Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS DATA GROUND MAGNETIC DAN INDUCED POLARIZATION

UNTUK MENDELINEASI ZONA MINERALISASI AU PADA TIPE


ENDAPAN EPITHERMAL LOW SULFIDATION DI KECAMATAN KOKAP,
KABUPATEN KULON PROGO

Muhammad Sidiq1*, Muhammad Zaki1, Tito Waluyo Jiwandono1


1Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, Jl. SWK 104 Condongcatur, Yogyakarta (55283)
*) Email: sidiqmuhammad955@yahoo.com

ABSTRAK
Aktifitas magmatisme yang terjadi pada masa Oligosen hingga Miosen di daerah Kulon Progo telah
mengakibatkan terbentuknya zona mineralisasi yang berpotensi untuk menghasilkan mineral bijih
berupa emas (Au). Alterasi hidrotermal yang terjadi mengakibatkan adanya kontras sifat fisik berupa
kemagnetan, resistivitas, dan chargeability pada batuan teralterasi terhadap batuan disekitarnya dan
memungkinkan dilakukannya survei geofisika menggunakan metode groundmagnetic dan induced
polarization (IP) untuk mendelineasi zona yang diduga menjadi tempat utama pengendapan emas.
Akuisisi data ground magnetic telah dilakukan pada area dengan luasan sekitar 1,8 km x 1,7 km dan
untuk akuisisi data IP dilakukan pada empat lintasan dengan panjang 120 dan 90 meter. Analisis data
ground magnetic memperlihatkan adanya respon kemagnetan sangat rendah yang menunjukkan adanya
proses silisifikasi dan penghancuran magnetit yang menjadi asosiasi tipe endapan emas epithermal.
Sementara itu, hasil analisis pada data IP memperlihatkan adanya konsentrasi mineral sulfida yang
ditunjukkan melalui nilai chargeability yang tinggi. Kehadiran mineral sulfida yang teramati pada
penampang IP diinterpretasi sebagai zona yang prospek untuk dieksploitasi. Integrasi antara survei
ground magnetic dan induced polarization memberikan hasil bahwa mineralisasi emas cenderung
terjadi di sekitar struktur pada daerah penelitian yang ditandai dengan respon magnetik yang rendah dan
resistivitas serta chargeability yang tinggi.

Kata Kunci: Alterasi Hidrotermal, Penghancuran Magnetit, Mineral Sulfida

ABSTRACT
Magmatism process that occurred during the Oligocene to Miocene period in Kulon Progo area have
resulted in the formation of mineralized zones that have the potential to produce ore minerals, especially
gold (Au). Hydrothermal alteration created a contrast of physical properties such as magnetism,
resistivity, and chargeability in the altered rocks to the surrounding and allows a geophysical survey to
be employed using groundmagnetic and induced polarization (IP) method to delineate zones that are
thought to be the main places for gold deposit. Ground magnetic data acquisition is carried out in an
area of about 1.8 km x 1.7 km and IP data acquisition carried out on four lines with 120 and 90 meters
long. Ground magnetic data analysis shows a very low magnetic response that indicates the existence
of a magnetite destruction and silicification process which associated with epithermal gold deposit.
Furthermore, the results of IP data analysis shows the presence of sulfide mineral concentration
indicated by high chargeability values. The presence of sulphide minerals observed in the IP sections
was interpreted as the prospect zone for exploitation. The integration of ground magnetic and induced
polarization survey shows that gold mineralization in the study area tends to occur by the structure,
characterized by low magnetic response and high resistivity and chargeability.

Keywords: Hydrotermal Alteration, Magnetite Destruction, Sulfide Minerals

1
PENDAHULUAN GEOLOGI UMUM
Lokasi penelitian terletak di Dusun Geomorfologi
Sangon dan Plampang, Kecamatan Berdasarkan hasil penelitian yang
Kokap, Kabupaten Kulon Progo. dilakukan oleh Harjanto (2008), daerah
Lithologi daerah penelitian tersusun Kulon Progo dapat dibagi menjadi
atas batuan andesit yang diintrusi oleh empat satuan geomorfologi, yaitu :
mikro diorit yang menyebabkan satuan bukit terisolir, satuan perbukitan
terjadinya proses alterasi hidrotermal volkanik terdenudasi, satuan
pada daerah penelitian, serta intrusi perbukitan homoklin, dan satuan
dasit yang membawa mineralisasi bijih. endapan alluvial. Wilayah penelitian
Perubahan sifat fisik seperti sendiri termasuk ke dalam satuan
kemagnetan, chargeability, dan perbukitan terisolir dengan elevasi
resistivitas yang diakibatkan oleh antara 100 – 400 meter. Batuan yang
alterasi terhadap batuan disekitarnya menjadi penyusun morfologi tersebut
memungkinkan dilakukannya survei adalah intrusi mikro diorit, andesit, dan
geofisika untuk mengetahui lebih lava dasit.
lanjut bagaimana mineralisasi di bawah
permukaan. Survei geomagnetik Stratigrafi
dilakukan pada daerah penelitian untuk Daerah Kulon Progo secara umum
mendelineasi zona mineralisasi yang dapat dibagi menjadi beberapa urutan
cenderung terbentuk di zona struktur stratigrafi, dari tua ke muda yaitu:
dan berkaitan dengan proses silisifikasi. Formasi Nanggulan, Formasi Andesit
Penyelidikan zona mineralisasi juga Tua, Formasi Jonggrangan, Formasi
dilakukan melalui survei Induced Sentolo, dan Endapan Alluvial.
polarization dalam domain waktu yang Pengamatan yang dilakukan pada
bertujuan untuk menguji hasil delineasi daerah penelitian memperlihatkan
yang dilakukan melalui data ground temuan berupa lava andesit, breksi dan
magnetic. mikro diorit yang terkekarkan. Lava
andesit dan breksi yang ditemui di
lokasi penelitian merupakan produk

2
volkanik gunung ijo yang sebagian terjadi pada batuan andesit.
telah mengalami argilitisasi dan Mineralisasi di daerah penelitian
kloritisasi dan berumur Oligosen Akhir. umumnya terjadi pada urat kuarsa,
Sementara itu, mikro diorit pada daerah batuan dinding, dan batuan disekitar
penelitian merupakan suatu intrusi intrusi, dimana kandungan emas
yang menerobos endapan volkanik tertinggi berada pada urat kuarsa yang
gunung Ijo dan berumur Miosen Akhir. mengisi kekar pada batuan di sekitar
Intrusi mikro diorit tersebut merupakan struktur mayor. Keterdapatan emas di
produk volkanik Gunung Telu yang lapangan muncul dalam bentuk kristal
sebagian telah mengalami ubahan sangat halus atau elektrum dan disertai
serisit dan klorit (Harjanto, 2008). oleh mineral-mineral sulfida seperti
pirit, kalkopirit, sfalerit, bornit, dan
Alterasi dan Mineralisasi galena (Harjanto, 2008).
Proses magmatisme yang terjadi
pada daerah Kulon Progo telah
mengakibatkan terbentuknya zona
alterasi pada daerah penelitian. Alterasi
hidrotermal merupakan proses
perubahan tekstur, susunan kimia, dan
Gambar 1. Kenampakan urat-urat kuarsa
juga komposisi mineral akibat adanya di lapangan pada andesit dan juga breksi.
interaksi antara fluida hidrotermal dan
Menurut Harjanto (2008), tipe
batuan yang dilewatinya. Menurut
endapan pada area penelitian
Lowell dan Gillbert (1970), zona
merupakan epithermal low sulfidation.
ubahan dari dalam ke luar dapat dibagi
Hal tersebut didasari oleh hasil analisis
menjadi empat bagian, yaitu: zona
unsur-unsur logam dasar pada contoh
potasik, zona filik, zona argilik, dan
batuan yang berasosiasi dengan zona
zona propilitik. Survei geologi
ubahan filik, propilitik, argilik, serta
langsung yang dilakukan di daerah
adanya mineral zeolit, barit,
penelitian memperlihatkan adanya zona
molibdenit, dan magnetit. Irvine dan
ubahan filik dan juga propilitik yang
Smith (1990) menyatakan bahwa

3
alterasi hidrotermal pada sistem koreksi kemudian diolah lebih lanjut
epithermal akan menghancurkan pada software Oasis Montaj untuk
mineral magnetit, sehingga akan memperlihatkan bagaimana persebaran
menghasilkan anomali magnetik yang nilai kemagnetan batuan pada area
cenderung rendah. penelitian.
Akuisisi data induced polarization
dilakukan pada empat lintasan dengan
panjang 120 meter pada lintasan 1-3
dan 90 meter pada lintasan 4. Pemilihan
lokasi lintasan IP didasari oleh
beberapa hal, seperti topografi,
vegetasi, dan juga hasil interpretasi data
magnetik. Pengolahan data IP
dilakukan menggunakan software
Res2Dinv untuk memperoleh nilai
Gambar 2. Model endapan epithermal
low sulfidation diambil dari Kermode.com resistivitas dan chargeability yang
yang diadopsi dari Buchanan (1981) sebenarnya melalui proses inversi.

METODE PENELITIAN Hasil inversi kemudian diolah lebih


lanjut dengan software Surfer untuk
Survei ground magnetic dilakukan
menampilkan penampang resistivitas
pada area seluas 1,8 x 1,7 km yang
dan chargeability.
termasuk ke dalam wilayah Dusun
Sangon dan Plampang. Akuisisi data HASIL DAN DISKUSI
magnetik dilakukan dengan teknik Metode Ground Magnetic
Base-Roover dan menggunakan Pengamatan pada peta TMI
instrumen Geometrics G-857. Data memperlihatkan adanya nilai
magnetik hasil akuisisi diolah untuk kemagnetan tinggi antara 500-800 nT
memperoleh nilai kuat medan magnet yang cenderung terkonsentrasi pada sisi
batuan di area survei dengan cara selatan dan juga barat daya area
melakukan koreksi harian dan juga penelitian. Sementara itu, pada sisi
koreksi medan magnet bumi. Data hasil

4
barat laut daerah penelitian dapat
terlihat adanya nilai kemagnetan yang
sangat rendah dengan rentang antara
150 nT hingga -190 nT, dimana nilai
tersebut merupakan suatu anomali
mengingat lokasi survei berada pada
lingkungan volkanik dengan lithologi
berupa andesit.
Gambar 4. Peta RTP daerah Penelitian

Survei lapangan pada anomali rendah


tersebut memberikan temuan berupa
keberadaan tambang emas warga yang
masih aktif, dimana hal tersebut
membuktikan bahwa terdapat
mineralisasi emas pada zona ini.
Sampel batuan yang diambil dari
Gambar 3. Peta TMI daerah penelitian tambang memperlihatkan bahwa
Upaya untuk menghasilkan batuan telah mengalami ubahan berupa
interpretasi yang lebih akurat dilakukan silisifikasi dan ditemukannya mineral-
melalui proses reduce to pole (RTP) mineral berupa pirit, galena, dan
dengan tujuan untuk memposisikan magnetit yang sebagian telah terubah
anomali tepat berada di atas tubuh menjadi hematit. Sementara itu, lokasi
magnet yang menghasilkannya. Pada lain yang diduga menjadi tempat
peta RTP terlihat bahwa adanya pengendapan utama mineral berada
anomali rendah yang dikelilingi oleh pada sisi barat, barat laut, dan utara
nilai kemagnetan tinggi pada sisi daerah penelitian yang memiliki nilai
Selatan daerah penelitian. Anomali anomali magnetik sangat rendah.
tersebut diduga sebagai akibat proses Lokasi tersebut diduga mengalami
penghancuran mineral magnetit pada proses silisifikasi yang cukup kuat
saat alterasi hidrotermal terjadi. sehingga mengakibatkan nilai

5
kemagnetannya jatuh sangat jauh dari
batuan asalnya yang merupakan
andesit. Interpretasi tersebut didasari
oleh adanya struktur mayor yang
berada didekat anomali tersebut,
dimana hal ini memungkinkan fluida
hidrotermal untuk bersirkulasi,
mengalterasi, dan mengendapkan
Gambar 5. Peta Analytic Signal daerah
mineral-mineral yang dikandungnya.
penelitian
Filter analytic signal digunakan
Metode IP
terhadap peta RTP untuk mengetahui
Survei Induced Polarization pada
lebih jauh lagi bagaimana persebaran
daerah penelitian dilakukan untuk
struktur pada daerah penelitian yang
menguji hasil interpretasi data
merupakan pengontrol utama dalam
magnetik yang telah dilakukan
sistem endapan emas epithermal.
sebelumnya. Akuisisi data dilakukan
Penggunaan filter analytic signal
pada empat lintasan dengan
ditujukan untuk mengetahui struktur
kecenderungan arah lintasan Utara-
minor yang pada awalnya tidak tampak
Selatan dan berlokasi di dekat salah
di peta RTP. Pada peta analytic signal
satu struktur hasil interpretasi peta
dapat teramati adanya pola anomali
analytic signal.
menerus yang memotong nilai
kemagnetan tinggi, dimana hal ini
diinterpretasi sebagai struktur yang ada
pada lokasi penelitian. Struktur hasil
interpretasi cenderung terkonsentrasi pada
area di sekitar sesar mayor geologi,
sehingga dapat dikatakan bahwa sisi barat
daerah penelitian memiliki prospek yang
tinggi untuk menghasilkan mineral-
mineral bijih. Gambar 6. Penampang Resistivitas dan
Chargeability Lintasan 1

6
Pengamatan pada penampang hal ini akibat konsentrasi silika dan
lintasan 1 memperlihatkan adanya mineral sulfida yang lebih tinggi.
anomali dengan nilai resistivitas dan Keberadaan struktur pada lintasan 2
chargeability yang cukup tinggi pada dapat terlihat pada offset 70 meter yang
offset 60–80 meter dengan kedalaman berada tepat disisi selatan zona
13 meter, dimana hal tersebut prospek.
menunjukkan kemungkinan adanya
konsentrasi silika dan mineral-mineral
sulfida yang merupakan asosiasi emas
pada area penelitian. Jika diamati lebih
lanjut, terlihat bahwa kontur
chargeability tinggi cenderung tidak
begitu sesuai terhadap kontur
resistivitasnya. Hal tersebut
Gambar 7. Penampang Resistivitas dan
dikarenakan mineralisasi sulfida
Chargeability Lintasan 2
cenderung tersebar pada batuan dinding
Analisis pada penampang lintasan 3
yang berada disekitar rekahan. Analisis
juga memperlihatkan hasil yang sama
pada penampang lintasan 1 juga
dengan dua lintasan sebelumnya, yaitu
memperlihatkan kemungkinan adanya
adanya kontur anomali dengan nilai
struktur pada offset 25 meter yang
resistivitas dan chargeability yang
ditandai dengan nilai resistivitas rendah
cukup tinggi. Zona prospek pada
yang menerus.
lintasan 3 berada pada offset 60-80
Pada Lintasan 2 zona yang diduga
meter dengan kedalaman 10 meter.
mengandung mineral-mineral bijih
Keberadaan struktur pada lintasan 3
diinterpretasikan berada pada offset 80–
teridentifikasi berada pada offset 65
100 meter dengan kedalaman sekitar 10
meter dengan posisi yang cenderung
meter. Pengamatan pada nilai
berdekatan dengan zona prospek.
resistivitas dan chargeability
Keberadaan struktur pada ketiga
menunjukkan nilai yang jauh lebih
lintasan yang ada diduga kuat sebagai
tinggi dari lintasan sebelumnya, dimana

7
pengontrol utama terjadinya
mineralisasi pada ketiga lintasan
tersebut.

Gambar 8. Penampang Resistivitas dan Gambar 9. Penampang Resistivitas dan


Chargeability Lintasan 3 Chargeability Lintasan 4

Penampang resistivitas dan


Kesimpulan
chargeability pada lintasan 4 tidak Analisa yang dilakukan terhadap data
memperlihatkan adanya nilai ground magnetic maupun Induced
chargeability yang tinggi dan begitu Polarization memberikan beberapa
pula dengan nilai resistivitasnya, kesimpulan sebagai berikut:
sehingga dapat dikatakan bahwa tidak  Lokasi yang prospek untuk
ditemukan zona prospek pada lintasan menghasilkan endapan mineral bijih

4. Nilai resistivitas yang begitu rendah Au cenderung berada disekitar struktur


utama dan memiliki respon magnetik
pada lintasan 4 sangat tidak lazim untuk
yang rendah.
batuan beku andesit, sehingga
 Posisi yang diduga menjadi tempat
kemungkinan lokasi ini telah
pengendapan utama mineral bijih
mengalami alterasi mineral lempung
tersebar pada sisi selatan, barat, barat
yang umumnya terbentuk cukup jauh laut, dan utara daerah penelitian yang
dari aliran utama fluida panas. Tidak ditandai oleh outline hitam putus-putus
ditemukannya indikasi struktur pada pada peta RTP.
lintasan 4 diduga menjadi penyebab  Zona mineralisasi pada daerah
utama tidak terbentuknya mineralisasi penelitian umumnya dijumpai pada
bijih. kedalaman 10 meter yang ditandai

8
dengan nilai resistivitas dan Mineralization Zoning in Porphyry Ore
chargeability yang tinggi. Deposits. Econ Geol., 65, 373-408

Telford, W.M., Goldart, L.P., dan Sheriff,


Ucapan Terima Kasih R.P. 1976. Applied Geophysics.
Penulis mengucapkan terima kasih banyak Cambridge : Cambridge University Press.

kepada Bapak Agus Harjanto dari


Departemen Teknik Geologi UPN
“Veteran” Yogyakarta yang telah
membantu penulis memahami kondisi
geologi daerah penelitian, sehingga karya
tulis ini dapat diselesaikan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Bateman, A.M. 1981. Mineral Deposit 3rd
edition. Jhon Wiley and Sons: New York.

Buchanan, L.J., 1981. Precious Metal


Deposits Associated with Volcanic
Environments in The Southwest. Arizona
Geological Society Digest.

Corbett, G.J and Leach, T.M.1996.


Southwest Pacific Rim Gold-Popper
System : Structure, Alteration and
Mineralization. USA : Society of
Economic Geologist.

Harjanto, Agus. 2008. Studi Alterasi dan


Mineralisasi Disekitar Gunung Agung,
Kabupaten Kulon Progo, Purworejo.
Unpublished.

Irvine, R.J. and M.J. Smith. 1990.


Geophysical Exploration for Epithermal
Gold Deposits. Amsterdam: Elsevier
Science Publisher.

Lowell, J. D. and Guilbert, J. M. 1970.


Lateral and Vertical Alteration

Anda mungkin juga menyukai