PENDAHULUAN
1|Page
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah Sistem Politik Indonesia bisa dilihat dari proses politik yang terjadi di
dalamnya. Namun dalam menguraikannya tidak cukup sekedar melihat sejarah
Bangsa Indonesia tapi diperlukan analisis sistem agar lebih efektif. Dalam proses
politik biasanya di dalamnya terdapat interaksi fungsional yaitu proses aliran yang
berputar menjaga eksistensinya. Sistem politik merupakan sistem yang terbuka,
karena sistem ini dikelilingi oleh lingkungan yang memiliki tantangan dan tekanan.
Perubahan ini besaran maupun isi aliran berupa input dan output. Proes
mengkonversi input menjadi output dilakukan oleh penjaga gawang (gatekeeper).
1. Kapabilitas Ekstraktif, yaitu kemampuan Sumber daya alam dan sumber daya
manusia. Kemampuan SDA biasanya masih bersifat potensial sampai
kemudian digunakan secara maksimal oleh pemerintah. Seperti pengelolaan
minyak tanah, pertambangan yang ketika datang para penanam modal
2|Page
domestik itu akan memberikan pemasukan bagi pemerintah berupa pajak.
Pajak inilah yang kemudian menghidupkan negara.
2. Kapabilitas Distributif. SDA yang dimiliki oleh masyarakat dan negara diolah
sedemikian rupa untuk dapat didistribusikan secara merata, misalkan seperti
sembako yang diharuskan dapat merata distribusinya keseluruh masyarakat.
Demikian pula dengan pajak sebagai pemasukan negara itu harus kembali
didistribusikan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.
Ada satu pendekatan lagi yang dibutuhkan dalam melihat proses politik yaitu
pendekatan pembangunan, yang terdiri dari 2 hal:
3|Page
B. Politik di Indonesia
4|Page
Ada perbedaan yang besar antara sistem politik Indonesia dan negara
demokratis lainnya didunia. Diantaranya adalah adanya Majelis Permusyawaratan
Rakyat yang merupakan ciri khas dari kearifan lokal Indonesia, Mahkamah Konstitusi
yang juga berwenang mengadili sengketa hasil pemilihan umum, bentuk negara
kesatuan yang menerapkan prinsip-prinsip federalisme seperti adanya Dewan
Perwakilan Daerah, dan sistem multipartai berbatas dimana setiap partai yang
mengikuti pemilihan umum harus memenuhi ambang batas 2.5% untuk dapat
menempatkan anggotanya di Dewan Perwakilan Rakyat maupun di Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah/DPRD Kabupaten/Kota.
5|Page
D. Ensiklopedi Indonesia
Demokrasi Indonesia berdasarkan Pancasila yang meliputi bidang-bidang politik
sosial ekonomi, serta yang dalam penyelesaian masalah-masalah nasional berusaha
sejauh mungkin menempuh jalan permusyawaratan untuk mencapai mufakat.
F. Prinsip-prinsip demokrasi
· Kedaulatan rakyat;
· Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah;
· Kekuasaan mayoritas;
· Hak-hak minoritas;
· Jaminan hak asasi manusia;
· Pemilihan yang bebas dan jujur;
· Persamaan di depan hukum;
6|Page
· Proses hukum yang wajar;
· Pembatasan pemerintah secara konstitusional;
· Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik;
· Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.
7|Page
I.Landasan-landasan Demokrasi
Pembukaan UUD 1945
1. Alinea pertama: Kemerdekaan ialah hak segala bangsa.
2. Alinea kedua: Mengantarkan rakyat Indonesia kepintu gerbang kemerdekaan
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
3. Alinea ketiga: Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorong oleh
keinginan luhur supaya berkehidupan dan kebangsaaan yang bebas.
4. Alinea keempat: Melindungi segenap bangsa.
Lain-lain
1. Ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1998 tentang hak asasi
2. UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM
K.Beberapa aspek dalam demokrasi
8|Page
Aspek Organisasi
Mempersoalkan organisasi sebagai wadah pelaksaan demokrasi pancasila di
mana wadah tersebut harus cocok dengan tujuan yang hendak dicapai.
Aspek Kejiwaan
Menjadi semangat para penyelenggara negara dan semangant para pemimpin
pemerintah.
9|Page
N. Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dilihat dari Pelaksanaan
Demokrasi yang pernah ada di Indonesiai ini. Pelaksanaan demokrasi di indonesia
dapat dibagi menjadi beberapa periodesasi antara lain :
1. Pelaksanaan demokrasi pada masa revolusi ( 1945 – 1950 ).
Tahun 1945 – 1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang
ingin kembali ke Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi belum berjalan
dengan baik. Hal itu disebabkan oleh masih adanya revolusi fisik. Pada awal
kemerdekaan masih terdapat sentralisasi kekuasaan hal itu terlihat Pasal 4 Aturan
Peralihan UUD 1945 yang berbnyi sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut
UUD ini segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden denan dibantu oleh KNIP. Untuk
menghindari kesan bahwa negara Indonesia adalah negara yang absolut pemerintah
mengeluarkan :
o Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP berubah menjadi
lembaga legislatif.
o Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang Pembentukan Partai Politik.
o Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang perubahan sistem
pemerintahn presidensil menjadi parlementer
2. Pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Lama
a. Masa Demokrasi Liberal 1950 sampai 1959
Masa demokrasi liberal yang parlementer presiden sebagai lambang atau
berkedudukan sebagai Kepala Negara bukan sebagai kepala eksekutif. Masa
demokrasi ini peranan parlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi dan
berkembangnya partai-partai politik.
Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal disebabkan :
o Dominannya partai politik
o Landasan sosial ekonomi yang masih lemah
o Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1950
Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli
1959 :
o Bubarkan konstituante
o Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950
o Pembentukan MPRS dan DPAS
b. Masa Demokrasi Terpimpin 1959 – 1966
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965
adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong
diantara semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan
nasakom dengan ciri:
o Dominasi Presiden
o Terbatasnya peran partai politik
10 | P a g e
o Berkembangnya pengaruh PKI
o Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:
o Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang dipenjarakan
Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan presiden
membentuk DPRGR, disebabkan karena:
· Jaminan HAM lemah
· Terjadi sentralisasi kekuasaan
· Terbatasnya peranan pers
· Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur)
Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI
yang menjadi tanda akhir dari pemerintahan Orde Lama.
3. Pelaksanaan demokrasi Orde Baru 1966 – 1998
Dinamakan juga demokrasi pancasila. Pelaksanaan demokrasi orde baru
ditandai dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966, Orde Baru bertekad akan
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen. Awal Orde
baru memberi harapan baru pada rakyat pembangunan disegala bidang melalui Pelita
I, II, III, IV, V dan pada masa orde baru berhasil menyelenggarakan Pemilihan
Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.
Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini dianggap
gagal sebab:
· Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada
· Rekrutmen politik yang tertutup
· Pemilu yang jauh dari semangat demokratis
· Pengakuan HAM yang terbatas
· Tumbuhnya KKN yang merajalela
Sebab jatuhnya Orde Baru:
o Hancurnya ekonomi nasional ( krisis ekonomi )
o Terjadinya krisis politik
o TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba
o Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto untuk turun
jadi Presiden.
4. Pelaksanaan Demokrasi Reformasi {1998 sampai Sekarang).
Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari
Presiden Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.
Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis
antara lain:
§ Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi
§ Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang Referandum
§ Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas dari
KKN
§ Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan Presiden dan
Wakil Presiden RI
11 | P a g e
§ Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV
Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemiluhan umum sudah dua kali
yaitu tahun 1999 dan tahun 2004.
12 | P a g e
2. Kecuali dalam hal Anggaran Belanja Negara, maka kekuasaan Presiden dibidang
legislasi (pembentukan undang-undang) lebih kuat dibanding-kan kekuasaan DPR
(Legislatif).
Namun secara praktis Kekuasaan Pemerintah/Presiden (Eksekutif) sangat kuat
(dominan) dibandingkan dengan kekuasaan DPR (Legislatif), sebagai akibat adanya :
1). Campur tangan Pemerintah didalam kehidupan kepartaian.
2). Dominasi Pemerintah didalam penyelenggaraan pemilihan umum anggota Legislatif
(termasuk menyeleksi calon-calon Legislatif dari partai peserta pemilu).
3). Kewenangan Presiden didalam pengangkatan anggota MPR dari unsur Utusan
Golongan yang jumlahnya cukup besar.
d. Demokrasi Reformasi.
1) Kekuasaan Presiden sebagai Kepala Pemerintahan (Eksekutif) maupun Kepala Negara
jauh berkurang karena harus dibagi kepada DPR (Legislatif).
2) Kekuasaan Presiden dibidang legislasi (pembentukan undang-undang termasuk UU-
APBN) lebih lemah dibandingkan kekuasaan DPR (Legislatif). Bahkan sebuah
Rancangan Undang-Undang yang telah disetujui oleh DPR dapat berlaku meskipun
tidak disetujui dan tidak diundangkan oleh Presiden/Pemerintah.
3) Kekuasaan Presiden sebagai Kepala Pemerintahan (Eksekutif) menjadi semakin
berkurang dengan dilaksanakannya Otonomi Daerah.
3. Berkenaan dengan Mekanisme Pengambilan Keputusan
a. Demokrasi Liberal
Semua keputusan di lembaga perwakilan rakyat (DPR) diambil berdasarkan voting
dengan suara terbanyak.
b.Demokrasi Terpimpin
Semua pengambilan keputusan di lembaga perwakilan rakyat (MPRS dan DPR-GR)
harus berdasarkan musyawarah mufakat (suara bulat).
c.Demokrasi Pancasila (Orba)
Semua keputusan di lembaga perwakilan rakyat (MPR dan DPR) pertama-tama
diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat, dan jika musyawarah tidak berhasil
mencapai mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan voting dengan suara
terbanyak.
Namun didalam prakteknya pihak Pemerintah senantiasa mengupayakan agar
keputusan di DPR dan MPR diambil secara musyawarah (suara bulat) untuk
membuat kesan bahwa keputusan tersebut didukung oleh segenap rakyat.
d.Demokrasi Reformasi
Semua keputusan di lembaga perwakilan rakyat (MPR dan DPR) didalam prakteknya
langsung diambil berdasarkan voting dengan suara terbanyak.
13 | P a g e
P. Pemilihan Umum Sebagai Pelaksanaan Demokrasi
A. Pengertian Pemilihan Umum
Salah satu cirri Negara demokratis debawa rule of law adalah
terselenggaranya kegiatan pemilihan umum yang bebas. Pemilihan umum merupakan
sarana politik untuk mewujudkan kehendak rakyat dalam hal memilih wakil-wakil
mereka di lembaga legislatif serta memilih pemegang kekuasaan eksekutif baik itu
presiden/wakil presiden maupun kepala daerah.
Pemilihan umumbagi suatu Negara demokrasi berkedudukan sebagai sarana untuk
menyalurkan hak asasi politik rakyat. Prmilihan umum memiliki arti penting sebagai
berikut:
1) Untuk mendukung atau mengubah personel dalam lembaga legislative
2) Membentuk dukungan yang mayoritas rakyat dalam menentukan pemegang
kekuasaan eksekutif untuk jangka tertentu
3) Rakyat melalui perwakilannya secara berkala dapat mengoreksi atau mengawasi
kekuatan eksekutif.
Secara lebih jelas Juan J. Linz dan Alfred Stepan merumuskan bahwa suatu
transisi demokrasi berhasil dilakukan suatu negara jika:
o ü tercapai kesepakatan mengenai prosedur-prosedur politik untuk menghasilkan
pemerintahan yang dipilih
14 | P a g e
o ü jika suatu pemerintah memegang kekuasaannya atas dasar hasil pemilu yang
bebas
o ü jika pemerintah hasil pemilu tersebut secara de facto memiliki otoritas untuk
menghasilkan kebijakan-kebijakan baru dan
o ü kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang dihasilkan melalui demokrasi
yang baru itu secara de jure tidak berbagi kekuasaan dengan lembaga-lembaga
lain.
Sementara itu dalam perspektif Larry Diamond, konsolidasi demokrasi
mencakup pencapaian tiga agenda besar, yakni :
kinerja atau performance ekonomi dan politik dari rezim demokratis
institusionalisasi politik (penguatan birokrasi, partai politik, parlemen, pemilu,
akuntabilitas horizontal, dan penegakan hukum)
restrukturisasi hubungan sipil-militer yang menjamin adanya kontrol otoritas
sipil atas militer di satu pihak dan terbentuknya civil society yang otonom di
lain pihak.
15 | P a g e
BAB III
3.1 Kesimpulan
1. Sejarah Sistem Politik Indonesia bisa dilihat dari proses politik yang terjadi di
dalamnya. Namun dalam menguraikannya tidak cukup sekedar melihat
sejarah Bangsa Indonesia tapi diperlukan analisis sistem agar lebih efektif.
2. Dalam melakukan analisis sistem bisa dengan pendekatan satu segi
pandangan saja seperti dari sistem kepartaian.
3. Kapabilitas sistem adalah kemampuan sistem untuk menghadapi kenyataan
dan tantangan. Pandangan mengenai keberhasilan dalam menghadapi
tantangan ini berbeda diantara para pakar politik.
4. Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dilihat dari Pelaksanaan
Demokrasi yang pernah ada di Indonesiai ini. Pelaksanaan demokrasi di
indonesia dapat dibagi menjadi beberapa periodesasi antara lain :
1. Pelaksanaan demokrasi pada masa revolusi ( 1945 – 1950 )
2. Pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Lama
a. Masa Demokrasi Liberal 1950 sampai 1959
b. Masa Demokrasi Terpimpin 1959 – 1966
3. Pelaksanaan demokrasi Orde Baru 1966 - 1998
4. Pelaksanaan Demokrasi Reformasi {1998 - Sekarang)
5. Salah satu cirri Negara demokratis debawa rule of law adalah
terselenggaranya kegiatan pemilihan umum yang bebas. Pemilihan umum
merupakan sarana politik untuk mewujudkan kehendak rakyat dalam hal
memilih wakil-wakil mereka di lembaga legislatif serta memilih pemegang
kekuasaan eksekutif baik itu presiden/wakil presiden maupun kepala daerah.
Pemilihan umumbagi suatu Negara demokrasi berkedudukan sebagai sarana
untuk menyalurkan hak asasi politik rakyat.
6. Dapat dikatakan pemilu merupakan syarat minimal bagi adanya demokrasi.
Pemilu 1955 merupakan pemilu yang pertama dalam sejarah bangsa
Indonesia. Waktu itu Republik Indonesia berusia 10 tahun.
16 | P a g e
7. Dengan demikian telah kita lihat bahwa demokrasi di Indonesia telah berjalan
dari waktu ke waktu. Namun kita harus mengetahui bahwa pengertian
Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang dihayati oleh bangsa dan negara
Indonesia yang dijiwai dan diintegrasikan oleh nilai-nilai luhur Pancasila.
Adapun aspek dari Demokrasi Pancasila antara lain di bidang aspek Aspek
Material (Segi Isi/Subsrtansi), Aspek Formal, Aspek Normatif, Aspek Optatif,
Aspek Organisasi, Aspek Kejiwaan. Namun hal tersebut juga harus didasari
dengan prinsip pancasila dan dengan tujuan nilai yang terkandung di
dalamnya. Oleh karena itu, kita dapat merasakan demokrasi dalam istilah
yang sebenarnya.
3.2 Saran
Sudah sepantasnya kita sebagai negara yang berdemokrasi bisa menghargai
pendapat orang lain. Kita sebagai warga Negara harus ikut menciptakan Negara yang
berdemokrasi.Kelebihan dan kekurangan pada masing-masing masa demokrasi
tersebut pada dasarnya bisa memberikan pelajaran berharga bagi kita.
Harapan dari adanya demokrasi yang mulai tumbuh adalah ia memberikan
manfaat sebesar-besarnya untuk kemaslahatan umat dan juga bangsa. Misalnya saja,
demokrasi bisa memaksimalkan pengumpulan zakat oleh negara dan distribusinya
mampu mengurangi kemiskinan. Disamping itu demokrasi diharapkan bisa
menghasilkan pemimpin yang lebih memperhatikan kepentingan rakyat banyak
seperti masalah kesehatan dan pendidikan.Tidak hanya itu, demokrasi diharapkan
mampu menjadikan negara kuat. Demokrasi di negara yang tidak kuat akan
mengalami masa transisi yang panjang. Dan ini sangat merugikan bangsa dan negara.
Demokrasi di negara kuat (seperti Amerika) akan berdampak positif bagi rakyat.
Sedangkan demokrasi di negara berkembang seperti Indonesia tanpa menghasilkan
negara yang kuat justru tidak akan mampu mensejahterakan rakyatnya.
Demokrasi di Indonesia memberikan harapan akan tumbuhnya masyarakat baru
yang memiliki kebebasan berpendapat, berserikat, berumpul, berpolitik dimana
masyarakat mengharap adanya iklim ekonomi yang kondusif. Untuk menghadapi
tantangan dan mengelola harapan ini agar menjadi kenyataan dibutuhkan kerjasama
antar kelompok dan partai politik agar demokrasi bisa berkembang ke arah yang lebih
baik.
17 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Clive Day, The Policy and Administration of the Dutch in Java, Kuala
Lumpur: Oxford University Press, 1972
Tamin, Azian dan Azran Jalal, et. al.2005. Profil Politik Indonesia Pasca
Orde Baru. Jakarta: Pusat Studi Politik Madani Institute
18 | P a g e