Anda di halaman 1dari 2

Pengertian penyakit kolera (cholera)

Penyakit kolera (cholera) adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat akut yang disebabkan oleh
bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi. Kemudian, bakteri tersebut mengeluarkan enterotoksin (racunnya)
pada saluran usus.

Cara penularan
Kolera dapat menyebar sebagai penyakit yang endemik, epidemik, atau pandemik. Meskipun
sudah banyak penelitian berskala besar dilakukan, namun kondisi penyakit ini tetap menjadi suatu
tantangan bagi dunia kesehatan. Bakteri Vibrio cholerae berkembang biak dan menyebar melalui
feces (kotoran) manusia.

Bila kotoran yang mengandung bakteri ini mengkontaminasi air sungai dan sebagainya, maka
orang lain yang melakukan kontak dengan air tersebut beresiko terkena penyakit kolera itu juga.
Misalnya cuci tangan yang tidak bersih lalu makan, mencuci sayuran atau makanan dengan air
yang mengandung bakteri kolera, makan ikan yang hidup di air terkontaminasi bakteri kolera,
bahkan air tersebut (seperti di sungai) dijadikan air minum oleh orang lain yang bermukim
disekitarnya. Hal ini akan semakin meningkatkan resiko terjadinya penyakit kolera.

Dalam situasi adanya wabah (epidemic), biasanya tinja orang yang telah terinfeksi menjadi
sumber kontaminasi. Penyakit ini dapat menyebar dengan cepat di tempat yang tidak mempunyai
penanganan pembuangan kotoran (sewage) dan pengolahan air minum yang memadai. Pada saat
wabah kolera (El Tor) skala besar terjadi di Amerika Latin pada tahun 1991, penularan yang cepat
dari kolera terjadi melalui air yang tercemar karena sistem PAM perkotaan yang tidak baik, air
permukaan yang tercemar, serta sistem penyimpanan air di rumah tangga yang kurang baik.
Makanan dan minuman pada saat itu diolah dengan air yang tercemar dan di jual oleh pedagang
kaki lima, bahkan es dan air minum yang dikemaspun juga tercemar oleh Vibrio cholerae. Biji-
bijian yang dimasak dengan saus pada saat wabah itu terbukti berperan sebagai media penularan
kolera.

Vibrio cholerae yang dibawa oleh penjamah makanan dapat mencemari makanan, yang apabila
tidak disimpan dalam lemari es dalam suhu yang tepat dapat meningkatkan jumlah kuman berlipat
ganda dalam waktu 8-12 jam. Sayuran dan buah-buahan yang dicuci dan dibasahi dengan air
limbah yang tidak diolah, juga menjadi media penularan.

Bakteri kolera juga dapat hidup di lingkungan air payau dan perairan pesisir. Kerang-kerangan
(shellfish) yang dimakan mentah juga dapat menjadi sumber kolera. Seperti di Amerika Serikat,
kasus sporadis kolera timbul karena mengkonsumsi seafood mentah atau setengah matang yang
ditangkap dari perairan yang tidak tercemar. Sebagai contoh, kasus kolera yang muncul di
Louisiana dan Texas menyerang orang-orang yang mengkonsumsi kerang yang diambil dari pantai
dan muara sungai yang diketahui sebagai reservoir alami dari Vibrio cholera (O1 serotipe Inaba),
muara sungai yang tidak terkontaminasi oleh air limbah. Biasanya penyakit kolera secara langsung
tidak menular dari orang ke orang. Oleh karena itu, kontak biasa dengan penderita tidak
merupakan resiko penularan.

Pencegahan dan penanggulangan


Pencegahan

Cara pencegahan dan memutuskan tali penularan penyakit kolera adalah dengan prinsip sanitasi
lingkungan, terutama kebersihan air dan pembuangan kotoran (feaces) pada tempatnya yang
memenuhi standar lingkungan. Lainnya ialah meminum air yang sudah dimasak terlebih

dahulu, cuci tangan dengan bersih sebelum makan memakai sabun/antiseptik, cuci sayuran dangan
air bersih terutama sayuran yang dimakan mentah (lalapan), hindari memakan ikan dan kerang
yang dimasak setengah matang. Bila dalam anggota keluarga ada yang terkena kolera, sebaiknya
diisolasi dan secepatnya mendapatkan pengobatan.Benda yang tercemar muntahan atau tinja
penderita harus di sterilisasi, searangga lalat (vektor) penular lainnya segera diberantas.Pemberian
vaksinasi kolera dapat melindungi orang yang kontak langsung dengan penderita.

Penanggulangan

Penderita yang mengalami penyakit kolera harus segera mendapatkan penanganan segera, yaitu
dengan memberikan pengganti cairan tubuh yang hilang sebagai langkah awal (terapi rehidrasi
agresif). Dasar dari terapi kolera adalah rehidrasi agresif melalui oral dan intravena yang
dilakukan untuk memperbaiki kekurangan cairan dan elektrolit, juga untuk mengganti cairan
akibat diare berat yang sedang berlangsung. Pemberian cairan dengan cara Infus/Drip adalah yang
paling tepat bagi penderita yang banyak kehilangan cairan baik melalui diare atau muntah.
Selanjutnya adalah pengobatan terhadap infeksi yang terjadi, yaitu dengan pemberian
antibiotik/antimikrobial seperti Tetrasiklin, Doxycycline atau golongan Vibramicyn. Pengobatan
antibiotik ini dalam waktu 48 jam dapat menghentikan diare yang terjadi.
Selain itu, untuk menangani penyakit kolera ini juga dapat dilakukan disinfeksi serentak terhadap
tinja dan muntahan serta bahan-bahan dari kain (linen, seperti sprei, sarung bantal dan lain-lain)
serta barang-barang lain yang digunakan oleh penderita, dengan cara di panaskan, diberi asam
karbol atau disinfektan lain. Masyarakat yang memiliki sistem pembuangan kotoran dan limbah
yang modern dan tepat, tinja dapat langsung dibuang ke dalam saluran pembuangan tanpa perlu
dilakukan disinfeksi sebelumnya. Pada kondisi tertentu, terutama diwilayah yang terserang wabah
penyakit kolera pemberian makanan/cairan dilakukan dengan jalan memasukkan selang dari
hidung ke lambung (sonde). Sebanyak 50% kasus kolera yang tergolang berat tidak dapat diatasi
(meninggal dunia), sedangkan sejumlah 1% penderita kolera yang mendapat penanganan kurang
adekuat meninggal dunia. (massachusetts medical society, 2007 : Getting Serious about Cholera)

Anda mungkin juga menyukai