Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS KASUS SULIT BELAJAR

Makalah

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik


Dosen Pengampu : Ibu Dra. Siti Umayaroh, S.Pd., M.Pd.

Oleh

Agnest Irda H N A 170534629008


Alfana Betari 170534629
Dio Alif Pradana 170534629009

UNIVERSITAS N EGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
NOVEMBER 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, inayah serta
hidayahNya sehingga kami dapat menyusun makalah Karakteristik Anak
Berkebutuhan Khusus dan Gangguan Perkembangan ini sampai selesai. Sholawat
serta salam tak lupa kami haturkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW
yang telah menuntun kita semua ke jalan yang terang ini. Dan semoga nabi
Muhammad SAW memberikan syafaatNya kepada kita kelak, Aamiin aamiin
aamiin ya robbal’alamin.
Pada kesempatan ini kami sebagai penulis berterimakasih kepada orang tua
kami di rumah, karena tanpa kerja keras dan do’a mereka kami semua tidak akan
pernah bisa duduk dikursi Universitas Negeri Malang dengan status mahasiswa.
Kemudian ucapan banyak terima kasih juga penulis sampaikan kepada ibu Dra.
Siti Umayaroh, S.Pd., M.Pd.., selaku dosen pengampu mata kuliah Perkembangan
Peseta Didik. Tak lupa juga ucapan terima kasih kepada rekan – rekan semua yang
sudah rela mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk menyusun makalah
ini. Tanpa dukungan dari pihak - pihak tersebut makalah ini tidak akan selesai
sebagaimana mestinya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Sehingga segala kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
mahasiswa Universitas Negeri Malang pada khususnya dan para pembaca pada
umumnya.

Malang, September 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap anak berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik


yang memuaskan. Namun, dari kenyataannya bahwa setiap anak memiliki
perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang
keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara
seorang siswa dengan siswa lainnya.
Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan pada umumnya hanya ditujukan
kepada para anak yang berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang
berkemampuan lebih atau yang berkemampuan kurang itu terabaikan. Dengan
demikian, anak-anak yang berkategori “di luar rata-rata” itu (sangat pintar dan
sangat bodoh) tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai
dengan kapasitasnya.
Pada dasarnya tidak ada anak yang terlahir bodoh. Setiap anak adalah
individu yang memiliki keunikan, keunikan ini pula yang menyebabkan
kemampuan dan kecerdasan setiap anak berbeda satu sama lain hanya
permasalahannya disini adalah semua anak memiliki masalah dalam belajar bukan
hanya anak dibawah rata-rata tapi anak –anak di atas rata-rata juga memiliki
permasalahannya sendiri dalam belajar.Karena itu kami akan membahas
permasalahan ini dalam makalah kami untuk mengetahui apa saja pemicu sulitnya
belajar pada anak dan bagaimana mengatasinya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, berikut ini dipaparkan
rumusan masalah dalam makalah.
1) Apakah pengertian kesulitan belajar pada anak?
2) Apa sajakah karakteristik sulit belajar?
3) Apa sajakah faktor yang menyebabkan sulit belajar pada anak?
4) Bagaimana mengatasi sulitnya belajar pada anak?
5) Dampak kesulitan belajar terhadap fisiologis, psikologis, sosiologis?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, berikut ini adalah
tujuan penulisan makalah.
1) Menjelaskan pengertian kesulitan belajar pada anak
2) Menjelaskan karakteristik sulit belajar pada anak
3) Memaparkan faktor-faktor yang menyebabkan sulit belajar pada anak
4) Mendeskripsikan cara mengatasi anak yang sulit belajar
5) Menjelaskan dampak kesulitan belajar terhadap fisiologis, psikologis,
sosiologis?
BAB II
PEMBAHASAN

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan pada Bab I, pada bagian ini
disajikan tentang (1) pengertian kesulitan belajar pada anak, (2) karakteristik sulit
belajar pada anak, (3) faktor-faktor yang menyebabkan sulit belajar pada anak, dan
(4) cara mengatasi sulit belajar pada anak.

2.1 Pengertian Kesulitan Belajar


Kesulitan belajar (learning disability) adalah istilah umum yang mengacu
pada beragam kelompok gangguan yang terlihat pada kesulitan dalam menguasai
dan menggunakan kemampuan mendengarkan, berbicara , membaca, menulis, atau
kemampuan matematis.Gangguan ini bersifat internal bagi individu dan
diperkirakan penyebabnya adalah tidak berfungsinya sistem saraf pusat, dapat
muncul selama rentang kehidupan. Kesulitan-kesulitan dalam mengatur sikap siri
sendiri, persepsi sosial dan interaksi sosial dapat terjadi bersamaan dengan kesulitan
belajar namun tidakmerupakan suatu bentuk ketidakmampuan belajar dapat terjadi
bersama-sama atau disertai dengan kondisi kecacaran (handicapped) lainnya,
misalnya gngguan sensorik (sensory impairment) , terbelakang mental (mental
retardation).(Handayani Melly;2015)
Contoh Kesulitan Belajar adalah antara lain kesulitan dalam menyimak,
berbicara, membaca, menulis, dan menghitung. Kondisi ini bukan karena kecacatan
fisik atau mental, bukan juga karena pengaruh faktor lingkungan, melainkan karena
faktor kesulitan dari dalam individu itu sendiri saat mempersepsikan dan
melakukan pemrosesan informasi terhadap objek yang diinderainya. Kesulitan
belajar belajar adalah kondisi dimana anak dengan kemampuan intelegensi rata-rata
atau di atas rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam
belajar yang berkaitan dengan hambatan dalam proses persepsi, konseptualisasi,
berbahasa, memori, serta pemusatan perhatian, penguasaan diri, dan fungsi
integrasi sensorik motorik .(Suryani,Yulinda Erma;2010)
2.2 Karakteristik Sulit Belajar pada Anak

Menurut Valett (dalam Sukadji, 2000) terdapat tujuh karakteristik yang


ditemui pada anak dengan kesulitan belajar. Kesulitan belajar disini diartikan
sebagai hambatan dalam belajar, bukan kesulitan belajar khusus.
.
2.2.1 Sejarah kegagalan akademik berulang kali.
Pola kegagalan dalam mencapai prestasi belajar ini terjadi berulang-ulang.
Tampaknya memantapkan harapan untuk gagal sehingga melemahkan usaha
2.2.2 Hambatan fisik/tubuh atau lingkungan berinteraksi dengan kesulitan belajar
Adanya kelainan fisik, misalnya penglihatan yang kurang jelas atau pendengaran
yang terganggu berkembang menjadi kesulitan belajar yang jauh di luar jangkauan
kesulitan fisik awal.
2.2.3 Kelainan motivasional.
Kegagalan berulang, penolakan guru dan teman-teman sebaya, tidak adanya
reinforcement. Semua ini ataupun sendiri-sendiri cenderung merendahkan mutu
tindakan, mengurangi minat untuk belajar, dan umumnya merendahkan motivasi
atau memindahkan motivasi ke kegiatan lain.
2.2.4 Kecemasan yang samar-samar, mirip kecemasan yang mengambang.
Kegagalan yang berulang kali, yang mengembangkan harapan akan gagal dalam
bidang akademik dapat menular ke bidang-bidang pengalaman lain. Adanya
antisipasi terhadap kegagalan yang segera datang, yang tidak pasti dalam hal apa,
menimbulkan kegelisahan, ketidaknyamanan, dan semacam keinginan untuk
mengundurkan diri. Misalnya dalam bentuk melamun atau tidak memperhatikan.
2.2.5 Perilaku berubah-ubah, dalam arti tidak konsisten dan tidak terduga.
Rapor hasil belajar anak dengan kesulitan belajar cenderung tidak konstan. Tidak
jarang perbedaan angkanya menyolok dibandingkan dengan anak lain. Ini
disebabkan karena naik turunnya minat dan perhatian mereka terhadap pelajaran.
Ketidakstabilan dan perubahan yang tidak dapat diduga ini lebih merupakan isyarat
penting dari rendahnya prestasi itu sendiri
2.2.6 Penilaian yang keliru karena data tidak lengkap.
Kesulitan belajar dapat timbul karena pemberian label kepada seorang anak
berdasarkan informasi yang tidak lengkap. Misalnya tanpa data yang lengkap
seorang anak digolongkan keterbelakangan mental tetapi terlihat perilaku
akademiknya tinggi, yang tidak sesuai dengan anak yang keterbelakangan mental.
2.2.7 Pendidikan dan pola asuh yang didapat tidak memadai.
Terdapat anak-anak yang tipe, mutu, penguasaan, dan urutan pengalaman
belajarnya tidak mendukung proses belajar. Kadang-kadang kesalahan tidak
terdapat pada sistem pendidikan itu sendiri, tetapi pada ketidakcocokan antara
kegiatan kelas dengan kebutuhan anak. Kadang-kadang pengalaman yang didapat
dalam keluarga juga tidak mendukung kegiatan belajar .

2.3 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Sulit Belajar pada Anak


Kesulitan belajar pada anak dapat terlihat dari menurunnya nilai akademis
pada anak. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal yang
berperan penting memparuhi anak dalam belajar. Menurut Dalyono (2009: 230)
faktor-faktor yang menyebabkan anak sulit belajar digolongkan ke dalam dua
golongan, yaitu :
2.3.1 Faktor Internal Siswa
Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi atau menyerang dari
dalam diri serorang anak. Faktor internal siswa meliputi gangguan atau
ketidakmampuan psiko-fisik siswa yaitu, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Faktor internal yang dimaksud adalah sebagai berikut:
2.2.3.1 Fisiologi
Faktor fisiologi adalah factor fisik dari anak itu sendiri. seorang anak yang
sedang sakit, tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik, sehingga proses
menerima pelajaran, memahami pelajaran menjadi tidak sempurna. Selain sakit
factor fisiologis yang perlu kita perhatikan karena dapat menjadi penyebab
munculnya masalah kesulitan belajar adalah cacat tubuh, yang dapat kita bagi lagi
menjadi cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan,
serta gangguan gerak, serta cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu,
dan lain sebagainya
2.2.3.2 Psikologi

Faktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan berbagai


perilaku yang ada dibutuhkan dalam belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa
belajar tentunya memerlukan sebuah kesiapan, ketenangan, rasa aman. Selain itu
yang juga termasuk dalam factor psikoogis ini adalah intelligensi yang dimiliki oleh
anak. Anak yang memiliki IQ cerdas (110 – 140), atu genius (lebih dari 140)
memiliki potensi untuk memahami pelajaran dengan cepat. Sedangkan anak-anak
yang tergolong sedang (90 – 110) tentunya tidak terlalu mengalami masalah
walaupun juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi. Sedangkan anak yang memiliki
IQ dibawah 90 ataubahkan dibawah 60 tentunya memiliki potensi mengalami
kesulitan dalam masalah belajar. Untuk itu, maka orang tua, serta guru perlu
mengetahui tingkat IQ yang dimiliki anak atau anak didiknya. Selain IQ factor
psikologis yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar
adalah bakat, minat, motivasi, kondisi kesehatan mental anak, dan juga tipe anak
dalam belajar.

2.3.2 Faktor Eksternal Siswa


Faktor eksternal yang menyebabkan anak sulit belajar meliputi semua situasi
dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa.
Berikut ini adalah faktor yang menyebabkan sulit belajar pada anak.
2.3.2.1 Faktor Sosial

Faktor-faktor sosial yang juga dapat menyebabkan munculnya permasalahan


pada siswa seperti faktor keluarga, faktor sekolah dan teman bermain, serta faktor
lingkungan masyarakat yang lebih luas.
1) Faktor keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan
ibu serta rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2) Faktor guru, menurut Ahamadi dan Supriyono (Irham dan Wiyani, 2013:
266) kondisi guru yang dapat menjadi penyebab kesulitan belajar pada siswa adalah
sebaagi berikut :
a. Guru yang kurang mampu dalam menentukan mengampu mata pelajaran dan
pemilihan metode pembelajaran yang akan digunakan
b. Pola hubungan guru dengan siswa yang kurang baik, seperti suka marah, tidak
pernah senyum, sombong, tidak pandai menerangkan, pelit, dsb.
c. Guru menuntut dan menetapkan standar keberhasilan belajar yang terlalu
tinggi diatas kemampuan siswa secara umum
3) Faktor masyarakat dan teman sepermainan, contohnya: wilayah tempat
belajar yang kumuh.
2.3.2.2 Faktor Non-Sosial

Faktor-faktor non-sosial yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah


kesulitan belajar adalah peralatan belajar atau media belajar yang kurang baik atau
bahkan kurang lengkap, kondisi ruang belajar atau gedung yang kurang layak,
kurikulum yang sangat sulit dijabarkan oleh guru dan dikuasai oleh siswa waktu
pelaksanaan proses pembelajaran yang kurang disiplin, dan sebagainya.
2.4 Cara Mengatasi Sulit Belajar pada Anak
2.4.1 Penanganan Kesulitan Belajar
Penanganan yang diberikan pada kasus anak dengan kesulitan belajar
tergantung pada hasil pemeriksaan yang komprehensif dari tim kerja. Penanganan
yang diberikan padaanak dengan kesulitan belajar meliputi :
2.4.1.1 Terapi Obat
Pengobatan yang diberikan adalah sesuai dengan gangguan fisik atau
psikiatrik yang diderita oleh anak, misalnya: berbagai kondisi depresi dapat
diberikan dengan obat golongan antidepresan.
2.4.1.2 Terapi Perilaku
Terapi perilaku yang sering diberikan adalah modifikasi perilaku. Dalam hal
ini anak akan mendapatkan penghargaan langsung jika dia dapat memenuhi suatu
tugas atau tanggung atau perilaku posistif tertentu. Dilain pihak, ia akan
mendapatkan peringatan jika ia memperlihatkan perilaku negatif. Dengan adanya
penghargaan dan peringatan langsung ini maka diharapkan anak dapat mengontrol
perilaku negatif yang tidak dikehendaki, baik di sekolah maupun di rumah.

2.4.1.3 Psikoterapi Suportif


Dapat diberikan pada anak dan keluarganya. Tujuannya adalah untuk
memberi pengertian dan pemahaman mengenai kesulitan yang aada, sehingga dapat
menimbulkan motivasi yang konsisten dalam usaha untuk memerangi kesulitan ini.

2.4.2 Penatalaksanaan dibidang Pendidikan


Dalam hal ini terapi yang paling efektif adalah terapi remedial, yaitu
bimbingan langsung oleh guru yang terlatih dalam mengatasi kesulitan belajar anak.
Guru remedial ini akan menyusun suatu metode pengajaran yang sesuai bagi setiap
anak. Mereka juga melatih anak untuk dapat belajar baik dengan teknik
pembelajaran tertentu (sesuai dengan jenis kesulitan belajar yang dihadapi anak)
yang sangat bermanfaat bagi anak dengan kesulitan belajar.
2.5 Dampak Kesulitan Belajar terhadap fisiologis, psikologis, sosiologis
Anak yang mempunyai masalah berkesulitan belajar mempunyai berbagai
dampak baik dampak bagi diri sendiri, keluarga maupun berdampak di lingkungan
tempat tinggalnya. Dampak yang ditimbulkan anak yang berkesulitan belajar dapat
dibagi menjadi tiga:

2.5.1 Dampak Fisiologis

Dampak fisiologis pada anak yang mengalami berkesulitan belajar salah


satunya karena faktor fisik dari anak itu sendiri. Biasanya seorang anak yang
mengalami berkesulitan belajar spesifik mempunyai kondisi tubuh yang lemah atau
sering sakit-sakitan bisa juga karena pola pertumbuhannya tidak seimbang/tak
genap, sehingga proses menerima pelajaran, memahami pelajaran menjadi tidak
sempurna.

Dampak fisiologis juga bisa dari koordinasi motorik yaitu bagi mereka
mengalami masalah motorik kasar akan berkesulitan melakukan aktifitas yang
melibatkan otot besar seperti kalau mereka berjalan terlihat kurang seimbang,
sering jatuh, kikuk, dll. Sedangkan bagi mereka yang mengalami masalah motorik
halus mereka akan berkesulitan melakukan aktifitas yang melibatkan otot kecil
seperti sulit mengerakan jari serta pergelangan tangan mereka, mereka juga akan
mengalami kesulitan dalam memakai baju sendiri, belajar makan, memasang atau
melepas baju , kesulitan mengunakan pensil atau krayon.

Selain sakit faktor fisiologis yang perlu kita perhatikan karena dapat
menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah cacat tubuh, yang
dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran,
kurang penglihatan, serta gangguan gerak, serta cacat tubuh yang tetap (serius)
seperti buta, tuli, bisu, dan lain sebagainya.

2.5.2 Dampak Psikologis

Anak-anak dengan kesulitan belajar adalah anak-anak yang mengalami


hambatan salah satunya dalam proses psikologis seperti: sensori-persepsi,
pemahaman/penggunaan bahasa, bicara, menulis atau kemampuan tidak sempurna
dalam mendengar, berpikir, bicara, membaca, mengeja, dan mengerjakan hitungan
matematik dan sebagainya.

1) Bagi anak yang berkesulitan belajar spesifik, dampak dari kesulitan sensori-
persepsi adalah:
 Dalam penglihatan (visual): dampaknya siswa akan tampak kesulitan
untuk membedakan bentuk huruf, sulit membedakan angka, sulit mencari
huruf-huruf yang sama.
 Dalam pendengaran (audiotori): mereka akan berkesulitan membedakan
bunyi huruf, sulit menggabungkan bunyi huruf ketika belajar membaca,
kesulitan mengingat hal-hal yang disampaikan melalui bahasa, kesulitan
mengingat arahan atau intruksi yang di berikan.
 Dalam perabaan atau gerak (kinestetik): siswa akan sulit membedakan
sesuatu yang kasar atau halus, sulit mengidentifikasi jari-jarinya ketika di
pegang oleh individu lain. Dan juga lemah dalam ketrampilan bermain di
lapangan sehingga tampak tidak lincah saat bermain.

2) Kesulitan membaca

Dampak dari anak yang kesulitan membaca adalah menyebabkan anak membaca
dengan campur aduk dalam mengatur urutan huruf atau angka ketika menulis,
kemampuan membaca menjadi lambat, kemampuan memahami isi bacaan menjadi
rendah, dan kalau membaca sering banyak kesalahan. Seperti anak tidak paham
mengapa harus diurutkan I-B-U, bukan B-U-I. Tidak hanya itu kesulitan membaca juga
menyebabkan anak lambat dalam membaca juga menjadi anak yang pemahamannya
rendah. Padahal anak dengan hambatan membaca maka ia akan mempunyai
kecenderungan untuk enggan dan bahkan menolak untuk belajar membaca.

3) Kesulitan belajar menulis

Dampak dari anak yang kesulitan menulis adalah jika kalau anak di berikan
tugas oleh guru untuk menyalin, anak akan terlambat menyelesai salinan tulisan,
anak akan sering salah menuliskan huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2
dengan 5, 6 dengan 9, dan lain-lain, dan jika kalau anak menulis tulisannya jelek
dan tidak terbaca dan juga tulisannya banyak salah/terbalik/huruf hilang.
4) Kesulitan belajar berhitung

Dampak dari anak yang kesulitan belajar berhitung adalah anak akan sulit
membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =, anakj juga akan sulit mengoperasikan
hitungan/bilangan, anak akan sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17
dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya

2.5.3 Dampak Sosiologis

Dampak sosiologis anak yang mengalami berkesulitan belajar itu di


karenakan faktor sosial seperti cara mendidik anak oleh orang tua (keluarga)
mereka di rumah. Anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup
tentunya akan berbeda dengan anak-anak yang cukup mendapatkan perhatian, atau
anak yang terlalu diberikan perhatian. Selain itu juga bagimana hubungan orang tua
dengan anak, apakah harmonis, atau jarang bertemu, atau bahkan terpisah dari
orang tua. Hal ini tentunya juga memberikan pengaruh pada kebiasaan belajar anak.

Licht (Smith, 1998) mengemukakan bahwa kegagalan yang sering dialami


oleh anak dengan kesulitan belajar mengarah pada perilaku adaptasi yang salah.
Mereka sering bersikap agresif dan mempunyai perilaku negatif secara verbal
maupun non verbal (McConaughly, Mattison, & Peterson, 1994; Sigafoos, 1995,
dalam Pavri & Luftig) dan juga merusak atau menarik diri (Clare & Leach, 1991;
McIntosh, Vaughn, & Zaragosa, 1991 dalam Pavri & Luftig). Hal tersebut
menyebabkan mereka mengalami kesulitan interaksi sosial dan cenderung ditolak
oleh teman-teman (Farmer & Rodkin, 1996; Nabasoku & Smith, 1993 dalam Pavri
& Luftig). Sehingga mereka kesulitan untuk mengikuti pembicaraan memahami
dan mengunakan bahasa untuk komunikasi dua arah dengan orang lain. Biasanya
mereka kesulitan untuk memulai percakapan, menjelaskan dan menceritakan
pengalaman, dan berkomunikasi dua arah dengan orang lain. Ketidak mampuan
komunikasi ini juga akan menyebabkan mereka berkesulitan memahami kalimat
baik yang di utarakan maupun tertulis. Juga dapat kesulitan dalam mengingat nama
orang dan juga tempat.

Kesulitan dalam penyesuaian perilaku sosial pada anak yang


periakunya tidak diterima oleh lingkungan sosialnya, baik oleh sesama anak, guru,
maupun orang tua. Sehingga anak akan merasa terkucilkan, kecewa,
tidak percaya diri, merasa tidak berguna dan merasa direndahkan
sehingga mereka mencoba untuk diakui keberadaannya dengan
berperilaku negatif lainnya seperti sering mengganggu, tidak sopan, tidak tahu
aturan atau berbaga iprilaku negative lainnya. Jika kesulitan penyesuaian perilaku
sosial ini tidak secepatnya ditangani maka tidak hanya menimbulkan
kerugian bagi anak itu sendiri, tetapi juga bagi lingkungan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR RUJUKAN

http://digilib.unila.ac.id/5803/17/BAB%20II.pdf

http://pendidikankhusus.wordpress.com/2008/12/23/anak-berkesulitan-belajar/

http://kancahkreatif.blogspot.com/2011/02/faktor-kesulitan-belajar.html

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2258066-anak-dengan-kesulitan-
belajar-learning/#ixzz29B2EgiM6

Anda mungkin juga menyukai