Mungkin Terjadi
.
19Klik
Klik untuk
untuk membagikan
berbagi di Facebook(Membuka
Twitter(Membuka
pada Tumblr(Membuka di di jendela
di jendela
jendela yang yang
yang baru)
baru) baru)19
Klik untuk
Klik untuk berbagi
berbagi di
viaLine
Google+(Membuka
Linkedln(Membuka didijendela
new(Membukadi jendelayang
jendela yangbaru)
yang baru)
baru)
Operasi terkadang menjadi salah satu tindakan medis yang dianggap menakutkan oleh
beberapa orang, jika Anda merasa gugup sebelum prosedur operasi, ini adalah hal yang wajar.
Guna mengatasi rasa stres atau gugup sebelum operasi, aktiflah menanyakan beberapa hal
seputar operasi yang akan Anda jalani kepada dokter bedah sebelum tiba saatnya masuk ke
ruang operasi termasuk komplikasi setelah operasi. Sebelum menanyakan langsung kepada
dokter, ada berbagai masalah komplikasi setelah operasi yang bisa Anda ketahui di artikel ini.
Apa saja komplikasi setelah operasi yang bisa
terjadi?
1. Rasa nyeri karena sayatan pada kulit
Nyeri pasca operasi merupakan hal yang normal dan umum terjadi. Beberapa langkah dapat
diambil untuk meminimalisasi atau meredakannya, namun rasa nyeri pasca operasi dapat
memburuk ketika disertai dengan gejala lainnya, yang bisa jadi adalah komplikasi setelah
operasi yang butuh penanganan medis.
Tidak hanya orang dewasa, anak-anak yang menjalani operasi juga merasakan nyeri yang
sama, dan mereka biasanya akan mengekspresikan rasa nyerinya dengan ucapan seperti
sakit. Penyebab rasa nyeri biasanya datang pada penyayatan pada kulit yang akan
merangsang saraf untuk menghantarkan sinyal rasa nyeri ke otak. Seiring tubuh yang mulai
sembuh, rasa nyeri seharusnya berkurang dan akhirnya hilang sama sekali. Lamanya nyeri
pasca operasi dapat tergantung dari beberapa faktor seperti kondisi kesehatan seseorang,
adanya penyakit lain, dan juga kebiasaan merokok.
Untuk mengatasi rasa nyeri pasca operasi, dokter biasanya sudah meresepkan obat untuk
meringankannya. Beberapa jenis obat yang dapat menghilangkan rasa nyeri, antara lain,
asetaminophen, nonsteroidal anti-inflammatory medications (NSAID),
seperti ibuprofen dan naproxen.
Banyak orang yang tidak mau mengonsumsi obat anti nyeri yang diresepkan oleh dokter
dengan alasan takut ketagihan. Sebenarnya ketagihan obat anti nyeri sangat jarang terjadi.
Bahkan terkadang, tidak menggunakan obat anti nyerilah yang berbahaya.
Nyeri yang hebat terkadang membuat seseorang susah mengambil napas dalam dan
meningkatkan risiko pneumonia. Nyeri juga dapat membuat seseorang sulit melakukan
pekerjaan sehari-hari, seperti berjalan, makan dan tidur. Padahal gizi dan istirahat yang cukup
sangat diperlukan dalam mempercepat proses kesembuhan luka akibat operasi.
2. Efek samping obat bius yang bisa menyebabkan mual dan muntah
Apa yang terjadi jika para ahli di bidang kesehatan tidak menemukan obat bius? Pastinya, kita
akan mendengar jeritan kesakitan para pasien dari balik pintu ruang medis. Dalam bidang
kesehatan, pembiusan disebut dengan anestesi, yang berarti ‘tanpa sensasi’.
Tujuan obat bius adalah membuat mati rasa area tubuh tertentu atau bahkan membuat Anda
tidak sadarkan diri (tertidur). Dengan mengaplikasikan obat bius, dokter bisa leluasa melakukan
tindakan medis yang melibatkan peralatan tajam dan bagian tubuh tanpa menyakiti Anda.
Obat bius mungkin menimbulkan efek samping yang membuat Anda tidak nyaman seperti mual,
muntah, gatal, pusing, memar, sulit buang air kecil, merasa kedinginan dan menggigil. Biasanya
efek-efek tersebut tidak belangsung lama. Selain efek samping, komplikasi setelah operasi
karena obat bius ini mungkin saja bisa terjadi. Berikut beberapa hal buruk, meski jarang terjadi,
yang mungkin menimpa Anda:
Reaksi alergi terhadap obat bius.
Kerusakan saraf permanen.
Pneumonia.
Kebutaan.
Meninggal.
Risiko terkena efek samping dan komplikasi bergantung pada jenis obat bius yang digunakan,
usia, kondisi kesehatan, dan bagaimana tubuh Anda merespons obat tersebut. Risiko akan
menjadi lebih tinggi jika Anda memiliki gaya hidup yang tidak sehat (merokok, mengonsumsi
alkohol dan narkoba), dan kelebihan berat badan.
Untuk mencegah hal itu terjadi, ada baiknya Anda mengikuti semua prosedur yang disarankan
dokter sebelum menjalani pembiusan seperti pola asupan. Dokter Anda mungkin akan meminta
Anda berhenti makan di atas jam 12 malam. Pengonsumsian obat-obat herbal atau vitamin
sebaiknya dihentikan setidaknya tujuh hari sebelum tindakan medis dilakukan.
Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan
sakit. Infeksi pasca operasi adalah infeksi dari luka yang didapat setelah operasi. Dapat terjadi
diantara 30 hari setelah operasi, biasanya terjadi antara 5 sampai 10 hari setelah operasi.
Infeksi luka operasi ini dapat terjadi pada luka yang tertutup maupun pada luka yang terbuka.
Infeksi dapat terjadi pada jaringan superfisial (yang dekat dengan kulit) ataupun pada jaringan
yang lebih dalam. Pada kasus yang serius, infeksi pasca operasi dapat mengenai organ tubuh.
Infeksi pada luka operasi membutuhkan perhatian khusus oleh tenaga medis secara langsung
karena infeksi dapat sangat berbahaya bila menyebar dan mengenai organ yang vital. Berikut
gejala infeksi luka operasi:
Terdapat nanah, darah atau cairan yang keluar dari luka operasi
Terdapat rasa nyeri, bengkak, memerah, menghangat dan demam
Luka operasi yang tidak kunjung sembuh atau mengering
Bila luka operasi Anda memiliki gejala di atas, sebaiknya Anda segera memeriksakan diri ke
dokter yang merawat Anda agar mendapat penanganan yang tepat sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan Anda.
Luka operasi yang terinfeksi memerlukan evaluasi dan dapat dilakukan prosedur membuka
jahitan operasi untuk membersihkan daerah yang luka. Penanganan yang paling utama pada
infeksi luka operasi adalah memastikan infeksi sudah dibersihkan, kemudian diberikan
pengobatan antibiotik secara suntik, minum maupun oles.
Biasanya wanita lebih sering mengalami penggumpalan di pembuluh darah sebagai komplikasi
setelah operasi, terutama di bagian kaki, setelah melahirkan secara caesar. Sebuah penelitian
menyimpulkan bahwa adanya hubungan operasi caesar dengan risiko peningkatan
tromboemboli vena (VTE) atau pembekuan darah dalam sirkulasi di pembuluh darah.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal CHEST, menemukan bahwa C-section membawa risiko
VTE lebih besar empat kali lipat dibanding persalinan normal. C-section menjadi faktor adanya
peningkatan troboemboli vena (VTE)setelah melahirkan dan penggumpalan darah ini terjadi
dari 1.000 operasi cesar (C-section). Wanita hamil lebih rentan terhadap VTE karena berbagai
faktor, termasuk stasis vena dan trauma terkait dengan persalinan.
Masa setelah melahirkan, wanita yang melahirkan dengan cara operasi caesar berisiko
menderita pembekuan darah (koagulasi) lebih besar dibandingkan proses persalinan normal.
Persalinan caesar membutuhkan waktu pemulihan lebih lama dibanding persalinan normal.
PERSIAPAN ANASTESI
SEBELUM OPERASI
04 WednesdayJUL 2012
POSTED BY SIKKABOLA IN UNCATEGORIZED
≈ LEAVE A COMMENT
PERSIAPAN PREOPERASI / PREANESTESI (PRE-OP VISIT)
Tujuan :
1. mengenal pasien, mengetahui masalah saat ini, mengetahui riwayat penyakit dahulu
serta keadaan / masalah yang mungkin menyertai pada saat ini.
4. informed consent
3. Indikasi / kontraindikasi
5. Obat-obatan yang pernah / sedang / akan diberikan untuk masalah saat ini yang kemungkinan
dapat berinteraksi dengan obat / prosedur anestesi
Pemeriksaan Pasien
Anatomi
7 vertebra servkalis
12 vertebra torakalis
5 vertebra lumbal
Prosesus spinosus C2 teraba langsung di bawah oksipital. Prosesus spinosus C7 menonjol dan
disebut sebagai vertebra prominens.
Garis lurus yang menghubungkan kedua krista iliaka tertinggi akan memotong prosesus spinosus
vertebra L4 atau L4-L5.
Peredaran darah
Anestesi Spinal
Anestesi spinal merupakan teknik anestesi regional yang baik untuk tindakan-tindakan bedah,
obstetrik, operasi operasi bagian bawah abdomen dan ekstremitas bawah. Teknik ini baik sekali
bagi penderita-penderita yang mempunyai kelainan paru-paru, diabetes mellitus, penyakit hati
yang difus dan kegagalan fungsi ginjal, sehubungan dengan gangguan metabolisme dan ekskresi
dari obat-obatan.
Bagian motoris dan proprioseptis paling tahan terhadap blokade ini dan yang paling dulu
berfungsi kembali. Sedangkan saraf otonom paling mudah terblokir dan paling belakang
berfungsi kembali. Tingginya blokade saraf untuk otonom dua dermatome lebih tinggi daripada
sensoris, sedangkan untuk motoris dua-tiga segemen lebih bawah. Secara anatomis dipilih
segemen L2 ke bawah pada penusukan oleh karena ujung bawah daripada medula spinalis
setinggi L2 dan ruang interegmental lumbal ini relatif lebih lebar dan lebih datar dibandingkan
dengan segmen-segmen lainnya. Lokasi interspace ini dicari dengan menghubungkan krista
iliaka kiri dan kanan. Maka titik pertemuan dengan segmen lumbal merupakan processus
spinosus L4 atau L4-L5 interspace.
Kulit
Subkutis
Ligamentum supraspinosum
Ligamentum interspinosum
Ligamentum flavum
Ruang epidural
Duramater
Ruang subaraknoid
Pada orang tua biasanya terjadi kalsifikasi ligamentum teratas, sehingga menyulitkan penusukan.
Untuk mengatasi hal ini, kita sarankan penusukan paramedian, dimana jarum hanya melalui otot
dan fascia kemudian ligamentum flavum.
Midline approach yaitu apabila kita menusukkan jarum tepat di garis yang menghubungkan
processus spinosus satu dengan yang lainnya, pada sudut 800 dengan punggung.
Sedangkan Paramedian
approach penusukan 1 jari lateral dari garis jarum diarahkan ke titik tengah pada garis median
dengan sudut sama dengan midline
approach.
Pada penusukan mungkin yang keluar bukan liquor tapi darah, sebab di bagian anterior maupun
posterior medulla spinalis terdapat sistim arteri dan vena. Apabila setelah 1 menit liquor yang
keluar masih belum jernih sebaiknya jarum dipindahkan ke segmen yang lain. Bila liquor tidak
jernih, sebaiknya anestesi spinal ini ditunda dan dilakukan analisa dari liquor. Adapun jarum
yang dipakai paling besar ukuran 22, kalau mungkin pakai jarum 23 atau 25. Makin kecil jarum
yang kita pakai, makin kecil kemungkinan terjadinya sakit kepala sesudah anestesi (post spinal
headache). Obat spinal anestesi yang paling menonjol adalah tetrakain dan dibukain, yang
mempunyai efek kuat dan kerjanya lebih lama.
Tingginya segemen yang dipilih pada penusukkan, makin ke arah kranial makin tinggi.
Indikasi :
2. Bedah panggul.
4. Bedah obstetri-ginekologi.
5. Bedah urologi.
Kontraindikasi Absolut :
1. Pasien menolak.
Kontraindikasi Relatif :
1. Infeksi sistemik.
3. Kelainan neurologis.
4. Kelainan psikis.
5. Bedah lama.
6. Penyakit jantung.
7. Hipovolemia ringan.
3. Jarum spinal
Jarum spinal dengan ujung tajam ( Quincke-Babcock) atau jarum spinal dengan ujung pensil
( Pencil Point, Whitecare ).
Kepala memakai bantal dengan dagu menempel ke dada, kedua tangan memegang kaki yang
ditekuk sedemikian rupa sehingga lutut dekat ke perut penderita.
L3 – 4 interspace ditandai, biasanya agak susah oleh karena adanya edema jaringan.
Skin preparation dengan betadin seluas mungkin. Sebelum penusukan betadin yang ada
dibersihkan dahulu.
Kalau liquor sudah ke luar lancar dan jernih, disuntikan xylocain 5% sebanyak 1,25 – 1,5 cc.
Penderita diletakan terlentang, dengan bokong kanan diberi bantal sehingga perut penderita
agak miring ke kiri, tanpa posisi Trendelenburg.
Tensi penderita diukur tiap 2 – 3 menit selama 15 menit pertama, selanjutnya tiap 15 menit.
Apabila tensi turun dibawah 100 mmHg atau turun lebih dari 20 mmHg dibanding semula,
efedrin diberikan 10 – 15 mgl.V.
Sakit kepala 90% timbul dalam 3 hari pertama pasca operasi. Lokalisasinya 50% di bagian
frontal, 25% oksipital dan sisanya menyeluruh. Penyebab sakit kepala ini adalah adanya
kebocoran liquor cerebrospinal pada bekas tempat penusukan, sehingga otak kekurangan cairan
penyangga. Nyeri terasa apabila penderita duduk atau berdiri dan berkurang bila terlentang.
Pencegahan :
Tidur posisi terlentang selama ± 24 jam pasca operasi akan mengurangi tekanan liquor
cerebrospinal di daerah penusukkan, sehingga mengurangi kebocoran.
Apabila diperlukan, dapat diberikan epidural patch dengan menyuntikkan darah sendiri
sebanyak 10 cc. Hal ini akan menutup lubang duramater dan menghilangkan kebocoran
liquor.
Persiapan Kulit
a. Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut. Pencukuran
dilakukan pada waktu malam menjelang operasi. Rambut pubis
dicukur bila perlu saja, lemak dan kotoran harus terbebas dari daerah
kulit yang akan dioperasi. Luas daerah yang dicukur sekurang-
kurangnya 10-20 cm2
b. Pencukuran menggunakan pisau cukur searah dengan rambut
kemudian dicuci dengan sabun sampai bersih.
c. Setelah dilakukan pencukuran, pasien dimandikan dan dikenakan
pakaian khusus dan memakai tutup kepala.
Kebersihan Mulut
a. Mulut harus dibersihkan dan gigi harus disikat
b. Gigi palsu harus dilepas dan disimpan
Hasil Pemeriksaan
a. Dilakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh dengan hasil
pemeriksaan fisik oleh dokter ruangan dan atau dokter konsulen
RSJRW menunjukkan kondisi dalam batas tolerans
b. Dokter Ruangan dan atau dokter konsulen penyakit dalam dan atau
dokter konsulen anestesi dan atau dokter konsulen lainnya
menyatakan pasien dapat dioperasi
c. Pemeriksaan penunjang laboratorium, foto roentgen, ECG, USG
dan lain-lain.
d. Persetujuan Operasi / Informed Consent
e. Izin tertulis dari pasien / keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa
didapat dari keluarga dekat yaitu suami / istri, anak tertua, orang tua
dan kelurga terdekat.
f. Pada kasus gawat darurat ahli bedah mempunyai wewenang untuk
melaksanakan operasi tanpa surat izin tertulis dari pasien atau
keluarga, setelah dilakukan berbagai usaha untuk mendapat kontak
dengan anggota keluarga pada sisa waktu yang masih mungkin
g. Diberikan antibiotik perioperatif sesuai petunjuk dokter
B. Persiapan mental
a. Pasien harus memahami maksud dan tujuan operasi serta resiko
yang harus dihadapi dalam menjalani operasi ini. Lakukan Informed
Consent sesuai prosedur.
b. Pasien di tenangkan dan diberi penyuluhan yang baik agar tegar
menghadapi tindakan operasi yang akna dijalaninya. Pasien diminta
untuk berdoa menurut keyakinannya masing-masing.
c. Keluarga pasien diminta selalu mendampingi dan mendukung
secara moril.
Unit Terkait 1. Unit Rekam Medik
2. Bidang Perawatan
3. Kelompok Kerja Fungsional Keperawatan
10. Referensi : Standar Prosedur Operasional Untuk Rumah sakit
Presentasi berjudul: "KONSEP KEPERAWATAN PERIOPERATIF"—
Transcript presentasi:
1 KONSEP KEPERAWATAN PERIOPERATIF
Ani Sutriningsih
5 Fase pre operatifDimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi bedah dan diakhiri
ketika pasien dikirim ke meja operasiPeran perawat :penetapan pengkajian dasar pasien di tatanan
klinik ataupun rumah, wawancara pra operatif dan menyiapkan pasien untuk anestesi yang diberikan
dan pembedahan.
10 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium (lab. Rutin, kimia fungsi liver, ginjal dll).Mengidap radiologi bila indikasi
dan pemeriksaan diagnostik seperti rontgen foto thorax, abdomen, USG, CT-scan, MRI, BNO-IVP,
Renogram, EKG, EEC, dan lain-lain.
11 Persiapan Status Anastesi
Klasifikasi pasien pre op menurut ASA (American Society of Anesthisiologi) :ASA I : Pasien dalam
keadaan sehat yang memerlukan operasiASA II : Pasien dengan kelainan sistemik ringan/sedang
baik oleh karena peny bedah atau dengan peny lainnya.ASA III : Pasien dengan gangguan sistemik
berat yang diakibatkan oleh karena berbagai penyebab = APP perforasi dengan iskemic
13 Informed ConsentSangat penting oleh karena terkait dengan aspek hukum, tanggung jawab,
tanggung gugat, harus mengerti, menyadari bahwa tindakan medis itu besar/kecil mempunyai
resiko, maka harus menerima dari semua pihak, baik pihak keluarga ataupun pihak RS (tim bedah).
14 Persiapan mental/psikis
Membantu pasien untuk mengetahui tindakan-tindakan yang dialami pasienMemberikan penjelasan
lebih dulu, sebelum setiap tindakan operasiMemberi kesempatan pada klien dan keluarga untuk
menanyakan tentang segala prosedur yang ada.Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian
obat-obatan premedikasi, medikasi dan untuk tindakan pasca bedah.
15 Fase intra operatifDimulai ketikan pasien masuk/pindah ke instansi bedah dan berakhir dan
pasien dipindahkan ke ruang pemulihanPeran perawat :pemasangan IV cath, pemberian medikasi,
intravensi, melakukan pemantauan kondisi fisiologi yang menyeluruh sepanjang prosedur
pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.
17 Prinsip-prinsip umum…
Prinsip asepsis pasienKebersihan pasienDesinfeksi lapangan operasiTindakan drappingPrinsip
asepsis instrumensterilisasi alat, mempertahankan kesterilan alat pada saat pembedahan yang
digunakan teknik-teknik tertentu tanpa singgung dan menjaga agar tidak bersinggungan dengan
benda-benda non steril.
18 Gowning
19 Gloving
25 Posisi operasi
26 Monitoring fisiologis
Melakukan balance cairanMemantau kondisi kardiopulmonalPemantauan terhadap tanda-tanda vital
(vital sign)
27 Monitoring psikologis
Memberikan dukungan emosional pada pasienBerdiri di dekat klien dan memberikan sentuhan
selama prosedur indikasi.Mengkaji status emosional klienMengkomunikasikan status emosional
klien jika ada perubahan
31 Scrub Nurse
32 Ahli Anastesi
33 Circulating Nurse
34 TUGAS TIM OPERASIPerawat Steril bertugas : 1. Mempersiapkan pengadaan alat dan bahan
yg diperlukan utk op. 2. Memantu ahli bedah dan asisten selama prosedur bedah 3. Membantu
persiapan pelaks alat yg dibutuhkan : jarum, pisau bedah, kassa dan instrumen utk op
36 Post operasiDimulai masuknya pasien ke ruang pemulihan (recovery room) dan berakhir
dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik rumah.Peran perawat :fokus pengkajian efek
anestesi, memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi.
38 KLASIFIKASI PEMBEDAHAN
JENISCONTOHKESERIUSANMayorBypass arteri koronerMinorEkstraksi katarak, ekastraksi
gigiURGENSIElektifBedah plastik wajahGawatEksisi tumor ganasDaruratMemperbaiki perforasi
appendiks, mengontrol perdarahan internalTUJUANDiagnostikBiopsi massa payudaraAblatif
(pengangkatan)Pengangkatan appendiksPaliatifDebridemen jaringan nekrotikRekonstruktif (et
causa trauma)Fiksasi internal pada frakturTransplantasi (mengganti)Transplantasi ginjalKonstruktif
(et causa kongenital)Memperbaiki bibir sumbing
39 KAMAR OPERASI
40 KAMAR OPERASI
42 Penjelasan gambarDaerah Aseptik 0:digunakan untuk meletakkan kasa, kain steril, dan perban
dan alat-alat bedah, jaringan yang dibuang juga diletakkan di tempat itu, orang-orang yang
berhubungan dengan pembedahan yaitu ahli bedah, perawat instrumentator berada di daerah
asepsis 0Daerah asepsis 1 & 2: digunakan untuk meletakkan alat-alat anestesi dan alat-alat rontgen
bila ada, orang anestesi juga berada di sini.