Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Konsep Sectio Caesarea
a. Pengertian
Sectio caesarea merupakan suatu persalinan buatan, yaitu janin
dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta bobot janin diatas 500 gram.
(Solehati, 2015)Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin
dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan
perut, sectio caesarea juga dapat didefinisikan sebagai suatu histerotomia
untuk melahirkan janin darai dalam rahim. (Amru sofyan,2011)
Yusmiati (2007) menyatakan bedah caesar adalah sebuah bentuk
melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang
menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk mengeluarkan satu
bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran melalui
vagina akan mengarah pada komplikasi komplikasi kendati cara ini
semakin umum sebagai pengganti kelahiran normal.
b. Jenis Persalinan Sectio Caesarea
Menurut M. Hakimi (2010), Ada dua jenis sayatan operasi yang
dilakukan yaitu sebagai berikut.
1) Sayatan melintang
Cara ini memungkinkan kelahian per abdomen yang aman sekalipun
dikerjakan kemudian pada saat persalinan dan sekalipun rongga rahim
terinfeksi,maka insisi melintang segmen bawah uterus telah
menimbulkan revolusi dalam pelaksanaan obstetric
2) Sayatan memanjang
Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama seperti
pada insisi melintang. Insisi membujur dibuat dengan scalpel dan
dilebarkan dengan gunting tumpul untuk menghindari cedera pada
bayi.
c. Indikasi
Menurut Taufan Nugroho (2011) operasi sectio caesarea dilakukan atas
indikasi:
1) Ibu
a) Disproporsi cepalopelvik
b) Plasenta previa
c) Letak lintang
d) Solution plasenta
e) Preeklamsi/eklamsia dan Infeksi intrapartum
2) Anak
a) Gawat janin
b) Letak janin
c) Kehamilan ganda
d) Adanya bobot badan bayi yang ukurannya lebih dari normal.
Andarmoyo (2015)
d. Komplikasi
Menurut Mitayani (2012) komplikasi sectio caesarea adalah sebagai
berikut:
1) Pada ibu
a) Infeksi Puerperal
b) Ringan: peningkatan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas
c) Berat: peritonitis sepsis
d) Perdarahan
e) Komplikasi lain seperti luka kandung kemih, embolisme paru,dan
sebagainya jarang terjadi.
2) Pada anak
Kematian perinatal pasca section caesarea sebanyak 4-7%
e. Dampak Persalinan Sectio Caesarea
1) Adanya rasa nyeri
2) Kelemahan
3) Gangguan integritas kulit
4) Nutrisi kurang dari kebutuhan
5) Resiko infeksi
6) Sulit tidur

2. Konsep Nyeri dan Nifas


a. Pengertian
Sulistyo Andarmoyo (2013) mengatakan bahwa nyeri merupakan
suatu mekanisme proteksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan dedang rusak,
dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasa
nyeri.
Sedangkan menurut Asosiasi internasional untuk penelitian nyeri
International Association of The Study of Pain, IASP, (1979) sebagaimana
dikutip dalam Sulistyo Andarmoyo (2013) mendefinisikan nyeri sebagai
suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang actual, potensial,
atau yang dirasakan dalam kejadian kejadian saat terjadi kerusakan.
b. Klasifikasi nyeri
Menurut Andarmoyo Sulistyo (2013), nyeri dapat diklasifikasikan
berdasarkan durasinya dibedakan menjadi nyeri akut dan nyeri kronik.
1) Nyeri akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cidera akut, penyakit,atau
intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas yang
bervariasi (ringan sampai berat) dan berlangsung untuk waktu singkat.

2) Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang siatu
periode waktu. Nyeri konik berlangsung lama, intensitas yang bervariasi,dan
biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan. Salah satu managemen nyeri yang dapat
dilakukan ibu dalam mengalihkan pusat perhatian terhadap nyeri saat menjelang
persalinan adalah dengan teknik relaksasi nafas dalam.

a. Pengukuran Nyeri

Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan

kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat

berbeda oleh dua orang yang berbeda.(23)


1) Visual Analog Scale (VAS)

Skala analog visual (VAS) adalah cara yang paling banyak

digunakan untuk menilai nyeri. Rentang nyeri diwakili sebagai

garis sepanjang 10 cm, dengan atau tanpa tanda pada tiap

sentimeter. Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka

atau pernyataan deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak ada

nyeri, sedangkan ujung yang lain mewakili rasa nyeri terparah

yang mungkin terjadi. VAS juga dapat diadaptasi menjadi skala

hilangnya / reda rasa nyeri.

Gambar 2.1 Visual Analog Scale (VAS) (24)

2) Verbal Rating Scale (VRS)

Skala ini menggunakan angka-angka 0 sampai 10 untuk

menggambarkan tingkat nyeri. Dua ujung ekstrem juga digunakan

pada skala ini, sama seperti pada VAS atau skala reda nyeri. Skala

numerik verbal ini lebih bermanfaat pada periode pasca bedah,

karena secara alami verbal / kata-kata tidak terlalu mengandalkan

koordinasi visual dan motorik.


Gambar 2.2 Verbal Rating Scale (VRS) (24)

3) Numeric Rating Scale (NRS)

Dianggap sederhana dan mudah dimengerti, sensitif terhadap dosis,

jenis kelamin, dan perbedaan etnis. Namun, kekurangannya adalah

keterbatasan pilihan kata untuk menggambarkan rasa nyeri, tidak

memungkinkan untuk membedakan tingkat nyeri dengan lebih

teliti dan dianggap terdapat jarak yang sama antar kata yang

menggambarkan efek analgesik.

Gambar 2.3 Numeric Rating Scale (NRS) (24)

Keterangan :
Skala 0 : Tidak nyeri.
Skala 1 : Sangat ringan, klien dapat berkomunikasi dengan
baik seperti tidak sedang merasakan nyeri
Skala 2 : Klien dapat berkomunikasi dan berjalan jalan di
sekitar tempat tidur seperti tidak terasa sakit apapun.
Skala 3 : Klien merasakan nyeri seperti pegel ringan tetapi
dapat berkomunikasi dengan baik.
Skala 4 : Sakit yang cukup dalam, klien menyeringai tetapi
dapat menunjukkan rasa nyerinya, dapat mengikuti
perintah dengan baik.
Skala 5 : Sakit yang cukup dalam, secara obyektif klien
mendesis dapat menunjukkan lokasi nyeri. Dapat
mendiskrikpsikannya dan dapat mengikuti perintah.
Skala 6 : Kuat, mendalam, secara objektif klien mendesis
lebih kencang dan menyeringai, dapat menunjukkan
lokasi nyeri dan dapat mengikuti perintah tetapi
sesekali membutuhkan sentuhan di bagian nyeri.
Skala 7 : Nyeri berat, secara objektif klien terkadang tidak
dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap
tindakannya, dapat menunjukkan lokasi nyeri. Tidak
dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang.
Skala 8 : Nyeri berat seperti dengan skala 7 tetapi klien tidak
dpat mendiskripsikannya, sudah tidak sanggup
untuk berjalan jalan disekitar tempat tidur, sesekali
klien berteriak.
Skala 9 : Nyeri yang begitu kuat, sama dengan skala 8 tetapi
klien sangat membutuhkan sentuhan atau terapi di
bagian lokasi nyeri untuk mengurangi rasa nyeri
tersebut. Terkadang membutuhkan orang lain.
Skala 10 : Nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu
berkomunikasi, sesekali memukul apa yang ada di
sekitarnya. Terkadang berteriak teriak.
4) Face Rating Scale (FRS)

Pengukuran skala nyeri untuk anak pra sekolah dan sekolah,

pengukuran skala nyeri menggunakan face rating scale yaitu terdiri

dari 6 wajah kartun mulai dari wajah yang tersenyum untuk “tidak

ada nyeri” hingga wajah yang menangis untuk “nyeri berat”.

Gambar 2. 4 Face rating scale (FRS) (24)

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

Reaksi fisik seseorang terhadap nyeri meliputi perubahan

neurologis yang spesifik dan sering dapat diperkirakan. (23) Faktor-


faktor yang dapat mempengaruhi reaksi nyeri tersebut antara lain :

1) Pengalaman Nyeri Masa Lalu


Semakin sering individu mengalami nyeri, makin takut pula

individu tersebut terhadap peristiwa menyakitkan yang akan

diakibatkan oleh nyeri tersebut. Individu ini mungkin akan lebih

sedikit mentoleransi nyeri; akibatnya, ia ingin nyerinya segera reda

dan sebelum nyeri tersebut menjadi lebih parah. Individu dengan

pengalaman nyeri berulang dapat mengetahui ketakutan

peningkatan nyeri dan pengobatannva tidak adekuat.


2) Kecemasan
Ditinjau dari aspek fisiologis, kecemasan yang berhubungan

dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri.

Serotonin merupakan neurotransmitter yang memiliki andil dalam

memodulasi nyeri pada susunan saraf pusat.


3) Umur
Normalnya kondisi nyeri hebat pada dewasa muda dapat dirasakan

sebagai keluhan ringan pada dewasa tua. Orang dewasa tua

mengalami perubahan neurofisiologi dan mungkin mengalami

penurunan persepsi sensori stimulus serta peningkatan ambang

nyeri.
4) Jenis Kelamin
Karakteristik jenis kelamin dan hubungannya dengan sifat

keterpaparan dan tingkat kerentanan memegang peranan tersendiri.

Berbagai penyakit tertentu ternyata erat hubungannya dengan jenis

kelamin, dengan berbagai sifat tertentu. Penyakit yang hanya

dijumpai pada jenis kelamin tertentu, terutama yang berhubungan

erat dengan alat reproduksi atau yang secara genetik berperan


dalam perbedaan jenis kelamin. Toleransi nyeri dipengaruhi oleh

faktor-faktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada setiap

individu tanpa memperhatikan jenis kelamin. Perempuan lebih

suka mengkomunikasikan rasa sakitnya, sedangkan laki-laki

menerima analgesik opioid lebih sering sebagai pengobatan untuk

nyeri.
5) Sosial Budaya
Perawat yang mengetahui perbedaan budaya akan mempunyai

pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan akan lebih

akurat dalam mengkaji nyeri dan reaksi perilaku terhadap nyeri

juga efektif dalarn menghilangkan nyeri pasien.


6) Nilai Agama
Pada beberapa agama, individu menganggap nyeri dan penderitaan

sebagai cara untuk membersihkan dosa. Pemahaman ini membantu

individu menghadapi nyeri dan menjadikan sebagai sumber

kekuatan.
7) Lingkungan dan Dukungan Orang Terdekat
Lingkungan dan kehadiran dukungan keluarga juga dapat

mempengaruhi nyeri seseorang. Pada beberapa pasien yang

mengalami nyeri seringkali bergantung pada anggota keluarga atau

teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan, perlindungan.

Walaupun nyeri tetap terasa, tetapi kehadiran orang yang

dicintainya akan dapat meminimalkan rasa kecemasan dan

ketakutan.
4. Aroma Terapi Lavender

a. Pengertian Aroma Terapi Lavender


Aromaterapi bekerja pada tubuh secara alami dan menyeluruh

sehingga dapat mengaktifkan kekuatan penyembuhan yang dimiliki

oleh tubuh tersebut selain membantu menyeimbangkan tubuh dan

pikiran. Perawatan aromaterapi merupakan upaya peningkatan kualitas

tubuh dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh atau

meminimalisasi gangguan atau masalah yang timbul sehingga proses

penyembuhan akan berlangsung lebih cepat.(9)

Terapi esensial minyak lavender berpengaruh secara positif

terhadap kecemasan dan insomnia serta mengontrol rasa sakit. Aroma

yang berasal dari aromaterapi bekerja mempengaruhi emosi seseorang

dengan system limbic dan pusat emosi otak. Bau yang berasal dari

aromaterapi diterima oleh reseptor dihidung kemudian dikirimkan ke

bagian medulla spinalis di otak, didalam hal ini kemudian akan

meningkatkan gelombang-gelombang alfa diotak dan gelombang-

gelombang alfa inilah yang membantu untuk merasa relaksasi.(8)

Bau yang berasal dari aromaterapi diterima oleh reseptor

dihidung kemudian dikirimkan ke bagian medulla spinalis di otak,

didalam hal ini kemudian akan meningkatkan gelombang-gelombang

alfa diotak dan gelombang-gelombang alfa inilah yang membantu

untuk merasa relaksasi.(9) Terjadinya penurunan skala nyeri setelah

diberikan aromaterapi lavender karena wangi yang dihasilkan

aromaterapi lavender akan menstimulasi talamus untuk mengeluarkan

enkefalin, berfungsi sebagai penghilang rasa sakit alami. Enkefalin


merupakan neuromodulator yang berfungsi untuk menghambat nyeri

fisiologi. Wangi aroma lavender akan diteruskan oleh nervus

olfaktorius menuju bagian otak kecil, yaitu nukleus raphe yang

kemudian akan melepaskan neurokimia serotonin. Serotonin bekerja

sebagai neuromodulator untuk menghambat informasi nosiseptif dalam

medula spinalis. Minyak esensial lavender diduga menjadi menjadi

adrenocortical stimulan yang merangsang sirkulasi menstruasi dan

memiliki anticonvulsive sehingga mengurangi nyeri haid

(dysminorea).(9)

Gambar 2.5 Aroma terapi lavender

b. Manfaat Aroma Terapi Lavender

Manfaat aroma terapi lavender antara lain (8) :

1) Mengatasi gangguan tidur

Aroma menenangkan dari minyak lavender dapat membantu untuk

mendapatkan tidur yang lebih cepat dan nyenyak. Bisa membuat

semprotan lavender dengan menambahkan beberapa tetes minyak

esensial lavender pada sebotol air suling, bisa langsung

mengaplikasikannya pada telapak tangan dan balurkan pada bantal.

2) Meredakan stress
Menghirup aroma yang harum dan menenangkan dari lavender

ternyata dapat menjadi terapi pengusir stress. Bisa

menggunakannya dengan cara meneteskan minyak lavender pada

bak mandi sebelum mandi, atau juga oil burner agar rumah

dipenuhi aroma lavender. Jika menghadapi hari yang superrrrr

berat, coba buat steam inhalation dengan tambahan minyak

lavender. Caranya mudah, sediakan baskom berisi air panas,

tambahkan beberapa tetes minyak lavender ke dalamnya, tutup

baskom dan kepala dengan handuk, kemudian nikmati uap

aromaterapi tersebut.

c. Cara Kerja Aroma Terapi Lavender

Secara farmakologi, aromaterapi bekerja di dalam tubuh

manusia melalui dua sistem, yaitu melalui sitem saraf dan sistem

sirkulasi. Melalui jaringan saraf yang mengantarnya, sistem saraf akan

mengenali bahan aromatic sehingga sistem saraf vegetative-yaitu

sistem saraf yang berfungsi mengatur fungsi organ seperti mengatur

denyut jantung, pembuluh darah, pergerakan saluran cerna akan

terangsang.(9)

1) Melalui saluran pencernaan

Oleh para dokter dan ahli aromaterapi di Prancis. Beberapa

penelitian yang dilakukan oleh para ahli aromaterapi kedokteran

(aromatologist) menunjukkan bahwa setiap tetes minyak esensial


yang digunakan melalui cara ini seluruhnya akan sampai ke sistem

di dalam tubuh.

2) Indra penciuman

Proses melalui penciuman merupakan jalur yang sangat

cepat dan efektif untuk menanggulangi masalah gangguan

emosional seperti stres atau depresi. Hal ini disebabkan rongga

hidung mempunyai hubungan langsung dengan sistem susunan

saraf pusat yang bertanggung jawab terhadap kerja minyak

esensial. Hidung sendiri bukan merupakan organ penciuman, hanya

merupakan tempat untuk mengatur suhu dan kelebapan udara yang

masuk dan sebagai penangkal masuknya benda asing melalui

pernafasan. Bila minyak esensial dihirup molekul yang mudah

menguap akan membawa unsur aromatik yang terdapat dalam

kandungan minyak tersebut ke puncak hidung. \

Rambut getar yang terdapat didalamnya, yang berfungsi

sebagai reseptor, akan menghantarkan pesan elektrokimia ke

susunan saraf pusat. Pesan ini akan mengaktifkan pusat emosi dan

daya ingat seseorang yang selanjutnya akan mengantarkan pesan

balik ke seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi. Pesan yang diantar

ke seluruh tubuh akan dikonversikan menjadi suatu aksi dengan

pelepasan substannsi neurokimia berupa perasaan senang, rileks,

tenang atau terangsang. Melalui penghirupan, sebagian molekul

akan masuk ke dalam paru-paru.


d. Cara Terapi Menggunakan Aroma Terapi Lavender

1) Pijat

Pijat merupakan metode perawatan yang paling banyak

dikenal dalam kaitannya dengan aromaterapi. Minyak esensial

mampu menembus kulit dan terserap ke dalam tubuh, sehingga

memberikan pengaruh penyembuhan dan menguntungkan pada

berbagai jaringan dan organ internal. Minyak yang digunakan

dalam pijat pertama dilarutkan dengan dicampur dengan minyak

dasar dan tidak boleh dipakai langsung pada kulit dalam bentuk

murni karena bisa menimbulkan reaksi alergi yang merugikan.(8)

Ahli aromateapi dapat merancang pijatan seluruh tubuh

seseorang berdasarkan pada riwyat akurat yang diambil dari pasien

dan banyak pengalaman dalam menggunakan minyak esensial.

Meskipun belum ada pengganti untuk pijat aromaterapi yang

memberikan ksejukan dalm jangka waktu panjang yang diberikan

oleh seorang ahli terapi, teknik-teknik tersebut tidak sulit untuk

dipelajari dan dapat dilakukan secara memuaskan di rumah.(9)

2) Penghirupan / Inhalasi

Akses minyak esensial melalui hidung (nasal passages)

merupakan rute yang jauh lebih cepat dibanding cara lain dalam

penanggulangan problem emosional seperti stress dan depresi

termasuk beberapa jenis sakit kepala, karena hidung mempunyai

kontak langsung dengan bagian-bagian otak yang bertugas


merangsang terbentuknya efek yang ditimbulkan oleh minyak

esensial.(9) Hidung sendiri bukanlah organ untuk membau, tetapi

hanya memodifikasi suhu dan kelembaban udara yang masuk serta

mengumpulan benda asing yang mungkin ikut terhisap. Saraf otak

(cranial) pertama bertanggung jawab terhadap indera pembau dan

menyampaikannya pada sel-sel reseptor. Ketika aromaterapi

tersebut dihirup, molekul yang mudah menguap (volatile) dari

minyak tersebut dibawa oleh arus keatap hidung di mana silia-silia

yang lembut muncul dari sel-sel reseptor.(8)

Ketika molekul-molekul itu menempel pada rambut-rambut

tersebut, suatu pesan elektrokimia akan ditransmisikan melaui bola

dan saluran olfactory kedalam sitem limbic. Hal ini akan

merangsang memori dan respon emosional. Hipotalamus berperan

sebagai relay dan regulator, memunculkan pesan-pesan yang harus

disampaikan ke bagian lain otak serta bagian bdan yang lain.(8)

Inhalasi dilakukan dengan berbagai cara, seperti:

a) Botol semprot

Botol semprot (spray bottle) biasa digunakan untuk

meghilangkan udara yang berbau kurang enak pada kamar

pasien. Dengan dosis 10-12 tetes dalam 250 ml air, setelah

dikocok kuat-kuat terlebih dahulu, kemudian disemprotkan ke

kamar pasien.

b) Dihirup Melalui Tissue


Inhalasi dari kertas tissue yang mengandung minyak esenssial

1-5 tetes sangat efektif bila dibutuhkan hasil yang cepat

(immediate result), dengan 2-3 kali tarikan nafas dalam-dalam.

Kemudian hirup 5-10 menit. Dapat juga tissue tersebut

diletakkan dibawah bantal. Untuk mendapatkan efek yang

panjang, tissue dapat diletakkan di dada sehingga minyak

esensial yang menguap akibat panas badan tetap terhirup oleh

nafas pasien. Setiap 10 menit aromaterapi diganti karena

aromaterapi sangat mudah menguap dengan bercampur ke

udara sehingga jika digunakan terlalu lama, maka aromaterapi

akan habis.

c) Dihisap Melalui Telapak Tangan

Inhalasi dengan menggunakan telapak tangan merupakan

metode yang baik, tetapi sebaiknya hanya dilakukan oleh orang

dewasa saja. Satu tetes minyak esensial diteteskan pada telapak

tangan yang kemudian ditelungkupkan, dogosokkan satu sama

lain dan kemudian ditutupkan ke hidung. Mata pasien

sebaiknya terpejam saat melakukan hal ini.

d) Penguapan

Cara ini digunakan untuk mengatasi problem respirasi dan

masuk angin (commond cold). Untuk kebutuhan ini digunakan

suatu wadah dengan air panas yang ke dalamnya diteteskan

minyak esensial sebanyak 4 tetes, atau 2 tetes untuk anak dan


wanita hamil. Kepala pasien menelungkup diaatas wasah dan

disungkupkan dengan handuk sehingga tidak ada uap yang

keluar dan pasien dapat menghirupnya secara maksimal Selama

penanganan, pasien diminta untuk menutup matanya.

e) Kompres

Kompres efektif untuk menyembuhkan berbagai macam sakit,

nyeri otot, dan rematik sekaligus rum-ruam dan sakit kepala.

Untuk mempersiapkan kompres, tambahkan 5 tetes minyak

pada semangkun kecil air. Rendam sepotong kecil flannel atau

bahan serbet lainnya dalam larutan tersebut. Peraslah kain

basah yang berlebihan dan pastikan posisinya dengan pembalut

atau lekatkan lapisan tipis. Untuk rasa nyeri yang akut,

kompres harus diulang-ulang bila telah mencapai Blood

temperature, jika tidak maka kompres harus tetap dibiarkan

pada posisinya selama minimal dua jam dan yang lebih baik

adalah semalam.

f) Mandi

Mandi yang sebagian besar orang merasakan manfaatnya untuk

relaksasi adalah mandi panas yang sebelumnya telah

ditambahkan persiapan wewangian yang memiliki khasiat

trtentu, Sebagian besar persiapan ini mengandung minyak

esensial yang digunakan dalam aromaterapi. Penambahan

beberapa tetes minyak esensial pada air mandi dapat


menenangkan dan melemaskan, meredakan sakit dan nyeri, dan

juga dapat menimbulkan efek ransangan, menghilankan

keletihan dan mengembalikan tenaga. Di samping itu, ada

manfat tambahan uap minyaknya uang minyaknya saat

menguap dari air panas. Mandi yang bisa dilakukan seperti

mandi berendam. Tambahkan beberapa tetes 5-10 minyak

esensial pada bak mandi setelah airnya dimasukkan dan tutup

pintunya untuk menjada aagar uap aromanya tidak hilang.

Mandi dengan minyak esensial dapat merangsang dan

menyegarkan kembali atau melemaskan dan menenangkan

tergantung pada minyak yang dipilih: minyak mawar dan pinus

dapat menimbulkan efek menenangkan pada anggota badan

yang lelah atau sakit, chamomile dan lavender popular untuk

meredakan insomnia dan kecemasan.

g) Mandi kaki (Rendam Kaki)

Kaki lelah dan bengkak dapat disegarkan kembali dengan

direndam dalam baskom air hangat yang mengandung 4-5 tetes

minyak lavender, peppermint, rosemary, atau thyme. Aduk dan

kemudian rendam selama minimal 10 menit untuk

mendapatkan manfaat.

h) Cuci vulva

Cuci vulva berguna untuk membantu mencegah infeksi,

menyemprot vagina tidak boleh digunakan di periode


intrapartum dan pascapartum. Gunakan 3 tetes minyak

esensial ke dalam satu liter air hangat, aduk dan alirkan ke area

vulva.

i) Spray Ruangan

Caranya, 10 tetes minyak dimasuknna ke dalam 200 ml air,

lebuh baik dalam wadah pipa semprot spray yang halus.

j) Penguap (vaporizer atau diffuser)

Pembakaran murni dilarang di dalam unit maternitas, tetapi

penguap elektrik adalah yang paling cocok dan aman untuk

digunakan di institusi. 1-2 tetes minyak esensial diteteskan dan

penguap dinyalakan selama tidak lebih dari 10-15 menit per

jam untuk mencegah intiksikasi minyak yang telah dipilih.

e. Dosis Pemberian Aroma Terapi Lavender

Minyak essensial merupakan bahan yang bersifat sangat kuat

dan harus diencerkan terlebih dahulu sebelum digunakan.

Menggunakan minyak essensial dengan dosis ganda tidak berarti

mendapat manfaat ganda pula. Dosis minyak essensial yang berlebihan

akan sangat beracun dan menimbulkan perasaan mual. Cara terbaik

untuk melarutkan minyak essensial adalah dengan menggunakan

minyak pengencer, yang disebut juga minyak karier (carier oil) seperti

Minyak Zaitun (Virgin Olive Oil).(8)


Agar minyak esensial dapat digunakan dengan aman, para ahli

telah menetapkan suatu kadar larutan ideal yang dapat digunakan pada

kondisi normal (yaitu tanpa indikasi atau tanpa suatu kelainan).

Larutan ini dikenal dengan nama larutan standar, yaitu dengan

konsentrasi 1-2 % untuk penggunaan pada wajah dan larutan dengan

konsentrasi 3% untuk penggunakan pada tubuh.(9)

Anda mungkin juga menyukai