusakan integritas
kulit meningkat dari 2 menjadi 4 selama dalam perawatan. Dengan
indikator : Suhu kulit (110101), Tekstur (110108), Integritas Kulit
(110113). NIC : Dengan Kode (3660) Perawatan Luka : Angkat balutan
dan plester perekat, Berikan perawatan ulkus pada kulit, yang diperlukan,
Pertahankan teknik balutan steril ketika melakukan perawatan luka,
Periksa luka setiap kali perubahan balutan, Bandingkan dan catat setiap
perubahan luka Diagnosa 3 : Gangguan pola tidur (000198). NOC :
Dengan Kode (0004) Pasien akan meningkatkan pola tidur selama dalam
perawatan dengan skala 2 menjadi 4 Dengan indikator : Jam Tidur
(000401), Pola tidur (000403), Nyeri (000425). NIC : Dengan Kode
(1400) Manajemen nyeri : Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
atau beratnya nyeri dan faktor pencetus, Gali bersama pasien faktor-faktor
yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri, Pilih dan
implementasikan tindakanyang beragam (misalnya., farmakologi, non

42
farmakologi, interpersonal), untuk memfasilitasi penurunan nyeri sesuai
dengan kebutuhan.
4) Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada tanggal 25, 26, 27, dan 28 Juni 2018,
Untuk diagnosa yang pertama : melakukan tindakan manajemen nyeri :
melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor
pencetus, mencari bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau
memperberat nyeri, memilih dan mengimplementasikan tindakan yang beragam
(misalnya., farmakologi, non farmakologi, interpersonal), untuk memfasilitasi
penurunan nyeri sesuai dengan kebutuhan. Semua tindakan yang dilakukan
sesuai dengan apa yang direncanakan dan tidak ada kesenjangan antara konsep
dan kasus nyata.
Diagnosa yang kedua : melakukan tindakan perawatan luka :
Mengangkat balutan dan plester perekat, memberikan perawatan ulkus pada
kulit, yang diperlukan, mempertahankan teknik balutan steril ketika melakukan
perawatan luka, Memeriksa luka setiap kali perubahan balutan,
Membandingkan dan mencatat setiap perubahan luka. Semua tindakan yang
dilakukan sesuai dengan apa yang direncanakan dan tidak ada kesenjangan
antara konsep dan kasus nyata. pada .
Diagnosa yang ketiga : melakukan tindakan manajemen nyeri :
melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor
pencetus, mencari bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau
memperberat nyeri, memilih dan mengimplementasikan tindakan yang beragam
(misalnya., farmakologi, non farmakologi, interpersonal), untuk memfasilitasi
penurunan nyeri sesuai dengan kebutuhan. Semua tindakan yang dilakukan
sesuai dengan apa yang direncanakan dan tidak ada kesenjangan antara konsep
dan kasus nyata.
5) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari asuhan keperawatan dengan
cara mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai

43
atau tidak. Pada tahap evaluasi , kegiatan yang dilakukan yaitu mengevaluasi
selama proses berlangsung (Nursalam, 2012). Tanggal 25/06/2018 Diagnosa 1 :
Subyeltif : Pasien mengatakan masih merasakan nyeri pada kaki bagian kanan
yang terdapat luka dermatitis, Obyektif : Skala nyeri : 5 (nyeri sedang), Aktual :
Masalah belum teratasi, Predikat : Lanjutkan intervensi. Diagnosa 2 : Subyektif :
Pasien mengatakan terdapat luka dan terasa gatal di kaki kanan nya, Obyektif :
Kulit sekitar luka berwarna hitam, luka bersih, tidak ada nanah, kulit kasar,
Aktual : Masalah belum teratasi, Predikat : Lanjutkan intervensi. Diagnosa 3 :
Subyektif : Pasien mengatakan bahwa ia sulit tertidur karena nyeri pada kaki
kanan nya, Obyektif : Konjungtiva anemis, terdapat kantung mata, Aktual :
masalah belum teratasi, Predikat : Lanjutkan intervensi. Tanggal 26/06/2018
Diagnosa 1 : Subyektif : Pasien mengatakan masih merasakan nyeri pada kaki
bagian kanan yang terdapat luka dermatitis, Obyektif : Skala nyeri : 5 (nyeri
sedang), Aktual : Masalah belum teratasi, Predikat : Lanjutkan intervensi.
Diagnosa 2 : Subyektif : Pasien mengatakan terdapat luka dan terasa gatal di kaki
kanan nya, Obyektif : Kulit sekitar luka berwarna hitam, luka bersih, tidak ada
nanah, kulit kasar, Aktual : Masalah belum teratasi, Predikat : Lanjutkan
intervensi. Diagnosa 3 : Subyektif : Pasien mengatakan bahwa ia sulit tertidur
karena nyeri pada kaki kanan nya, Obyektif : Konjungtiva anemis, terdapat
kantung mata, Aktual : masalah belum teratasi, Predikat : Lanjutkan intervensi.
Tanggal 27/06/2018 Diagnosa 1 : Subyektif : Pasien mengatakan masih
merasakan nyeri pada kaki bagian kanan yang terdapat luka dermatitis, Obyektif
: Skala nyeri : 5 (nyeri sedang), Aktual : Masalah belum teratasi, Predikat :
Lanjutkan intervensi. Diagnosa 2 : Subyektif : Pasien mengatakan terdapat luka
dan terasa gatal di kaki kanan nya, Obyektif : Kulit sekitar luka berwarna hitam,
luka bersih, tidak ada nanah, kulit kasar, Aktual : Masalah belum teratasi,
Predikat : Lanjutkan intervensi. Diagnosa 3 : Subyektif : Pasien mengatakan
bahwa ia sulit tertidur karena nyeri pada kaki kanan nya, Obyektif : Konjungtiva
anemis, terdapat kantung mata, Aktual : masalah belum teratasi, Predikat :
Lanjutkan intervensi. Tanggal 28/06/2018 Diagnosa 1 : Subyektif : Pasien
mengatakan masih merasakan nyeri pada kaki bagian kanan yang terdapat luka
dermatitis, Obyektif : Skala nyeri : 5 (nyeri sedang), Aktual : Masalah belum

44
teratasi, Predikat : Lanjutkan intervensi. Diagnosa 2 : Subyektif : Pasien
mengatakan terdapat luka dan terasa gatal di kaki kanan nya, Obyektif : Kulit
sekitar luka berwarna hitam, luka bersih, tidak ada nanah, kulit kasar, Aktual :
Masalah belum teratasi, Predikat : Lanjutkan intervensi. Diagnosa 3 : Subyektif :
Pasien mengatakan bahwa ia sulit tertidur karena nyeri pada kaki kanan nya,
Obyektif : Konjungtiva anemis, terdapat kantung mata, Aktual : masalah belum
teratasi, Predikat : Lanjutkan intervensi.
4.3 Keterbatasan dalam penulisan
1) Hanya dilakukan pada satu lansia yang menderita dermatitis yaitu Tn.C.A di
Wisma Cemara UPT Panti sosial penyantun lanjut usia Budi Agung Kupang.
2) Keterbatasan waktu dalam penyusunan dan pemenuhan kebutuhan lansia
secara menyeluruh

45
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1) Pengkajian. Tn. C.A mengatakan bahwa ia merasakan sakit pada kaki
bagian kanan yang ada luka dermatitis, P : Tidak menentu ,Q : Tajam ,R :
Kaki bagian kanan ,S : Skala nyeri 5,T : Tidak menentu, Tn. C.A
mengatakan kaki nya luka-luka dan terasa gatal, Terdapat luka di kaki
bagian kanan, Kulit sekitar luka berwarna hitam dan mengkerut, Tn. C.A
mengatakan bahwa ia sulit tidur karena nyeri yang dirasakan, Tn. C.A
hanya dapat tidur malam 1-2 jam saja, Terdapat kantung mata berwana
hitam, konjungtiva anemis.
2) Diagnosa Keperawatan. Berdasarkan hasil analisa data maka dapat
ditegakkan diagnosa keperawatan, Nyeri akut (00132), kerusakan
integritas jaringan (00044), dan gangguan pola tidur (000198).
3) Intervensi Keperawatan. Adapun perencanaan dari diagnosa keperawatan
yang dapat ditegakkan adalah Diagnosa 1 Nyeri akut (00132). NOC :
Dengan kode (1605) Pasien akan terbebas dari nyeri selama dalam
perawatan meningkat dari skala 2 menjadi skala 4, dengan indikator :
Mengenali kapan nyeri terjadi (160502), Menggambarkan faktor penyebab
(160501), Menggunakan tindakan pencegahan (160503), Menggunakan
tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesik(160504) NIC : Dengan Kode
(1400) Manajemen nyeri : Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
atau beratnya nyeri dan faktor pencetus, Gali bersama pasien faktor-faktor
yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri, Pilih dan
implementasikan tindakanyang beragam (misalnya., farmakologi, non
farmakologi, interpersonal), untuk memfasilitasi penurunan nyeri sesuai
dengan kebutuhan. Diagnosa 2 : Kerusakan integritas jaringan
(00044)NOC : Dengan kode (1101) Pasien akan memperbaiki kerusakan
integritas kulit meningkat dari 2 menjadi 4 selama dalam perawatan.

46
Dengan indikator : Suhu kulit (110101), Tekstur (110108), Integritas Kulit
(110113). NIC : Dengan Kode (3660) Perawatan Luka : Angkat
balutan dan plester perekat, Berikan perawatan ulkus pada kulit, yang
diperlukan, Pertahankan teknik balutan steril ketika melakukan perawatan
luka, Periksa luka setiap kali perub.zahan balutan, Bandingkan dan catat
setiap perubahan luka Diagnosa 3 : Gangguan pola tidur (000198). NOC :
Dengan Kode (0004) Pasien akan meningkatkan pola tidur selama dalam
perawatan dengan skala 2 menjadi 4 Dengan indikator : Jam Tidur
(000401), Pola tidur (000403), Nyeri (000425). NIC : Dengan Kode
(1400) Manajemen nyeri : Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
atau beratnya nyeri dan faktor pencetus, Gali bersama pasien faktor-faktor
yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri, Pilih dan
implementasikan tindakanyang beragam (misalnya., farmakologi, non
farmakologi, interpersonal), untuk memfasilitasi penurunan nyeri sesuai
dengan kebutuhan.
4) Implemetasi Tindakan yang dilakukan pada Tn C.A Yaitu melakukan
tindakan manajemen nyeri : melakukan pengkajian nyeri komprehensif
yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus, mencari bersama pasien
faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri, memilih
dan mengimplementasikan tindakan yang beragam (misalnya.,
farmakologi, non farmakologi, interpersonal), untuk memfasilitasi
penurunan nyeri sesuai dengan kebutuhan. melakukan tindakan perawatan
luka : Mengangkat balutan dan plester perekat, memberikan perawatan
ulkus pada kulit, yang diperlukan, mempertahankan teknik balutan steril
ketika melakukan perawatan luka, Memeriksa luka setiap kali perubahan
balutan, Membandingkan dan mencatat setiap perubahan luka.
5) Evaluasi. Masalah yang ada belum teratasi semua, luka Tn.C.A terawat
dengan baik.

47
5.2 Saran
Dalam hal ini penulis memberikan beberapa saran setelah secara langsung
mengamati lebih dekat didalam perkembangan status kesehatan pada lansia,
maka penulis mengharapkan :
1) Bagi Dinas Sosial Upt.Panti Sosial Penyantun Lanjut Usia Budi Agung
Kupang perawat dan Pengasuh Panti untuk menindak lanjuti tindakan
keperawatan yang telah dibuat pada masalah klien yaitu nyeri akut,
kerusakan integritas jaringan dan gangguan pola tidur.
2) Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa lain hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar dan
pedoman untuk penelitian selanjutnya khususnya pada lansia dengan
masalah dermatitis.

48
DAFTAR PUSTAKA

Adhi, Djuanda.2007.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 5.Jakarta:Balai


Penerbit FKUI

Arif Mansjoer.1998.Kapita Selekta Kedokteran.Edisi 3.Jakarta:EGC

Brunner & Suddarth.2000.Keperawatan Medikal Bedah Edisi Volume 1.Jakarta:


EGC

Depkes RI. (2005). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas
Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. (2014). Profil Kesehatan


Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014. Kupang: Dinas Kesehatan
Provinsi Nusa Tenggara Timur

Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. (2015). Profil Kesehatan


Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2015. Kupang: Dinas Kesehatan
Provinsi Nusa Tenggara Timur

Kane, R. L., Ouslander, J. G., & Abrass, I. B. (1994). Instability And Falls:
Essentials Of Clinical Geriatrics. New York: Mc Graw Hill

Nugroho.W.H.2006.Komunikasi Dalam Keperawatan Gerontik Edisi


2.Jakarta:EGC

Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan


Lanjut Usia

Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

World Health Organization, World Health Statistics 2009. World Health


Organization 2009

World Health Organization Geneva. (1999). Management Of Severe


Malnutrition: A Manual For Physicians And Other Senior Health
Workers. World Health Organization Geneva 1999

49
Lampiran 1
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1: Perbedaan Dermatitis Kontak Iritan dan Kontak Alergik 13
Tabel 2: Bather Indeks 21
Tabel 3: Sullivan 22
Tabel 4: Short Portable Mental Status Questionnaire ( SPMSQ ) 23
Tabel 5: Mini-Mental State Exam ( MMSE ) 23
Tabel 6 : INVENTARIS DEPRESI BECK ( IDB ) 24
Lampiran 2
DAFTAR SINGKATAN

NO Singkatan Kepanjangan

1. LANSIA Lanjut Usia

2. RI Republik Indonesia

3. Tn Tuan

4. WHO World Health Organization

5. MMSE Mini-mental State Exam

6. IDB Inventaris Depresi Beck

7. GCS Glasgow coma scale

8. SPMSQ Short Portable Mental Status Questsionnaire

9. NIC Nursing Intervention Classification

10. NOC Nursing Outcomes Classification

11. DS Data subyektif

12. DO Data obyektif

13. NTT Nusa Tenggara Timur

14. AD Atropic Dermatitis

15. ACD Allergic Contact Dermatitis

16. UPTD Unit Pelaksanaan Teknis Daerah

17. UU Undang-Undang
18. ADL Activity Daily Living

19. Depkes Departemen Kesehatan

20. RW Rukun Warga


Lampiran 3

Format Pengkajian Dan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Tn. C.A


A. DATA BIOGRAFIS
Nama : Tn. C.A
Umur : 89 Tahun
Jenis Kelamin : L(Laki-laki)
Suku : Timor
Agama : Kristen Katolik
Pendidikan : SR (Sekolah Rakyat)
Status perkawinan : Tidak Menikah
Alamat : Jl.Rambutan No.9
Orang terdekat yang dihubungi :

B. RIWAYAT KELUARGA
1. Pasangan
Apabila pasangan masih hidup,
Status kesehatan :
Umur :
Pekerjaan :
Apabila pasangan telah meninggal,
Tahun meninggal :
Penyebab kematian :
2. Anak –anak
Apabila anak-anak masih hidup,
Nama dan alamat :
Apabila anak-anak sudah meninggal,
Tahun meninggal :
Penyebab kematian :

C. RIWAYAT PEKERJAAN
1. Status pekerjaan saat ini : Penghuni panti
2. Pekerjaan sebelumnya : Wiraswasta
3. Sumber pendapatan dan
kecukupan terhadap kebutuhan : Dari pemerintah

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


1. Tipe tempat tinggal : Permanen
2. Jumlah kamar : 5 Kamar tidur dengan 2 kamar mandi
3. Jumlah orang yang tinggal
di rumah : 8 Orang
4. Derajat privasi :

E. RIWAYAT REKREASI
1. Hobi/minat : Baca Koran
2. Liburan/perjalanan :-

F. SUMBER/SISTEM PENDUKUNG KESEHATAN YANG DIGUNAKAN


Terdapat 1 klinik dengan 3 tenaga kesehatan(1 perawat, dan 2 dokter)

G. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI


1. Keluhan
a. Status kesehatan umum selama setahun terakhir : Tn. C mengatakan
bahwa sebelumnya ia mengalami penyakit yang sama seperti yang
sekarang ia alami.
b. Status kesehatan umum selama 5 tahun terakhir : Tn. C mengatakan
bahwa sebelumnya ia mengalami sakit penyakit yang dialami orang
tua
c. Keluhan utama saat ini : Tn. C mengatakan bahwa ia merasakan nyeri
pada kaki bagian kanan
2. Pengetahuan/pemahaman terhadap masalah kesehatan : Klien tidak
mengetahui tentang masalah kesehatan yang ia hadapi
3. Penggunaan obat-obatan
Nama obat : Gentamicin, Desoximetasone
Dosis obat : 1 kali/hari
Tanggal resep :
4. Pola konsumsi makanan : Klien Makan 3 kali sehari
5. Pola istirahat tidur
Lama tidur : Klien mengatakan ia sulit tidur, ia hanya dapat
tertidur 1-2 jam saja pada malam hari dikarenakan nyeri pada kaki bagian
kanan nya

H. TINJAUAN SISTEM
1. Tingkat kesadaran : KU: Baik/Composmentis
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 36,5 ⁰C
RR : 22 x/menit
3. Keadaan umum
Kelelahan : ( ) ya ( √ ) tidak
Perubahan BB satu tahun yang lalu : ( ) ya ( √ ) tidak
Perubahan nafsu makan :( ) ya ( √ ) tidak
Demam :( ) ya ( √ ) tidak
Keringat malam : ( √ ) ya ( ) tidak
Kesulitan tidur : ( √ ) ya ( ) tidak
Sering pilek, infeksi :( ) ya ( √ ) tidak
Kemampuan melakukan ADL : ( √ ) ya ( ) tidak
4. Integumen
Lesi/luka : ( √ ) ya ( ) tidak
Pruritus : ( √ ) ya ( ) tidak
Perubahan pigmentasi : ( √ ) ya ( ) tidak
Perubahan tekstur : ( √ ) ya ( ) tidak
Sering memar : ( ) ya ( √ ) tidak
5. Hemopoetik
Perdarahan/memar abnormal : ( ) ya ( √ ) tidak
Pembengkakan kelenjar limfe : ( ) ya ( √ ) tidak
Anemia : ( √ ) ya ( ) tidak
Riwayat transfusi darah : ( ) ya ( √ ) tidak
6. Kepala
Sakit kepala : ( ) ya ( √ ) tidak
Trauma : ( ) ya ( √ ) tidak
Gatal pada kulit kepala : ( ) ya ( √ ) tidak
7. Mata
Perubahan penglihatan : ( √ ) ya ( ) tidak
Kacamata/lensa kontak : ( √ ) ya ( ) tidak
Nyeri : ( ) ya ( √ ) tidak
Air mata berlebihan : ( ) ya ( √ ) tidak
Bengkak sekitar mata : ( ) ya ( √ ) tidak
Diplopia : ( ) ya ( √ ) tidak
Pandangan kabur : ( √ ) ya ( ) tidak
8. Telinga
Perubahan pendengaran : ( √ ) ya ( ) tidak
Tinitus : ( ) ya ( √ ) tidak
Vertigo : ( ) ya ( √ ) tidak
Alat-alat protesa : ( ) ya ( √ ) tidak
9. Hidung dan sinus
Rinorea : ( ) ya ( √ ) tidak
Epistaksis : ( ) ya ( √ ) tidak
Mendengkur : ( ) ya ( √ ) tidak
Nyeri pada sinus : ( ) ya ( √ ) tidak
Riwayat infeksi : ( ) ya ( √ ) tidak
10. Mulut dan tenggorokan
Sakit tenggorokan : ( ) ya ( √ ) tidak
Lesi/ulkus : ( ) ya ( √ ) tidak
Perubahan suara : ( ) ya ( √ ) tidak
Kesulitan menelan : ( ) ya ( √ ) tidak
Perdarahan gusi : ( ) ya ( √ ) tidak
Karies : ( √ ) ya ( ) tidak
Gigi palsu : ( ) ya (√ ) tidak
11. Leher
Kekuan : ( ) ya (√ ) tidak
Nyeri/nyeri tekan : ( ) ya (√ ) tidak
Keterbatasan gerak : ( ) ya ( √ ) tidak
Pembesaran kelenjar tiroid : ( ) ya ( √ ) tidak
12. Payudara
Benjolan/ massa : ( ) ya (√ ) tidak
Nyeri/nyeri tekan : ( ) ya (√ ) tidak
Bengkak : ( ) ya (√ ) tidak
Keluar cairan dari puting susu : ( ) ya (√ ) tidak
Perubahan bentuk puting susu : ( ) ya (√ ) tidak
13. Pernafasan
Batuk : ( ) ya (√ ) tidak
Sesak nafas : ( ) ya (√ ) tidak
Hemoptisis : ( ) ya (√ ) tidak
Sputum : ( ) ya (√ ) tidak
Ronchi : ( ) ya (√ ) tidak
Whezing : ( ) ya (√ ) tidak
14. Kardiovaskular
Nyeri/ketidaknyamanan : ( ) ya (√ ) tidak
Palpitasi : ( ) ya (√ ) tidak
Sesak nafas : ( ) ya (√ ) tidak
Dispnea nocturnal paroksimal: ( ) ya (√ ) tidak
Ortopnea : ( ) ya (√ ) tidak
Murmur : ( ) ya (√ ) tidak
Edema : ( ) ya (√ ) tidak
Varises : ( ) ya (√ ) tidak
15. Gastrointestinal
Disfagia : ( ) ya (√ ) tidak
Nyeri ulu hati : ( ) ya (√ ) tidak
Mual/muntah : ( ) ya (√ ) tidak
Hematemesis : ( ) ya (√ ) tidak
Perubahan nafsu makan : ( ) ya ( √ ) tidak
Nyeri ulu hati : ( ) ya (√ ) tidak
Ikterik : ( ) ya (√ ) tidak
Benjolan/massa : ( ) ya (√ ) tidak
Diare : ( ) ya (√ ) tidak
Melena : ( ) ya (√ ) tidak
Hemoroid : ( ) ya (√ ) tidak
Perdarahan rektum : ( ) ya (√ ) tidak
16. Perkemihan
Disuria : ( ) ya ( √ ) tidak
Poliuria : ( ) ya (√ ) tidak
Oliguria : ( ) ya (√ ) tidak
Retensi : ( ) ya (√ ) tidak
Inkontinensia : ( ) ya (√ ) tidak
Nyeri saat berkemih : ( ) ya (√ ) tidak
17. Genitalia pria
Lesi : ( ) ya (√ ) tidak
Perubahan aktivitas seksual : ( ) ya (√ ) tidak
Nyeri testikular : ( ) ya (√ ) tidak
Massa testikular : ( ) ya (√ ) tidak
Masalah prostate : ( ) ya (√ ) tidak
Penyakit kelaminn : ( ) ya (√ ) tidak
18. Genitalia wanita
Lesi : ( ) ya ( ) tidak
Rabas : ( ) ya ( ) tidak
Dispareuni : ( ) ya ( ) tidak
Nyeri pelvis : ( ) ya ( ) tidak
Penyakit kelamin : ( ) ya ( ) tidak
Infeksi : ( ) ya ( ) tidak
19. Neurologi
Sakit kepala : ( ) ya (√ ) tidak
Kejang : ( ) ya (√ ) tidak
Sinkope/serangan jatuh : ( ) ya (√ ) tidak
Paralisis : ( ) ya (√ ) tidak
Parastesia : ( ) ya (√ ) tidak
Riwayat cidera kepala : ( ) ya (√ ) tidak
Tc/tremor/spasme : ( ) ya (√ ) tidak
21. Sistem endokrin
Intoleransi panas : ( ) ya (√ ) tidak
Intoleransi dingin : ( ) ya (√ ) tidak
Goiter : ( ) ya (√ ) tidak
Pigmentasi kulit/tekstur : ( ) ya (√ ) tidak
Perubahan rambut : (√ ) ya ( ) tidak
Polifagia : ( ) ya (√ ) tidak
Polidipsia : ( ) ya (√ ) tidak
Poliuria : ( ) ya (√ ) tidak
I. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
1. Cemas : ( ) ya (√ ) tidak
2. Insomnia : ( ) ya (√ ) tidak
3. Gugup : ( ) ya (√ ) tidak
4. Takut : ( ) ya (√ ) tidak
5. Stres : ( ) ya (√ ) tidak

J. STATUS FUNGSIONAL
Indeks barthel
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat ketergantungan
lansia terhadap orang lain dengan memenuhi kebutuhan ADL nya.
Skor 20 = lansia mandiri, 12-19 = ketergantungan ringan, 9-11 = ketergantungan
sedang, 5-8 = ketergantungan berat, 0-4 = ketergantungan total.
No Jenis aktivitas Kemampuan Skor
1 Makan/minum Mandiri 2
Perlu bantuan orang lain untuk
1
memotong makanan
Tergantung penuh pada
0
pertolongan orang lain
2 Pindah dari tempat duduk ke Mandiri 3
tempat tidur/sebaliknya Dibantu satu orang 2
Dibantu dua orang 1
Tidak mampu 0
3 Kebersihan diri: cuci muka, Mandiri 1
menyisir, dll Perlu pertolongan 0
4 Keluar/masuk kamar mandi Mandiri 2
Perlu pertolongan 1
Tergantung orang lain 0
5 Mandi Mandiri 1
Tergantung orang lain 0
6 Berjalan (jalan datar) Mandiri 3
Dibantu satu orang/walker 2
Dibantu kursi roda 1
Tidak mampu 0
7 Naik turun tangga Mandiri 2
Perlu pertolongan 1
Tidak mampu 0
8 Berpakaian/bersepatu Mandiri 2
Sebagian dibantu 1
Tergantung orang lain 0
9 Mengontrol BAB Kontinen teratur 2
Kadang-kadang inkontinen 1
Inkontinen 0
10 Mengontrol BAK Kontinen teratur 2
Kadang-kadang inkontinen 1
Inkontinen 0
Jumlah 20
Kesimpulan : Lansia Mandiri

J. STATUS KOGNITIF
Short Portable Mental Status Questsionnaire (SPMSQ)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kognitif lansia yang
berhubungan dengan memori jangka pendek.
Prosedur pemeriksaan : Tuliskan jawaban lansia pada kotak yang tersedia
sesuai pertanyaan, dan beri nilai “+” untuk jawaban yang benar, dan nilai “-“
untuk jawaban yang salah atau tidak tau. Hitung jumlah nilai “-“.
Total kesalahan “-“ 0-2 = Fungsi intelektual utuh, kesalahan 3-4 =
kerusakan intelektual ringan, kesalahan 5-6 = kerusakan intelektual sedang,
kesalahan 7-10 = kerusakan intelektual berat.
Nomor Pertanyaan Jawaban Nilai (+/-)
1 Tanggal berapa hari ini? Tidak tau -
2 Hari apa sekarang? Jumat +
3 Apa nama tempat ini? Cemara +
4 Berapa nomor telepon anda.
Di Bellu , +
Dimana alamat anda (jika atambua
tidak memiliki nomor
telepon)
5 Kapan Anda lahir? Tidak -
menjawab
6 Berapa umur Anda? 89 +
7 Siapa presiden Indonesia Tidak tau -
sekarang?
8 Siapa presiden Indonesia Soekarno -
sebelumnya?
9 Siapa nama ibu Anda? Maria Soi +
10 Angka 20 dikurangi 3=? Dan 20-3 = 17-3 = -
seterusnya dikurangi 3 15-3 = 12-3 =
12-3 = 9-3 = 6-
3 = 3-3 = 0
Jumlah 5 5

Kesimpulan : Kerusakan intelektual sedang

K. Mini Mental Status Exam (MMSE)


Pemeriksaan ini dituliskan untuk mengetahui aspekkognitif dan status
mental lansia. Masing-masing peranyaan memiliki skor maksimal dan tuliskan
skor kemampuan lansia menjawab dan jumlahkan total akhir skor.
Total skor 24-30 = kognitif normal, 17-23 = gangguan kognitif ringan, 0-16 =
gangguan kognitif berat.

TES PENILAIAN SKOR SKOR


MAX LANSIA
Orientasi Tanyakan kepada lansia tentang waktu :
1. Tahun
2. Hari
5 3
3. Tanggal
4. Bulan
5. Tahun
Tanyakan tentang tempat (dimana kita
sekarang ).
1. Nama tempat
2. Kelurahan 5 4
3. Kecamatan
4. Kabupaten
5. Provinsi

Registrasi Pemeriksa membutuhkan 3 nama benda


Meja Kursi Lemari
(Tiap benda disebutkan dalam satudetik
3 2
kemudian meminta pasien mengingat
dan mengulang kembali tiga objek yang
disebutkan pemeriksaan).

Perhatian Menghitung mundur mulai dari angka


dan 100 dikurangi 7, berhenti setelah
5 1
perhitunga jawaban kelima
n 1. 100-7 = 93
2. 93-7 = 86
3. 86-7 = 79
4. 79-7 = 42
5. 42-7 = 65
Mengingat Pasien diminta kembali kembali
kembali mengulang 3 nama yang tadi disebutkan
3 2
dinomor sebelumnya
Meja Kursi Lemari
Bahasa Responden menyebutkan tiga benda
2 2
yang ditunjuk pemeriksa
Pengulang Responden mengulang kata-kata yang
an diucapkan pemeriksa 1 1
:NAMUN JIKA AKAN TETAPI
Pengertian Pemeriksa meminta pasien melakukan
verbal tiga perintah.
1. Ambil kertas dengan tangan kanan 3 3
2. Lipat kertas menjadi 2 bagian
3. Letakkan kertas dilantai.
Perintah Pemeriksa menulis satu kata
tertulis “TUTUP MATA”
Minta responden melakukan perintah 1 1
yang ditulis pemeriksa
Menulis Pemeriksa meminta pasien menulis satu
kalimat kalimat yang bermakna 1 0
(Subyek+Predikat+Obyek+Keterangan)
Menggam Pasien diminta menirukan gambar
bar dibawah ini
konstruksi 1 0

TOTAL 19
Kesimpulan : gangguan kognitif ringan

L. STATUS FUNGSI SOSIAL


APGAR Keluarga dengan Lansia
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui fungsi sosialisasi lansia.
Prosedur pemeriksaan : berikan skor pada masing-masing jawabanlansia dengan
skor 0 jika tidak pernah, 1 jika kadang-kadang, dan 2 jika selalu. Hitung total skor
dan interpretasikan.
Totalskor <3 = disfungsi keluarga sangat tinggi, skor 4-6 = disfungsi
keluarga sedang, 7-10 =fungsi sosialisasi keluarga sehat.
No Fungsi Uraian Skore
1 Adaption Saya puas bisa kembali pd keluarga
(teman) saya untuk membantu saya pada 2
waktu sesuatu menyusahkan saya
2 Paetherenship Saya puas dengan cara keluarga (teman)
saya membicarakan sesuatu dan 2
mengungkapkan maslah dengan saya
3 Growth Saya puas bahwa keluarga ( teman) saya
menerima dan mendukung keinginan saya 2
untuk melakukan aktivitas
4 Affection Saya puas dengan cara keluarga (teman)
saya mengekspresikan afek dan berespon 2
terhadap emosi saya seperti marah, sedih,
atau mencintai
5 Resolve Saya puas dengan cara teman saya 2
menyediakan waktu bersama-sama
Total Skor : 10
Kesimpulan: Fungsi sosialisasi keluarga sehat

M. Status Fungsional
Tingkat kemandirian (indeks KATZ)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahuitingkat kemandirian
lansiadalamkehidupan sehari-hari.
Prosedur pemeriksaan : berilah nilai “1” atau ”0” pada skor yang sesuai
dengan kondisi pasien, lalu jumlahkan total skor. Nilai “1” = mandiri , nilai “0” =
bergantung.
Total skor 6 = berfungsi sepenuhnya atau lansia mandiri, skor 3-5 =
gangguan sedang atau lansia dibantu, skor < 2 = gangguan fungsi berat atau lansia
memiliki ketergantungan.
No Aktivitas Lansia Mandiri “1” Bergantung “0”
1 Mandi Tidak membutuhkan Memerlukan bantuan
bantuan atau menerima terhadap lebih dari satu
bantuan saat mandi hanya bagian tubuh (tidak
pada bagian tubuh tertentu mampu mandi sama
seperti punggung sekali)

Skor : 1
2 Berpakaian Mampu mengambil dan Memerlukan bantuan
mengenakan secara lengkap mengambil dan
tanpa memerlukan bantuan mengenakan pakaian atau
kecil saat menalikan sepatu bila tidak pasien tidak
akan berpakaian lengkap
atau tidak berpakaian
sama sekali

Skor : 1
3 Berpindah Bergerak naik turun dari Tidak turun dari tempat
tempat tidur dan kursi tanpa tidur sama sekali apabila
memerlukan bantuan turun membutuhkan
(mungkin membutuhkan waktu
pegangan atau walker).

Skor : 1
4 Aktivitas Aktivitas baik tanpa Dengan pengawasan dan
pengawasan atau tanpa bantuan penuh
bantuan
Skor : 1
5 Toileting Pergi ke toilet, membuka Tidak mampu ke toilet
baju, dan membersihkan untuk proses eliminasi
genitalia sendiri tanpa
bantuan

Skor : 1
6 Inkontinensia Mengendalikan perkemihan Pengawasan dilakukan,
dan defekasi secara mandiri, memerlukan bantuan
kadang terjadi dalam mengendalikan
ketidaksengajaan perkemihan dan infeksi

Skor : 1
Total Skor : 6 Kesimpulan : Berfungsi sepenuhnya atau lansia mandiri

N. Pengkajian Inventaris Depresi BECK


Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat depresi yang dialami
lansia. Total skor 0-4 = tidak ada depresi, 5-7 = depresi ringan, 8-15 = depresi
sedang, 16+ = depresi berat.

Skore Uraian

A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih /tidak bahagia dimana saya takdapat menghadapinya.
2 Saya galau / sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya.
1 Saya merasa sedih atau galau.
0 Saya tidak merasa sedih.

B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu
tidak dapat membaik.
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang kedepan.
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan.
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan.

C. Rasa Kegagalan
3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai sebagai orang tua.(suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan.
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya.
0 Saya tidak merasa gagal.

D. Ketidak Puasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya.
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun.
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan.
0 Saya tidak merasa tidak puas.

E. Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tak berharga.
2 Saya merasa sangat bersalah.
1 Saya merasa buruk / tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik.
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah.

F. Tidak Menyukai Diri Sendiri


3 Saya benci diri saya sendiri.
2 Saya muak dengan diri saya sendiri.
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri.
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri.

G. Membahayakan Diri Sendiri


3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan.
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri.
1 Saya merasa lebih baik mati.
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai
membahayakan diri sendiri.

H. Menarik Diri dari Sosial


3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada
orang lain dan tidak perduli pada mereka semuanya.
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada
orang lain dan mempunyai sedikit perasaan pada mereka.
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya.
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I. Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali.
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuatkeputusan.
1 Saya berusaha mengambil keputusan.
0 Saya membuat keputusan yang baik.

J. Perubahan Gambaran Diri


3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikkan.
2 Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang
permanen dalam penampilan saya dan ini membuat sayatak menarik.
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tak menarik.
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya.

K. Kesulitan Kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali.
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan se
suatu.
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukansesuatu.
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya.

L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu.
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu.
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya.
0 Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya.

M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai napsu makan sama sekali.
2 Napsu makan saya sangat memburuk sekarang.
1 Napsu makan saya tidak sebaik sebelumnya.
0 Napsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.
Total skor : 6
Kesimpulan : Depresi ringan
ANALISA DATA
NO Data-Data PROBLEM KODE
1 Subyek: Tn. C mengatakan Nyeri Akut 00132
bahwa ia merasakan sakit pada
pada kaki bagian kanan nya

Obyek:
Pengkajian PQRST:
P : Terjadi secara tiba-tiba
Q : Tajam
R : Kaki bagian kanan
S : Skala nyeri 5
T : Tidak menentu
T

2 Subyek : Tn. C mengatakan Kerusakan 00044


kaki nya luka-luka dan terasa Integritas
gatal Jaringan

Obyek :
- Terdapat luka di kaki bagian
kanan
- Kulit sekitar luka berwarna
hitam dan mengkerut
3 Subyek : Tn. C mengatakan Gangguan Pola 000198
bahwa ia sulit tidur karena Tidur
nyeri yang dirasakan, Tn. C
hanya dapat tidur malam 1-2
jam saja
.
Obyek :
- Terdapat kantung mata
berwana hitam
- konjungtiva anemis

Obyek :
-

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Nyeri akut
2 Kerusakan integritas jaringan
3 Gangguan pola tidur
INTERVENSI
NO DIAGNOSA KODE NOC KODE NIC

1 Nyeri Akut 1605 Pasien akan 1400 Manajemen


terbebas dari nyeri nyeri
selama dalam
- Lakukan
perawatan
pengkajian
meningkat dari
nyeri
skala 2 menjadi
komprehensif
skala 4, dengan
yang meliputi
indikator :
lokasi,
Mengenali kapan karakteristik,
nyeri terjadi onset/durasi,
frekuensi,
Menggambarkan
160502
kualitas,
faktor penyebab
intensitas atau
Menggunakan beratnya nyeri
160501
tindakan dan faktor
pencegahan pencetus

160503 Menggunakan - Gali bersama


tindakan pasien faktor-
pengurangan nyeri faktor yang
tanpa analgesik dapat
160504 menurunkan
atau
memperberat
nyeri

- Pilih dan
implementasika
n tindakanyang
beragam
(misalnya.,
farmakologi,
non
farmakologi,
interpersonal),
untuk
memfasilitasi
penurunan nyeri
sesuai dengan
kebutuhan.

Pemberian
analgesik

- Tentukan
lokasi,
karakteristik,
kualitas dan
keparahan nyeri
sebelum
mengobati
pasien

- cek adanya
riwayat alergi

- cek perintah
2210
pengobatan
meliputi obat,
dosis, dan
frekuensi obat
analgesik yang
diresepkan

Perawatan Luka

-Angkat balutan
dan plester
perekat

- Berikan
perawatan ulkus
pada kulit, yang
diperlukan

- Pertahankan
teknik balutan
steril ketika
melakukan
perawatan luka
Pasien akan
- Periksa luka
memperbaiki
setiap kali
kerusakan
perubahan
integritas kulit
balutan
meningkat dari 2
menjadi 4 selama - Bandingkan
2 Kerusakan 1101 3660
dalam perawatan. dan catat setiap
integritas
perubahan luka
jaringan Dengan indikator :
Manajemen
Suhu kulit
nyeri
Tekstur
- Lakukan
Integritas Kulit
pengkajian
nyeri
komprehensif
yang meliputi
lokasi,
110101
karakteristik,
110108 onset/durasi,

110113 frekuensi,
kualitas,
intensitas atau
beratnya nyeri
dan faktor
pencetus
Pasien akan
- Gali bersama
meningkatkan pola
pasien faktor-
tidur selama dalam
faktor yang
perawatan dengan
dapat
skala 2 menjadi 4
menurunkan
Dengan indikator :
atau
Jam Tidur memperberat
nyeri
3 Gangguan pola 0004 Pola tidur 1400
tidur - Pilih dan
Nyeri
implementasika
n tindakanyang
beragam
(misalnya.,
farmakologi,
non
farmakologi,
000401
interpersonal),
000403 untuk
memfasilitasi
000425
penurunan nyeri
sesuai dengan
kebutuhan.
IMPLEMENTASI
Tgl Jam Dx Implementasi Paraf

25- 08.00 2 Melakukan perawatan luka


06- 08.30 1 Melakukan tindakan manajemen nyeri
2018 08.30 3 Melakukan tindakan manajemen nyeri
26- 08.00 2 Melakukan perawatan luka
06- 08.30 1 Melakukan tindakan manajemen nyeri
2018 08.30 3 Melakukan tindakan manajemen nyeri
27- 08.00 2 Melakukan perawatan luka
06- 08.30 1 Melakukan tindakan manajemen nyeri
2018 08.30 3 Melakukan tindakan manajemen nyeri
28- 08.00 2 Melakukan perawatan luka
06- 08.30 1 Melakukan tindakan manajemen nyeri
2018 08.30 3 Melakukan tindakan manajemen nyeri

CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl jam Dx Evaluasi Paraf

25/06/2018 12.00 1 S : Pasien mengatakan masih


merasakan nyeri pada kaki bagian
kanan yang terdapat luka dermatitis
O : Skala nyeri : 5 (nyeri sedang)
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
12.00 2 S : Pasien mengatakan terdapat
luka dan terasa gatal di kaki kanan
nya
O : Kulit sekitar luka berwarna
hitam, luka bersih, tidak ada nanah,
kulit kasar.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
09.00 3 S : Pasien mengatakan bahwa ia
sulit tertidur karena nyeri pada kaki
kanan nya.
O : Konjungtiva anemis, terdapat
kantung mata
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
26-06- 12.00 1 S : Pasien mengatakan masih
2018 merasakan nyeri pada kaki bagian
kanan yang terdapat luka dermatitis
O : Skala nyeri : 5 (nyeri sedang)
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
12.00 2 S : Pasien mengatakan terdapat
luka dan terasa gatal di kaki kanan
nya
O : Kulit sekitar luka berwarna
hitam, luka bersih, tidak ada nanah,
kulit kasar.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
09.00 3 S : Pasien mengatakan bahwa ia
sulit tertidur karena nyeri pada kaki
kanan nya.
O : Konjungtiva anemis, terdapat
kantung mata
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
27-06- 12.00 1 S : Pasien mengatakan masih
2018 merasakan nyeri pada kaki bagian
kanan yang terdapat luka dermatitis
O : Skala nyeri : 5 (nyeri sedang)
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
12.00 2 S : Pasien mengatakan terdapat
luka dan terasa gatal di kaki kanan
nya
O : Kulit sekitar luka berwarna
hitam, luka bersih, tidak ada nanah,
kulit kasar.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
09.00 3 S : Pasien mengatakan bahwa ia
sulit tertidur karena nyeri pada kaki
kanan nya.
O : Konjungtiva anemis, terdapat
kantung mata
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
28-06- 12.00 1 S : Pasien mengatakan masih
2018 merasakan nyeri pada kaki bagian
kanan yang terdapat luka dermatitis
O : Skala nyeri : 5 (nyeri sedang)
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
12.00 2 S : Pasien mengatakan terdapat
luka dan terasa gatal di kaki kanan
nya
O : Kulit sekitar luka berwarna
hitam, luka bersih, tidak ada nanah,
kulit kasar.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
09.00 3 S : Pasien mengatakan bahwa ia
sulit tertidur karena nyeri pada kaki
kanan nya.
O : Konjungtiva anemis, terdapat
kantung mata
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai