Anda di halaman 1dari 13

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Core Wall Dengan Metode

Climbing Pada Proyek Social Security (SS) Tower

Tati Noviati, ST., MT. Andreas Silaban


Jurusan Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Gunadarma Universitas Gunadarma
Jakarta,Indonesia Jakarta,Indonesia
tatinoviati@staff.gunadarma.ac.id andreassilaban97@gmail.com

Abstrak - Proyek pembangunan Gedung Social Security (SS) Tower di di Jalan HR Rasuna Said
Kavling 112 B, Kuningan, Jakarta oleh kontraktor PT. Pembangunan Perumahan (PP) bertujuan
sebagai sarana dan prasarana Perkantoran. Struktur bangunan bertingkat rawan terhadap gaya
lateral, terutama akibat gaya yang ditimbulkan gempa. Indonesia juga termasuk ke dalam wilayah
yang memiliki instensitas terjadi gempa yang tinggi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi telah memunculkan salah satu solusi untuk meningkatkan kinerja struktur bangunan
tingkat tinggi yaitu dengan pemasangan dinding geser (core wall) untuk menambah kekakuan
struktur dan menyerap gaya geser seiring dengan semakin tingginya struktur dan metode yang
dipakai dalam pekerjaan dinding geser (core wall) ada beberapa macam termasuk metode
climbing yang bisa dikerjakan 2 lantai.di atas pelat,yang istimewa dari metode ini adalah
pembangunan yang terus dilaksanakan tanpa harus menunggu pengecoran plat lantai dan balok
hingga berselisih dua hingga tiga lantai dibawah dinding core wall itu sendiri dan menghilangkan
kepala kolom yang seharusnya ada ketika pembangunan core wall. Penempatan struktur dinding
geser (core wall) ini dalam aplikasi konstruksi bangunan, dapat ditempatkan pada posisi tengah
bangunan, dapat juga di posisi pinggir bangunan.

Kata Kunci : Core Wall,Gaya Lateral,Struktur Bangunan

I. PENDAHULUAN

Kerja Praktek adalah suatu kerja magang yang dilakukan mahasiswa di perusahaan
konstruksi agar mahasiswa dapat mengerti kegiatan dilapangan dan juga dapat
membandingkan antara kegiatan pelaksanaan di lapangan dengan teori yang diberikan
di perkuliahan,sumber daya manusia yang berpotensi dan berkualitas seperti seorang
insinyur teknik sipil yang dapat memahami ilmu yang dibutuhkan baik secara teori
ataupun pelaksanaan di lapangan. Mahasiswa diharapkan dapat menganalisa
permasalahan yang terjadi pada proses konstruksi, seperti struktur organisasi dalam
proyek, metode pelaksanaan dan kendala-kendala lain yang menghambat dalam
pelaksanaan sebuah proyek. Selain itu, mahasiswa juga dituntut untuk membuat laporan
ilmiah yang ide dan pembahasan laporan diperoleh dari hasil analisis dan pengamatan
langsung

1
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Manajemen Proyek
Manajemen proyek dapat didefinisikan sebagai suatu proses dari
perencanaan,pengaturan,kepemimpinan, dan pengendalian dari suatu proyek oleh para
anggotanya dengan memanfaatkan sumber daya seoptimal mungkin Tahapan-tahapan
dalam manajemen proyek sebagai berikut:
a) Perencanaan (Planning)
b) Pengorganisasian
c) Pelaksanaan
d) Pengendalian

2. Perencanaan Proyek
Perencanaan adalah suatu proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan
sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya. Secara garis
besar, kegiatan perencanaan ini berfungsi untuk meletakkan dasar sasaran proyek, yaitu
penjadwalan lamanya proyek berlangsung, besarnya anggaran yang diperlukan dan
mutu dari material-material yang digunakan dalam pembangunan.

3. Pengendalian Mutu
Pengendalian dan pengawasan mutu digunakan sebagai tolak ukur dalam pengawasan
beberapa pekerjaan konstruksi. Pengendalian mutu sangat penting dikarenakan akan
mempengaruhi hasil dari suatu proyek konstruksi. Dengan memberikan pengawasan
mutu yang ketat diharapkan dapat memberikan produk bagunan terbaik

4. Pengendalian Waktu
Suatu rencana monitoring yang biasa digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan
yaitu jaringan kerja (network planning). Pengendalian waktu dengan jaringan kerja
(network planning) proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan yang
menuju suatu sasaran tertentu,

5. Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya berfungsi untuk pengawas mengendalian biaya proyek tidak
melebihi anggaran yang sudah direncanakan

2
III. DATA DAN PEMBAHASAN

Penempatan struktur core wall ini dalam aplikasi konstruksi bangunan, dapat
ditempatkan pada posisi tengah bangunan, dapat juga di posisi pinggir bangunan, atau
bahkan diluar bangunan yang direncanakan sebagai bagian struktur bangunan yang
berguna untuk mendukung fungsi utilitas bangunan.

Gambar 1 Denah Core Wall

Pelaksanaan pekerjaan core wall pada Proyek Pembanguan Social Security (SS)
Tower secara keseluruhan pada setiap lantai sama. Namun dengan beberapa
perbedaan dimensi ukuran core wall dan jumlah tulangan yang berbeda pada setiap core
wall yang direncanakan. Bahan yang terdiri dari besi tulangan, kawat bendrat, beton
ready mix, lem Beton. Sedangkan alat yang digunakan terdiri dari bar bender, bar cutter,
tang besi, truk crane, concrete mixer truck, concrete vibrator, concrete pump truck,
theodolite, pipa cor, kerucut abrams dan mistar, alat cetak silinder benda uji beton, dan
alat bantu
Tahapan yang dipakai saat pembangunan core wall di social security tower,yaitu
menggunakan metode bernama metode climbing. Metode climbing ini adalah metode
yang dipakai hanya untuk struktur jenis core wall, yang istimewa dari metode ini adalah
pembangunan yang terus dilaksanakan tanpa harus menunggu pengecoran plat lantai
dan balok hingga berselisih dua hingga tiga lantai dibawah dinding core wall itu sendiri
dan menghilangkan kepala kolom yang seharusnya ada ketika pembangunan core wall.
Berikut ini adalah metode pelaksanaan pekerjaan core wall dengan menggunakan
metode climbing di lapangan berdasarkan pengamatan pada Proyek Pembanguan
Social Security (SS) Tower

3
MULAI

-Survey

-Shop Drawing

-Persiapan Pembesian

Tidak
Cek Diperbaiki

Ya

Pasang Bekisting

Pasang Tulangan

Pemasangan Block
Out

Ya
Tidak
Pembersihan Diperbaiki

Inspeksi

Pengecoran

Bongkar Bekisting

Curing

SELESAI

4
Gambar 2 Diagram Alir Pekerjaan Core Wal

1. Dimulai dengan pembuatan gambar rencana penulangan dan struktur yang


disebut shop drawing atau gambar kerja,

2. Pembengkokan dan pemotongan tulangan berdasarkan data dan ketentuan.

Gambar 3 Pembengkokan dan Pemotongan Tulangan

3. Pihak Survey melakukan pekerjaan marking terlebih dahulu, kemudian


dilakukan pengecekan bersama dengan konsultan pengawas.

Gambar 4 Pekerjaan Marking

4. Pengangkutan tulangan ke lokasi pengerjaan core wall menggunakan tower


crane.

5
Gambar 5 Pengangkutan Tulangan

5. Penyambungan tulangan core wall lama dengan tulangan core wall baru dan
pemasangan tulangan sengkang yaitu dengan cara menyambungkan tulangan.

Gambar 6 Penyambungan Tulangan Core Wall

6. Diberikan penguatan dengan menyilangkan beberapa tulangan pada sisi –sisi


tulangan core wall.

Gambar 7 Penguatan Tulangan

7. Setelah pekerjaan pembesian selesai, dilakukan pemasangan beton deking


disetiap sisi dari core wall untuk menjaga selimut beton pada saat pengecoran

Gambar 8 Pemasangan Beton Decking

8. Perkerjaan block out ( dengan memakai sterofoam dan kawat ayam)

6
Gambar 9 Pekerjaan Block Out

9. Pengecekan pemasangan tulangan dan ikatan atau sambungan.

Gambar 10 Pengecekan Tulangan

10. Melakukan persiapan bekisting core wall.

Gambar 11 Persiapan Bekisiting Climbing

11. Permukaan dalam bekisting dibersihkan, diberi polywood phenolic dengan


ketebalan 18 mm dan olesi bekisting plywood phenolic dengan oil form.

Gambar 12 Pembersihan Bekisiting

7
12. Pengangkutan bekisting knockdown ke lokasi pengerjaan core wall
menggunakan tower crane.

Gambar 13 Pengangkutan Bekisting Knockdown

13. Pemasangan bekisting knockdown sesuai dengan bagian core wall yang akan
dilakukan pengecoran.

Gambar 14 Pemasangan bekisting Knockdown

14. Pemasangan panel core wall sesuai marking, lalu dilakukan penguncian
menggunakan terot dan winner.

Gambar 15 Pemasangan Panel Kolom


15. Pemasangan bracing atau skur sebagai penjaga kestabilan bekisting.

8
Gambar 16 Pemasangan Bracing atau Skur

16. Kontrol kedataran bekisting knockdown pada pekerjaan core wall menggunakan
unting-unting.

Gambar 17 Kontrol kedataran bekisting knockdown

17. Pengujian Slump beton untuk mencari tahu mutu beton

Gambar 18 Pengujian Slump beton

18. Proses pengecoran core wall dengan beton ready mix menggunakan pump
concrete atau pipa tremie dan bucket.

9
Gambar 19 Pengecoran Core Wall

19. Proses pengecoran dibantu alat Vibrator untuk meratakan beton yang masuk ke
celah-celah tulangan.

Gambar 20 Proses Perataan Pengecoran

20. Setelah pengerjaan pengecoran selesai dan pengerasan beton sudah merata
kurang lebih 12-14 jam dilakukan pembongkar bekisting knockdown.

Gambar 21 Pembongkaran Bekisting

21. Proses perawatan beton dengan cara menyiramkan air kepermukaan beton
secara berkala dan membungkus core wall dengan plastik tujuananya untuk
menghindari proses hidrasi yang berlebih.

10
Gambar 22 Perawatan Beton

22. Selanjutnya proses finishing yaitu proses perataan bagian core wall dengan
mengamplasnya dan proses repairing atau menutup bagian permukaan kolom
yang tidak rata menggunakan pasta semen.

Gambar 23 Perawatan Beton

Kelebihan dari metode climbing dalam pekerjaan core wall adalah pengecoran
dilaksanakan tanpa menunggu pengecoran plat lantai,balok dan kolom, proses
pekerjaan lebih cepat dan efektif, penghematan waktu dan tenaga kerja.Sedangkan
kekurangan dari metode climbing adalah urangnya penyangga pada saat proses
penyambungan besi.

IV. KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat selama pelaksanaan Proyek Pembangunan Social


Security Tower pada laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Beberapa kali terjadi keropos beton dikarenakan penggetaran concrete vibrator
pada saat pengecoran kurang merata dan bekisting yang digunakan berkali-kali
dan kurang bersih. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan cara melakukan
injeksi cairan semen dan air pada beton yang mengalami keropos

11
2. Proses pengecoran core wall kurang efektif karena terlalu tingginya bekisiting
membuat kurang terjangkaunya pekerja dalam proses perataan beton,solusi
yang di lakukan ada pekerja yang berdiri di atas bekisiting dengan di bantu
dengan tower crane sebagai tempat berdirinya pekerja, sehingga pekerja agak
kesulitan dalam bekerja.
3. Beberapa posisi bekisting kurang tegak lurus membuat selimut beton menjadi
tipis dan hampir terlihat besi tulangannya solusinya dilakukan pengecoran ulang
pada beton, sehingga adanya penambahan biaya pengecoran dan waktu
pekerjaan.
4. Sering bentrok dengan jacking tower crane, karena jacking tower crane lebih
lama dibanding naiknya core wall. Solusinya dibuat schedule antara jacking
tower crane dengan pengecoran core wall agar kenaikan keduanya seirama dan
tidak menghalangi salah satunya.

DAFTAR PUSTAKA

Analisis Satuan Pekerjaan Struktur. 2018. PT Pembanguan Perumahan. Jakarta


Besta. 2014. Kontraktor Pelaksanaan,
[online] http://bestananda.blogspot.co.id/2014/02/kontraktor-pelaksana.html,
[diakses pada 8 April 2018].
Dipohusodo, Istimawan. 1996. Manajemen Proyek & Konstruksi Jilid 1, Yogyakarta :
Kanisius.
Farian Albajili. 2013. Pengertian Kurva S,
[online] http://rianaalbajili.blogspot.co.id/2013/11/pengertian-kurva-s.html ,
[diakses pada 8 April 2018].
Harjo. 2014. Struktur Atas (Upper Structure) Dan Struktur Bawah (Lower Structure).
[online] http://tanpawaton.blogspot.co.id/2014/03/struktur-atas-upper-structure-
dan.html , [diakses pada 15 April 2017].
Mitha Hadi. 2016. Alat Berat Konstruksi Teknik Sipil,
[online] http://mithahadi08.blogspot.co.id/2016/01/alat-berat-konstruksi-teknik-
sipil.html , [diakses pada 20 Mei 2018].
Rahmawati Ati. 2015. Pengertian dan Jenis Alat Berat Crane, [online] http://alat-
berat07.blogspot.co.id/2015/11/pengertian-dan-jenis-alat-berat-crane.html ,
[diakses pada 20 Mei 2018].
Siska Kusumo,2016.Metode Pelaksanaan Core Wall, [online] https://anzdoc.com/bab-
vii-tinjauan-pelaksanaan-pekerjaan-core-wall.html, [diakses pada 24 Juli 2018]

12
13

Anda mungkin juga menyukai