Geologi Indonesia CEKUNGAN SUMATRA BAGIA
Geologi Indonesia CEKUNGAN SUMATRA BAGIA
GEOLOGI INDONESIA
CEKUNGAN SUMATRA SELATAN
Disusun untuk melengkapi tugas terstruktur pada mata kuliah Geomorfologi Indonesia.
Disusun oleh:
Muhammad Afit (1201589)
Ramadhani Putri (1201552)
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
GEOGRAFI NK
Universitas Negeri Padang
2013
Kata Pengantar
Hanya oleh kurnia Tuhan Yang Maha Esa, kami bisa menyelesaikan penulisan tugas ini,
maka puji dan syukur kehadirat-Nya.
Makalah ini disusun dengan tujuan utama membantu mahasiswa Geografi NK 2012 untuk
lebih mudah memahami tentang Geologi Sumatra Selatan
Penulis menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu
keritik, masukan dan saran pembaca sangat kami harapkan.
Daftar Isi
Kata Pengantar........................................................................................................ i
Daftar Isi................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan Makalah............................................................................................. 2
BAB II
GEOLOGI INDONESIA
CEKUNGAN SUMATRA SELATAN
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................... 15
B. Saran.............................................................................................................. 15
Daftar Pustaka......................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wilayah Nusantara dikenal mempunyai 62 cekungan yang diisi oleh batuan sedimen berumur
Tersier. Sekitar 40 % dari seluruh cekungan berada di daratan (onshore). Ke 62 cekungan
tersebut tersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan
Papua. Cekungan berumur Pratersier kebanyakan ditemukan di wilayah Indonesia Bagian Timur,
dan kebanyakan sulit ditarik batasnya dengan cekungan berumur Tersier, karena umumnya
ditindih (overlain) oleh cekungan berumur Tersier.
Hampir semua cekungan batuan sedimen di Indonesia sangat berpotensi mengandung sumber
daya migas, batubara dan serpih minyak (oil shale). Namun, batasan stratigrafi, sedimentologi,
tektonik & struktur maupun dinamika cekungan semua formasi pembawa potensi sumber daya
belum terakomodasi dan tergambar dalam bentuk atlas.
Kerangka tektonik regional Indonesia bagian barat terdiri dari paparan sunda yang stabil,
jalur geosinklin yang terdiri dari busur dalam vulkanic dan busur luar non vulkanic. Busur dalam
vulkanis memanjang dari Sumatera bagian barat sampai Pulau Jawa bagian tengah. Busur non
vulkanic merupakan jalur pulau-pulau disebelah barat Sumatera hingga pegunungan samudera di
selatan Pulau Jawa (Koesoemadinata & Pulonggono, 1975). Cekungan Sumatera Selatan
termasuk pada daerah Indonesia bagian barat, merupakan salah satu cekungan sedimen tersier
yang berada pada zona antara Paparan Sunda dan busur dalam vulkanik.
Sub Cekungan Jambi yang berada di sayap utara Depresi Jambi. Cekungan Sumatera Selatan
dibatasi Daratan Sunda di sebelah timur laut, Tinggian Lampung di sebelah tenggara,
Pegunungan Bukit Barisan disebelah barat daya serta Pegunungan Dua Belas dan Pegunungan
Tiga Puluh di sebelah barat laut. Cekungan Sumatra Selatan dibagi menjadi dua sub cekungan
utama, antara lain :
Sub Cekungan Palembang
Sub Cekungan Jambi
B. Rumusan Masalah
Makalah ini mengulas tentang:
Cekungan Sumatra Bagian Selatan secara Umum
Stratigrafi Regional Cekungan Sumatra Bagian Selatan
C. Tujuan Makalah
Mengulas tentang geologi cekungan Sumatra Selatan
Mempermudah Mahasiswa Geografi NK 2012 mempelajari kondisi geologi Sumatra Selatan.
BAB II
GEOLOGI INDONESIA
CEKUNGAN SUMATRA SELATAN
Menurut Salim et al. (1995), Cekungan Sumatera Selatan terbentuk selama Awal Tersier
(Eosen – Oligosen) ketika rangkaian (seri) graben berkembang sebagai reaksi sistem penunjaman
menyudut antara lempeng Samudra India di bawah lempeng Benua Asia. Menurut De Coster,
1974 (dalam Salim, 1995), diperkirakan telah terjadi 3 episode orogenesa yang membentuk
kerangka struktur daerah Cekungan Sumatera Selatan yaitu orogenesa Mesozoik Tengah,
tektonik Kapur Akhir – Tersier Awal dan Orogenesa Plio – Plistosen.
Episode pertama, endapan – endapan Paleozoik dan Mesozoik termetamorfosa, terlipat dan
terpatahkan menjadi bongkah struktur dan diintrusi oleh batolit granit serta telah membentuk
pola dasar struktur cekungan. Menurut Pulunggono, 1992 (dalam Wisnu dan Nazirman ,1997),
fase ini membentuk sesar berarah barat laut – tenggara yang berupa sesar – sesar geser.
Episode kedua pada Kapur Akhir berupa fase ekstensi menghasilkan gerak – gerak tensional
yang membentuk graben dan horst dengan arah umum utara – selatan. Dikombinasikan dengan
hasil orogenesa Mesozoik dan hasil pelapukan batuan – batuan Pra – Tersier, gerak gerak
tensional ini membentuk struktur tua yang mengontrol pembentukan Formasi Pra – Talang Akar.
Episode ketiga berupa fase kompresi pada Plio – Plistosen yang menyebabkan pola
pengendapan berubah menjadi regresi dan berperan dalam pembentukan struktur perlipatan dan
sesar sehingga membentuk konfigurasi geologi sekarang. Pada periode tektonik ini juga terjadi
pengangkatan Pegunungan Bukit Barisan yang menghasilkan sesar mendatar Semangko yang
berkembang sepanjang Pegunungan Bukit Barisan. Pergerakan horisontal yang terjadi mulai
Plistosen Awal sampai sekarang mempengaruhi kondisi Cekungan Sumatera Selatan dan Tengah
sehingga sesar – sesar yang baru terbentuk di daerah ini mempunyai perkembangan hampir
sejajar dengan sesar Semangko. Akibat pergerakan horisontal ini, orogenesa yang terjadi pada
Plio – Plistosen menghasilkan lipatan yang berarah barat laut – tenggara tetapi sesar yang
terbentuk berarah timur laut – barat daya dan barat laut – tenggara. Jenis sesar yang terdapat
pada cekungan ini adalah sesar naik, sesar mendatar dan sesar normal.
Kenampakan struktur yang dominan adalah struktur yang berarah barat laut – tenggara
sebagai hasil orogenesa Plio – Plistosen. Dengan demikian pola struktur yang terjadi dapat
dibedakan atas pola tua yang berarah utara – selatan dan barat laut – tenggara serta pola muda
yang berarah barat laut – tenggara yang sejajar dengan Pulau Sumatera .
Stratigrafi daerah Cekungan Sumatera Selatan telah banyak dibahas oleh para ahli geologi
terdahulu, khususnya yang bekerja dilingkungan perminyakan. Pada awalnya pembahasan dititik
beratkan pada sedimen Tersier, umumnya tidak pernah diterbitkan dan hanya berlaku di
lingkungan sendiri.
Peneliti terdahulu telah menyusun urutan-urutan stratigrafi umum Cekungan Sumatera
Selatan, antara lain : Van Bemmelen (1932), Musper (1937), Marks (1956), Spruyt (1956),
Pulunggono (1969), De Coster 2(1974), Pertamina (1981).
Berdasarkan peneliti-peneliti terdahulu, maka Stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu kelompok batuan Pra-Tersier, kelompok batuan Tersier serta
kelompok batuan Kuarter.
1. Batuan Pra-Tersier
Batuan Pra-Tersier Cekungan Sumatera Selatan merupakan dasar cekungan sedimen Tersier.
Batuan ini diketemukan sebagai batuan beku, batuan metamorf dan batuan sedimen (De Coster,
1974) Westerveld (1941), membagi batuan berumur Paleozoikum (Permokarbon)
berupa slate dan yang berumur Mesozoikum (Yurakapur) berupa seri fasies vulkanik dan seri
fasies laut dalam. Batuan Pra-Tersier ini diperkirakan telah mengalami perlipatan dan patahan
yang intensif pada zaman Kapur Tengah sampai zaman Kapur Akhir dan diintrusi oleh batuan
beku sejak orogenesa Mesozoikum Tengah (De Coster, 1974).
2. Batuan Tersier
Berdasarkan penelitian terdahulu urutan sedimentasi Tersier di Cekungan Sumatera Selatan
dibagi menjadi dua tahap pengendapan, yaitu tahap genang laut dan tahap susut laut. Sedimen-
sedimen yang terbentuk pada tahap genang laut disebut Kelompok Telisa (De Coster, 1974,
Spruyt, 1956), dari umur Eosen Awal hingga Miosen Tengah terdiri atas Formasi Lahat (LAF),
Formasi Talang Akar (TAF), Formasi Baturaja (BRF), dan Formasi Gumai (GUF). Sedangkan
yang terbentuk pada tahap susut laut disebut Kelompok Palembang (Spruyt, 1956) dari umur
Miosen Tengah – Pliosen terdiri atas Formasi Air Benakat (ABF), Formasi Muara Enim (MEF),
dan Formsi Kasai (KAF).
a. Formasi Lahat (LAF)
Menurut Spruyt (1956), Formasi ini terletak secara tidak selaras diatas batuan dasar, yang
terdiri atas lapisan-lapisan tipis tuf andesitik yang secara berangsur berubah keatas menjadi batu
lempung tufan. Selain itu breksi andesit berselingan dengan lava andesit, yang terdapat dibagian
bawah. Batulempung tufan, segarnya berwarna hijau dan lapuknya berwarna ungu sampai merah
keunguan. Menurut De Coster (1973) formasi ini terdiri dari tuf, aglomerat, batulempung,
batupasir tufan, konglomeratan dan breksi yang berumur Eosen Akhir hingga Oligosen Awal.
Formasi ini diendapkan dalam air tawar daratan. Ketebalan dan litologi sangat bervariasi dari
satu tempat ke tempat yang lainnya karena bentuk cekungan yang tidak teratur, selanjutnya pada
umur Eosen hingga Miosen Awal, tejadi kegiatan vulkanik yang menghasilkan andesit
(Westerveld, 1941 vide of side katilli 1941), kegiatan ini mencapai puncaknya pada umur
Oligosen Akhir sedangkan batuannya disebut sebagai batuan “Lava Andesit tua” yang juga
mengintrusi batuan yang diendapkan pada Zaman Tersier Awal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Geologi Cekungan Sumatera Selatan adalah suatu hasil kegiatan tektonik yang berkaitan erat
dengan penunjaman Lempeng Indi-Australia, yang bergerak ke arah utara hingga timurlaut
terhadap Lempeng Eurasia yang relatif diam. Zone penunjaman lempeng meliputi daerah sebelah
barat Pulau Sumatera dan selatan Pulau Jawa.
Terjadi 3 episode orogenesa yang membentuk kerangka struktur daerah Cekungan Sumatera
Selatan yaitu
1. orogenesa Mesozoik Tengah,
2. tektonik Kapur Akhir – Tersier Awal
3. dan Orogenesa Plio – Plistosen.
Cekungan Sumatera Selatan dibagi menjadi dua tahap pengendapan, yaitu tahap genang laut
dan tahap susut laut. Sedimen-sedimen yang terbentuk pada tahap genang laut disebut Kelompok
Telisa
B. Saran
Tentang makalah ini, kami menyarankan agar makalah yang lain dapat lebih sempurna.
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan lebih dan kurangnya kami mohon maaf, dan saran
serta kritikan yang membangun sangat kami harapkan demi kessempurnaan makalah kami di
masa mendatang.