Anda di halaman 1dari 42

TUGAS KEPERAWATAN DEWASA 2

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BPH


(BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)

OLEH :

KELOMPOK 3

Siti Nurhikmah (1811316011)


Meri Yusnita (1811316012)
Diva Elika (1811316013)
Andry Hutama Ihsan (1811316014)
Nidya Sari (1811316015)

DOSEN PEMBIMBING :

RENI PRIMA GUSTY,S.Kp M.Kes

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat beserta
salam tak lupa pula kita hadiahkan kepada Nabi besar kita yakninya Nabi besar Muhammad
SAW. Yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah kepada zaman yang penuh ilmu
pengetahuan yang kita rasakan pada saat sekarang ini.

Asuhan keperawatan ini penulis buat untuk melengkapi tugas kelompok mengenai
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien BPH”. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga menjadi ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Amin.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, demi kesempurnaan makalah ini. Akhir
kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan supaya kita
selalu berada di bawah lindungan Allah SWT.

Padang, Agustus 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 3

A. Definisi ................................................................................................................ 3
B. Etiologi ................................................................................................................ 4
C. Patofisiologi ............................................................................................................. 5
D. Tanda dan gejala ....................................................................................................... 4
E. Komplikasi ............................................................................................................... 5
F. Pemeriksaan penunjang ............................................................................................ 4
G. Penatalaksanaan ........................................................................................................ 5
H. Asuhan Keperawatan ................................................................................................. 4

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 9

A. Kesimpulan ............................................................................................................... 9
B. Saran ................................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu dan teknologi di segala bidang dalam kehidupan ini membawa
dampak yang sangat signifikan terhadap peningkatan kualitas hidup, status kesehatan,
umur harapan hidup dan bertambahnya usia lanjut yang melebihi perkiraan statistik.
Kondisi tersebut menempati kasus degeneratif tersering yang diderita pria yaitu BPH.
Benign prostatic hyperplasia atau Benigna Prostat Hiperplasi (BPH) disebut juga Nodular
hyperplasia, Benign prostatic hypertrophy atau Benign enlargement of the prostate (BEP)
yang merujuk kepada peningkatan ukuran prostat pada laki-laki usia pertengahan dan usia
lanjut.
Benigna prostatic hyperplasia adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, yang
disebabkan hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan
kelenjar/jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika
(Jitowiyono & Kristiyanasari,2012:112). Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit
yang disebabkan oleh penuaan. Tanda klinis BPH biasanya muncul pada lebih dari 50%
laki-laki yang berusia 50 tahun keatas.(Price & Wilson,2006:1320). Penyebab terjadinya
BPH sampai sekarang belum diketahui secara pasti, namun faktor usia dan hormonal
menjadi predisposisi terjadinya BPH. Beberapa faktor meyebutkan bahwa hiperplasia
prostat sangat erat kaitannya dengan peningkatan DTH (dehidrotestosteron), peningkatan
esterogen-testosteron, interaksi antar sel stroma dan sel epitel prostat, berkurangnya
kematian sel, dan teori stem sel (Prabowo & Pranata,2014:131 )
Menurut data BPOM Pembentukan nodul pembesaran prostat ini sudah
mulai tampak pada usia 25 tahun pada sekitar 25% pria. Faktor lain yang mempengaruhi
BPH adalah latar belakang kondisi penderita misalnya usia, riwayat keluarga, obesitas,
meningkatnya kadar kolesterol darah, pola makan tinggi lemak hewani, olahraga, merokok,
minuman beralkohol, penyakit Diabetes Mellitus, dan aktifitas seksual. Berdasarkan data
yang ada, prevalensi BPH adalah umur 41-50 tahun sebanyak 20%, 51-60 tahun 50%, >80
tahun sekitar 90%. Angka kejadian di Indonesiabervariasi antara 24-30% dari kasus
urologi yang dirawat di beberapa rumah sakit (Badan POM RI,2013:4), penyakit
pembesaran prostat jinak menjadi urutan keduasetelah penyakit batu saluran kemih, dan
jika dilihat secara umumnya,diperkirakan hampir 50 persen pria Indonesia yang berusia di
atas 50 tahun,dengan kini usia harapan hidup mencapai 65 tahun ditemukan menderita
penyakitPPJ atau BPH ini. Selanjutnya, 5 persen pria Indonesia sudah masuk ke
dalamlingkungan usia di atas 60 tahun. Oleh itu, jika dilihat, dari 200 juta lebihbilangan
rakyat indonesia, maka dapat diperkirakan 100 juta adalah pria, dan yangberusia 60 tahun
dan ke atas adalah kira-kira seramai 5 juta, maka dapat secaraumumnya dinyatakan bahwa
kira-kira 2.5 juta pria Indonesia menderita penyakit BPH.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Landasan Teoritis Penyakit BPH ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan teoritis BPH?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan BPH?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Landasan Teoritis Penyakit BPH
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teoritis BPH
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan BPH
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Landasan Teoritis Penyakit


1. Definisi
Benign prostatic hyperplasia atau Benigna Prostat Hiperplasi (BPH) disebut juga
Nodular hyperplasia, adalah suatu kondisi yang sering terjadi sebagai hasil dari
pertumbuhan dan pengendalian hormon prostat (Yuliana elin, 2011).
Kelenjar prostat adalah suatu jaringan fibromuskular dan kelenjar granular yang
melingkari uretra bagian proksimal, yang terdiri dari kelenjar majemuk, saluran-saluran
dan oto polos terletak dibawah kandung kemih dan melekat pada dinding kandung kemih
dengan panjang 3-4cm dan lebar 4,4cm, tebal 2,6cm dan sebesar biji kenari, pembesaran
pada prostat akan membendung uretra dan dapat menyebabkan retensi urin, kelenjar
prostat terdiri dari lobus posterior lateral, anterior dan lobus medial, kelenjar prostat
berguna untuk melindungi spermatozoa, terhadap tekanan yang ada pada uretra dan
vagina. Serta menambah pada cairan seminalis
Prostat adalah jaringan fibromuskuler dan jaringan kelenjar yang terlihat persis di
inferioe dari kandung kencing. Berat prostat normalnya ±20gr, di dalamnya berjalan
uretra posterior ±2,5cm. Pada bagian anterior difiksasi oleh ligamentum puboprostatikum
dan sebelah inferior oleh diafragma urogenitale. Pada prostat bagian posterior bermuara
duktus ejakulatoris yang berjalan miring dan berakhir pada verumontanum pada dasar
uretra prostatika tepat proksimal dari spingter uretra eksterna.
BPH adalah pembesaran progesif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih
tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran
urinarius ( Marlyn, E.D, 2000:671)
Hipertropi prostat adalah hyperplasia dari kelenjar periurethal yang kemudian
mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. (Kapita
Selekta,2000)
2. Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Prostat

Kelenjar prostat terletak tepat dibawah leher kandung kemih. Kelenjar ini
mengelilingi uretra dan dipotong melintang oleh dua duktus ejakulatorius, yang merupakan
kelanjutan dari vas deferen. Pada bagian anterior difiksasi oleh ligamentum
pubroprostatikum dan sebelah inferior oleh difragma urogenital. Pada prostat bagian
posterior bermuara duktus ejakulatoris yang berjalan miring dan berakhir pada
verumontarum pada dasar uretra prostatika tepat proksimal dan sfingter uretra eksterna
secara embriologi, prostat berasal dari lima evaginasi epitel uretra posterior. Suplai darah
prostat diperdarahi oleh arteri vesikalis inferior dan masuk pada sisi postero lateralis lever
vesika (Wijaya & Putri,
2013:96)
Prostat adalah organ genetalia pria yang terletak di sebelah inferior kandung
kemih, di depan rectum yang membungkus uretra posterior. Bentuknya seperti buah
kemiri, dengan ukuran 4 x 3 x 2,5 cm, dan beratnya kurang lebih 20gram. Secara
histopatologi, kelenjar prostat terdiri atas komponen kelenjar dan stroma. Komponen
stroma ini terdiri atas otot polos, fibroblas, pembuluh darah, saraf, dan jaringan
penyangga yang lain (Muttaqin & Sari, 2013:20)

Gambar 2.1 Anatomi perkemihan pada pria (Doenges,1999:556)


Sedangkan fisologis kelenjar prostat adalah:
1. Menghasilkan cairan encer yang mengandung ion sitrat, ion phospat, enzim
pembeku, dan profibrinosilin. Selama pengisian kelenjar prostat berkontraksi
sejalan dengan kontraksi vas deferens sehingga cairan encer dapat dikeluarkan
untuk menambah lebih banyak jumlah semen. Sifat yang sedikit basa dari cairan
prostat memungkinkan untuk keberhasilan fertilisasi (gumpalan) ovum karena
cairan vas deferens sedikit asam. Cairan prostat menetralisir sifat asam dari cairan
lain setelah ejakulasi (Syaifuddin, 2011:331 ).
2. Menambah cairan alkalis pada cairan seminalis yang berguna untuk melindungi
spermatozoa terhadap sifat asam yang terdapat pada uretra. Dibawah kelenjar ini
terdapat kelenjar Rulbo Uretralis yang memiliki panjang 2-5 cm. Fungsi hampir
sama dengan kelenjar prostat. Kelenjar ini menghasilkan sekresi yang
penyalurannya dari testis secara kimiawi dan fisiologis sesuai kebutuhan
spermatozoa(Wijaya & Putri,2013:96)

3. Etiologi
Penyebab pasti terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun, kelenjar protat
jelas sangat bergantung dengan hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan
BPH adalah proses penuaan. Ada beberapa faktor yang kemungkinan menjadi penyebab
antara lain:
a. Dehydotesteron (DHT)
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor andogen menyebabkan epitel dan stroma
dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi.
b. Usia
BPH merupakan penyakit yang diderita oleh klien laki-laki dengan usia rata-rata 45
tahun dan frekuensi makin bertambah sesuai dengan bertambahnya umur, sehingga
diatas umur 80 tahun kira-kira 80% menderita kelainan ini. Sebagai etiologi sekarang
dianggap ketidakseimbangan endokrin testosteron dianggap mempengaruhi bagian tepi
prostat, sedangkan estrogen (dibuat oleh kelenjar adrenal) mempengaruhi bagian
tengah prostat. Peningkatan usia membuat ketidakseimbangan rasio antara estrogen
dan testosteron. Dengan meningkatnya kadar ekstrogen diguga berkaitan dengan
terjadinya hyperplasia stroma, sehingga timbul dugaan bahwa testosteron diperlukan
untuk inisiasi terjadinya poliferasi sel tetapi kemudian estrogenlah yang berperan
untuk perkembangan stroma.
c. Perubahan keseimbangan hormone esterogen dan testoteron
Pada proses penuaan yang dialami pria terjadi peningkatan hormon esterogen dan
penurunan testoteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
d. Interaksi stoma-epitel
Peningkatan epidermal growth factor atau fibroblast growth factor dan penurunan
transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma.
e. Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan eepitel
dari kelenjar prostat.
f. Teori kebangkitan kembali (reawakening) atau reinduksi dari kemampuan mensekim
sinus urogenital untuk berproliferasi dan membentuk jaringan prostat.

4. Patofisiologi
Menurut Mansjoer Arif (2000), pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan
pada traktus urinarius. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi
perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika
kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat.
Sebagai akibatnya, serat destrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat
detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai
(trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi , mukosa vesika dapat
menerobos keluar di antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang
apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan
detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak
mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada
hidronefrosis dan difungsi saluran kemih atas.
Pathway BPH

Kurang nafsu makan

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
5. Derajat BPH
Benigne Prostat Hiperplasia terbagi dalam 4 derajat sesuai dengan gangguan
klinisnya:(Kristiyanasari&Jitowiyono,2012:119)
1. Derajat satu
Keluhan prostatime ditemukan penonjolan prostatisme 1-2 cm, sisa urine kurang
50 cc, pancaran lemah, necturia, berat kurang lebih 20 gram.
2. Derajat dua
Keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nucturia bertambah berat, panas badan
tinggi(menggigil), nyeri daerah pinggang postat lebih menonjol, batas atas masih
teraba, sisa urine 50-100cc dan beratnya kurang lebih 20-40 gram.
3. Derajat tiga
Gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah tak teraba, sisa urine lebih
100cc, penonjolan prostat 3-4 cm, dan beratnya 40 gram.
4. Derajat empat
Prostat lebih menonjol dari 4cm, ada penyulitke ginjal seperti gagal ginjal,
hydroneprosis.

6. Tanda dan Gejala


Gejala-gejal pembesaran prostat jinak dikenal sebagai Lower Urinary Tract
Symptoms (LUTS), yang dibedakan menjadi:
a. Gejala obstruktif, yaitu:
1) Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan
mengenjan yang disebabkan oleh otot destrussor buli-buli memerlukan
waktu beberapa lama untuk meningkatkan tekanan intravesikal guna
mengatasi tekanan dalam uretra prostatika.
2) Intermittency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan oleh
ketidakmampuan otot destrussor dalam mempertahankan tekanan
intravesika sampai berakhirnya miksi.
3) Terminal dribbling yaitu menetesnya urin pada akhir kencing
4) Pancaran lemah, yaitu kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran
destrussor memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan uretra.
5) Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.
b. Gejala iritasi
1) Urgensi yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan
2) Frekuensi yaitu penderitaan miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi
pada malam hari ( Nocturia) pada siang hari
3) Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing

7. Komplikasi
a. Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter
b. Atherosclerosis
c. hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal
d. Hernia / hemoroid
e. Infark Jantung
f. Imponten
g. Hemoragik post Operasi
h. Fistula
i. Struktur pasca operasi
j. Infeksi

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan colok dubur
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan kesan keadaan tonus sfingtetr
anus, mukosa rectum, kelainan lain seperti benjolan dalam rectum dan prostat.
Pada perabaan melalui colok dubur dapat diperhatikan konsistensi prostat
adakah asimetri, adakah nodul pada prostat, apakah batas atas dapat dirab.
Derajat berat obstruksi dapat diukur dengan menentukan jumlah sisa urin
setelah miksi spontan. Sisa miksi ditentukan dengan mengukur urin yang masih
dapat keluar dengan kateterisasi. Sisa urin dapat pula diketahui dengan
melakukan ultrasonografi kandung kemih setelah miksi.
Ada 3 cara mengukur besarnya hipertropi prostat, yaitu :
1) Rectal grading
Rectal grading atau rectal toucher dilakukan dalam keadaan buli-buli
kosong. Sebab bila buli-buli penuh dapat terjadi kesalahan dalam penilaian.
Dengan rectal toucher diperkirakan dengan beberapa cm prostat menonjol
kedalam lumen dan rectum. Menonjolnya prostat dapat ditentukan dalam
grade. Pembagian grade sebagai berikut:
0-1 cm : Grade 0
1-2 cm : Grade 1
2-3 cm : Grade 2
3-4 cm : Grade 3
Lebih 4 cm : Grade 4
Biasanya pada grade 3 dan 4 batas dari prostat tidak dapat diraba karena
benjolan masuk ke dalam cavum rectum. Dengan menentukan rectal grading
maka didapatkan kesan besar dan beratnya prostat dan juga penting untuk
menentukan macam tindakan operasi yang akan dilakuakn. Bila kecil (grade
1) maka terapi yang baik adalah T.U.R.P (Trans Urethral Resection Prostat)
Bila prostat besar sekali ( grade 3-4) dapat dilakuakn prostatectomy terbuka
secara transvesical.
2) Clinical Grading
Pada pengukuran ini yang menjadi patokan adalah banyaknya sisa urin.
Pengukuran ini dilakukan dengan cara meminta pasien berkemih sampai
selesai saat bangun tidur pagi, kemudian memasukan kateter ke dalam
kandung kemih untuk mengukur sisa urin.
Sisa urin 0 cc : Normal
Sisa urin 0-50 cc : Grade 1
Sisa uri 50-150 cc : Grade 2
Sisa urin > 150 cc : Grade 3
Sama sekali tidak bisa kemih : Grade 4
3) Intra urethra grading
Untuk melihat seberapa jauh penonjolan lobus lateral ke dalam lumen
urethra. Pengukuran ini harus dapat dilihat dengan penendoskopy dan sudah
menjadi bidang dari urologi yang spesifik.
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Analisis urin dan pemeriksaan mikroskopik urin, elektrolit, kadar ureum
kreatinin
2) Bila perlu Prostate Spesific Antigen (PSA), untuk dasar penentuan biopsy
c. Pemeriksaan radiologi
1) Foto polos abdomen
2) BNO- IVP
3) Systocopy
Dilakukan apabila anamnesis ditemukan hematuria atau pada pemeriksaan
urin ditemukan mikrohematuria. Pemeriksaan ini dapat memberikan
gambaran kemungkinan tumor didalam kandungan kemih atau sumber
perdarahan dari atas apabila darah datang dari muara ureter atau batu
radiolusen didalam vesica. Selain itu, sistoscopi dapat juga member
keterangan mengenai besar prostat dengan mengukur panjang urethra pars
prostatica dan melihat penonjolan prostat ke dalam urethra.
d. USG (Ultrasonografi)
Digunakan untuk memeriksa konsitensi, volume dan besar prostat juga keadaan
buli-buli termasuk residual urin. Pemeriksaan dapat dilakukan secara
transrektal, transuretal dan supra pubik.
9. Penatalaksanaan
a. Perubahan gaya hidup
Yaitu mengurangi minum-minuman beralkohol dan yang mengandung kafein.
b. Pengobatan :
1) Alpha blockers, suatu α1-adrenergic receptor antagonis (misalnya:
Doxazosin, Terazosin, Alfazosin, dan Tamsulosin), dapat memperbiki
gejala-gejala BPH, Alpha blockers dapat merelaksasi otot pada prostat dan
leher kandung kemih, danmenurunkan derajat hambatan aliran urine.
2) 5α-reductase inhibitors (misalnya: Finasteride and dutasteride). Ketika
digunanakan bersama dengan alpha bockers dapat menurunkan
progresifitas pembesaran prostat.
c. Kateterisasi
d. Pemberian obat antimikrobal
e. Pembedahan
Prostatectomy adalah pembedahan dengan mengeluarkan seluruh atau
sebagian dari kelenjar prostate. Abnormalitas prostate, seperti sebuah tumor
atau apabila kelenjar prostate membesar kerena berbagai alas an dapat
menghambat aliran urin
Terdapat beberapa bentuk operasi pada prostat, diantaranya:
1) Transurethral resection of prostate (TURP)
a) Suatu alat sistoscopy dimasukan melalui uretra ke prostat, dimana
jaringan di sekeliling di eksisi.
b) TURP adalah suatu pembedahan yang dilakukan pada BPH dan
hasilnya sempurna dengan tingkat keberhasilan 80-90%.
2) Open Prostatectomy
Open Prostatectomy adalah suatu prosedur pembedahan dengan
melakukan insisi pada kulit dan mengangkat ade noma prostat melalui
kapsula prostat (retropubic prostatectomy) atau RPP, atau melalui
kandung kemih (suporapubic prostatectomy) atau SPP. Open
prostatectomy diindikasikan apabila prostat lebih dari 60 gram.
3) Laparoscopy prostatectomy
Suatu laparoscopi atau empat insisi kecil dibuat di abdomen dan seluruh
prostat dikeluarkan sesacara hati-hati dimana saraf-saraf lebih mudah
rusak dengan teknik retropubic atau suprapubic. Laparoscopic
prostatectomy lebih menguntungkan dibandingkan dengan pembedahan
radikal perineal prostatectomy atau retropubik prostatectomy dan lebih
ekonomis dibandingkan teknik bantuan robot.
4) Robotic-assited prostatectomy
Robotic-assited prostatectomy atau pembedahan dengan bantuan robot.
Tangan-tangan robot laparoscopi dikendalikan oleh seorang ahli bedah.
5) Radical perineal prostatectomy
Radical perineal prostatectomy adalah suatu insisi yang dibuat dperinium
di tengah-tengah antara rectum dan scrotum , dan kemudian prostat
dikeluarkan
6) Radical retropubic prostatectomy
Radical retropubic prostatectomy adalah suatu insisi yang dibuat di
abdomen bawah, dan kemudian prostat dikeluarkan (diangkat) melalui
belakang tulang pubis (retropubic). Radical retropubic prostatectomy
adalah salah satu tindakan kunci pada kanker prostat.
7) Transurethral elctrovaporization of the prostate (TVP)
8) Transurethral plasmakinetic vaporization prostatectomy (TUPVP)
9) Laser TURP
10) Visual laser ablation (VLAP)
11) Transurethral Microwaves Thermo Therapy (TUMT)
12) Transurethral Needle Ablation (TUNA)

10. Discharge Planning


a. Berhenti merokok
b. Biasakan hidup bersih
c. Makan makanan yang banyak mengandung vitamin dan hindari minuman
beralkohol
d. Berolahraga secara rutin dan berusaha untuk mengendalikan stress
e. Menilai dan mengajarkan pasien untuk melaporkan tanda-tanda hematuria
dan infeksi
f. Menjelaskan komplikasi yang mungkin BPH dan untuk melaporkan hal ini
sekaligus
g. Anjurkan pasien untuk menghindari obat-obatan yang menggangu berkemih
seperti obat OTC yang mengandung simpatomimetik seperti
fenilpropanolamin dingin
h. Mendorong untuk selalu check up (Nurarif, 2013).
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan, tahap ini merupakan dasar
utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan manusia
(Nursalam, 2001).
a. Pengumpulan Data
1) Identitas
Dikaji tentang identitas klien yang meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa, pendidikan terakhir, status perkawinan, alamat,
diagnosa medis, nomor medrek, tanggal masuk rumah sakit dan tanggal
pengkajian, juga identitas penganggungjawab klien yang meliputi nama,
umur, jenis kelamin, agama, pendidikan terakhir, dan hubungan dengan
klien.
2) Riwayat kesehatan klien
a) Alasan masuk
Merupakan alasan yang mendasari klien dibawa ke rumah sakit atau
kronologis yang menggambarkan perilaku klien dalam mencari
pertolongan.
b) Keluhan utama
Merupakan keluhan yang dirasakan oleh klien saat dilakukan
pengkajian, dimana pada klien dengan BPH keluhan yang dirasakan
sebelum operasi diantaranya nyeri pada saat BAK, urine keluar dengan
menetes, pancaran urine lemah dan sulit saat memulai BAK. Sedangkan
keluhan yang mungkin dirasakan setelah operasi diantaranya nyeri pada
luka operasi (Brunner & Suddart, 2001).
c) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama yang dirasakan klien
melalui metode PQRST dalam bentuk narasi.
P (Paliatif dan Profokatif) : Segala sesuatu yang memperberat atau
memperingan keluhan.
Q (Quality/Quantity) : Bagaimana keluhan dirasakan oleh klien.
R (Regio/Radiasi) : keluhan tersebut tempatnya dimana dan apakah
terjadi penyebaran.
S (Severity/Scale) : Apakah keluhan tersebut mengganggu aktivitas
klien, seberapa besar gangguannya.
T (Timing) : Kapan keluhan tersebut dirasakan klien, apakah kadang-
kadang atau terus menerus.
d) Riwayat kesehatan masa lalu
Dikaji tentang penyakit yang pernah diderita klien seperti penyakit
jantung, ginjal, dan hipertensi, juga riwayat pembedahan yang pernah
dialami saat dulu, baik yang berhubungan dengan timbulnya BPH,
maupun yang tidak (Brunner & Suddart, 2001).
e) Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji apakah aggota dalam keluarga klien ada yang menderita penyakit
seperti klien, penyakit menular seperti TBC, dan penyakit keturunan
seperti DM, Hipertensi, Jantung, dan Asma. Jika ada riwayat penyakit
keturunan maka dibuat genogram (AKPER Kota Sukabumi, 2005).
3) Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi kesehatan dan management kesehatan
Menggambarkan pola pikir kesehatan pasien, keadaan sehat dan
bagaimana memelihara kondisi kesehatan. Termasuk persepsi individu
tentang status dan riwayat kesehatan, hubungannya dengan aktivitas
dan rencana yang akan datang serta usaha-usaha preventif yang
dilakukan pasien untuk menjaga kesehatannya.
b. Pola Nutrisi – Metabolik
Menggambarkan pola konsumsi makanan dan cairan untuk kebutuhan
metabolik dan suplai nutrisi, kualitas makanan setiap harinya, kebiasaan
makan dan makanan yang disukai maupun penggunaan vitamin
tambahan. Keadaan kulit, rambut, kuku, membran mukosa, gigi, suhu,
BB, TB, juga kemampuan penyembuhan.
c. Pola Eliminasi
Yang menggambarkan:
1) pola defekasi (warna, kuantitas, dll)
2) penggunaan alat-alat bantu
3) penggunaan obat-obatan.
d. Pola Aktivitas
1) pola aktivitas, latihan dan rekreasi
2) pembatasan gerak
3) alat bantu yang dipakai, posisi tubuhnya.
e. Pola Istirahat – Tidur
Yang menggambarkan:
1) Pola tidur dan istirahat
2) Persepsi, kualitas, kuantitas
3) Penggunaan obat-obatan.
f. Pola Kognitif – Persepsi
1) Penghilatan, pendengaran, rasa, bau, sentuhan
2) Kemampuan bahasa
3) Kemampuan membuat keputusan
4) Ingatan
5) Ketidaknyamanan dan kenyamanan
g. Pola peran – hubungan sosial
Yang menggambarkan:
1) Pola hubungan keluarga dan masyarakat
2) Masalah keluarga dan masyarakat
3) Peran tanggung jawab.
h. Pola seksual dan reproduksi
Yang menggambarkan:
1) Masalah seksual
2) Pendidikan seksual.
i. Pola koping toleransi stress
Yang menggambarkan:
1) Penyebab stress
2) Kemampuan mengendalikan stress
3) Pengetahuan tentang toleransi stress
4) Tingkat toleransi stress
5) Strategi menghadapi stress.
j. Pola keyakinan dan nilai
Yang menggambarkan:
1) Perkembangan moral, perilaku dan keyakinan
2) Realisasi dalam kesehariannya.

4) Pemeriksaan Fisik
5) Pemeriksaan Penunjang
6) Terapi
b. Analisa Data

2. Diagnosa Keperawatan
a Gangguan eliminasi urin
b Retensi Urin
c Nyeri akut
d Resiko ketidakefektifan perfusi ginjal
e Resiko infeksi
f Ansietas
g Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
h Risiko Perdarahan
3. Rencana Keperawatan
No. NANDA NOC NIC
1. Gangguan eliminasi urin
NOC: Urinary Retention Care
Definisi: - Urinary elimination - Lakukan penilaian kemih yang
Disfungsi eliminasi urin - Urinary Contiunence komprehensif berfokus pada
Batasan karakteristik: Kriteria Hasil : inkontinensia (misalnya, output urin,
- Anyang-anyangan - Kandung kemih kosong pola berkemih kemih, fungsi kognitif,
- Disuria secara penuh dan masalah kencing praeksisten)
- Dorongan berkemih - Tidak ada residu urine > - Memantau penggunaan obat dengan
- Inkontinensia 100-200 cc sifat antikolinergik atau properti alpha
- Nokturia - Intake cairan dalam agonis
- Retensi urin rentang normal - Memonitor efek dari obat-obatan yang
- Sering berkemih - Bebas dari ISK diresepkan, seperti calcium channel
Faktor yang - Tidak ada spasme bladder blockers dan antikolinergik
berhubungan: - Menyediakan penghapusan privasi
- Balance cairan seimbang
- Gangguan sensori - Gunakan kekuatan sugesti dengan
motorik menjalankan air atau disiram toilet
- Infeksi saluran kemih
- Merangsang refleks kandung kemih
- Obstruksi anatomik
dengan menerapkan dingin untuk
- Penyebab multipel
perut, membelai tinggi batin, atau air
- Sediakan waktu yang cukup untuk
pengosongan kandung kemih (10
menit)
- Gunakan spirit wintergreen di pispot
atau urinal
- Menyediakan manuver Crede, yang
diperlukan
- Gunakan double-void teknik
- Masukkan kateter kemih, sesuai
- Anjurkan pasien / keluarga untuk
merekam output urin, sesuai
- Instruksikan cara-cara untuk
menghindari konstipasi atau impaksi
tinja
- Memantau asupan dan keluaran
- Memantau tingkat distensi kandung
kemih dengan palpasi dan perkusi
- Membantu dengan toilet secara berkala
- Memasukkan pipa ke dalam lubang
tubuh untuk sisa
- Menerapkan kateterisasi intermiten
- Merujuk ke spesialis kontinensia
kemih

Urinary Elimination Management


- Monitor eliminasi urin termasuk
frekuensi, konsistensi, bau, volume
dan warna
- Pantau tanda dan gejala retensi urin
- Identifikasi faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap terjadinya
episode inkontinensia
- Ajarkan pasien mengenai tanda dan
gejala infeksi saluran kemih
- Masukan supositoria uretra dengan
tepat
- Rujuk ke dokter apabila tanda dan
gejala infeksi saluran kemih terjadi
- Ajarkan pasien untuk minum 8 gelas
perhari pada saat makan, diantara jam
makan siang dan makan sore
- Bantu pasien untuk mengembangkan
rutinitas eliminasi dengan tepat
- Batasi cairan sesuai kebutuhan
- Anjurkan pasien untuk memantau
tanda-tanda dan gejala infeksi saluran
kemih

Vital Sign Monitoring


- Monitor TD, nadi, suhu dan RR
- Monitor vital sign pasien saat
berbaring, duduk, berdiri
- Auskultasi tekanan darah pada kedua
lengan dan bandingkan
- Monitor TD, Nadi, RR sebelum,
selama dan setelah aktivitas
- Monitor kualitas nadi
- Monitor jumlah dan irama jantung
- Monitor bunyi jantung
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernafasan abnormal
- Monitoradanya sianosis perifer
- Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign

2. Retensi urin NOC: Urinary Retention Care


Definisi: - Urinary elimination - Monitor intake dan output
Pengosongan kandung - Urinary Contiunence - Monitor penggunaan obat
kemih tidak tuntas kriteria hasil: antikolinergik
Batasan karakteristik: - Kandung kemih kosong - Monitor derajat distensi bladder
- Berkemih sedikit secarapenuh - Instruksikan pada pasien dan keluarga
- Distensi kandung - Tidak ada residu urine untuk mencatat output urine
kemih >100-200 cc - Sediakan privacy untuk eliminasi
- Disuria - Intake cairan dalam - Stimulasi reflek bladder dengan
- Inkontinensia aliran rentang normal kompres dingin pada abdomen.
berlebih
- Bebas dari ISK - Kateterisaai jika perlu
- Menetes
- Residu urin - Tidak ada spasme bladder - Monitor tanda dan gejala ISK (panas,
- Sensasi kandung - Balance cairan seimbang hematuria, perubahan bau dan
kemih penuh konsistensi urine)
- Sering berkemih Urinary Elimination Management
- Tidak ada haluaran - Monitor eliminasi urin termasuk
urin frekuensi, konsistensi, bau, volume
Faktor yang dan warna
berhubungan: - Pantau tanda dan gejala retensi urin
- Inhibisi arkus refleks - Identifikasi faktor-faktor yang
- Sfingter kuat berkontribusi terhadap terjadinya
- Sumbatan saluran episode inkontinensia
perkemihan - Ajarkan pasien mengenai tanda dan
- Tekanan ureter tinggi gejala infeksi saluran kemih
- Masukan supositoria uretra dengan
tepat
- Rujuk ke dokter apabila tanda dan
gejala infeksi saluran kemih terjadi
- Ajarkan pasien untuk minum 8 gelas
perhari pada saat makan, diantara jam
makan siang dan makan sore
- Bantu pasien untuk mengembangkan
rutinitas eliminasi dengan tepat
- Batasi cairan sesuai kebutuhan
- Anjurkan pasien untuk memantau
tanda-tanda dan gejala infeksi saluran
kemih
3. Nyeri Akut Tujuan : Manajemen Nyeri
Definisi: - Pain Level, - Lakukan pengkajian nyeri secara
Pengalaman sensori dan - Pain control, komprehensif termasuk derajat, lokasi,
emosional tidak - Comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
menyenangkan yang Kriteria Hasil : dan faktor presipitasi
muncul akibat kerusakan - Mampu mengontrol nyeri - Observasi reaksi nonverbal dari
jaringan aktual atau (tahu penyebab nyeri, ketidaknyamanan
potensial atau yang mampu menggunakan - Gunakan teknik komunikasi terapeutik
digambarkan sebagai tehnik nonfarmakologi untuk mengetahui pengalaman nyeri
kerusakan; awitan yang untuk mengurangi nyeri, pasien
tiba-tiba atau lambat dari mencari bantuan) - Kaji kultur yang mempengaruhi respon
intensitas ringan hingga - Melaporkan bahwa nyeri nyeri
berat dengan akhir yang berkurang dengan - Evaluasi pengalaman nyeri masa
dapat diantisipasi atau di menggunakan manajemen lampau
presiksi. nyeri - Bantu pasien dan keluarga untuk
Batasan karakteristik: - Mampu mengenali nyeri mencari dan menemukan dukungan
- Bukti nyeri dengan (skala, intensitas, - Kontrol lingkungan yang dapat
menggunakan standar frekuensi dan tanda nyeri) mempengaruhi nyeri seperti suhu
daftar periksa nyeri - Menyatakan rasa nyaman ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Diaforesis setelah nyeri berkuran - Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Dilatasi pupil - Tanda vital - Berikan informasi mengenai nyeri,
- Ekspresi wajah nyeri dalam rentang normal seperti penyebab nyeri, berpa lama
- Fokus menyempit nyeri dirasakan, dan antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat prosedur
- Fokus pada diri
- Kolaborasi pemberian analgetik untuk
sendiri
mengurangi nyeri
- Keluhan tentang - Kolaborasi dengan tim kesehatan
intensitas
lainnya dengan terapi-terapi alternative
menggunakan standar
lain, seperti ultrasound, diatermia,
skala nyeri menggunakan unit TENS
- Keluhan tentang Pemberian Analgesik
karakteristik nyeri - Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas
dengan standar dan keparahan nyeri sebelum mengobati
instrumen pasien
- Laporan tentang - Cek perintah pengobatan meliputi obat,
perilkau dosis, dan frekuensi obat analgesik yang
nyeri/perubahan diresepkan
aktivitas - Cek adanya riwayat alergi obat
- Mengekspresikan - Evaluasi kemampuan pasien untuk
perilaku berperan serta dalam pemilihan
- Perilaku distraksi analgetik, rute, dosis dan keterlibatan
- Perubahan pada pasien sesuai kebutuhan.
parameter fisioogis - Pilih analgesik atau kombinasi
- Erubahan posisi untuk analgesik yang sesuai ketika lebih dari
menghindari nyeri satu diberikan
- Perubahan selera - Tentukan pilihan obat analgesik
makan (narkotik, non narkotik atau NSAID),
- Putus asa berdasarkan tipe dan keparahan nyeri
- Sikap melindungi - Pilih rute intravena atau intramuskular
area nyeri untuk injeksi pengobatan nyeri
- Sikap tubuh - Monitor tanda vital sebelum dan setelah
melindungi pemberian analgesik
Faktor yang berhubungan: - Berikan analgesik sesuai waktu
paruhnya terutama pada nyeri berat
- Agens cedera biologis
- Evaluasi keefektifan analgesik dengan
(infeksi, iskemia,
interval teratur pada setelah pemberian
neoplasma)
- Dokumentasikan respon terhadap
- Agens cidera fisik analgesik dan adanya efek samping
(abses, amputasi,
trauma, prosedur
pembedahan)
Agens cedera kimiawi
(luka bakar, kapsaisin,
agens mustard)
4. Resiko Infeksi NOC Infection Control (Kontrol infeksi)
Definisi : Mengalami · Immune Status - Bersihkan lingkungan setelah dipakai
peningkatan resiko
· Knowledge : Infection pasien lain
terserang organisme control - Pertahankan teknik isolasi
patogenik · Risk control - Batasi pengunjung bila perlu
- Instruksikan pada pengunjung untuk
Faktor Resiko : Kriteria Hasil: mencuci tangan saat berkunjung dan
Penyakit kronis. · Klien bebas dari tanda dan setelah berkunjung meninggalkan
· Diabetes melitus gejala infeksi pasien
· Obesitas · Mendeskripsikan proses - Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
Pengetahuan yang tidak penularan penyakit, faktor tangan
cukup untuk yang mempengaruhi
- Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
menghindari penularan serta
tindakan keperawatan
pemanjanan patogen. penatalaksanaannya
Pertahanan tubuh· Menunjukkan kemampuan - Gunakan baju, sarung tangan sebagai
untuk mencegah timbulnya alat pelindung
primer yang tidak
adekuat. infeksi - Pertahankan lingkungan aseptik selama
· Gangguan peritalsis · Jumlah leukosit dalam pemasangan alat
· Kerusakan integritas batas normal - Ganti letak IV perifer dan line central
kulit (pemasangan kateter · Menunjukkan perilaku dan dressing sesuai dengan petunjuk
intravena, prosedur hidup sehat umum
invasif) - Gunakan kateter intermiten untuk
· Perubahan sekresi pH menurunkan infeksi kandung kencing
· Penurunan kerja siliaris - Tingktkan intake nutrisi
· Pecah ketuban dini - Berikan terapi antibiotik bila perlu
· Pecah ketuban lama - Infection Protection (proteksi terhadap
· Merokok infeksi)
· Stasis cairan tubuh - Monitor tanda dan gejala infeksi
· Trauma jaringan (mis, sistemik dan lokal
trauma destruksi jaringan) - Monitor hitung granulosit, WBC
Ketidakadekuatan - Monitor kerentangan terhadap infeksi
pertahanan sekunder - Batasi pengunjung
· Penurunan hemoglobin
- Sering pengunjung terhadap penyakit
· Imunosupresi (mis,
menular
imunitas didapat tidak
adekuat, agen
- Pertahankan teknik aspesis pada pasien
yang beresiko
farmaseutikal termasuk
imunosupresan, steroid, - Pertahankan teknik isolasi k/p
antibodi monoklonal, - Berikan perawatan kulit pada area
imunomudulator) epidema
· Supresi respon - Inspeksi kulit dan membran mukosa
inflamasi terhadap kemerahan, panas, drainase
Vaksinasi tidak adekuat - Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
Pemajanan terhadap - Dorong masukkan nutrisi yang cukup
patogen lingkungan - Dorong masukan cairan
meningkat - Dorong istirahat
· Wabah - Instruksikan pasien untuk minum
Prosedur invasif antibiotik sesuai resep
Malnutrisi - Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara menghindari infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
- Laporkan kultur positif\
Vital Sign Monitoring
- Monitor TD, nadi, suhu dan RR
- Monitor vital sign pasien saat
berbaring, duduk, berdiri
- Auskultasi tekanan darah pada kedua
lengan dan bandingkan
- Monitor TD, Nadi, RR sebelum,
selama dan setelah aktivitas
- Monitor kualitas nadi
- Monitor jumlah dan irama jantung
- Monitor bunyi jantung
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernafasan abnormal
- Monitoradanya sianosis perifer
- Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign

5. Ansietas NOC Anxiety Reduction (penurunan


Definsi : Perasaan tidak - Anxiety self-control kecemasan)
nyaman atau kekawatiran - Anxiety level - Gunakan pendekatan yang
yang Samar disertai - Coping menenangkan
respon autonom (sumber - Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
sering kali tidak spesifik Kriteria Hasil : pelaku pasien
atau tidak diketahui oleh - Klien mampu - Jelaskan semua prosedur dan apa yang
individu); perasaan takut mengidentifikasi dan dirasakan selama prosedur
yang disebabkan oleh mengungkapkan gejala - Pahami prespektif pasien terhadap
antisipasi terhadap cemas. situasi stres
bahaya. Hal ini - Mengidentifikasi, - Temani pasien untuk memberikan
merupakan isyarat mengungkapkan dan keamanan dan mengurangi takut
kewaspadaan yang menunjukkan tehnik - Dorong keluarga untuk menemani anak
memperingatkan individu untuk mengontol cemas. - Lakukan back / neck rub
akan adanya bahaya dan - Vital sign dalam batas - Dengarkan dengan penuh perhatian
kemampuan individu normal. - Identifikasi tingkat kecemasan
untuk bertindak - Postur tubuh, ekspresi - Bantu pasien mengenal situasi yang
menghadapi ancaman. wajah, bahasa tubuh dan menimbulkan kecemasan
Batasan Karakteristik tingkat aktivfitas - Dorong pasien untuk mengungkapkan
Perilaku : menunjukkan perasaan, ketakutan, persepsi
- Penurunan produktivitas berkurangnya kecemasan. - Instruksikan pasien menggunakan
- Gerakan yang ireleven teknik relaksasi
- Gelisah - Berikan obat untuk mengurangi
- Melihat sepintas kecemasan
- Insomnia Vital Sign Monitoring
- Kontak mata yang buruk
- Mengekspresikan - Monitor TD, nadi, suhu dan RR
kekawatiran karena - Monitor vital sign pasien saat
perubahan dalam berbaring, duduk, berdiri
peristiwa hidup
- Agitasi - Auskultasi tekanan darah pada kedua
- Mengintai lengan dan bandingkan
- Tampak waspada - Monitor TD, Nadi, RR sebelum,
Affektif : selama dan setelah aktivitas
- Gelisah, Distres - Monitor kualitas nadi
- Kesedihan yang - Monitor jumlah dan irama jantung
mendalam
- Monitor bunyi jantung
- Ketakutan
- Perasaan tidak adekuat - Monitor suara paru
- Berfokus pada diri - Monitor pola pernafasan abnormal
sendiri - Monitoradanya sianosis perifer
- Peningkatan - Identifikasi penyebab dari perubahan
kewaspadaan
vital sign
- Iritabihtas
- Gugup senang
beniebihan
- Rasa nyeri yang
meningkatkan
ketidakberdayaan
- Peningkatan rasa
ketidak berdayaan yang
persisten
- Bingung, Menyesal
- Ragu/tidak percaya diri
- Khawatir
Fisiologis :
- Wajah tegang, Tremor
tangan
- Peningkatan keringat
- Peningkatan ketegangan
- Gemetar, Tremor
- Suara bergetar
Simpatik :
- Anoreksia
- Eksitasi kardiovaskular
- Diare, Mulut kering
- Wajah merah
- Jantung berdebar-debar
- Peningkatan tekanan
darah
- Peningkatan denyut nadi
- Peningkatan reflek
- Peningkatan frekwensi
pernapasan
- Pupil melebar
- Kesulitan bernapas
- Vasokontriksi
superfisial
- Lemah, Kedutan pada
otot
Parasimpatik :
- Nyeri abdomen
- Penurunan tekanan
darah
- Penurunan denyut nadi
- Diare, Mual, Vertigo
- Letih, Ganguan tidur
- Kesemutan pada
ekstremitas
- Sering berkemih
- Anyang-anyangan
- Dorongan cegera
berkemih
Kognitif :
- Menyadari gejala
fisiologis
- Bloking fikiran, Konfusi
- Penurunan lapang
persepsi
- KesuIitan
berkonsentrasi
- Penurunan kemampuan
belajar
- Penurunan kemampuan
untuk memecahkan
masalah
- Ketakutan terhadap
konsekwensi yang tidak
spesifik
- Lupa, Gangguan
perhatian
- Khawatir, Melamun
- Cenderung
menyalahkan orang lain.
Faktor Yang
Berhubungan :
o Perubahan dalam (status
ekonomi,
lingkungan,status
kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran,
status peran)
o Pemajanan toksin
o Terkait keluarga
o Herediter
o Infeksi/kontaminan
interpersonal
6. Defisiensi Pengetahuan NOC a. Pendidikan Kesehatan
Definisi: · Knowledge : Disease 1) Identitafikasi faktor internal
Ketiadaan atau defisisensi Process maupun eksternal yang dapat
informasi kognitif yang · Knowledge : Health
meningkatkan atau mengurangi
berkaitan dengan topic Hehavior
tertentu Kriteria Hasil : motivasi untuk perilaku sehat
Batasan Karakteristik : · Pasien dan keluarga 2) Identifikasi (pribadi, ruang dan
o Perilaku Hiperbola menyatakan pemahaman uang) yang diperlukan untuk
o Ketidakakuratan tentang penyakit, kondisi, melaksanakan program kesehatan
mengikuti perintah prognosis, dan program 3) Prioritaskan kebutuhan pasien
o Ketidakakuratan pengobatan b. Fasilitasi pembelajaran
melakukan tes · Pasien dan keluarga
1) Mulai instruksi hanya setelah
o Perilaku tidak tepat mampu melaksakan
(hysteria, bermusuhan, prosedur yang dijelaskan pasien menunjukkan kesiapan
agitasi, apatis,) secara benar untuk belajar
o Pengungkapan · Pasien dan keluarga 2) Sediakan lingkungan yang
masalah mampu menjelaskan kondusif untuk belajar
Factor yang kembali apa yang 3) Atur informasi dalam urutan yang
berhubungan dijelaskan perawat/tim logis
o Keterbatasan kesehatan lainnya
4) Sediakan lisan petunjuk atau
kognitif
o Salah interpretasi pengingat, yang sesuai
informasi c. pengurangan kecemasan
o Kurang pajanan 1) Gunakan pendekatan yang tenang
o Kurang minat dalam dan meyakinkan
belajar 2) Berusaha untuk memahami
o Kurang dapat
perspektif pasien dari situasi
mengingat
o Tidak familier stress
dengan informasi 3) Anjurkan pasien dalam
menggunakan teknik relaksasi
4) Tentukan pasien dalam
pengambilan keputusan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

DATA KLINIS
Nama : Tn. S No. Rek. Medis : 01.05.58.45
Usia : 76 Th TB : 160 cm BB : 80 kg
Suhu : 36,80C
Nadi : 100 x/i Kuat ( √ ) Lemah ( ) Teratur ( ) Tidak teratur ( )
Tekanan darah : 170/89 mmHg .
Tanggal kedatangan 15 Agustus 2019 Waktu : 12.10 WIB
Orang yang bisa dihubungi : Tn. RTelepon : 082345263006 .
Catatan Kedatangan : Kursi roda ( ) Ambulans ( √ ) Brankar ( )

ALASAN MASUK RUMAH SAKIT:


Dua hari sebelum masuk RSUD Kerinci pasien mengeluh BAK sedikit keluar dan
apabila pasien BAK, pasien mengeluh merasa tidak puas karena kencingnya seperti
terputus-putus dan tidak keluar semua, serta pasien mengeluh alat kelamin terasa nyeri.
Keluarga mengatakan sebelum pemasangan kateter di RSUD Kerinci. Pasien masuk ke
IGD RSUP Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 15 Agustus 2019 jam 12.10 WIB rujukan
dari RSUD Kerinci.Setelah diobservasi ± 1 jam di IGD pasien di pindahkan ke Ruang
rawat bedah pria (CP).

RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG:


Pada saat pengkajian tanggal 15 Agustusl 2019 pukul 20.00 WIB,pasien mengeluh nyeri
pada alat kelamin dengan skala nyeri 5 dengan karakteristik nyeri yang hilang timbul
dengan durasi nyeri ± 2-3 menit. Keluarga mengatakan urin pasien berwarna kuning
pekat (seperti teh) dan nafsu makan pasienmenurun, terkadang pasien tidak mau makan.

RIWAYAT KESEHATAN DAHULU:


Keluarga mengatakan pasien sebelumnya tidak pernah menderita penyakit seperti ini
(urologi sebelumnya), pasien juga tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, DM,
stroke, Jantung.
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA:
keluarga Tn.N mengatakan tidak ada yang menderita penyakit BPH seperti Tn.N, dan
tidak ada juga yang menderita penyakit keturunan atau pun stroke, hipertensi, DM.

Genogram

Keterangan :

: Laki-Laki

: Perempuan
: Meninggal

: Pasien

POLA PERSEPSI DAN PENANGANAN KESEHATAN


Persepsi terhadap penyakit :
Keluarga pasien mengatakan penyakit yang diderita pasien adalah ujian dari Allah
SWT, sebagai pengingat untuk tetap dekat padaNya. Keluarga pasien ikhlas menerima
ini semua. Pasien berobat selalu ke pelayanan kesehatan, tidak pernah ke dukun
kampung.
Kebiasaan Merokok:Tn.N merokok sejak dari 35 tahun yang lalu sebanyak 1-2
bungkus per hari, dan berhenti merokok sejak 1 tahun yang lalu.
Kebiasaan Minum Alkohol : tidak ada
Alergi terhadap obat-obatan : tidak ada.

POLA NUTRISI / METABOLISME


Diet/Suplemen Khusus Tidak ada, perubahan BB 6 bulan terakhir : tidak ada
Asupan nutrisi : oral
Riwayat masalah kulit/ penyembuhan: tidak ada
Pantangan/ ALERGI : tidak ada alergi makanan
Sebelum Sakit Selama dirawat
Makan Pagi: Makan Pagi:
Kopi, Kacang Padi, roti Nasi, lauk pauk, sayur, buah, susu
Makan Siang: Makan siang:
Nasi, lauk pauk, tanpa sayur Nasi, lauk pauk, sayur, buah, susu
Makan malam: Makan malam:
Nasi, lauk pauk, buah, tanpa sayur Nasi, lauk pauk, sayur, buah
Minum: Minum:
±6 -7 gelas (± 2000 cc/hari) ± 1-2 gelas (± 500 cc)
Parenteral
IVFD RL 6 Jam/Kolf

POLA ELIMINASI
Keluhan: Nyeri, dan tidak puas saat BAK (sebelum pemasangan kateter)
Pola Defekasi Pola Urinasi
Frekwensi 1x/2 hari Konsistensi: lembek Frekwensi: - Konsistensi: cair
Warna: kuning Warna: kuning pekat/
kecoklatan Bau: busuk seperti air teh Bau: busuk
Banyaknya: ¼ pempers Banyaknya: ± 400 cc
Stoma : tidak ada Alat bantu: kateterisasi intermitten

POLA AKTIVITAS / OLAHRAGA


Keluhan : Tidak ada
Kemampuan Perawatan Diri :
0 = Mandiri 2 = Bantuan Orang Lain 4 = Tergantung / tidak mampu
1 = Dengan Alat Bantu 3 = Bantuan peralatan dan orang lain
0 1 2 3 4
Makan/Minum √
Mandi √
Berpakaian/berdandan √
Toileting √
Mobilisasi di tempat tidur √
Berpindah √
Berjalan √
Menaiki Tangga √
Berbelanja √
Memasak √
Pemeliharaan Rumah √
ALAT BANTU: √Tdak ada _____Kruk _____Pispot ditempat tidur
_____Walker____Tongkat______Belat/Mitela ________Kursi roda.
Kekuatan Otot :
555 555
555 5 5 5baik, hanya lesu

POLA ISTIRAHAT TIDUR


Keluhan: tidak ada
Kebiasaan : 8 jam/malam 3 jam tidur siang ___-__ Tidur sore Merasa segar
setelah tidur ___√__ ya _____ Tidak. Lain-lain_Tidak ada

POLA KOGNITIF – PERSEPSI


Status mental: __√_Sadar _____Afasia reseptif _____Mengingat cerita buruk
_√_Terorientasi _____Kelam Pikir _____Kombatif _____Tak responsif
Bicara: √Normal _____Tak Jelas _____Gagap _____Afasia ekspresif

Bahasa sehari-hari ______Indonesia _√__Daerah ______Lain-lain________________

Kemampuan membaca bahasa Indonesia √Ya _______ Tidak Kemampuan


Berkomunikasi: √Ya ________ Tidak

Kemampuan Memahami: √ Ya ________ Tidak _______________________


Tingkat Ansietas: √ Ringan _______ Sedang ________ Berat ________Panik
Keterampilan Interaksi: √ Tepat ________ Lain-lain _____________________
Pendengaran : √DBN _____Kerusakan ( ___Kanan ___Kiri) ____Tuli ( __Kanan

____Kiri_____ Alat bantu dengar ______ Tinnitus


Penglihatan : √ DBN _____Kacamata _____Lensa Kontak____ Kerusakan
_____Kanan_____Kiri _____Buta ___Kanan_____ Kiri _____ Katarak
_____ Kanan _____ Kiri_____ Glaukoma_____ Protesis _____ Kanan
_____ Kiri_____ Ya _____ Tidak
Vertigo: tidak ada

Ketidak nyamanan/Nyeri: _____Tdak ada √Akut _____ Kronik _____


Deskripsi______________________________________________

Penatalaksanaan Nyeri: manajemen nyeri, penatalaksanaan analgesik.

POLA PERAN HUBUNGAN


Keluhan.....................................................................
Pekerjaan: wiraswasta
Status Pekerjaan: √ Bekerja ______ Ketidakmampuan jangka pendek

______ Ketidakmampuan jangka panjang ______ Tidak Bekerja

Sistem Pendukung: √ Pasangan ______Tetangga/Teman _____Tidak ada______


Keluarga serumah√ Keluarga tinggal berjauhan______
Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan di RS: tidak ada
Kegiatan sosial : pasien merupakan orang yang ramah dan baik.

POLA SEKSUALITAS / REPRODUKSI


Keluhan: tidak ada
Tanggal Menstruasi Akhir (TMA): __________________________

Masalah Menstruasi: ______ Ya ______ Tidak ________________

Pap Smear Terakhir: _____________________________________

Pemeriksaan Payudara/Testis Mandiri Bulanan:_____ Ya ______ Tidak

Masalah Seksual B/D Penyakit: tidak ada

POLA KOPING – TOLERANSI STRES


Keluhan: tidak ada
Masalah (finansial, perawatan diri): Biaya pengobatan menggunakan BPJS
Kehilangan/perubahan besar di masa lalu: √ Tidak ______Ya ___________

Hal yang dilakukan saat ada masalah:Bila mempunyai masalah biasanya pasien
bercerita dan meminta pendapat dari keluarganya.

Penggunaan obat untuk menghilangkan stres:Tidak ada penggunaan obat untuk stress
Keadaan emosi dalam sehari hari:√santai______________tegang

POLA KEYAKINAN-NILAI:
Agama : (√ ) Islam ( ) Kristen ( ) Protestan ( ) Hindu ( ) Budha
Pantangan keagamaan : (√) Tidak ( ) Ya
Pengaruh agama dalam kehidupan : Membuat klien hidup lebih damai
Permintaan kunjungan rohaniawan pada saat ini : ( ) Ya ( √) Tidak
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnostik :

RoThorax: dalam keadaan normal


EKG : sinus rhytme
USG Abdomen : pembesaran pada saluran prostat

Laboratorium : 15 Agustus 2019

Nilai Rujukan
Pemeriksaan Hasil Satuan Interpretasi
Pria Wanita

Hb 11,6 g/dl 14-18` 12-16` Rendah

Leukosit 7.510 /mm3 5000-10.000 Normal

Trombosit 227.000 /mm3 150.000-400.000 Normal

Ht 34 % 40-48 37-43 Rendah

PT 13,7 detik 9,8-13,0 9,8-13,0 Memanjang

APTT 38,8 detik 31,2-41,4 31,2-41,4 Normal

GDS 80 mg/dl < 200 Normal

Ureum 74 mg/dl 10-50 uremia

Kreatinin 1,4 mg/dl 0,6-1,3 0,6-1,2 Normal

PEMERIKSAAN FISIK
Tanda vital TD = 170/89 mmHg
Nadi = 100 x/i
Nafas = 22 x/i
Suhu = 36,8 derajat C
Kulit Sawo matang
Kulit kering
Leher
 Trakea Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
 Karotid Bruit Tidak ada pembesaran tiroid
 Vena
 Kelenjar Tiroid
 Lainnya
Dada I = Simetris kiri kanan
P = Fremitus kiri kanan
P = Sonor
A = vesikuler
Payudara Tidak dinilai

Jantung I = Iktus cordis teraba pad ICS 4 dan 5


P = Terasa getaran apek jantung
P = Redup
A = suara jantung 1 & 2 terdengar, tidak ada bunyi
jatung tambahan
Abdomen I = asites (-)
P = Nyeri tekan (+)
P = Distensi (-)
A = Bising usus (+)
Muskuloskeletal/sendi Kekuatan otot baik

Nodus Limfe Tidak ada pembesaran nodus limfe

Neurologi
 Status mental/GCS GCS 15
 Saraf kranial
 Motoris
 Sensoris
 DTR
 Lainnya
Ekstremitas Atas : tangan kanan terpasang IVFD RL 6 jam/kolf
Bawah : tidak ada masalah
Vaskuler perifer Baik
Genitalia Terpasang kateter intermitten
Rectal Bersih, tidak ada kelainan

TERAPI MEDIS:
- IVFD RL 28 6 jam/kolf
- Inj. Keterolac 3x 30 mg
- Inj. Ranitin 2 x 50 mg
- Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gr
ANALISA DATA
Data Penyebab Diagnosa keperawatan
DS : Obstruksi mekanik, Retensi urin
- Pasien mengeluh BAK pembesaran prostat
tertahan
- Pasien mengeluh sebelum
pemasangan kateter urine
BAK keluar tertahan
(klien tidak puas saat
BAK)
- Keluarga klien
mengatakan urine pasien
terakhir dibuang jam
07.00 WIB pada tanggal
5 April 2018.
DO :
- Saat di kaji tampak urine
klien berwarna kuning
pekat,
- Jumlah 400 ml,
- Kebiasaan berkemih klien
mengalami retensi
DS : Agen cidera biologis (distensi Nyeri akut
- Klien mengeluhkan nyeri kandung kemih)
pada area alat kelamin,
- Klien mengatakan nyeri
datang hilang-timbul dan
saat nyeri berlangsung 2-
3 menit.
DO :
- Skala nyeri 5.
- Nyeri disebabkan oleh
penebalan pada dinding
saluran prostat
- Klien tampak meringis
- Nyeri datang hilang
timbul dibagian alat
kelamin
- Durasi saat nyeri 2-3
menit
- Nyeri disebabkan oleh
penekanan pada kandung
kemih
- Karateristik nyeri akut
Rencana Asuhan Keperawatan
Nama Pasien : Tn. S
No RM : 01.05.58.45
Diagnosa Medis : BPH (Benigna Prostat Hiperplasia)
Ruangan : CP (Bedah Pria)

No Diagnosa NOC NIC


1 Retensi Urin berhubungan dengan Eliminasi Urin Kateterisasi Urine
obstruksi mekanik, pembesaran prostat Indikator: Aktivitas:
- Pola eliminas - Jelaskan prosedur dan rasionalisasi kateterisasi
- Bau urin - Pasang alat dengan tepat
- Jumlah urin - berikan privasi dan tutupi pasien dengan baik
- Warna urin untuk kesopanan (yaitu hanya mengekspos area
- Kejernihan urin genitalia)
- Intake cairan - pastikan pencahayaan yang tepat untuk
- Mengosongkan kantong visualisasi anatomi yang tepat
kemih sepenuhnya - isi bola kateter sebelum pemasangan kateter
- Mengenali keinginan untuk untuk memeriksa ukuran dan kepatenan kateter
berkemih - pertahankan teknik aseptik yang ketat
- Nyeri saat berkemih - pertahankan kebersihan tangan yang baik,
- Ragu untuk berkemih sebelum, selama, dan setelah insersi atau saat
- Partikel-partikel urin terlihat memanipulasi kateter
- Retensi urin - posiskan pasien dengan tepat, laki-laki dengan
1 2 3 4 5 posisi terlentang (supine)
Ket : - bersihkan daerah sekitar meatus uretra dengan
1. Sangat terganggu / berat larutan antibakteri, saline steril atau air steril
2. Banyak terganggu / sesuai kebijakan lembaga
cukup berat - masukkan dengan lurus atau retensi kateter
3. Cukup terganggu / kedalam kandung kemih
sedang - gunakan ukuran kateter yang sesuai
4. Sedikit terganggu / - pastikan bahwa kateter yang dimasukkan cukup
ringan jauh kedalam kandung kemih untuk mencegah
5. Tidak terganggu / tidak trauma pada jaringan uretra dengan inflasi balon
ada kateter
- isi bola kateter untuk menetapkan kateter,
berdasarkan usia dan ukuran tubuh sesuai
rekomendasi pabrik
- hubungkan retensi kateter ke urine bag ke sisi
tempat tidur pasien
- amankan kateter pada kulit dengan plaster yang
sesuai
- tempatkan urine bag dibawah permukaan
kandung kemih
- monitor intake dan output
- lakukan pengosongan urine bag bila diperlukan
- dokumentasikan perawatan termasuk ukuran
kateter, jenis, jumlah pengisian balon kateter,
warna urine yang keluar, jumlah urine yang
keluar

Perlindungan Infeksi
aktivitas:
- monitor adanya tanda dan gejala infeksi sitemik
dan lokal
- monitor kerentanan terhadap infeksi
- monitor hitung hitung mutlak granulosit, WBC,
dan hasil-hasil deferensial
- ikuti tindakan pencegahan neutropenia yang
sesuai
- batasi jumlah pengunjung
- skrining semua pengunjung terkait penyakit
menular
- pertahankan aseptic untuk pasien beresiko
- pertahankan teknik-teknik isolasi yang sesuai
- berikan perawatan kulit yang tepat
- periksa kulit pada area pemasangan kateter
untuk adanya kemerahan, kehangatan ekstrim
atau adanya cairan yang keluar
- tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
- anjurkan asupan cairan yang tepat
- anjurkan istirahat
- anjurkan peningkatan mobilitas dan latihan
dengan tepat
- ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan
gejala infeksi, dan kapan harus melaporkannya
kepada pemberi pelayanan kesehatan
- ajarkan pasien dan anggota keluar bagaimana
cara menghindari infeksi
2 Nyeri Akut berhubungan dengan agen Kontrol nyeri Menajemen nyeri
cidera biologi ( distensi kandung kemih) Indikator: Aktivitas:
- Mengenali kapan nyeri - Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
terjadi meliputi lokasi karakteristik, onset/durasi,
- Menggambarkan faktor frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya
penyebab nyeri dan faktor pencetus
- Menggunakan tindakan - Obserfasi adanya petunjuk nonverbal
pencegahan mengenai ketidaknyamanan
- Menggunakan tindakan - Pastikan perawatan analgesik bagi pasien
pengurangan nyeri dilakukan dengan pemantauan yang ketat
- Menggunakan analgesik - Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien
yang di rekomendasikan mengenai nyeri
- Melaporkan perubahan - Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
terhadap gejala nyeri terhaddap kualitas hidup pasien
- Melaporkan nyeri yan - Berikan informasi mengenai nyeri, seperti
terkontrol penyebab nyeri, berpa lama nyeri
1 2 3 4 5 - Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
Ket: mempengaruhi respon pasien terhadap
1. Tidak pernah ketidaknyamanan
menunjukkan - Kurani faktor-faktor yang dapat mencetuskan
2. Jarang menunjukkan peningkatan nyeri
3. Kadang-kadang - Ajarkan pasien prinsip-prinsip menajemen
menunjukkan nyeri
4. Sering menunjukkan - Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi
5. Secara konsisten - Berikan individu penurunan nyeri yang
menunjukkan optimal dengan peresepan analgesik
- Dukung istirahat/tidur yang adekuat
Tingkatan nyeri
Indikator: Pemberian Analgesik
- Nyeri yang dilaporkan Aktivitas:
- Panjangnya episode nyeri - Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan
- Menggosok area yang keparahan nyeri sebelum mengobati pasien
terkena dampak - Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis,
- Menggerang dan menangis dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan
- Ekspresi wajah nyeri - Cek adanya riwayat alergi
- Tidak bisa istirahat - Tentukan pilhan obat analgesik
- Mengerinyit - Berikan analgesik sesuai waktu paruhnya,
- Kehilangan nafsu makan terutama pada nyeri yang berat
- Mual - Pilih rute intervena
1 2 3 4 5 - Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian
Ket : analgesik
1. Berat - Dokumentasikan responterhaddap analgesik
2. Cukup berat dan adanya efek samping
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Benign prostatic hyperplasia atau Benigna Prostat Hiperplasi (BPH) disebut juga
Nodular hyperplasia, adalah suatu kondisi yang sering terjadi sebagai hasil dari
pertumbuhan dan pengendalian hormon prostat (Yuliana elin, 2011).
Ada beberapa faktor yang kemungkinan menjadi penyebab antara lain:
Dehydotesteron (DHT), usia, perubahan keseimbangan hormone esterogen dan
testoteron, interaksi stoma-epitel, berkurangnya sel yang mati.
Tanda dan gejala BPH antara lain : Gejala obstruktif, yaitu: hesitansi,
intermittency, erminal dribbling, pancaran lemah, rasa tidak puas setelah
berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas. Gejala iritasi antara lain :
urgensi, frekuensi, disuria. Dengan komplikasi BPH seperti atherosclerosis,
hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal, hernia / hemoroid, imponten, hemoragik
post Operasi, fistula dan infeksi.

B. SARAN
Makalah ini masih banyak kekurangan dari segi isi maupun dalam sistem
penulisan, kelompok mengharapkan makalah ini dapat disempurnakan dari hasil
diskusi bersama antar kelompok.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek,G.M.,`Butcher,H.K.,`Dochterman,J.M,Wagner,C.M.`2013.`Nursing`Intervent
ion Classification (NIC). United Kingdom: Elsevier
Brunner & Sudart, 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume 8.EGC : Jakarta.
Mansjoer,Arif,dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 ,FK UI.Jakarta: Media
Aesculapius
Moorhead,S., Jhonson,M., Maas,M.L.,Swanson,E.2013. Nursing Outcome
Classification (NOC). Kingdom: Elsevier
Nanda International. 2015. Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan klassifikasi, Jakarata:
EGC
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosis Medis & NANDA NIC NOC.Jakarta:MediAction
Publishing
Rudi Haryono. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Perkemihan. Yogyakarta:
Rapha Publishing.
Toto Suharyanto. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta Timur, Trans Info media
Yuliana Elin, Andrajat Retnosari, dkk.2011.ISO Farmakoterapi 2.Jakarta:ISFI

Anda mungkin juga menyukai