Oleh
Kelas 1.3 Kelompok 6 :
B. Pengertian
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk
meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan
untuk aktualisasi (Mubarak, 2008), selain itu mobilisasi merupakan kemampuan seseorang
untuk bergerak dengan bebas mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup
sehat dan penting untuk kemandirian. (Barbara Kozier, 1995)
Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi
kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah
sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam.
Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja kehilangan
kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari kebiasaan
normalnya. (Mubarak, 2008)
Menurut A. Aziz Alimul Hidayat (2012) ada beberapa faktor yang memengaruhi
mobilisasi, yakni:
1. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kemampuan mobilisasi seseorang karena
gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari.
2. Proses penyakit/Cedera
Proses penyakit dapat memengaruhi kemampuan mobilisasi karena dapat
memengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagai contoh, orang yang menderita fraktur femur
akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah. Demikian
pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk
bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidur karena mederita
penyakit tertentu.
3. Kebudayaan
Kemampuan melakukan mobilisasi dapat juga dipengaruhi kebudayaan. Sebagai
contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan
mobilisasi yang kuat, sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan mobilisasi (sakit)
karena adat dan budaya tertentu dilarang untuk beraktivitas.
4. Tingkat energi
Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar seseorang dapat melakukan
mobilisasi dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup. Seseorang yang sedang sakit
akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang
pelari.
5. Usia dan Status Perkembangan
Terdapat perbedaan kemampuan mobilisasi pada tingkat usia yang berbeda. Hal ini
dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan
perkembangan manusia. Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam
melakukan mobilisasi. Pada individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktifitas dan
mobilisasi menurun sejalan dengan penuaan.
A. Aziz Alimul Hidayat (2012) menyebutkan ada dua jenis mobilisasi yaitu mobilisasi
penuh dan mobilisasi sebagian.
1. Mobilisasi penuh
Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh
dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.
Mobilisasi penuh ini merupakan fungsi saraf motoris volunter dan sensorik untuk dapat
mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
2. Mobilisasi sebagian
Mobilisasi sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasan yang jelas sehingga tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada
kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi.
D. Pohon Masalah
Gangguan
Mobilisasi
Gangguan Ketidakaktifan
Metabolisme Muskuloskeletal
Defisiensi Kalori Atrofi Otot
dan Protein
Hambatan
Mobilitas fisik
Kekurangan energi
Kelemahan umum
Intoleransi
Aktivitas
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Rontgen
Menentukan lokasi / luasnya fraktur / trauma.
2. Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI
Memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan
lunak.
3. Arteriogram
Dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
4. Hitung jumlah, komposisi dan volume darah
Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi
fraktur atau organ jauh pada trauma multipel). Peningkatan jumlah SDP adalah respon
stres normal setelah trauma.
5. Kreatinin
Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
6. Profil koagulasi
Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, trafusi mutipes, atau cedera hati.
F. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi
1. Penatalaksana Umum
a) Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien, keluarga, dan
pramuwerdha.
b) Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama,
pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini, serta mencegah ketergantungan
pasien dengan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sendiri, semampu
pasien.
c) Dilakukan pengkajian geriatri paripurna, perumusan target fungsional, dan
pembuatan rencana terapi yang mencakup pula perkiraan waktu yang diperlukan
untuk mencapai target terapi.
d) Temu dan kenali tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia, gangguan cairan dan
elektrolit yang mungkin terjadi pada kasus imobilisasi, serta penyakit/ kondisi
penyetara lainnya.
e) Evaluasi seluruh obat-obatan yang dikonsumsi; obat-obatan yang dapat
menyebabkan kelemahan atau kelelahan harus diturunkan dosisnya atau
dihentikan bila memungkinkan.
f) Berikan nutrisi yang adekuat, asupan cairan dan makanan yang mengandung
serat, serta suplementasi vitamin dan mineral.
g) Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi medis terjadi
meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan gerak sendi (pasif, aktif, dan
aktif dengan bantuan), latihan penguat otot-otot (isotonik, isometrik, isokinetik),
latihan koordinasi/ keseimbangan, dan ambulasi terbatas.
h) Bila diperlukan, sediakan dan ajarkan cara penggunaan alat-alat bantu berdiri
dan ambulasi.
i) Manajemen miksi dan defekasi, termasuk penggunaan komod atau toilet.
2. Tatalaksana Khusus
a) Tatalaksana faktor risiko imobilisasi
b) Tatalaksana komplikasi akibat imobilisasi.
c) Pada keadaan-keadaan khusus, konsultasikan kondisi medik kepada dokter
spesialis yang kompeten.
d) Lakukan remobilisasi segera dan bertahap pada pasien–pasien yang mengalami
sakit atau dirawat di rumah sakit dan panti werdha untuk mobilitas yang adekuat
bagi usia lanjut yang mengalami disabilitas permanen.
b. Penatalaksanaan lain
1. Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas, digunakan
untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi. Posisi-posisi
tersebut, yaitu :
a) Posisi semi fowler (setengah duduk)
b) Posisi litotomi
c) Posisi dorsal recumbent
d) Posisi supinasi (terlentang)
e) Posisi pronasi (tengkurap)
f) Posisi lateral (miring)
g) Posisi sim
h) Posisi trendelenbeg (kepala lebih rendah dari kaki)
2. Ambulasi dini
Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan
ketahanan otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular. Tindakan ini bisa
dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur,
bergerak ke kursi roda, dan lain-lain.
3. Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan untuk melatih
kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah bergerak, serta meningkatkan
fungsi kardiovaskular.
4. Latihan isotonik dan isometric
Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan ketahanan otot
dengan cara mengangkat beban ringan, lalu beban yang berat. Latihan isotonik
(dynamic exercise) dapat dilakukan dengan rentang gerak (ROM) secara aktif,
sedangkan latihan isometrik (static exercise) dapat dilakukan dengan meningkatkan
curah jantung dan denyut nadi.
5. Latihan ROM Pasif dan Aktif
Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan pelatihan untuk
mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan otot.
Latihan-latihan itu, yaitu :
a) Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
b) Fleksi dan ekstensi siku
c) Pronasi dan supinasi lengan bawah
d) Pronasi fleksi bahu
e) Abduksi dan adduksi
f) Rotasi bahu
g) Fleksi dan ekstensi jari-jari
h) Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
i) Fleksi dan ekstensi lutut
j) Rotasi pangkal paha
k) Abduksi dan adduksi pangkal paha
6. Latihan Nafas Dalam dan Batuk Efektif
Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi respirasi sebagai dampak
terjadinya imobilitas.
A. Pengkajian
1.Tingkat aktivitas sehari-hari
a. Pola aktivitas sehari-hari
b. Jenis, frekuensi, dan lamanya latihan fisik
2.Tingkat kelelahan
a. Aktivitas yang membuat lelah
b. Riwayat sesak nafas
3. Gangguan pergerakan
a. Penyebab gangguan pergerakan
b. Tanda dan gejala
c. Efek dari gangguan pergerakan
4. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran
b. Postur bentuk tubuh
2. Keletihan
Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami perasaan letih yang berlebihan secara
terus-menerus dan penuruna kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak dapat hilang
dengan istirahat.
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Menurunnya produksi metabolism
b. Pembatasan diet
c. Anemia
d. Ketidakseimbangan glukosa dan elektrolit
3. Gangguan mobilitas fisik
Definisi: kondisi dimana pasien tidak mampu melakukan pergerakan secara mandiri.
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Gangguan persepsi kognitif
b. Imobilisasi
c. Gangguan neuro muskuler
d. Kelemahan
e. Pasien dengan traksi
C. Rencana keperawatan
D. Implementasi
Implementasi sesuaikan dengan intervensi
F. Evaluasi
a) Evaluasi asuhan keperawatan pada klien terganggu kesejajaran tubuh dan mobilisasi
berdasarkan criteria hasil setiap tujuan keperawatan, yaitu:
b) Klien akan mempertahankan rentang gerak pada sendi ekstremitas atas
c) Klien akan mengikuti program latihan teratur 3-4 kali sehari dengan perencanaan
pulang
d) Klien akan melakukan rentang gerak penuh pada sendi yang sakit
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, A.H., dan Hardhi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 1.
Yogyakarta : Mediaction
1. Tujuan
Memindahkan pasien antar ruangan untuk tujuan tertentu (misalnya pemeriksaan
diagnostik, pindah ruangan, dll.)
2. Alat dan Bahan :
a. Brankar
b. Bantal bila perlu
3. Prosedur
1) Ikuti protokol standar
2) Atur brankar dalam posisi terkunci dengan sudut 90 derajat terhadap tempat tidur
3) Dua atau tiga orang perawat menghadap ke tempat tidur/pasien
4) Silangkan tangan pasien ke depan dada
5) Tekuk lutut anda , kemudian masukkan tangan anda ke bawah tubuh pasien
6) Perawat pertama meletakkan tangan dibawah leher/bahu dan bawah pinggang,
perawat kedua meletakkan tangan di bawah pinggang dan panggul pasien,
sedangkan perawat ketiga meletakkan tangan dibawah pinggul dan kaki.
7) Pada hitungan ketiga, angkat pasien bersama-sama dan pindahkan ke brankar
8) Atur posisi pasien, dan pasang pengaman.
9) Lengkapi akhir protokol
4. MEMPOSISIKAN PASIEN : POSISI FOWLER, SEMIFOWLER, LITHOTOMI,
DORSAL, RECUMBENT, SIMS (MIRING KANAN/KIRI), TRENDELENBERG,
SUPINASI, PRONASI.
1. Tujuan
Memberikan kenyamanan pada pasien, memberikan ekspansi paru
2. Prosedur
1. Memastikan kembali identitas pasien
2. Mengkaji keluhan dan tanda sesak nafas
3. Mempersiapkan peralatan:
a. Bantal 2-5 buah
b. Sandaran dan punggung (regestin)
c. Maker
d. Sarung tangan
4. Seluruh peralatan dietakan ditroli atau tempat yang bersih dan diatur rapi
5. Menjaga privacy pasien dan keluarga
6. Memberikan salam kepada pasien
7. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
8. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
9. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
10. Meminta pasien bekerja sama selama tindakan berlangsung
11. Perawat mencuci tangan
12. Perawat memakai masker dan memakai sarung tangan (handscoon)
13. Mendekatkan peralatan kepasien
14. Membantu pasien untuk duduk ditempat tidur
15. Menyusun bantal dengan sudut ketinggian 3-40°, bila membutuhkan posisi
yang lebih tegak diposisikan dengan sudut 60°
16. Perawat berdiri disamping kanan menghadap kepasien
17. Menganjurkan pasien untuk menekuk kedua lutut
18. Menganjurkan pasien untuk menopang badan dengan kedua lengan
19. Perawat perawat menyangga pasien dengan cara tangan kiri perawat
menyangga punggung pasien
20. Menganjurkan pasien untuk mendropong badannya kebelakang
21. Melepas sarung tangan dan masker
22. Merapikan kembali peralatan dan pasien
23. Perawat mencuci tangan
24. Mengevaluasi respon pasien
25. Perawat menyampaikan informasi mengenai perawatan selanjutnya
26. Mengakhiri kegiatan dan memberikan salam
27. Tulis tindakan yang sudah dilakukan
28. Waktu
29. Evaluasi
30. Respon
31. Paraf
32. Nama perawat yang melakukan tindakan
B. POSISI LITHOTOMI
Persiapan Alat
1. Bantal besar 2-5 buah
2. Gulungan handuk atau bantal 2-5 buah.
3. Sarung tangan bersih.
4. Tempat tidur dengan penyangga kaki
Pesiapan lingkungan
1. Jaga privasi klien
Persiapan klien
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Langkah-Langkah
1. Perawat mencuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Bentangkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur
4. Letakkan bantal kecil atau gulungan handuk pada spinal lumba klien
5. Letakkan tumit klien di penyangga kaki tempat tidur
6. Rapihkan alat
7. Lepaskan sarung tangan
8. Cuci tangan
9. Dokumentasi
Sikap
1. Melakukan tindakan dengan sistematis
2. Komunikatif dengan klien.
Persiapkan Alat
Persiapan Lingkungan
Persiapan klien
Langkah – Langkah
Sikap
D. POSISI SIMS
Posisi Sims atau disebut juga posisi semipronasi adalah posisi klien berbaring
pada pertengahan antara posisi lateral dan posisi pronasi. Pada posisi ini, lengan
bawah ada di belakang tubuh klien, sedangkan lengan atas ada di depan tubuh klien.
Tujuan
Persiapan Alat
Tempat Tidur
Bantal Kecil
Gulungan Handuk
Sarung Tangan (jika diperlukan)
Prosedur Pelaksanaan
E. POSISI TREDELENBERG
Persiapan Alat
Persiapkan Lingkungan
Persiapkan Klien
Langkah-Langkah
F. POSISI SUPINASI
Posisi telentang adalah posisi klien berbaring telentang dengan kepala dan
bahu sedikit elevasi dengan menggunakan bantal.
1. Tujuan
a. Untuk klien pascaoperasi dengan anestesi spinal.
b. Mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi yang tidak
tepat.
2. Persiapan alat
a. Tempat tidur
b. Bantal angina
c. Gulungan handuk
d. Bantalan kaki
e. Sarung tangan (jika perlu)
3. Prosedur pelaksanaan
1) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan jika diperlukan.
Menurunkan transmisi mikroorganisme.
2) Baringkan klien telentang mendatar di tengah tempat tidur.
Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat.
3) Letakkan bantal di bawah kepala dan bahu klien.
Mencegah hiperekstensi leher.
4) Letakkan bantal kecil di bawah punggung pada kurva lumbal, jika ada celah
disana.
Bantal akan menyangga kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi
lumbal.
5) Letakkan bantal di bawah kaki, mulai dari mulit sampai tumit.
Memberikan landasan yang lebar, lembut dan fleksibel; mencegah
ketidaknyamanan akibat adanya hiperekstensi lutut dan tekanan pada tumit,
serta mengurangi lordosis lumbal.
6) Topang telapak kaki klien dengan menggunakan bantalan kaki.
Mencegah fleksi plantar.
7) Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisis ekstremitas atas, elevasikan
tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal.
Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan.
Bantal tidak diletakkan di bawah lengan atas karena dapat menyebabkan
terjadinya fleksi bahu.
8) Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan anda.
9) Dokumentasikan tindakan
G. POSISI PRONASI
Posisi pronasi adalah posisi klien berbaring di atas abdomen dengan kepala
menoleh ke samping.
1. Tujuan
a. Memberikan ekstensi penuh pada persendingan pinggul dan lutut.
b. Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.
c. Membantu drainase dari mulut sehingga berguna bagi klien pascaoperasi
mulut atau tenggorokan.
2. Persiapan alat
a. Tempat tidur
b. Bantal kecil
c. Gulungan handuk
d. Sarungan tangan (jika diperlukan)
3. Prosedur pelaksanaan
1) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan, jika diperlukan .
Menurunkan transmisi mikroorganisme.
2) Baringkan klien telentang mendatar di tengah tempat tidur.
Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat.
3) Gulingkan klien dan posisikan lengan dekat dengan tubuhnya disertai siku
lurus dan tangan di atas paha. Posisikan tengkurap/telungkup di tengah tempat
tidur yang datar.
Memberikan posisi pada klien sehingga kelurusan tubuh dapat dipertahankan.
4) Putar kepala klien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal. Jika banyak
drainase dari mulut, mungkin pemberian bantal dikontraindikasikan.
Hal ini mencegah fleksi lateral leher. Hindari meletakkan bantal di bawah
bahu untuk mencegah peningkatan risiko lordosis.
5) Letakkan bantal kecil di bawah abdomen pada area antara diafragma (atau
payudara pada wanita) dan krista iliaka.
Hal ini mencegah hiperekstensi kurva lumbal, kesulitan pernapasan,
penekanan pada payudara wanita.
6) Letakkan bantal di bawah kaki, mulai lutut sampai tumit.
Mengurangi fleksi plantar, memfleksikan lutut sehingga memberikan
kenyamanan dan mencegah tekanan yang berlebihan pada patela.
7) Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisis ekstremitas atas, elevasikan
tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dnegn menggunakan bantal.
Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan.
Bantal tidak diletakkan di bawah lengan atas karena dapat menyebabkan
terjadinya fleksi bahu.
8) Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
9) Dokumentasikan tindakan.
5. MELATIH BERJALAN
Melatih jalan merupakan cara membantu klien dalam aktivitas berjalan sebagai
bentuk kemampuan seseorang untuk bergerak dalam upaya melatih aktifitas berjalan
(tanpa alat atau bantuan alat seperti tongkat)
1. Indikasi
2. Tujuan
4. Persiapan Pasien
5. Persiapan Lingkungan
6. Pelaksanaan
1. Mencuci tangan.
2. Mintalah pasien untuk meletakkan tangan disamping badan atau memegang
telapak tangan perawat (bisa dua perawat).
3. Perawat berdiri disamping pasien dan pegang telapak dan lengan tangan pada
bahu pasien. (bisa dua perawat)
4. Bantu pasien untuk berjalan dan ikuti sesuai dengan langkah pasien sesuai
kemampuan (bisa dua perawat)
5. Selalu observasi respon pasien saat berdiri dari tempat tidur dan saat jalan
(frekuensi nadi dan tanda pusing kepala)
6. Mencuci tangan
7. Catat tindakan dan respon pasien
7. Sikap
Sikap selama pelaksanaan :
8. Evaluasi
1. Tujuan
1) Membersihkan kulit dan menghilangkan bau badan.
2) Memberikan rasa nyaman.
3) Merangsang peredaran darah.
4) Sebagai pengobatan.
5) Mencegah infeksi kulit.
6) Mendidik pasien dalam kebersihan perseorangan.
2. Indikasi
1) Pada pasien baru, terutama bila kotor sekali dan keadaan umumnya
memungkinkan.
2) Pada pasien yang dirawat, sekurang-kurangnya dua kali sehari sesuai dengan
kondisinya.
3. Persiapan
Persiapan alat
1) Satu stel pakaian bersih.
2) Baskom mandi dua buah, masing-masing berisi air dingin dan air hangat.
3) Satu atau dua handuk bersih.
4) Kain penutup.
5) Tempat tertutup untuk pakaian kotor.
6) Sampiran atau scherm bila diperlukan.
Persiapan pasien
Pasien diberi dan dianjurkan untuk buang air kecil terlebih dulu (bila pasien
sadar).
4. Pelaksanaan
1) Pintu, jendela, atau gorden ditutup, dan digunakan scherm bila perlu.
2) Selimut dan bantal dipindahkan dari tempat tidur. Bila masih dibutuhkan,
bantal digunakan seperlunya.
3) Perawat berdiri di sisi kiri atau kanan pasien.
4) Beritahu pasien, bahwa pakaian bagian atas harus dibuka, lalu bagian yang
terbuka itu ditutup dengan selimut mandi atau kain penutup.
5) Pasien siap dimandikan dengan urutan sebagai berikut :
a) Mencuci muka
1) Handuk dibentangkan dibawah kepala.
2) Muka, telinga, dan leher dibersihkan dengan waslap lembab lalu
dikeringkan dengan handuk.
3) Tanyakan, apakah pasien bisa menggunakan sabun atau tidak.
b) Mencuci lengan
1) Selimut mandi atau kain penutup diturunkan.
2) Kedua tangan pasien dikeataskan. Letakkan handuk di atas dada
pasien dan lebarkan ke samping kiri dan kanan, sehingga kedua
tangan dapat diletakkan di atas handuk.
3) Kedua tangan pasien dibasahi dan disabuni. Pekerjaan ini dimulai
dari bagian yang jauh dari petugas, kemudian dibilas sampai
bersih. Selanjutnya dikeringkan dengan handuk. Bila pasien terlalu
gemuk, laksanakan satu persatu.
c) Mencuci dada dan perut
1) Pakaian pasien bagian bawah ditanggalkan dan selimut atau kain
penutup diturunkan sampai perut bagian bawah.
2) Kedua tangan pasien dikeataskan, handuk diangkat dan
dibentangkan pada sisi pasien.
3) Ketiak, dada, dan perut dibasahi, disabuni, dibilas sampai bersih
dan dikeringkan dengan handuk, selanjutnya ditutup dengan kain
penutup atau handuk.
d) Mencuci punggung
e) Mencuci kaki
1) Kaki pasien yang terjauh dari petugas dikeluarkan dari bawah kain
penutup atau handuk.
2) Handuk dibentangkan di bawahnya dan lutut ditekuk.
3) Kaki disabuni, dibilas, selanjutnya dikeringkan. Demikian juga
kaki yang satu lagi.
Perhatian :
Tujuan
MENYIKAT GIGI
Menyikat gigi merupakan tindakan membersihkan gigi dari kotoran atau sisa makanan
menggunakan sikat gigi. Tindakan ini dilakukan pada klien yang tidak dapat menyikat gigi
secara mandiri.
1. Tujuan
1) Menjaga mulut dan gigi tetap sehat, bersih, dan tidak bau.
2) Mencegah timbulnya masalah gigi dan mulut, misalnya stomatitis dan
karies gigi.
3) Memberi kenyamanan pada klien.
4) Melakukan kebersihan individu sebagai salah satu upaya penyuluhan
kesehatan masyarakat.
5) Meningkatkan daya tagab tubuh.
2. Persiapan alat
Nampan berisi :
1) Alat berupa perlak kecil jika perlu.
2) Handuk.
3) Sikat gigi dan pasta gigi.
4) Gelas berisi air bersih.
5) Dua buah bengkok.
6) Gelas untuk air kumur.
7) Kertas tisu.
8) Alat penghisap (sedotan).
9) Sarung tangan bersih.
3. Pelaksanaan
1) Letakkan peralatan dekat dengan klien.
2) Jelaskan tujuan pelaksanaan prosedur dan tindakan yang akan dilakukan.
3) Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.
4) Miringkan klien, kemudian pasang alas atau handuk dibawah dagu dan
pipinya
Mencegah bantal dan sprei basah
5) Letakkan bengkok di bawah dagu klien agar air bekas kumur dapat
tertampung.
6) Berikan air untuk berkumur untuk klien.
7) Berikan klien sikat gigi yang sudah dibasahi air terlebih dahulu dan
dibubuhi pasta gigi secukupnya.
8) Berikan kesempatan kepada klien untuk menyikat gigi dan anjurkan untuk
berkumur hingga mulut bersih. Tamping air bekas berkumur di dalam
bengkok.
9) Masukkan sikat gigi ke dalam gelas yang telah kosong.
10) Angkat gelas dan bengkok, kemudian letakkan di atas nampan.
11) Bersihkan area mulut menggunakan handuk atau tisu.
12) Angkat handuk atau alas, kemudian lepaskan sarung tangan dan masukkan
ke dalam bengkok kosong.
13) Atur kembali posisi klien hingga nyaman.
14) Rapikan peralatan dan kembalikan ke tempat semula.
15) Cuci tangan.
16) Dokumentasikan tindakan.
MERAWAT GIGI DAN MULUT DAN GIGI PADA PASIEN YANG TIDAK SADAR
Tindakan membersihkan rongga mulut, lidah dan gigi dari kotoran menggunakan
kasa atau kapas yang dibasahi air. Prosedur ini dilakukan pada klien yang tidak dapat
menggunakan sikat gigi akibat stomatitis hebat atau mengalami kelainan darah tertentu ;
klien yang sakit berat atau tidak sadarkan diri ; dan klien pascaoperasi mulut atau yang
mengalami fraktur tulang rahang.
1. Tujuan
a. Meningkatkan daya tahan tubuh
b. Mencegah tejadinya infeksi
c. Menghilangkan bau mulut
d. Memberi kenyamanan pada klien
e. Merupakan upaya pengobatan
f. Mempertahankan kebersihan individu
2. Indikasi
a. Pada pasen lumpuh
b. Pada pasien sakit berat
c. Pada pasien apatis
d. Pada pasien stomatitis
e. Pada pasien yang mendapatkan oksigenasi dan Naso Gastrik Tube (NGT)
f. Pada pasien yang lama tidak menggunakan mulut
g. Pada pasien yang tidak mampu melakukan perawatan mulut secara mandiri
h. Pada pasien yang giginya tidak boleh di gosok dengan sikat gigi misalkan karena
stomatitis hebat
i. Pasien sesudah operasi mulut atau yang menderita patah tulang rahang
3. Prosedur merawat gigi dan mulut dan gigi pada pasien yang tidak sadar
1) Tahap pra interaksi
a. Verifikasi program pelayanan keperawatan pasien tersebut
b. Siapkan alat
c. Siapkan diri petugas dalam berinteraksi dengan pasien
2) Tahap orientasi
a. Berikan salam
b. Jelaskan tujuan dan prosedur
c. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
d. Persiapan alat didekatkan pada pasien
3) Tahap persiapan alat
a. Alas berupa handuk dan perlak
b. Gelas kumur atau magkuk berisi air masak, NaCl 0,9%, atau air garam
sesuai keadaan klien
c. Mankuk kecil berisi boraks gliserin atau gentian violet
d. Obat lainnya jika diperlukan
e. Kertas tisu jika diperlukan
f. Bak steril tertutup berisi kapas lidi, kasa, pinset atau klem arteri, sudip
lidah, spuit 10 cc sesuai keadaan klien
g. Sarung tangan beersih
h. Sikat gigi dan pasta gigi
i. Benkok
j. Perlak kecil dan alasnya
4) Tahap kerja merawat gigi pada pasien yang tidak sadar
1) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2) Buka mulut klien dengan sulip lidah yang sudah dibungkus kasa
( memberikan kenyamanan dan keamanan bagi klien)
3) Bersihkan rongga mulut mulai dari dinding, gusi, gigi bagian dalam, dan
gigi bagian luar dengan hati – hati
4) Letakan kasa yang kotor ke dalam bengkok
5) Ulangi prosedur tersebut hingga gigi bersih dari kotoran, kemudian letakan
pinset atau klem arteri yang kotor ke dalam bengkok (mencegah
terjadinya infeksi)
6) Olesi bibir dengan boraks gliserin menggunakan lidi kapas. Jika klien
menghidap stomatitis, oleskan gentian violet atau obat lainnya. (boraks
gliserin untuk memelihara kelembapan bibir)
7) Pindahkan bengkok berisi kasa, lidi kapas, pinset atau klem ateri yang
kotor ke atas nampan atau meja dorong
8) Lepaskan alas dibawah dagu klien
9) Lepaskan sarung tangan dan masukkan ke dalam bengkok
10) Atur kembali posisi klien hingga nyaman
11) Lakukan sterilisasi peralatan bekas pakaidan simpan pada tempat semula
12) Cuci tangan
13) Dokumentasikan tindakan
8. MENGGANTI PAKAIAN
Melepaskan pakaian kotor pasien dan memakaikan pakaian bersih untuk pasien agar
memberikan rasa bersih dan nyaman pada pasien.
1. Tujuan
9. MENCUCI RAMBUT
Menghilangkan kotoran pada rambut dan kulit kepala dengan menggunakan sabun atau
sampo kemudian dibilas dengan air bersih sampai bersih.
1. Tujuan
1) Memberikan perasaan senang dan segar kepada klien.
2) Rambut tetap bersih, rapi, dan terpelihara.
3) Merangsang peredaran darah di bawah kulit kepala.
4) Membersihkan kutu dan/atau ketombe.
2. Indikasi
1) Jika rambut kotor.’
2) Pada klien yang akan menjalani operasi.
3) Secara rutin lima hari sekali, jika keadaan klien memungkinkan.
4) Setelah dipasangkan kap kutu.
3. Persiapan alat
1) Baki berisi :
Dua buah sisir.
Dua buah handuk.
Satu buah waslap.
Sarung tangan bersih.
Kapas dan tempatnya.
Sabun/sampo.
Alas (handuk/perlak).
Talang karet.
Kom kecil (mangkok) serta kain kasa dalam tempatnya 2-3 potong.
Bengkok berisi larutan lisol 2-3%.
Celemek.
2) Gayung.
3) Ember berisi air.
4) Ceret/termos berisi air panas.
4. Prosedur pelaksanaan
1) Bawa alat ke dekat pasien.
2) Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan.
3) Cuci tangan.
4) Pakai celemek.
5) Pakai sarung tangan.
6) Atur posisi tidur klien senyaman mungkin dengan kepala dekat dengan sisi
tempat tidur.
7) Pasang perlak dan handuk di bawah kepala klien.
8) Letakkan ember yang dialasi kain pel di lantai, di bawah kepala klien.
9) Pasang talang dan arahkan ke ember yang kosong.
10) Tutup lubang telinga luar dengan kapas dan tutup mata klien dengan waslap.
11) Tutup dada dengan handuk sampai ke leher.
12) Sisir rambut kemudian siram dengan air hangat dengan menggunakan
gayung.
13) Gosok pangkal rambut dengan kain kasa yang telah diberi sampo kemudian
urut dengan ujung jari. Kasa kotor dibuang ke bengkok.
14) Bilas rambut sampai bersih kemudian keringkan.
15) Angkat tutup telinga dan mata.
16) Angkat talang, masukkan ke dalam ember, dan letakkan handuk dalam baki.
17) Kembalikan klien pada posisi semula dengan cara mengangkat kepala dan
alasnya serta meletakkannya diatas bantal.
18) Sisir rambut klien dengan sisir bersih dan biarkan kering, atau keringkan
dengan alat pengering rambut lalu sisir sampai rapi.
19) Rapikan klien.
20) Lepas sarung tangan dan masukkan ke dalam bengkok.
21) Lepaskan celemek dan masukkan ke dalam ember kosong.
22) Bereskan dan bersihkan alat.
23) Kembalikan alat ke tempat semula.
24) Cuci tangan.
25) Dokumentasikan tindakan.
Perhatian :
1) Selama bekerja, perhatikan keadaan umum klien.
2) Buang air dalam ember jika hamper penuh.
3) Pakaian klien yang basah/kotor harus diganti.
4) Bekerja dengan teliti agar klien dan sekitarnya tidak basah.
5) Hindarkan tindakan yang menyebabkan klien lelah atau kedinginan.
1. Tujuan
1) Menjaga rambut tetap bersih, rapi, dan terpelihara.
2) Membantu merangsang sirkulasi darah pada kulit kepala.
3) Membantu mendistribusikan minnyak rambut.
4) Mengkaji atau memantau masalah pada rambut dan kulit kepala.
5) Memberikan perasaan senang pada klien.
6) Mencegah terjadinya sarang kutu/kotoran lain.
7) Menambah kepercayaan diri.
2. Indikasi
1) Pada klien yang tidak dapat menyisir sendiri.
2) Setiap selesai mandi dan jika perlu.
3. Persiapan alat
Baki berisi :
a) Sisir
b) Alas/handuk
c) Bengkok berisi larutan lisol 2-3%
d) Potongan kertas tisu dalam tempatnya
e) Bengkok kosong
f) Tali pita atau karet untuk mengikat rambut jika perlu
g) Minyak rambut jika perlu
4. Prosedur
1) Bawa alat ke dekat klien.
2) Beri tahu klien dan jelaskan prosedur.
3) Cuci tangan.
4) Bentangkan handuk di bawah kepala klien kemudia dimiringkan.
5) Kaji kulit kepala klien.
6) Bagi rambut menjadi dua bagian.
7) Sisir rambut mulai dari ujung, makin lama makin ke atas sampai pada
pangkal rambut.
8) Kumpulkan rambut yang rontok dan bungkus dengan kertas kemudian
buang ke dalam bengkok kosong.
9) Ikat ujung rambut yang panjang (membuat jalinan), demikian juga bagian
lainnya jika perlu.
10) Setelah menyisir rambut klien, bersihkan sisir dengan kertas tisu kemudian
masukkan ke dalam bengkok berisi larutan lisol dan buang kertas tisu ke
dalam bengkok kosong.
11) Ambil handuk di bawah kepala klien dan rapikan.
12) Bereskan alat, bersihkan kemudia kembalikan (simpan) ke tempat semula.
13) Cuci tangan.
14) Dokumentasikan prosedur.
Perhatian
1) Selama bekerja, perhatikan keadaan umum klien.
2) Hindarkan rasa sakit pada waktu menyisir rambut.
3) Gunakan sisir yang ujungnya tidak terlalu tajam.
4) Catat dan dokumentasikan setiap kelainan yang ditemukan, seperti
luka, (ada) kutu, dan rambut mudah rontok.
5) Jika rambut kusut, beri minyak rambu terlebih dahulu atau basahi
dengan air sambil menguraikannya dengan tangan.
6) Jika tidak bisa disisir karena terlalu kusut, minta persetujuan klien
untuk memotong rambutnya.