OLEH :
KELOMPOK 3
DOSEN PEMBIMBING :
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat beserta
salam tak lupa pula kita hadiahkan kepada Nabi besar kita yakninya Nabi besar Muhammad
SAW. Yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah kepada zaman yang penuh ilmu
pengetahuan yang kita rasakan pada saat sekarang ini.
Asuhan keperawatan ini penulis buat untuk melengkapi tugas kelompok mengenai
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien BPH”. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga menjadi ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Amin.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, demi kesempurnaan makalah ini. Akhir
kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan supaya kita
selalu berada di bawah lindungan Allah SWT.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Definisi ................................................................................................................ 3
B. Etiologi ................................................................................................................ 4
C. Patofisiologi ............................................................................................................. 5
D. Tanda dan gejala ....................................................................................................... 4
E. Komplikasi ............................................................................................................... 5
F. Pemeriksaan penunjang ............................................................................................ 4
G. Penatalaksanaan ........................................................................................................ 5
H. Asuhan Keperawatan ................................................................................................. 4
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 9
B. Saran ................................................................................................................ 9
A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu dan teknologi di segala bidang dalam kehidupan ini membawa
dampak yang sangat signifikan terhadap peningkatan kualitas hidup, status kesehatan,
umur harapan hidup dan bertambahnya usia lanjut yang melebihi perkiraan statistik.
Kondisi tersebut menempati kasus degeneratif tersering yang diderita pria yaitu BPH.
Benign prostatic hyperplasia atau Benigna Prostat Hiperplasi (BPH) disebut juga Nodular
hyperplasia, Benign prostatic hypertrophy atau Benign enlargement of the prostate (BEP)
yang merujuk kepada peningkatan ukuran prostat pada laki-laki usia pertengahan dan usia
lanjut.
Benigna prostatic hyperplasia adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, yang
disebabkan hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan
kelenjar/jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika
(Jitowiyono & Kristiyanasari,2012:112). Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit
yang disebabkan oleh penuaan. Tanda klinis BPH biasanya muncul pada lebih dari 50%
laki-laki yang berusia 50 tahun keatas.(Price & Wilson,2006:1320). Penyebab terjadinya
BPH sampai sekarang belum diketahui secara pasti, namun faktor usia dan hormonal
menjadi predisposisi terjadinya BPH. Beberapa faktor meyebutkan bahwa hiperplasia
prostat sangat erat kaitannya dengan peningkatan DTH (dehidrotestosteron), peningkatan
esterogen-testosteron, interaksi antar sel stroma dan sel epitel prostat, berkurangnya
kematian sel, dan teori stem sel (Prabowo & Pranata,2014:131 )
Menurut data BPOM Pembentukan nodul pembesaran prostat ini sudah
mulai tampak pada usia 25 tahun pada sekitar 25% pria. Faktor lain yang mempengaruhi
BPH adalah latar belakang kondisi penderita misalnya usia, riwayat keluarga, obesitas,
meningkatnya kadar kolesterol darah, pola makan tinggi lemak hewani, olahraga, merokok,
minuman beralkohol, penyakit Diabetes Mellitus, dan aktifitas seksual. Berdasarkan data
yang ada, prevalensi BPH adalah umur 41-50 tahun sebanyak 20%, 51-60 tahun 50%, >80
tahun sekitar 90%. Angka kejadian di Indonesiabervariasi antara 24-30% dari kasus
urologi yang dirawat di beberapa rumah sakit (Badan POM RI,2013:4), penyakit
pembesaran prostat jinak menjadi urutan keduasetelah penyakit batu saluran kemih, dan
jika dilihat secara umumnya,diperkirakan hampir 50 persen pria Indonesia yang berusia di
atas 50 tahun,dengan kini usia harapan hidup mencapai 65 tahun ditemukan menderita
penyakitPPJ atau BPH ini. Selanjutnya, 5 persen pria Indonesia sudah masuk ke
dalamlingkungan usia di atas 60 tahun. Oleh itu, jika dilihat, dari 200 juta lebihbilangan
rakyat indonesia, maka dapat diperkirakan 100 juta adalah pria, dan yangberusia 60 tahun
dan ke atas adalah kira-kira seramai 5 juta, maka dapat secaraumumnya dinyatakan bahwa
kira-kira 2.5 juta pria Indonesia menderita penyakit BPH.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Landasan Teoritis Penyakit BPH ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan teoritis BPH?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan BPH?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Landasan Teoritis Penyakit BPH
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teoritis BPH
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan BPH
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Kelenjar prostat terletak tepat dibawah leher kandung kemih. Kelenjar ini
mengelilingi uretra dan dipotong melintang oleh dua duktus ejakulatorius, yang merupakan
kelanjutan dari vas deferen. Pada bagian anterior difiksasi oleh ligamentum
pubroprostatikum dan sebelah inferior oleh difragma urogenital. Pada prostat bagian
posterior bermuara duktus ejakulatoris yang berjalan miring dan berakhir pada
verumontarum pada dasar uretra prostatika tepat proksimal dan sfingter uretra eksterna
secara embriologi, prostat berasal dari lima evaginasi epitel uretra posterior. Suplai darah
prostat diperdarahi oleh arteri vesikalis inferior dan masuk pada sisi postero lateralis lever
vesika (Wijaya & Putri,
2013:96)
Prostat adalah organ genetalia pria yang terletak di sebelah inferior kandung
kemih, di depan rectum yang membungkus uretra posterior. Bentuknya seperti buah
kemiri, dengan ukuran 4 x 3 x 2,5 cm, dan beratnya kurang lebih 20gram. Secara
histopatologi, kelenjar prostat terdiri atas komponen kelenjar dan stroma. Komponen
stroma ini terdiri atas otot polos, fibroblas, pembuluh darah, saraf, dan jaringan
penyangga yang lain (Muttaqin & Sari, 2013:20)
3. Etiologi
Penyebab pasti terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun, kelenjar protat
jelas sangat bergantung dengan hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan
BPH adalah proses penuaan. Ada beberapa faktor yang kemungkinan menjadi penyebab
antara lain:
a. Dehydotesteron (DHT)
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor andogen menyebabkan epitel dan stroma
dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi.
b. Usia
BPH merupakan penyakit yang diderita oleh klien laki-laki dengan usia rata-rata 45
tahun dan frekuensi makin bertambah sesuai dengan bertambahnya umur, sehingga
diatas umur 80 tahun kira-kira 80% menderita kelainan ini. Sebagai etiologi sekarang
dianggap ketidakseimbangan endokrin testosteron dianggap mempengaruhi bagian tepi
prostat, sedangkan estrogen (dibuat oleh kelenjar adrenal) mempengaruhi bagian
tengah prostat. Peningkatan usia membuat ketidakseimbangan rasio antara estrogen
dan testosteron. Dengan meningkatnya kadar ekstrogen diguga berkaitan dengan
terjadinya hyperplasia stroma, sehingga timbul dugaan bahwa testosteron diperlukan
untuk inisiasi terjadinya poliferasi sel tetapi kemudian estrogenlah yang berperan
untuk perkembangan stroma.
c. Perubahan keseimbangan hormone esterogen dan testoteron
Pada proses penuaan yang dialami pria terjadi peningkatan hormon esterogen dan
penurunan testoteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
d. Interaksi stoma-epitel
Peningkatan epidermal growth factor atau fibroblast growth factor dan penurunan
transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma.
e. Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan eepitel
dari kelenjar prostat.
f. Teori kebangkitan kembali (reawakening) atau reinduksi dari kemampuan mensekim
sinus urogenital untuk berproliferasi dan membentuk jaringan prostat.
4. Patofisiologi
Menurut Mansjoer Arif (2000), pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan
pada traktus urinarius. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi
perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika
kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat.
Sebagai akibatnya, serat destrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat
detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai
(trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi , mukosa vesika dapat
menerobos keluar di antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang
apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan
detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak
mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada
hidronefrosis dan difungsi saluran kemih atas.
Pathway BPH
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
5. Derajat BPH
Benigne Prostat Hiperplasia terbagi dalam 4 derajat sesuai dengan gangguan
klinisnya:(Kristiyanasari&Jitowiyono,2012:119)
1. Derajat satu
Keluhan prostatime ditemukan penonjolan prostatisme 1-2 cm, sisa urine kurang
50 cc, pancaran lemah, necturia, berat kurang lebih 20 gram.
2. Derajat dua
Keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nucturia bertambah berat, panas badan
tinggi(menggigil), nyeri daerah pinggang postat lebih menonjol, batas atas masih
teraba, sisa urine 50-100cc dan beratnya kurang lebih 20-40 gram.
3. Derajat tiga
Gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah tak teraba, sisa urine lebih
100cc, penonjolan prostat 3-4 cm, dan beratnya 40 gram.
4. Derajat empat
Prostat lebih menonjol dari 4cm, ada penyulitke ginjal seperti gagal ginjal,
hydroneprosis.
7. Komplikasi
a. Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter
b. Atherosclerosis
c. hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal
d. Hernia / hemoroid
e. Infark Jantung
f. Imponten
g. Hemoragik post Operasi
h. Fistula
i. Struktur pasca operasi
j. Infeksi
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan colok dubur
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan kesan keadaan tonus sfingtetr
anus, mukosa rectum, kelainan lain seperti benjolan dalam rectum dan prostat.
Pada perabaan melalui colok dubur dapat diperhatikan konsistensi prostat
adakah asimetri, adakah nodul pada prostat, apakah batas atas dapat dirab.
Derajat berat obstruksi dapat diukur dengan menentukan jumlah sisa urin
setelah miksi spontan. Sisa miksi ditentukan dengan mengukur urin yang masih
dapat keluar dengan kateterisasi. Sisa urin dapat pula diketahui dengan
melakukan ultrasonografi kandung kemih setelah miksi.
Ada 3 cara mengukur besarnya hipertropi prostat, yaitu :
1) Rectal grading
Rectal grading atau rectal toucher dilakukan dalam keadaan buli-buli
kosong. Sebab bila buli-buli penuh dapat terjadi kesalahan dalam penilaian.
Dengan rectal toucher diperkirakan dengan beberapa cm prostat menonjol
kedalam lumen dan rectum. Menonjolnya prostat dapat ditentukan dalam
grade. Pembagian grade sebagai berikut:
0-1 cm : Grade 0
1-2 cm : Grade 1
2-3 cm : Grade 2
3-4 cm : Grade 3
Lebih 4 cm : Grade 4
Biasanya pada grade 3 dan 4 batas dari prostat tidak dapat diraba karena
benjolan masuk ke dalam cavum rectum. Dengan menentukan rectal grading
maka didapatkan kesan besar dan beratnya prostat dan juga penting untuk
menentukan macam tindakan operasi yang akan dilakuakn. Bila kecil (grade
1) maka terapi yang baik adalah T.U.R.P (Trans Urethral Resection Prostat)
Bila prostat besar sekali ( grade 3-4) dapat dilakuakn prostatectomy terbuka
secara transvesical.
2) Clinical Grading
Pada pengukuran ini yang menjadi patokan adalah banyaknya sisa urin.
Pengukuran ini dilakukan dengan cara meminta pasien berkemih sampai
selesai saat bangun tidur pagi, kemudian memasukan kateter ke dalam
kandung kemih untuk mengukur sisa urin.
Sisa urin 0 cc : Normal
Sisa urin 0-50 cc : Grade 1
Sisa uri 50-150 cc : Grade 2
Sisa urin > 150 cc : Grade 3
Sama sekali tidak bisa kemih : Grade 4
3) Intra urethra grading
Untuk melihat seberapa jauh penonjolan lobus lateral ke dalam lumen
urethra. Pengukuran ini harus dapat dilihat dengan penendoskopy dan sudah
menjadi bidang dari urologi yang spesifik.
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Analisis urin dan pemeriksaan mikroskopik urin, elektrolit, kadar ureum
kreatinin
2) Bila perlu Prostate Spesific Antigen (PSA), untuk dasar penentuan biopsy
c. Pemeriksaan radiologi
1) Foto polos abdomen
2) BNO- IVP
3) Systocopy
Dilakukan apabila anamnesis ditemukan hematuria atau pada pemeriksaan
urin ditemukan mikrohematuria. Pemeriksaan ini dapat memberikan
gambaran kemungkinan tumor didalam kandungan kemih atau sumber
perdarahan dari atas apabila darah datang dari muara ureter atau batu
radiolusen didalam vesica. Selain itu, sistoscopi dapat juga member
keterangan mengenai besar prostat dengan mengukur panjang urethra pars
prostatica dan melihat penonjolan prostat ke dalam urethra.
d. USG (Ultrasonografi)
Digunakan untuk memeriksa konsitensi, volume dan besar prostat juga keadaan
buli-buli termasuk residual urin. Pemeriksaan dapat dilakukan secara
transrektal, transuretal dan supra pubik.
9. Penatalaksanaan
a. Perubahan gaya hidup
Yaitu mengurangi minum-minuman beralkohol dan yang mengandung kafein.
b. Pengobatan :
1) Alpha blockers, suatu α1-adrenergic receptor antagonis (misalnya:
Doxazosin, Terazosin, Alfazosin, dan Tamsulosin), dapat memperbiki
gejala-gejala BPH, Alpha blockers dapat merelaksasi otot pada prostat dan
leher kandung kemih, danmenurunkan derajat hambatan aliran urine.
2) 5α-reductase inhibitors (misalnya: Finasteride and dutasteride). Ketika
digunanakan bersama dengan alpha bockers dapat menurunkan
progresifitas pembesaran prostat.
c. Kateterisasi
d. Pemberian obat antimikrobal
e. Pembedahan
Prostatectomy adalah pembedahan dengan mengeluarkan seluruh atau
sebagian dari kelenjar prostate. Abnormalitas prostate, seperti sebuah tumor
atau apabila kelenjar prostate membesar kerena berbagai alas an dapat
menghambat aliran urin
Terdapat beberapa bentuk operasi pada prostat, diantaranya:
1) Transurethral resection of prostate (TURP)
a) Suatu alat sistoscopy dimasukan melalui uretra ke prostat, dimana
jaringan di sekeliling di eksisi.
b) TURP adalah suatu pembedahan yang dilakukan pada BPH dan
hasilnya sempurna dengan tingkat keberhasilan 80-90%.
2) Open Prostatectomy
Open Prostatectomy adalah suatu prosedur pembedahan dengan
melakukan insisi pada kulit dan mengangkat ade noma prostat melalui
kapsula prostat (retropubic prostatectomy) atau RPP, atau melalui
kandung kemih (suporapubic prostatectomy) atau SPP. Open
prostatectomy diindikasikan apabila prostat lebih dari 60 gram.
3) Laparoscopy prostatectomy
Suatu laparoscopi atau empat insisi kecil dibuat di abdomen dan seluruh
prostat dikeluarkan sesacara hati-hati dimana saraf-saraf lebih mudah
rusak dengan teknik retropubic atau suprapubic. Laparoscopic
prostatectomy lebih menguntungkan dibandingkan dengan pembedahan
radikal perineal prostatectomy atau retropubik prostatectomy dan lebih
ekonomis dibandingkan teknik bantuan robot.
4) Robotic-assited prostatectomy
Robotic-assited prostatectomy atau pembedahan dengan bantuan robot.
Tangan-tangan robot laparoscopi dikendalikan oleh seorang ahli bedah.
5) Radical perineal prostatectomy
Radical perineal prostatectomy adalah suatu insisi yang dibuat dperinium
di tengah-tengah antara rectum dan scrotum , dan kemudian prostat
dikeluarkan
6) Radical retropubic prostatectomy
Radical retropubic prostatectomy adalah suatu insisi yang dibuat di
abdomen bawah, dan kemudian prostat dikeluarkan (diangkat) melalui
belakang tulang pubis (retropubic). Radical retropubic prostatectomy
adalah salah satu tindakan kunci pada kanker prostat.
7) Transurethral elctrovaporization of the prostate (TVP)
8) Transurethral plasmakinetic vaporization prostatectomy (TUPVP)
9) Laser TURP
10) Visual laser ablation (VLAP)
11) Transurethral Microwaves Thermo Therapy (TUMT)
12) Transurethral Needle Ablation (TUNA)
4) Pemeriksaan Fisik
5) Pemeriksaan Penunjang
6) Terapi
b. Analisa Data
2. Diagnosa Keperawatan
a Gangguan eliminasi urin
b Retensi Urin
c Nyeri akut
d Resiko ketidakefektifan perfusi ginjal
e Resiko infeksi
f Ansietas
g Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
h Risiko Perdarahan
3. Rencana Keperawatan
No. NANDA NOC NIC
1. Gangguan eliminasi urin
NOC: Urinary Retention Care
Definisi: - Urinary elimination - Lakukan penilaian kemih yang
Disfungsi eliminasi urin - Urinary Contiunence komprehensif berfokus pada
Batasan karakteristik: Kriteria Hasil : inkontinensia (misalnya, output urin,
- Anyang-anyangan - Kandung kemih kosong pola berkemih kemih, fungsi kognitif,
- Disuria secara penuh dan masalah kencing praeksisten)
- Dorongan berkemih - Tidak ada residu urine > - Memantau penggunaan obat dengan
- Inkontinensia 100-200 cc sifat antikolinergik atau properti alpha
- Nokturia - Intake cairan dalam agonis
- Retensi urin rentang normal - Memonitor efek dari obat-obatan yang
- Sering berkemih - Bebas dari ISK diresepkan, seperti calcium channel
Faktor yang - Tidak ada spasme bladder blockers dan antikolinergik
berhubungan: - Menyediakan penghapusan privasi
- Balance cairan seimbang
- Gangguan sensori - Gunakan kekuatan sugesti dengan
motorik menjalankan air atau disiram toilet
- Infeksi saluran kemih
- Merangsang refleks kandung kemih
- Obstruksi anatomik
dengan menerapkan dingin untuk
- Penyebab multipel
perut, membelai tinggi batin, atau air
- Sediakan waktu yang cukup untuk
pengosongan kandung kemih (10
menit)
- Gunakan spirit wintergreen di pispot
atau urinal
- Menyediakan manuver Crede, yang
diperlukan
- Gunakan double-void teknik
- Masukkan kateter kemih, sesuai
- Anjurkan pasien / keluarga untuk
merekam output urin, sesuai
- Instruksikan cara-cara untuk
menghindari konstipasi atau impaksi
tinja
- Memantau asupan dan keluaran
- Memantau tingkat distensi kandung
kemih dengan palpasi dan perkusi
- Membantu dengan toilet secara berkala
- Memasukkan pipa ke dalam lubang
tubuh untuk sisa
- Menerapkan kateterisasi intermiten
- Merujuk ke spesialis kontinensia
kemih
DATA KLINIS
Nama : Tn. S No. Rek. Medis : 01.05.58.45
Usia : 76 Th TB : 160 cm BB : 80 kg
Suhu : 36,80C
Nadi : 100 x/i Kuat ( √ ) Lemah ( ) Teratur ( ) Tidak teratur ( )
Tekanan darah : 170/89 mmHg .
Tanggal kedatangan 15 Agustus 2019 Waktu : 12.10 WIB
Orang yang bisa dihubungi : Tn. RTelepon : 082345263006 .
Catatan Kedatangan : Kursi roda ( ) Ambulans ( √ ) Brankar ( )
Genogram
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
POLA ELIMINASI
Keluhan: Nyeri, dan tidak puas saat BAK (sebelum pemasangan kateter)
Pola Defekasi Pola Urinasi
Frekwensi 1x/2 hari Konsistensi: lembek Frekwensi: - Konsistensi: cair
Warna: kuning Warna: kuning pekat/
kecoklatan Bau: busuk seperti air teh Bau: busuk
Banyaknya: ¼ pempers Banyaknya: ± 400 cc
Stoma : tidak ada Alat bantu: kateterisasi intermitten
Hal yang dilakukan saat ada masalah:Bila mempunyai masalah biasanya pasien
bercerita dan meminta pendapat dari keluarganya.
Penggunaan obat untuk menghilangkan stres:Tidak ada penggunaan obat untuk stress
Keadaan emosi dalam sehari hari:√santai______________tegang
POLA KEYAKINAN-NILAI:
Agama : (√ ) Islam ( ) Kristen ( ) Protestan ( ) Hindu ( ) Budha
Pantangan keagamaan : (√) Tidak ( ) Ya
Pengaruh agama dalam kehidupan : Membuat klien hidup lebih damai
Permintaan kunjungan rohaniawan pada saat ini : ( ) Ya ( √) Tidak
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnostik :
Nilai Rujukan
Pemeriksaan Hasil Satuan Interpretasi
Pria Wanita
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda vital TD = 170/89 mmHg
Nadi = 100 x/i
Nafas = 22 x/i
Suhu = 36,8 derajat C
Kulit Sawo matang
Kulit kering
Leher
Trakea Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Karotid Bruit Tidak ada pembesaran tiroid
Vena
Kelenjar Tiroid
Lainnya
Dada I = Simetris kiri kanan
P = Fremitus kiri kanan
P = Sonor
A = vesikuler
Payudara Tidak dinilai
Neurologi
Status mental/GCS GCS 15
Saraf kranial
Motoris
Sensoris
DTR
Lainnya
Ekstremitas Atas : tangan kanan terpasang IVFD RL 6 jam/kolf
Bawah : tidak ada masalah
Vaskuler perifer Baik
Genitalia Terpasang kateter intermitten
Rectal Bersih, tidak ada kelainan
TERAPI MEDIS:
- IVFD RL 28 6 jam/kolf
- Inj. Keterolac 3x 30 mg
- Inj. Ranitin 2 x 50 mg
- Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gr
ANALISA DATA
Data Penyebab Diagnosa keperawatan
DS : Obstruksi mekanik, Retensi urin
- Pasien mengeluh BAK pembesaran prostat
tertahan
- Pasien mengeluh sebelum
pemasangan kateter urine
BAK keluar tertahan
(klien tidak puas saat
BAK)
- Keluarga klien
mengatakan urine pasien
terakhir dibuang jam
07.00 WIB pada tanggal
5 April 2018.
DO :
- Saat di kaji tampak urine
klien berwarna kuning
pekat,
- Jumlah 400 ml,
- Kebiasaan berkemih klien
mengalami retensi
DS : Agen cidera biologis (distensi Nyeri akut
- Klien mengeluhkan nyeri kandung kemih)
pada area alat kelamin,
- Klien mengatakan nyeri
datang hilang-timbul dan
saat nyeri berlangsung 2-
3 menit.
DO :
- Skala nyeri 5.
- Nyeri disebabkan oleh
penebalan pada dinding
saluran prostat
- Klien tampak meringis
- Nyeri datang hilang
timbul dibagian alat
kelamin
- Durasi saat nyeri 2-3
menit
- Nyeri disebabkan oleh
penekanan pada kandung
kemih
- Karateristik nyeri akut
Rencana Asuhan Keperawatan
Nama Pasien : Tn. S
No RM : 01.05.58.45
Diagnosa Medis : BPH (Benigna Prostat Hiperplasia)
Ruangan : CP (Bedah Pria)
Perlindungan Infeksi
aktivitas:
- monitor adanya tanda dan gejala infeksi sitemik
dan lokal
- monitor kerentanan terhadap infeksi
- monitor hitung hitung mutlak granulosit, WBC,
dan hasil-hasil deferensial
- ikuti tindakan pencegahan neutropenia yang
sesuai
- batasi jumlah pengunjung
- skrining semua pengunjung terkait penyakit
menular
- pertahankan aseptic untuk pasien beresiko
- pertahankan teknik-teknik isolasi yang sesuai
- berikan perawatan kulit yang tepat
- periksa kulit pada area pemasangan kateter
untuk adanya kemerahan, kehangatan ekstrim
atau adanya cairan yang keluar
- tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
- anjurkan asupan cairan yang tepat
- anjurkan istirahat
- anjurkan peningkatan mobilitas dan latihan
dengan tepat
- ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan
gejala infeksi, dan kapan harus melaporkannya
kepada pemberi pelayanan kesehatan
- ajarkan pasien dan anggota keluar bagaimana
cara menghindari infeksi
2 Nyeri Akut berhubungan dengan agen Kontrol nyeri Menajemen nyeri
cidera biologi ( distensi kandung kemih) Indikator: Aktivitas:
- Mengenali kapan nyeri - Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
terjadi meliputi lokasi karakteristik, onset/durasi,
- Menggambarkan faktor frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya
penyebab nyeri dan faktor pencetus
- Menggunakan tindakan - Obserfasi adanya petunjuk nonverbal
pencegahan mengenai ketidaknyamanan
- Menggunakan tindakan - Pastikan perawatan analgesik bagi pasien
pengurangan nyeri dilakukan dengan pemantauan yang ketat
- Menggunakan analgesik - Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien
yang di rekomendasikan mengenai nyeri
- Melaporkan perubahan - Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
terhadap gejala nyeri terhaddap kualitas hidup pasien
- Melaporkan nyeri yan - Berikan informasi mengenai nyeri, seperti
terkontrol penyebab nyeri, berpa lama nyeri
1 2 3 4 5 - Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
Ket: mempengaruhi respon pasien terhadap
1. Tidak pernah ketidaknyamanan
menunjukkan - Kurani faktor-faktor yang dapat mencetuskan
2. Jarang menunjukkan peningkatan nyeri
3. Kadang-kadang - Ajarkan pasien prinsip-prinsip menajemen
menunjukkan nyeri
4. Sering menunjukkan - Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi
5. Secara konsisten - Berikan individu penurunan nyeri yang
menunjukkan optimal dengan peresepan analgesik
- Dukung istirahat/tidur yang adekuat
Tingkatan nyeri
Indikator: Pemberian Analgesik
- Nyeri yang dilaporkan Aktivitas:
- Panjangnya episode nyeri - Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan
- Menggosok area yang keparahan nyeri sebelum mengobati pasien
terkena dampak - Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis,
- Menggerang dan menangis dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan
- Ekspresi wajah nyeri - Cek adanya riwayat alergi
- Tidak bisa istirahat - Tentukan pilhan obat analgesik
- Mengerinyit - Berikan analgesik sesuai waktu paruhnya,
- Kehilangan nafsu makan terutama pada nyeri yang berat
- Mual - Pilih rute intervena
1 2 3 4 5 - Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian
Ket : analgesik
1. Berat - Dokumentasikan responterhaddap analgesik
2. Cukup berat dan adanya efek samping
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Benign prostatic hyperplasia atau Benigna Prostat Hiperplasi (BPH) disebut juga
Nodular hyperplasia, adalah suatu kondisi yang sering terjadi sebagai hasil dari
pertumbuhan dan pengendalian hormon prostat (Yuliana elin, 2011).
Ada beberapa faktor yang kemungkinan menjadi penyebab antara lain:
Dehydotesteron (DHT), usia, perubahan keseimbangan hormone esterogen dan
testoteron, interaksi stoma-epitel, berkurangnya sel yang mati.
Tanda dan gejala BPH antara lain : Gejala obstruktif, yaitu: hesitansi,
intermittency, erminal dribbling, pancaran lemah, rasa tidak puas setelah
berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas. Gejala iritasi antara lain :
urgensi, frekuensi, disuria. Dengan komplikasi BPH seperti atherosclerosis,
hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal, hernia / hemoroid, imponten, hemoragik
post Operasi, fistula dan infeksi.
B. SARAN
Makalah ini masih banyak kekurangan dari segi isi maupun dalam sistem
penulisan, kelompok mengharapkan makalah ini dapat disempurnakan dari hasil
diskusi bersama antar kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek,G.M.,`Butcher,H.K.,`Dochterman,J.M,Wagner,C.M.`2013.`Nursing`Intervent
ion Classification (NIC). United Kingdom: Elsevier
Brunner & Sudart, 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume 8.EGC : Jakarta.
Mansjoer,Arif,dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 ,FK UI.Jakarta: Media
Aesculapius
Moorhead,S., Jhonson,M., Maas,M.L.,Swanson,E.2013. Nursing Outcome
Classification (NOC). Kingdom: Elsevier
Nanda International. 2015. Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan klassifikasi, Jakarata:
EGC
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosis Medis & NANDA NIC NOC.Jakarta:MediAction
Publishing
Rudi Haryono. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Perkemihan. Yogyakarta:
Rapha Publishing.
Toto Suharyanto. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta Timur, Trans Info media
Yuliana Elin, Andrajat Retnosari, dkk.2011.ISO Farmakoterapi 2.Jakarta:ISFI