VISI
MISI
1
LEMBAR PENGESAHAN
Telah disetujui
Tanggal :
Oleh : Kelompok 8
SUDARTO S.Kp,MPH
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah yang berjudul “Asuhan keperawatan lansia dengan masalah endokrin ” . Selama
pembuatan makalah pun kami juga mendapat banyak dukungan dan juga bantuan dari berbagai
pihak, maka dari itu kami haturkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Didik Hariyadi SGz. Msi selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Pontianak
2. Ibu Ns. Puspa Wardhani, M.Kep selaku Ketua Prodi D-IV Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Pontianak
3. Sudarto, S.Kp, MPH selaku penanggung jawab mata kuliah Keperawatan Gerontik
yang memberikan bimbingan, saran, dan juga ide.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan oleh karena
itu, penulis mohon maaf dan mengucapkan terima kasih atas kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan rencana pembelajaran semester ini.
Penyusun
Kelompok 8
3
DAFTAR ISI
BAB 1 ............................................................................................................................... 6
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 6
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 7
C. Tujuan ........................................................................................................... 7
D. Manfaat ......................................................................................................... 7
BAB II .............................................................................................................................. 8
PEMBAHASAN........................................................................................................... 8
A. PENGKAJIAN ................................................................................................ 16
BAB IV ........................................................................................................................... 24
PENUTUP .................................................................................................................. 24
A. KESIMPULAN .......................................................................................... 24
B. SARAN ....................................................................................................... 24
4
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 25
5
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Lansia sangat rentan terkena gangguan sistem tubuh, salah satunya gangguan sistem
endokrin. Dimana dari gangguan tersebut bisa menimbulkan penyakit salah satunya berkaitan
dengan hormone, banyak penurunan dan perubahan hormone yang terjadi pada lansia
meskipun itu dalam keadaan fisiologi yang normal. Yang paling sering terjadi sekitar 70 % dari
penurunan hormon ada pada kelenjar pankreas dan kelenjar gonad yang dikaitkan dengan
penyakit DM /Diabetes Mellitus dan BPH. Dan sisanya penyakit yang terkait dengan masing”
hormon tersebut. Pengertian Lansia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun keatas
yang memerlukan perhatiankhusus. Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh
manusia yang memproduksi hormon. Hormon endokrin : Hormon hipofisis anterior Hormon
hipofisis posterior Kelenjar tiroid Kelenjar paratiroid Kelenjar timus Korteks adrenal dan
medulla pankreas Kelenjar gonad (ovarium dan testis)
Diabetes Militus adalah suatu kelompok penyakit metabolic yang di tandai dengan
adanya hiperglikemi akibat kelainan sekresi insuli, kerja insulin mauun keduanya.
Hiperglikemi kronis pada dabetes melitus akan disertai dengan kerusakan, gangguan fungsi
beberapa alat tubuh khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. Diabetes
mellitus disertai oleh gangguan metabolisme hidrat arang, proteun, dan lemak. Walaupun
diabetes mellitus ditemukan gangguan metabolism semua sumber makanan tubuh kita,
kelainan metabolism yang paling utama adalah kelainan metabolism hidraat arang. Oleh karena
itu diagnosis diabetes mellitus selalu berdasarjkan meningginya kadaara glukosa daalam
plasma
Dibetes mellitus merupakan kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah
tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati darimakanan yang dikonsumsi. Insulin adalah
suatu hormone yang diproduksi pancreas,mengendalikan kadar glukosa daalam darah dengan
mengatur produksi dan prnyimpananya. Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang
menyerang kurang lebih 12jutaoraang. Tujuh juta darin12 juta penderita diabetes tersebut
sudah terdiagnosis, sisanya tidak terdiagnosis
6
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
7
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI
Diabetes Melitus (DM) adalah Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti
“mengalirkan atau mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna
manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume
urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit
hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative
insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus merupakan suatu
kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan toleransi
terhadap glukosa ( Rab, 2008)
Jadi secarah umum DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau
akibat kerja insulin yang tidak adekuat .
8
2. ETIOLOGI
Umumnya diabetes melittus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau sebagian
besar dari sel-sel betha dari pulau-pulau Langerhans pada pankreas yang berfungsi
menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin.
Disamping itu diabetes melittus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap fungsi
insulin dalam memasukan glukosa kedalam sel. Gangguan itu dapat terjadi karena kegemukan
atau sebab lain yang belum diketahui.
Penyakit diabetes mellitus (DM)-yang dikenal masyarakat sebagai penyakit gula atau
kencing manis-terjadi pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) dalam
darah akibat kekurangan insulin atau reseptor insulin tidak berfungsi baik.
Diabetes yang timbul akibat kekurangan insulin disebut DM tipe 1 atau Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Sedang diabetes karena insulin tidak berfungsi dengan
baik disebut DM tipe 2 atau Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM).
Insulin adalah hormon yang diproduksi sel beta di pankreas, sebuah kelenjar yang
terletak di belakang lambung, yang berfungsi mengatur metabolisme glukosa menjadi energi
serta mengubah kelebihan glukosa menjadi glikogen yang disimpan di dalam hati dan otot.
Tidak keluarnya insulin dari kelenjar pankreas penderita DM tipe 1 bisa disebabkan oleh reaksi
autoimun berupa serangan antibodi terhadap sel beta pankreas. Pada penderita DM tipe 2,
insulin yang ada tidak bekerja dengan baik karena reseptor insulin pada sel berkurang atau
berubah struktur sehingga hanya sedikit glukosa yang berhasil masuk sel.
Akibatnya, sel mengalami kekurangan glukosa, di sisi lain glukosa menumpuk dalam
darah. Kondisi ini dalam jangka panjang akan merusak pembuluh darah dan menimbulkan
pelbagai komplikasi. Bagi penderita Diabetes Melitus yang sudah bertahun-tahun minum obat
modern seringkali mengalami efek yang negatif untuk organ tubuh lain.
9
3. MANIFESTASI KLINIS
banyak minum,
banyak kencing,
berat badan turun.
Pada awalnya, kadang-kadang berat badan penderita diabetes naik. Penyebabnya, kadar
gula tinggi dalam tubuh. Maka perlu waspada apabila keinginan minum kita terlalu berlebihan
dan juga merasa ingin makan terus. Berat badan yang pada awalnya terus melejit naik lalu tiba-
tiba turun terus tanpa diet. Tetangga saya ibu Ida juga tak pernah menyadari kalau menderita
diabet ketika badannya yang gemuk tiba-tiba terus menyusut tanpa dikehendaki. Gejala lain,
adalah gangguan saraf tepi berupa kesemutan terutama di malam hari, gangguan penglihatan,
gatal di daerah kemaluan atau lipatan kulit, bisul atau luka yang lama sembuh, gangguan ereksi
pada pria dan keputihan pada perempuan.
Gejala:
Pada tahap awal gejala umumnya ringan sehingga tidak dirasakan, baru diketahui
sesudah adanya pemeriksaan laboratorium. Pada tahap lanjut gejala yang muncul antara lain :
Rasa haus
Banyak kencing
Berat badan turun
Rasa lapar
Badan lemas
Rasa gatal
Kesemutan
Mata kabur
Kulit Kering
Gairah sex lemah
10
4. PATOFISIOLOGI
Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan
insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi
puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa
yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah
dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin
(glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis
osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan
dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam
amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa
hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi
pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan
produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang
diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual,
muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan
perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit
sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi
gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah
yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.
11
Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa
akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika
sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar
glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin
yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang
adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya.
Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian,
diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan
sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30
tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-
tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika
gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan,
iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau
pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi).
5. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur
glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil
mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia.
Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik,
diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
12
6. PEMERIKSAAN DIANOSTIK
1. Gula darah
a. Glukosa plasma sewaktu > 200mg / dl (11,1 mmol/L) (random)
b. Glukosa plasma puasa > 140mg / dl (7,8 mmol/L) (nuchter)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat ( 2 jam post prandial)
2. Tes toleransi glukosa
13
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Pengumpulan data yang
akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan pasien,
mengantisipasi kekuatan dan pertahanan pasien serta merumuskan diagnosa keperawatan.
1. Riwayat
a. Tinjau kembali kesehatan pasien sebelumnya dan tinjau kembali indikasi
terjadinya penyakit DM
b. Cata keluhan yang disampaikan oleh pasien dan catat tanda-tanda vital dari
pada pasien
c. Tinjau kembali kesehatan keluarga yang dapat mempengaruhi terjadinya
penyakit DM.
2. Data dasar
a. Aktivitas
b. Istirahat
c. Sirkulasi
14
Tanda : Takikardia, hipertensi,kulit panas,kering,kemerahan
d. Eliminasi
e. Makanan/cairan
f. Pernapasan
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien diabetes melitus meliputi keadaan umum, kesadaran,
tanda-tanda vital dan head to toe.
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori, maka
diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien diabetes mellitus yaitu :
15
BAB III
A. PENGKAJIAN
a. Pengumpula Data
1) Biodata
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Muna/Indonesia
Umur : 45 tahun
16
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
2) Riwayat Kesehatan
3) Pemeriksaan Fisik
17
o Sistem Pernapasan Bentuk hidung simetris, tidak terdapat secret pada jalan
nafas, tidak ada nafas cuping hidung, tidak terdapat penggunaan otot-otot bantu
pernapasan. Bentuk dada simetris, tidak adanya nyeri tekan pada dada, ekspansi
paru simetris, pada perkusi terdengar resonan, frekuensi napas 20 kali permenit.
- Sistem Kardiovaskuler Konjungtiva tampak anemis, tidak aada peningkatan
vena jagularis, suara perkusi jantung dulnes SI dan SII terdengar murni regular,
palpasi denyut nadi denga frekuensi 78x/menit,irama nadi teratur, tekanan darah
110/90 mmHg.
o Sistem Pencernaan Bibir Nampak lembab, fungsi menelan baik, tidak ada
stomatitis,gigi kekuningan dan terdapat caries pada gigi, ada keluhan nyeri pada
saat mengunyah, tidak ada pembesaran tonsil, lidah berwarna merah muda dan
tampak bersih. Abdomen datar, bising usus 12 kali/menit, tidak ada nyeri tekan
pada abdomen
o Sistem Penginderaan Bentuk dan ukuran mata klien simetris, lapang pandang
klien normal, jarak pandang klien baik dan klien dapatmembaca papan nama
perawat dengan jarak 30cm.
o Sistem Perkemihan Tidak ada pembesaran pada kedua ginjal, tidak ada
distensipada kandung kemih, tidak ada nyeri tekan ppada palpasi ginjal,
terpasang kateter tetap, urine warna kuning jernih.
Sistem Muskuloskeletal
a) Ekstremitas atas Bentuk dan ukuran pada ekstremitas atas simetris, pada tangan kiri
tepasang infuse RL 28 tetes/menit, kuku klien nampak panjang dan kotor, tidak ada nyeri pada
sendi, kekuatan otot 5|5. b) Ekstremitas bawah Bentuk dan ukuran pada ekstremitas
bawahsimetris antrara kiri dan kanan, klien mengeluh terasa keram dan lemah pada kaki kanan
dan kiri, kekuatan otot .
o Sistem Integumen Warna rambut hitam, warna kulit sawomatang , kulit teraba
hangat, klien mengatakan merasa gerah dan gatal.
o Sistem Persarafan
a. Nervus I (Olfactorius) : Klien dapat membedakan bau seperti: bau kopi dan bau
minyak kayu putih
b. Nervus II (Opticus) : Fungsi ketajaman penglihatan klien baik, klien masih bias
membaca papan nama perawat pada jarak 30cm.
18
c. Nervus III (Okulomotorius), Nervus IV (Trochlearis) dan Nervus VI (Abdusen)
: Klien mampu menggerakkan bola mata ke segala arah yaitu kea rah bawah,
atas, dan samping. Klien dapat membuka dan menutup mata, lapang pandang
tidak mengalami penyempitan.
d. Nervus V ( Trigeminus) : fungsi mengunyah klien baik, klien dapat
menggerakkan rahangnya ke arah belakang, depan, samping kanan, dan kiri.
e. Nervus VII (Fasialis) : Klien dapat tersenyumdengan kedua bibir tersenyum,
klien dapat membedakan asamanis dan asin. f Nervus VIII (uditorius) : Klien
dapat meangkap suara-suara bisikan dibuktikan dengan klien dapat mendengar
suara gesekan kertas.
f. Nervus XI (Aksesorius) : Klien dapatmenolehke kanan dan ke kiri dengan
tangan pemeriksa, klien juga tidak dapatmengangkat bahu ketika
tanganpemeriksa menahan bahu klien.
g. Nervus XII (Hipoglosus) : Pada saatklien disuruh membuka mulut dan
menjulurkan lidah ke segala arah, klien dapat melakukannya.
4) Pola aktivitas sehari – hari Kebutuhan Sebelum Sakit Setelah Sakit Pola nutrisi -
Makan Frekuensi Jenis Porsi makan Keluhan
a. Minum Frekuensi Jenis minuman Keluhan 3 x / hari Nasi + sayur + lauk – pauk 1
Porsi habis Tidak ada 5-6 gelas Air putih Tidak ada 3 x / hari Diet DM lunak (1800
kkal) 1porsi tidak habis (1/2 porsi) Nafsu makan berkurang 6-7 gelas Air putih
Tidak ada Pola Eliminasi
b. BAB Frekuensi Warna Konsistensi Bau Keluhan - BAK Frekuensi 1 x/ hari Kuning
Lembek Khas Tidak ada 4-6x/hari 1 x /hari Kuning Lembek Khas Tidak ada 5-7 x
/ pada malam hari Kuning Warna Bau Keluhan Kuning Amoniak Tidak ada
Amoniak Terpasang kateter tetap Pola istrahat tidur
d. Siang Kualitas Kuantitas Keluhan Tidur nyenyak 7-8 jam Tidak ada Nyenyak 3-4
jam Tidak ada Tidur nyenyak 7-8 jam Tidak ada Jarang Kurang lebih 2 jam Tidak
ada Pola Hygiene
e. Mandi Frekuensi Pakai sabun / tidak Dibantu /sendiri - Gosok gigi Frekuensi Pakai
pasta gigi /tidak Dibantu atau sendiri Keramas Frekuensi Pakai sampo / tidak
19
Dibantu / tidak 2 – 3 x / hari Pakai sabun Sendiri Setiap kali mandi Pakai pasta gigi
Sendiri 3 – 4 x / minggu Pakai sampo Sendiri Selama di RS klien belum pernah
mandi, hanya dibersihkan menggunakan waslap. Selama sakit klien mengatakan
belum pernah menggosok gigi Belum pernah keramas Klasifikasi Data.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. RENCANA KEPERAWATAN
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekurangan cairan aktif.
Di dapatkan hasil :
1. Nutrisi terpenuhi
2. Tidak terjadi penurunan 20%
3. Berat badan meningkat tinggi serat, rendah karbohidrat
4. Monitor jumlah nutrisi
5. Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana membuat jadwal makan sesuai dengan
diet DM.
6. Kolaborasi dengan ahli untuk memberikan diet
7. Lakukan penimbangan berat badan tiap hari.
8. Rotasi area injeksi untuk absorbsi kadar. glukosa badan tanpa karbohidrat. 2.
Sebagai cara mengontrol nutrisi atau kebutuhan nutrisi klien
20
9. Agar klien mampu keluarga bias lebih mandiri dan tidak tergantung pada
perawat.
10. Upaya untuk pemulihan kebutuhan nutrisi yang tepat pada klien.
11. Mengontrol asupan nutrisi klien.
12. Memastikan absorbsi kadar glukosa.
13. Setelah diberikan tindakan keperawatan selama
14. minggu perubahan pola eliminasi kembali normal 1. Pantau tingkat kelebihan
eliminasi.
15. Batasi asupan cairan bila di 1. Untuk mendapatkan data dasar untuk intervensi
selanjutnya 2. Meminimalkan kerja ginjal.
21
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat.
5. Untuk menentukan intervensi selanjutnya
6. Menentukan intervensi selanjutnya.
7. Membantu klien dalam pemenuhan kebutuhan.
8. Mempercepat proses penyembuhan.
1 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekurangan cairan aktif.
22
A : - Masalah belum teratasi
P : - Lanjutkan intervensi 1,2, dan 3
3 Kerusakan jaringan kulit brhubungan dengan iskemik
23
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diabetes mellitus adalah gangguan endokrin yang paling banyak dijumpai. Gejala-
gajala akut diabetes mellitus disebabkan oleh efek insulin yang tidak adekuat. Salah satu
gambaran diabetes mellitus yang paling menonjol adalah peningkatan kadar glukosa didalam
atau hiperglikemia. Terdapat dua jenis diabetes mellitus yang paling sering terjadi. Diabetes
mellitus tipe I ( tergantung insulin )yang mencakup sekitar 10-20% dari semua kasus diabetes
, ditandai dengan tidak adanya sekresi insulin. Pada diabetes mellitus tipe II ( tidak tergantung
insulin) sekresi insulin mungkin normal atau bahkan meningkat, tetapi sel- sel sasaran insulin
mungkin normal atau bahkan meningkat , tetapi sel-sel sasaran insulin mungkin normal atau
bahkan meningkat , tetapi sel-sel sasaran insulin mungkin kurang peka terhadap hormon ini
dibandingkan dengan normal
B. SARAN
Makalah asuhan keperawatan ini semoga menjadi bahan acuan yang memperkaya
perbendaharaan pengetahuan dan keterampilan asuhan keperawatan khususnya pada klien
dengan gangguan system endokrin sehingga dapat mendukung pengembangan profesi
keperawatan.
24
DAFTAR PUSTAKA
25