Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertanian di Indoensia sudah mengalami perjalanan yang panjang.
Keterpurukan yang dalam, hingga kesuksesan berswasembada pangan sudah
pernah dirasakan. Namun, kini tampaknya pertanian Indonesia mulai
kehilangan kekuatannya. Pertanian Indonesia saat ini kian tertinggal, kian
melemah, dan bahkan terkalahkan oleh negara negara lain yang pernah belajar
pertanian kepada Indonesia.
Petani Indonesia mayoritas termasuk dalam kategori peasant.
Peasant diartikan oleh Eric R. Wolf sebagai petani pedesaan, sebagai orang
desa yang bercocok tanam di pedesaan tidak di dalam ruangan-ruangan
tertutup (greenhouse) ditengah-tengah kota, mereka bukanlah farmer atau
pengusaha pertanian (agricultural entrepeneur) seperti kita kenal di Amerika.
Sehingga hasil yang dicapai dalam produksi pertanian belum cukup untuk
memenuhi kebutuhan negara. Oleh sebab itu, untuk memenuhi kebutuhan
tersebut pemerintah mengimpor produk hasil pertanian seperti beras, cabai,
sayur, dan lain sebagainya. Ironis memang, Indonesia merupakan negara
agraris yang hanya ada dua musim sehingga pertanian sangat cocok di negara
ini justru masih harus mengimpor hasil pertanian dari negara lain dikarenakan
sumber daya manusia yang kurang berkualitas dan kurangnya pengetahuan
petani Indonesia sehingga produk yang dihasilkan masih kurang.
Menjalani kegiatan pertanian bukan hanya sebatas memproduksi atau
melakukan kegiatan pertanian, baik budidaya tanaman maupun beternak.
Tetapi dibalik itu, bagaimana pasaran untuk hasil usahatani agar pertanian
tersebut dapat menguntungkan dari segi ekonomi. Produktivitas pertanian
yang tinggi akan menjadi sia-sia jika tidak sepenuhnya dapat diserap oleh
pasar. Oleh karena itu, pemasaran untuk hasil usahatani menjadi kata kunci
dalam kegiatan pertanian. Untuk hasil-hasil itu perlu ada pasaran serta harga
yang cukup tinggi guna membayar kembali biaya-biaya tunai dan daya upaya
yang telah dikeluarkan petani sewaktu memproduksikannya. Kebanyakan
petani harus menjual hasil-hasil usahataninya sendiri atau di pasar setempat.
Karena itu, perangsang bagi mereka untuk memproduksi barang-barang
jualan, bukan sekedar untuk dimakan keluarganya sendiri, lebih banyak
tergantung pada harga setempat. Harga ini untuk sebagian tergantung pada
efisiensi sistem tataniaga yang menghubungkan pasar setempat dengan pasar
di kota-kota.
Pertanian di Indonesia sedang mengalami keterpurukan khususnya
dalam luasan lahan yang dimiliki oleh petani, modal, dan lapangan pekerjaan
di luar. Tidak adanya kebijakan dari pemerintah untuk penentuan kepemilikan
lahan minimal pada para petani, membuat petani membagi lahannya tanpa
pikir panjang. Akhirnya,rata-rata petani di Indonesia hanya memiliki lahan
yang sempit, dan tidak dimanfaatkan dengan maksimal. Kondisi petani yang
seperti itu sering disebut dengan petani subsisten. Dimana petani subsisten
tidak pernah memikirkan kehidupan mereka dalam jangka panjang, mereka
hanya memikirkan bagaimana mereka besok mendapat makanan, dan
bagaimana mereka dapat hidup esok. Petani subsisten ini banyak terdapat
pada petani pedesaan, dimana mereka berpendapat bahwa arti “hidup
berkecukupan” adalah bisa untuk membeli makan setiap hari, dan bisa untuk
menyekolahkan anaknya. Oleh karena itu, petani di Indonesia selalu
dipandang kelas bawah karena lahannya yang kecil, serta kehidupannya yang
dibawah rata-rata dalam mencapai kesejahteraan hidup.
Mahasiswa sebagai agent of change memiliki peran yang penting
dalam memberikan informasi baru kepada masyarakat. Mahasiswa pertanian
juga harus berperan aktif dalam membantu memecahkan masalah pertanian di
Indonesia. Penyuluhan pertanian menjadi salah satu cara mahasiswa untuk
membantu masalah yang dihadapi petani. Melalui penyuluhan, mahasiswa
dapat memberikan ilmu yang mereka dapatkan di kampus untuk dibagi dan
diterapkan kepada para petani yang dirasa butuh bantuan. Dengan hal itu,
lambat laun jika mahasiswa pertanian aktif berperan dalam penyuluhan akan
membantu memulihkan pertanian di Indonesia. Sehingga kami sebagai
mahasiswa pertanian terjun ke lapangan untuk mengetahui bagaimana kondisi
para petani pedesaan yang ada di kota Tasikmalaya.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari survey ini adalah untuk:
1. Mengetahui kondisi ekonomi pertanian di pedesaan
2. Mengetahui penghasilan dari satu periode produksi
3. Mengetahui keuntungan yang diperoleh dari satu periode produksi
4. Mengetahui jenis hama yang menyerang tanaman padi dan timun
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Negara Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar mata
pencaharian penduduknya adalah bercocok tanam. Kebijakan yang ditempuh
pemerintah untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional diantaranya
adalah dengan peningkatan kehidupan ekonomi yang dilakukan melalui
pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian Indonesia telah
dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan dengan harapan dapat
meningkatkan produksi pertanian semaksimal mungkin sehingga dapat
meningkatkan pendapatan petani dalam mencapai kesejahteraan, Peningkatan
produksi pangan, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani
merupakan arah dan tujuan pembangunan pertanian.
Potensi sosial ekonomi yang merupakan kekuatan sekaligus modal
dasar bagi pengembangan produksi padi di Indonesia antara lain adalah: beras
karena beras merupakan bahan pangan pokok bagi 95% penduduk Indonesia,
usahatani padi sudah merupakan bagian hidup dari petani di Indonesia
sehingga menciptakan lapangan kerja yang besar, dan kontribusi dari
usahatani padi terhadap pendapatan rumah tangga petani cukup besar. Sebagai
bahan makanan pokok, beras akan terus mempunyai permintaan pasar yang
meningkat, sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Dari sisi petani, selama
ada cukup air, petani di Indonesia hampir bisa dipastikan menanam padi.
Karena bertanam padi sudah menjadi bagian hidupnya selain karena untuk
ketahanan pangan keluarga, juga sebagai sumber pendapatan rumah tangga.
Karena itu, usahatani padi akan terus dilakukan petani.
Dari aspek sosial ekonomi, peluang eksternal yang mendukung upaya
peningkatan produksi padi antara lain adalah: peningkatan permintaan beras
merupakan jaminan pasar bagi petani padi, sistem pemasaran beras yang
stabil dan efisien sehingga persentase marjin pemasaran cukup kecil, dan
subsidi sarana produksi (pupuk dan benih) sehingga dapat memperkecil biaya
produksi. Ketiga faktor di atas merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan
guna meningkatkan keuntungan usahatani padi dan meningkatkan daya saing
usahatani padi. Semua peluang ini dapat meningkatkan motivasi petani dalam
menanam padi. Pembinaan usahatani melalui kelompok tani ini tidak lain
adalah sebagai upaya percepatan sasaran. Petani yang banyak jumlahnya dan
tersebar di pedesaan yang luas, sehingga dalam pembinaan kelompok
diharapkan timbulnya cakrawala dan wawasan kebersamaan memecahkan dan
merubah citra usahatani sekarang menjadi usahatani masa depan yang cerah
dan tetap tegar.
Adapun tujuan dibentuknya kelompok tani adalah untuk lebih
meningkatkan dan 3 mengembangkan kemampuan petani dan keluarganya
sebagai subjek pembangunan pertanian melalui pendekatan kelompok agar
lebih berperan dalam pembangunan. Kelompok tani merupakan suatu bentuk
perkumpulan petani yang berfungsi sebagai media penyuluhan yang
diharapkan lebih terarah dalam perubahan aktivitas usahatani yang lebih baik
lagi. Aktivitas usahatani yang lebih baik dapat dilihat dari adanya
peningkatan-peningkatan dalam produktivitas usahatani yang pada gilirannya
akan meningkatkan pendapatan petani sehingga akan mendukung terciptanya
kesejahteraan yang lebih baik bagi petani dan keluarganya.
Berdasarkan hasil survey yang telah kelompok kami lakukan dari dua
petani yang berbeda yaitu:
1. Petani padi
Bertepatan di daerah Mugarsari dekat dengan Kampus baru
Universitas Siliwangi. Kami melakukan wawancara dari narasumber yang
bernama Bapak H. Munawar seorang pemilik sawah yang memiliki lahan
seluas 80 bata (1 bata = 14 m2 ). Beliau menjadi seorang petani padi sudah
lumayan lama yaitu sekitar 4 tahun. Dalam satu kali periode produksi (satu
musim tanam) adalah 3 bulan, memerlukan bibit sebanyak 12 kg @ Rp
6.000 menghasilkan padi sebanyak 5 kwintal dengan jarak tanam padi 20 x
25 cm. Jenis hama yang biasa menyerang tanaman padi tersebut adalah
tikus, keong mas dan wereng. Pupuk yang digunakan pupuk anorganik
yaitu : Urea 10 kg @ Rp 2.000, TSP 30 kg @ Rp 2.500, NPK 10 kg @ Rp.
3.000. Kemudian beliau juga menggunakan pestisida nabati yaitu SIMBUS
2 botol @ Rp 25.000. Peralatan yang digunakan : 5 cangkul @ Rp 85.000
dan 5 garpu tanah @ Rp. 95.000. Tenaga kerja yang dibutuhkan yaitu
berupa : Pembajak sawah traktor Rp 240.000, tenaga kerja 5 HKSP @ Rp
30.000. Hasil panen yaitu 5 kwintal GKP @ Rp 60.000

Biaya peralatan

Uraian Jumlah UE Harga Satuan Harga Total


(Tahun) (Rp.) (Rp.)
Cangkul 5 buah 3 85.000 425.000
Garpu tanah 5 buah 3 95.000 475.000
Total 900.000

Penyusutan
1) Cangkul Rp.
2) Garpu tanah Rp.
+
Rp.

Sarana Produksi Pertanian

Uraian Jumlah Harga Satuan (Rp.) Harga Total (Rp.)


Bibit 12 kg 6.000 72.000
Pupuk :
a. Urea 10 kg 2.000 20.000
b. TSP 30 kg 2.500 75.000
c. NPK 10 kg 3.000 30.000
Pestisida:
SIMBUS 2 botol 25.000 50.000
Total 247.000
2. Petani timun
a. Tempat : Kp. Sukatani RT.03 RW.01 Desa Mandalagiri, Kec.
Leuwisari, Kab. Tasikmalaya
b. Narasumber : Bapak Rustandi
c. Luas lahan : 40 bata (1 bata = 14 m2 )
d. Jarak tanam : 50 x 60 cm
e. Benih 2 bungkus @ Rp. 55.000
f. Alat pendukung
1) Cangkul 2 buah @ Rp. 85.000
2) Sabit 2 buah @ Rp. 47.000
3) Kored 2 buah @ Rp. 30.000
g. Hama : ulat, kutu, kumbang daun dan tungau
h. Pupuk
1) ZA 50 kg @ Rp. 2000
2) NPK 50 kg @ Rp. 10.000
3) TSP 50 kg @ Rp. 2.500
4) Phonska 50 kg @ Rp. 3.000
5) Biotonik 1 botol @ Rp. 13.000
6) Atonik 1 botol @ Rp. 50.000
7) Amistartop 1 botol @ Rp. 60.000
8) Buldok 1 botol @ Rp. 32.000
i. Pestisida : Joker 1 bungkus @ Rp. 70.000
j. Tenga kerja : 2 HKSP @ Rp. 20.000

Biaya Peralatan

Uraian Jumlah UE Harga satuan Harga Total


(Tahun) (Rp.) (Rp.)
Cangkul 2 buah 3 85.000 170.000
Sabit 2 buah 2 47.000 94.000
Kored 2 buah 2 30.000 60.000
Total 324.000

Penyusutan
1) Cangkul Rp. 56.666,66
2) Sabit Rp. 47.000
3) Kored Rp. 30.000
+

Rp. 133.666,66

Sarana Produksi

Uraian Volume Harga satuan (Rp.) Harga total (Rp.)


Benih 2 bungkus 55.000 110.000
Pupuk :
a. ZA 50 kg 2.000 100.000
b. NPK 50 kg 10.000 500.000
c. TSP 50 kg 2.500 125.000
d. Phonska 50 kg 3.000 150.000
e. Biotonik 1 botol 13.000 13.000
f. Atonik 1 botol 50.000 50.000
g. Amistartop 1 botol 60.000 60.000
h. Buldok 1 botol 32.000 32.000
Pestisida :
Joker 1 bungkus 70.000 70.000
Total 1.210.000

Tenaga kerja => 2 HKSP x Rp. 20.000 = Rp. 40.000 x 60 hari

= Rp. 2.400.000
BAB III

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai