Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Dalam kimia analisis kuantitatif dikenal suatu cara untuk menentukan ion

(kation/anion) tertentu dengan menggunakan pereaksi selektif dan

spesifik. Pereaksi selektif adalah pereaksi yang memberikan reaksi

tertentu untuk satu jenis kation/anion tertentu. Dengan menggunakan

pereaksi-pereaksi ini maka akan terlihat adanya perubahan-perubahan

kimia yang terjadi, misalnya terbentuk endapan, terjadinya perubahan

warna, bau dan timbulnya gas (G. Svehla : 1985).

Reaksi identifikasi yang lebih sederhana dikenal sebagai reaksi spesifik

untuk golongan tertentu. Reaksi golongan untuk anion golongan III adalah

AgNO3 yang hasilnya adalah endapan coklat merah bata (Ismail Besari :

1982).

Pada anion, istilah yang perlu dipakai adalah gugus lain yang terikat pada

ion logam, yang dikelompokkan sebagai berikut :

1. Anion sederhana seperti O2, F2, CN-

2. Anion okso diskret seperti NO3- dan SO42-

3. Anion polimer okso seperti silikat atau fosfat kondensi


Anion kompleks halida seperti anion kompleks berbasa banyak seperti

oksalat misalnya (CO(C2O4)3)3- dan anion oksa dari oksigen (Ismail Besari

: 1982).

Klorat, Bromat dan iodat merupakan ion yang bipiramidal yang terutama

dijumpai pada garam lokal alkali. Anion okso logam transisi jarang

digunakan, yang paling dikenal adalah kalium permanganat (KMnO 4) dan

kromat (CrO4) atau dikenal sebagai pengoksida (Ismail Besari : 1982).

Kimia analisis dapat dibagi dalam 2 bidang, yaitu analisis kualitatif dan

analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas tentang identifikasi zat-

zat. Urusannya adalah unsur atau senyawa apa yang terdapat dalam

suatu sampel. Sedangkan analisis kuantitatif berurusan dengan

penetapan banyaknya satu zat tertentu yang ada dalam sampel (A.L.

Underwood : 1993).

Anion berinti banyak dijumpai pada anion okso yang berinti 2, 3 atau 4

atom oksigen yang terikat pada atom inti dan menghasilkan atom deskret.

Namun demikian, mungkin hanya terdiri dari 2 atom oksigen dan

menghasilkan ion dengan jembatan oksigen seperti ion bikarbonat yang

terbentuk dari CrO4 yang diasamkan (Ismail Besari : 1982).

Metode untuk mendeteksi anion tidaklah sistematik seperti pada metode

untuk mendeteksi kation. Sampai saat ini belum pernah dikemukakan

suatu skema yang benar-benar memuaskan, yang memungkinkan


pemisahan anion-anion yang umum ke dalam golongan utama, dan dari

masing-masing golongan menjadi anggota golongan tersebut yang berdiri

sendiri. Pemisahan anion-anion ke dalam golongan utama tergantung

pada kelarutan garam pelarutnya. Garam kalsium, garam barium, dan

garam zink ini hanya boleh dianggap berguna untuk memberi indikasi dari

keterbatasan-keterbatasan metode ini. Skema identifikasi anion bukanlah

skema yang kaku, karena satu anion termasuk dalam lebih dari satu sub

golongan (G. Svehla : 1985).

Untuk memudahkan menganalisa anion, diusahakan dulu dalam bentuk

senyawa yang mudah larut dalam air. Umumnya garam-garam natrium

mudah larut dalam garam karbonat dari logam-logam berat sukar larut

dalam air, sehingga apabila zat yang akan dianalisa berupa zat yang

sukar larut atau memberi endapan dengan Na2CO3, maka dibuat dahulu

berupa ekstrak soda, kemudian dipisahkan dari endapan yang

mengganggu tersebut.

Analisa kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan reaksi

basah. Reaksi kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi

basah untuk zat dalam larutan. Reaksi kering ialah sejumlah uji ynag

berguna dapat dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa melarutkan

contoh. Petunjuk untuk operasi semacam ialah pemanasan, uji pipa tiup,

uji nyala, uji spektroskopi dan uji manik. Reaksi basah ialah uji yang dibuat

dengan zat-zat dalam larutan. Suatu reaksi diketahui berlangsung dengan


terbentuknya endapan, dengan pembebasan gas dan dengan perubahan

warna. Mayoritas reaksi analisis kualitatif dilakukan dengan cara basah

(G. Svehla : 1985).

Svehla, G. (1985). VOGEL : Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif

Makro dan Semimikro , Bagian 2, Edisi V, PT. Kalma Media Pustaka,

Jakarta.

Besari, Ismail, dkk., (1982), Kimia Organik untuk Universitas, Edisi I,

Armico Bandung, Bandung.

L. Underwood, A., (1993), Analisis Kimia Kualitatif , Edisi IV, Penerbit

Erlangga, Jakarta.

Svehla, G. (1985). VOGEL : Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif

Makro dan Semimikro , Bagian 1, Edisi V, PT. Kalma Media Pustaka,

Jakarta.

II.2 Uraian Bahan

11. Kobalt (II) Nitrat (1:697)

Nama Resmi : Kobalt (II) Nitrat

RM : CO(NO3)2.6H2O

Pemerian : Hablur merah, meleleh basah

Kelarutan : Larut dalam air

12. Perak Nitrat (1:97)


Nama Resmi : ARGENTII NITRAS

Nama Lain : Perak Nitrat

RM/BM : AgNO3 / 169,87

Pemerian : Hablur transparan atau serbuk hablur warna putih,

tidak berbau, menjadi gelap jika kena cahaya.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larut dalam etanol

(95%) P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.

Kegunaan : Pereaksi

13. Asam Klorida (1:

Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM

Nama lain : Asam KLorida

RM / BM : HCl / 36,46

Pemerian : Cairan, tidak berwarna, berasap, bau merangsang.

Jika diencerkan dalam 2 bagian air, asap dan bau

hilang.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Pereaksi.
14. Magnesium Sulfat (1:354-355)

Nama Resmi : MAGNESII SULFAS

Nama Lain : Magnesium Sulfat, Garam Inggris

RM / BM : MgSO4.7H2O / 246, 47

Pemerian : Hablur, tidak berwarna, tidak berbau, rasa dingin,

asin, dan pahit. Dalam udara kering dan panas

merapuh.

Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air, agak sukar larut dalam

etanol (95%) P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Pereaksi.

15. Raksa (II) Klorida (1:287)

Nama Resmi : HYDRARGYRI BICHLORIDUM

Nama Lain : Raksa (II) Klorida, Sublimat

RM / BM : HgCl2 / 271,52

Pemerian : Hablur tidak berwarna,serbuk hablur putih, tidak

berbau, larut dalam 15 bagian air, dalam 2,1 bagian

air mendidih, dalam 3 bagian etanol (95%) P, dalam 2


bagian etanol (95%) P mendidih, dalam 20 bagian

eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kelarutan : Pereaksi.

16. Barium Klorida

Nama Resmi : BARIUM CHLORIDUM

Nama Lain : Barium Klorida

RM : BaCl2.2H2O

Pemerian : Hablur, tidak berwarna.

Kelarutan : Larut dalam 5 bagian air.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Pereaksi.

17. Natrium Nitroprusida

Nama Resmi : Natrium Nitroheksasianoferat (II)

RM : Na2[Fe(CN)5(NO)].2H2O

Pemerian : Warna merah delima.

Kelarutan : Mudah larut dalam air.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.


Kegunaan : Pereaksi.

18. Amonium Molibdat

Nama Resmi : Amonium Molibdat

RM : (NH4)6MO7O24.4H2O

Pemerian : Hablur, serbuk hablur, putih, kadang-kadang semu

kuning, semu hijau.

Kelarutan : Larut dalam air.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Pereaksi.

19. Besi (II) Sulfat

Nama Resmi : FERROSI SULFAS

Nama Lain : Besi (II) Sulfat

RM / BM : FeSO4 / 151,90

Pemerian : Serbuk, putih keabuan, rasa logam, sepat.

Kelarutan : Perlahan-lahan larut hampir sempurna dalam air

bebas CO2.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Pereaksi.
20. Kalium Klorida (1:120)

Nama Resmi : CALCII CHLORIDUM

Nama Lain : Kalium Klorida

Pemerian : Hablur, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak

pahit, meleleh basah.

Kelarutan : Larut dalam 0,25 bagian air, mudah larut dalam

etanol (95%) P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Pereaksi.

BAB V

PEMBAHASAN

Adapun sampel yang diperoleh oleh kelompok kami pada saat uji anion

yaitu:

a. Kode sam pel Nasaruddin berwarna kuning kecoklatan, berbentuk

serbuk, tidak berbau, agak sukar larut dalam air, dan tidak

higroskopik. Ketika dilakukan uji golongan dengan pereaksi AgNO3

tidak terjadi reaksi, dengan pereaksi Ba(NO3)2→↓putih, tidak larut

dalam HNO3(e). Ini berarti kode sampel Nasaruddin termasuk

golongan VII anion. Ketika dilakukan uji spesifik dengan


BaCl2→↓putih BaSO4, dengan timbal asetat→↓putih. Jadi sampel

Nasaruddin merupkan anion SO42-.

b. Kode sampel Sebastian berwarna putih, berbentuk serbuk hablur,

tidak berbau, sukar larut dalam air, dan tidak higroskopis. Ketika

dilakukan uji golongan dengan pereaksi AgNO3→↓putih, larut

dalam HNO3(e), dengan pereaksi Ba(NO3)2→↓putih, larut dalam

HNO3(e). Ini berarti kode sampel Sebastian termasuk golongan IV.

Ketika dilakukan uji spesifik dengan AgNO3 berlebih →↓putih,

dengan BaCl2→↓putih. Jadi kode sampel Sebastin adalah anion

SO32-.

c. Kode sampel Parseus berwarna kuning keputihan, tidak berbau,

sangat mudah larut dalam air dan tidak higroskopis. Ketika

dilakukan uji golongan dengan pereaksi AgNO3→↓putih, tidak larut

dalam HNO3(e), dengan pereaksi Ba(NO3)2 tidak bereaksi. Ini berarti

kode sampel Parseus termasuk golongan I. Ketika dilakukan uji

spesifik dengan AgNO3 berlebih →↓putih susu, dengan

N2SO4→↑putih. Jadi kode sampel Parseus adalah anion SCN.

d. Kode sampel Angelina Sondakh berwarna kuning kecoklatan,

berbentuk kristal, tidak berbau, agak sukar larut dalam air, dan

tidak higroskopis. Ketika dilakukan uji golongan dengan pereaksi

AgNO3 tidak bereaksi, dengan pereaksi Ba(NO3)2→↓putih, tidak

larut dalam HNO3(e). Ini berarti kode sampel Angelina Sondakh

termasuk golongan II. Ketika dilakukan uji spesifik dengan


Pb(CH3COO)2→↓putih, dengan AgNO3→kristal putih. Jadi kode

sampel Angelina Sondakh adalah anion S2O42-. Namun pada kunci

yang sebenarnya adalah sampel Angelina Sondakh termasuk

dalam golongan VII anion SO42-.

e. Kode sampel Boediono berwarna kuning kehijauan, berbentuk

serbuk hablur, tidak berbau, agak sukar larut dalam air, dan tidak

higroskopis. Ketika dilakukan uji golongan dengan pereaksi AgNO3

→↓hitam, tidak larut dalam HNO3(e), dengan pereaksi Ba(NO-

3)2→↓putih, tidak larut dalam HNO3(e). Ini berarti kode sampel

Boediono termasuk golongan V. Ketika dilakukan uji spesifik

dengan AgNO3(didiamkan)→↓hitam, dengan FeCl3 tidak bereaksi.

Jadi kode sampel Boediono adalah anion S2O3-. Namun pada kunci

yang sebenarnya adalah sampel Boediono termasuk dalam

golongan VII anion SO42-.

f. Kode sampel Nawal el Sadawi berwarna putih, berbentuk serbuk,

tidak berbau, sukar larut dalam air, dan tidak higroskopis. Ketika

dilakukan uji golongan dengan pereaksi AgNO3 →↓putih, tidak larut

dalam HNO3(e), dengan pereaksi Ba(NO3)2→↓putih, tidak larut

dalam HNO3(e). Ini berarti kode sampel Nawal el Sadawi termasuk

golongan V. Ketika dilakukan uji spesifik dengan BaCl2→↓putih,

dengan AgNO3→↓putih. Jadi kode sampel Nawal el Sadawi adalah

anion S2O3-. Namun pada kunci yang sebenarnya adalah sampel

Nawal el Sadawi termasuk dalam golongan VIIIanion NO3-.


g. Kode sampel Higae berwarna putih, berbentuk serbuk, berbau

khas, mudah larut dalam air, dan tidak higroskopis. Ketika

dilakukan uji golongan dengan pereaksi AgNO3 maupun dengan

pereaksi Ba(NO3)2 kedua-duanya tidak bereaksi dengan sampe. Ini

berarti kode sampel Higae termasuk golongan VIII. Ketika

dilakukan uji spesifik dengan CuSO4→↓merah Cu. Jadi kode

sampel Higae adalah anion SO42-.

Pada saat melakukan praktikum terjadi kesalahan dalam proses

pengamatan. Hal ini disebabkan karena,

a. Mungkin tabung reaksi yang digunakan dalam keadaan kurang

bersih sehingga mengganggu proses pengamatan.

b. Mungkin ada zat pengotor yang ada dalam tabung reaksi sehingga

kesalahan terjadi dan mengganggu proses pengamatan.

c. Mungkin penambahan pereaksi berlebih sehingga berpengaruh

pada saat proses pengamatan.

Namun pada saat melakukan percobaan terjadi kesalahan dalam

penentuan anion disebabkan karena,

a. Kesalahan dalam pelaksanaan.

b. Kesalahan dalam pembuatan tabulasi.

c. Kesalahan dalam mengamati.

Anda mungkin juga menyukai