Anda di halaman 1dari 4

Keempat konsensus/pilar kebangsaan merupakan hal yang sangat mendasar dan esensial bagi

kehidupan berbangsa dan bernegara. Istilah “pilar” dalam empat pilar kebangsaan dimaknai sebagai hal
pokok, mendasar, dan esesial yang memiliki sifat dinamis.Pilar merupakan dasar atau penyokong—
sehingga empat pilar kebangsaan merupakan tuntunan dasar bagi bangsa Indonesia dalam menjalankan
hak dan kewajibannya sebagai warga negara Indonesia. Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara dipandang sebagai sesuatu yang harus dipahami oleh para penyelenggara negara bersama
seluruh masyarakat dan menjadi panduan dalam kehidupan berpolitik, menjalankan pemerintahan,
menegakkan hukum, mengatur perekonomian negara, interaksi sosial kemasyarakatan, dan berbagai
dimensi kehidupan bernegara dan berbangsa lainnya. Dengan pengamalan prinsip Empat Pilar
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, diyakini bangsa Indonesia akanmampu mewujudkan diri sebagai
bangsa yang adil, makmur, sejahtera, dan bermartabat. Empat Konsensus tersebut adalah (1) Pancasila,
(2) Undang-Undang Dasar 1945, (3) Negara Kesatuan Republik Indonesia dan (4) Bhinneka Tunggal Ika.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian pilar adalah tiang penguat, dasar, yang pokok, atau
induk. Penyebutan Empat Pilar kehidupan berbangsa dan bernegara tidaklah dimaksudkan bahwa
keempat pilar tersebut memiliki kedudukan yang sederajat.Setiap pilar memiliki tingkat, fungsi dan
konteks yang berbeda.
Pilar pertama bagi tegak kokoh berdirinya negara-bangsa Indonesia adalah Pancasila. Pada
prinsipnya Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara kedudukannya berada di atas tiga pilar yang lain.
Pancasila dikatakan sebagai pondasi dari empat pilar kebangsaan artinya, Pancasila adalah dasar yang
dibangun paling awal untuk membangun bagian yang lain. Semua bagian dari rumah itu tak akan bisa
terbangun apabila tidak ada pondasi. Jadi Pancasila menjadi kekuatan utama dari tegaknya sebuah
bangunan. Semua bagian yang ada harus mengikat diri dari Pancasila dan tidak boleh melepaskan ikatan
tersebut. Dimasukkannya Pancasila sebagai bagian dari Empat Pilar, semata-mata untuk menjelaskan
adanya landasan ideologi dan dasar negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila,
yang menjadi pedoman penuntun bagi pilar-pilar kebangsaan dan kenegaraan lainnya. Pilar Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika sudah terkandung dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, tetapi dipandang perlu untuk dieksplisitkan sebagai pilar-pilar
tersendiri sebagai upaya preventif mengingat besarnya potensi ancaman dan gangguan terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan wawasan kebangsaan. Pancasila sebagai ideologi dan dasar
negara harus menjadi jiwa yang menginspirasi seluruh pengaturan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.Nilai-nilai Pancasila baik sebagai ideologi dan dasar negara sampai hari ini
tetap kokoh menjadi landasan dalam bernegara.Pancasila juga tetap tercantum dalam konstitusi negara
kita meskipun beberapa kali mengalami pergantian dan perubahan konstitusi.Ini menunjukkan bahwa
Pancasila merupakan konsensus nasional dan dapat diterima oleh semua kelompok masyarakat
Indonesia.Pancasila terbukti mampu memberi kekuatan kepada bangsa Indonesia, sehingga perlu
dimaknai, direnungkan, dan diingat oleh seluruh komponen bangsa. Karena Pancasila merupakan karya
bersama yang dihasilkan melalui konsensus bersama, Pancasila itu merupakan titik-temu (common
denominator) yang menyatukan ke-Indonesia-an.Dengan demikian, jelas bahwa penetapan rumusan
Pancasila merupakan hasil final, yang harus dijunjung tinggi oleh setiap warga Indonesia dalam
mengembangkan kehidupan kebangsaan dan kenegaraan. Memaknai kembali Pancasila berarti kita ingin
menegaskan komitmen, bahwa nilai-nilai Pancasila adalah dasar dan ideologi dalam kita bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.Pancasila bukanlah konsep pemikiran semata, melainkan sebuah perangkat
tata nilai untuk diwujudkan sebagai panduan dalam berbagai segi kehidupan.Dengan demikian, nilai-
nilai Pancasila harus menjadi landasan etika dan moral ketika kita membangun pranata politik,
pemerintahan, ekonomi, pembentukan dan penegakan hukum, politik, sosial budaya, dan berbagai
aspek kehidupan lainnya. Kedudukan Pancasila itu adalah sebagai dasar negara, di mana Pancasila
sebagai Dasar Negara dibentuk setelah menyerap berbagai pandangan yang berkembang secara
demokratis dari para anggota BPUPKI dan PPKI sebagai representasi bangsa Indonesia saat itu. Apabila
dasar negara Pancasila dihubungkan dengan cita-cita negara dan tujuan negara, jadilah Pancasila
ideologi negara.Dalam konteks ideologi negara, Pancasila dapat dimaknai sebagai sistem kehidupan
nasional yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan dalam rangka
pencapaian cita-cita dan tujuan bangsa yang berlandaskan dasar negara.

Yang kedua adalah Undang - Undang Dasar Tahun 1945. Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, sebagai hukum dasar, merupakan kesepakatan umum (konsensus) warga negara
mengenai norma dasar (grundnorm) dan aturan dasar (grundgesetze) dalam kehidupan bernegara.
Kesepakatan ini utamanya menyangkut tujuan dan cita-cita bersama, the rule of law sebagai landasan
penyelenggaraan negara, serta bentuk institusi dan prosedur ketatanegaraan. Kedudukan UUD 45 dalam
sebuah rumah adalah tiang atau pilar. Tanpa tiang maka bangunan itu akan roboh. Tiang sebagai
penyangga sebuah bangunan agar kokoh dan kuat. Semakin kuat tiang maka bangunan itu akan semakin
kokoh. Jika tiangnya lemah maka bangunan itu akan lekas roboh. Maka tiang harus mengatur semua
sendi bangunan agar menjadi penguat bagian yang lain. Karena seperti yang kita ketahui UUD 1945
adalah sumber hukum tertinggi dibawah Pancasila yang mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam UUD 45 juga terdapat tujuan dan cita-cita Negara Indonesia, yang termaktub dalam Pembukaan
UUD 1945. Selain itu dalam batang tubuh UUD 45 diatur mengenai mengenai dasar-dasar pengelolaan
Negara yang terdapat dalam setiap pasalnya. Berdasarkan Undang-Undang Dasar ini, Indonesia ialah
negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka
(machtsstaat).Negara juga menganut sistem konstitusional, dengan Pemerintah berdasarkan konstitusi
(hukum dasar), dan tidak bersifat absolut (kekuasaan yang tidak terbatas). Undang-Undang Dasar
menjadi pedoman bagi pelaksanaan ”demokrasi konstitusional” (constitusional democracy), yakni
praktik demokrasi yang tujuan ideologis dan teleologisnya adalah pembentukan dan pemenuhan
konstitusi. Dalam UUD 45 disana tertuang Tujuan Negara yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945
adalah “Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia” hal ini merupakan tujuan
Negara.Rumusan “Memajukankesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa” hal ini
merupakan tujuan Negara hukum material, yang secara keseluruhan sebagai tujuan khusus atau
nasional. Adapun tujuan umum atau internasional adalah “ikut melaksanakanketertiban Dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaianabadi dan keadilan sosial”.Untuk mencapa tujuan tersebut
diperlukan aturan-aturan yang kemudian diataur dalam pasal-pasal, maka dalam kehidupan berbangsa
dan bernegera semestinya mentaati aturan yang sudah diundang-undangkan.

Konsensus yang ketiga yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kita tentunya sudah
tahu bahwa syarat berdirinya sebuah negara ada empat, yaitu memiliki wilayah, memiliki penduduk,
memiliki pemerintahan dan adanya pengakuan dari negara lain. Dan karena memenuhi empat syarat
itulah kemudian Negara Indonesia lahir dengan nama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI ).
Bentuk Negara Kesatuan adalah ketentuan yang diambil oleh para founding fathers pada tahun 1945
berdasarkan berbagai pertimbangan dan hasil pembahasan yang cukup mendalam. Namun dalam
perjalanan sejarah bangsa Indonesia pernah juga menerapkan bentuk negara federal sebagai akibat atau
konsekuensi hasil konferensi meja bundar di Negeri Belanda pada tahun 1949. Namun penerapan
pemerintah federal ini hanya berlangsung sekitar 7 bulan untuk kemudian kembali menjadi bentuk
Negara kesatuan. Sejak itu Negara Replublik Indonesia berbentuk kesatuan sampai dewasa ini, meskipun
wacana mengenai negara federal masih sering timbul pada permukaan, utamanya setelah Negara-
bangsa Indonesia memasuki era reformasi.Namun nampaknya telah disepakati oleh segala pihak bahwa
bentuk negara kesatuan merupakan pilihan final bangsa. Untuk mencari landasan bagi Negara kesatuan
para founding fathers lebih mendasarkan diri pada pengalaman sejarah bangsa sejak zaman penjajahan,
waktu perjuangan kemerdekaan sampai persiapan kemerdekaan bangsa Indonesia. Penjajah
menerapkan pendekatan devide et impera, atau pecah dan kuasai. Pendekatan tersebut hanya mungkin
dapat diatasi oleh persatuan dan kesatuan.Sejarah membuktikan bahwa perjuangan melawan penjajah
selalu dapat dipatahkan oleh penjajah dengan memecah dan mengadu domba.Hal ini yang
dipergunakan sebagai alasan dan dasar dalam menentukan bentuk negara kesatuan. NKRI lahir dari
pengorbanan jutaan jiwa dan raga para pejuang bangsa yang bertekad mempertahankan keutuhan
bangsa. Sebab itu, NKRI adalah prinsip pokok, hukum, dan harga mati.

Konsensus yang keempat yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Indonesia memiliki semboyan “Bhinneka
Tunggal Ika” yang artinya “Berbeda-beda tetapi satu jua”. Semboyan ini pertamakali diungkapkan oleh
Mpu Tantular, seorang pujangga dari kerjaan Majapahit pada pemerintahan Raja Hayamwuruk sekitar
tahun 1350 – 1389. Sesanti atau semboyan itu dituangkan dalam karyanya Kakawin Sutasoma, yang
berbunyi “Bhinna Ika Tungga Ika, tan hana dharma mangrwa” yang berarti “Berbeda-beda itu, satu itu,
tak ada pengabdian yang mendua”. Pada masa itu pemerintahan kerajaan Majapahit menjadikan sesanti
tersebut menjadi prinsip hidup mereka. Hal ini untuk mengantisipasi perpecahan di masyarakat mereka
yang memang terdapat keanekaragaman agama. Meskipun mereka berbeda agama tetapi mereka tetap
satu dalam pengabdian. Meskipun memilih bentuk negara kesatuan, para pendiri bangsa sepakat bahwa
untuk mengelola negara sebesar, seluas dan semajemuk Indonesia tidak bisa tersentralisasi.Negara
seperti ini sepatutnya dikelola, dalam ungkapan Mohammad Hatta “secara bergotong-royong”, dengan
melibatkan peran serta daerah dalam pemberdayaan ekonomi, politik dan sosial-budaya sesuai dengan
keragaman potensi daerah masing-masing. Itulah makna dari apa yang disebut Muhammad Yamin
sebagai negara kesatuan yang dapat melangsungkan beberapa sifat pengelolaan negara federal lewat
prinsip dekonsentrasi dan desentralisasi Sejalan dengan itu, konsepsi tentang semboyan negara
dirumuskan dalam “Bhinneka Tunggal Ika”, meskipun berbeda-beda, tetap satu jua (unity in diversity,
diversity in unity).Di satu sisi, ada wawasan ”ke-eka-an” yang berusaha mencari titik-temu dari segala
kebhinnekaan yang terkristalisasikan dalam dasar negara (Pancasila), Undang-Undang Dasar dan segala
turunan perundang-undangannya, negara persatuan, bahasa persatuan, dan simbol-simbol kenegaraan
lainnya. Di sisi lain, ada wawasan kebhinnekaan yang menerima dan memberi ruang hidup bagi aneka
perbedaan, seperti aneka agama/keyakinan, budaya dan bahasa daerah, serta unit-unit politik tertentu
sebagai warisan tradisi budaya.
Pemuda merupakan salah satu penentu kemajuan suatu bangsa dan negara, karena dari
pemudalah lahir calon – calon pemimpin baru dimasa yang akan datang. , jika generasi muda pada saat
ini pandai untuk mengeluarkan/mengelola potensi-potensi yang ada dalam diri mereka masing-masing
serta menjaga sumber daya alam dan kekayaan alam yang kita miliki saat ini, pasti Indonesia akan maju.
Karakter yang unggul sangatlah perlu di tanamkan dalam diri para generasi muda sebab karakter
merupakan akar sekaligus cerminan dari budaya sebuah bangsa. Pemuda harus memiliki karakter yang
unggul dan juga harus didampingi oleh 4 Konsensus kebangsaan agar bangsa kita menjadi lebih baik
daripada sebelumnya dengan memperoleh negara yang maju dan masa depan bangsa yang lebih cerah.

Yang harus kita lakukan sebagai generasi penerus bangsa yang akan menjadi agen perubahan dalam
menjaga kekokohan bangsa Indonesia dengan mengimplementasikan empat pilar kebangsaan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara adalah, dengan kesadaran baru yang ada pada tingkat kecerdasan,
keintelektualan, serta kemajuan kita sekarang ini, bahwa bangsa ini dibangun dengan pilar bernama
Bhinneka Tunggal Ika yang telah mengantarkan kita sampai hari ini menjadi sebuah bangsa yang terus
semakin besar di antara bangsa-bangsa lain di atas bumi ini, yaitu bangsa Indonesia, meskipun berbeda-
beda (suku bangsa) tetapi satu (bangsa Indonesia). Itulah cerminan dari rumah besar bangsa Indonesia
yang kita tempati bersama. Ada pondasi bernama Pancasila, ada tiang bernama UUD 1945, ada atap
bernama NKRI dan ada penguin yakni Bhinneka Tunggal Ika. Semua bagian itu penting dan saling mengisi
dengan satu tujuan yakni menciptakan bangsa yang maju, sejahtera dan beradab

Anda mungkin juga menyukai