ABSTRAK
Citra Kawasan Sunda Kelapa bagi masyarakat Jakarta khususnya telah banyak mengalami
pergeseran. Gambaran Sunda Kelapa sebagai tempat awal pembentukan Kota Jakarta dan simbol
perjuangan bangsa telah tergantikan oleh citra negatif yang berkaitan dengan kemiskinan,
kriminalitas serta kesemrawutan kondisi fisik lingkungan. Tujuan studi ini adalah untuk
mengidentifikasi karakteristik Kawasan Sunda Kelapa, menganalisis faktor penyebab penurunan
kegiatan pelestarian di Kawasan Sunda Kelapa. Metode yang digunakan dalam studi ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif evaluatif dengan teknik AHP. Hasil
studi didapat bahwa proses hirarki, tingkatan faktor tertinggi adalah faktor fisik (aktivitas guna
lahan) dengan rata-rata bobot 0.125, sedangkan aspek yang dinilai tidak terlalu berpengaruh, yaitu
aspek non fisik (dasar hukum) dengan rata-rata bobot 0.050. Penilaian makna kultural bangunan
kuno dengan metode skoring terdiri atas 4 tindakan, yaitu preservasi (5 bangunan), konservasi (9
bangunan), rehabilitasi (5 bangunan) dan renovasi (4 bangunan). Tindakan pelestarian pada
masing-masing kawasan, yaitu Sub Kawasan Galangan dilakukan rehabilitasi dan Pasar Ikan
diarahkan konservasi, sedangkan pada sub Kawasan Pelabuhan dilakukan rekontruksi.
Kata kunci: pelestarian kawasan, sunda kelapa, analisis hirarki proses.
ABSTRACT
The image of Sunda Kelapa district for Jakarta people especially have changed. For long time ago,
it is the first place of construction of Jakarta, and symbol of national struggle, but today it has been
changed by negative image which is related to poverty, criminality, and disordered physical
condition of environment. The aim of this study are identification characteristic of Sunda Kelapa
district, analyzes the causal factors of decreasing preservation activities, and main direction in
Sunda Kelapa district. The method that used to reach the aim is using Analysis Hierarchy Process.
The result of hierarchy process analysis, the highest aspect is the physical factor (utilization area
activities) with average weight of 0, 125, while aspect that considered to be less influential factor is
nonphysical one (legal basic) with average weight of 0, 050. According to result of cultural old
building assessment by using scoring method, the treatments that can be conducted in Sunda
Kelapa district consist of four, preservation (5 buildings), conservation (9 buildings), rehabilitation (5
buildings), and renovation (4buidings). Each of area has different treatments; the treatment of
Galangan sub district is conservation, Pasar Ikan sub district is rehabilitation and for Pelabuhan
sub district is reconstruction.
Key words: district preservation, Sunda Kelapa, hierarchy process analysis
Pendahuluan
Kawasan bersejarah merupakan suatu kawasan yang dianggap sebagai lingkungan
cagar budaya karena keseluruhan kawasan tersebut memiliki karakter tertentu yang
menjadikannya istimewa dan layak untuk dilestarikan meskipun secara individual,
bangunan-bangunan yang berada di kawasan tersebut tidak memiliki kualitas untuk
menjadi landmark (Barnett 1982). Image Kawasan Sunda Kelapa bagi masyarakat
Jakarta khususnya telah banyak mengalami pergeseran. Gambaran Sunda Kelapa
sebagai tempat awal pembentukan Kota Jakarta dan simbol perjuangan bangsa telah
tergantikan oleh image negatif yang berkaitan dengan kemiskinan, kriminalitas serta
Metode Penelitian
Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam studi ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif evaluatif.
1. Metode pengambilan sampel
Observasi terhadap bangunan kuno tidak dilakukan pengambilan sampel karena
jumlah populasi bangunan kuno bersejarah di wilayah studi berdasarkan identifikasi awal
kurang dari 100 bangunan, dengan demikian observasi bangunan kuno bersejarah
dilakukan terhadap seluruh populasi yang berjumlah 23 bangunan.
2. Metode analisis data
a) Tahap pertama: menganalisis karakteristik kawasan, guna mengetahui potensi dan
permasalahan yang terdapat pada Kawasan Sunda Kelapa.
1. Analisis identitas kawasan (citra kawasan)
Analisis ini menggambarkan mental dari sebuah kota sesuai dengan rata-rata
pandangan masyarakatnya. Elemen-elemen yang digunakan untuk mengungkapkan
citra kota antara lain path (jalur), edge (tepian), district (kawasan), node (simpul)
serta landmark (tengeran).
2. Analisis elemen pembentuk fisik kawasan
Analisis yang terdiri dari analisis figure ground (mengidentifikasi tekstur dan pola-
pola tata ruang (urban fabric), analisis linkage (mengidentifikasi eksisting sirkulasi
yang mempengaruhi pekembangan kawasan), dan analisis place (mengidentifikasi
kesan suatu ruang perkotaan).
3. Analisis intensitas pepemanfaatan lahan
Analisis intensitas pemanfaatan lahan yang meliputi koefisien dasar bangunan,
analisis koefisien lantai bangunan, dan analisis garis sempadan muka bangunan.
6 11 16
5 10 15
7 12 17
6 11 16
5 10 155 10 15 85 13 15
7 12 17 10
5 10 15
5 6 10 11 15 16 6 8 11
13 16 96 14
11 16
6 7 11 1216 17 7 9 14
12 17 67 1112 16
17
8 8
7 12 1317 13 78 12
13 17
9 14 9 14
8 13 5 10 89
15 14
13
9 14 9
6 5 11 10 16 15 14
7 6 12 11 17 16
8 2
75 13 1210 17 15 4
9 8 14 13 5 10 15
6 11 16
9 14 3 1
16
7 12 17 6 11
8 513 10 15 5 10 7 15 12 17
9 14 8 13
6 11 16 6 11 16
9 14
7 12 17 7 17
12
8 13 8 13
9 14
9 14
1 2 3 4 5 10 15 5 10 15
5 10 15 6 11 16 6 11 16
5 10 15 1710
16 7 12 17 7 12 5 15
6 11
5 10 15 6 16 8 8 5 13
10 15
11 7 12 17 13 6 11 16
9 14 17
6 11 16 7 12 17 8 13 9 5 14 10 15 6 117 16 12
5 10 15
8 7 128 1713
7 12 17 13 9 14 6 11 16
610 11 16 17
8 139 14
8 13 9 514 15 7 12
5 10 15 9 14
9 7 12 17 8 13
14 6 11 16
5 10 15
7 812 13
17 6 11 16 9 14
8 913 14 5 10 15 6 11 16 7 12 17
9 14 7 12 17 8 13
6 11 16
8 13 9 14
7 12 17
8 9 14
13
9 14
4
1
3
5 10 5
15 10 15
2 6 16
6 11 16 11
7 12 7
17 12 17
8 13 8 13
9 14 9 14
1 2 3
5 10 15
5 10 15
4 6 11 16
6 11 16 7 12 17
7 12 17 8 13
8 13 9 14
9 14
Local landmark
Mudah mengenali bangunan dengan serambi kayu ini sebagai bangunan
kolonial di Kawasan Sunda Kelapa karena terletak diujung jalan Pakin (jalur
masuk Kawasan Sunda Kelapa).
Nama Bangunan Baru: Restoran Raja Kuring
Nama Bangunan Lama: Scheepswerven
Local landmark
bukan bangunan kuno, Apartemen Mitra Bahari dapat dikategorikan sebagai
elemen landmark kawasan karena merupakan bangunan tertinggi di wilayah
studi (22 lantai)
Local landmark
Gaya arsitektur campuran Eropa dan India, terlihat pada bentukan lengkung
diornamen bangunan masjid
Nama Bangunan Baru: Makam Luar Batang
Nama Bangunan Lama: Bangunan Langgam Cina
Berdasarkan hirarki proses tingkatan faktor tertinggi dalam penentuan faktor yang
mempengaruhi penurunan kegiatan pelestarian di Kawasan Sunda Kelapa berdasarkan
sudut pandang semua pakar adalah faktor aktivitas guna lahan dengan rata-rata bobot
0.125 sedangkan aspek yang dinilai tidak terlau berpengaruh sebagai penyebab
penurunan kegiatan pelestarian, yaitu aspek non fisik (dasar hukum) dengan rata-rata
bobot 0.050. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan akar permasalahan yang
terjadi adalah aktivitas guna lahan yang kurang menyesuaikan dengan kelestarian
bangunan kuno yang ada.
Tabel 2. Hasil Penilaian Makna Kultural Bangunan Kuno Menggunakan Metode Pembobotan
atau Skoring
Nama Bangunan Pelestarian Nama Bangunan Pelestarian
Gudang Anno Renovasi Rumah Bu Maryam Renovasi
Café Galangan VOC Preservasi Museum Bahari Preservasi
Restoran Raja Kuring Preservasi Kompleks Menara Syahbadar Konservasi
PT Kayu Baru Negara Rehabilitasi Menara Syahbandar Preservasi
Bangunan Kosong Konservasi Pasar Ikan Konservasi
PT Jaya Fibrindo Rehabilitasi Rumah Pak Syamsyukur Rehabilitasi
Sisa-sisa Benteng Rehabilitasi Rumah Pak Tata Konservasi
Kubu Bastion Zeeburg Preservasi Rumah Bu Rowiyah Konservasi
5 Gudang Panggung Rehabilitasi Rumah Pak Akbal Konservasi
Pasar Heksagon Konservasi Rumah Pak Ahlan Konservasi
Masjid dan Makam Luar Batang Konservasi Rumah Pak Mastram Renovasi
Rumah Pak Ibrahim Renovasi
b. Pelestarian lingkungan
Penentuan arahan penggolongan lingkungan cagar budaya ditentukan
berdasarkan penilaian kriteria UU RI Th.1992 dengan empat kriteria penilaian,
yaitu nilai sejarah, umur, keaslian, dan kelangkaan. (Tabel 3)
Kesimpulan
Diperoleh kesimpulan pertama, bahwa karakteristik fisik kawasan meskipun berada
dalam kondisi yang tidak baik/telah mengalami berbagai kerusakan, bangunan-bangunan
bersejarah serta permukiman betawi pesisiran yang ada, masih dapat diperbaiki dan
dapat menjadi daya tarik kawasan. Skala dan proporsi bangunan-bangunan bersejarah
dapat dijadikan acuan bagi bangunan-bangunan baru, sehingga dapat menjadi karakter
fisik kawasan. Fungsi-fungsi eksisting yang tidak sesuai dengan peruntukan kawasan,
contohnya banyak permukiman liar, pergudangan dan industri-industri kecil menunjukkan
pemanfaatan lahan tidak terstruktur dengan baik sehingga tidak terjadi sinergi antara
fungsi-fungsi yang berbeda. Kedua, penyebab penurunan kegaiatan pelestarian di
Kawasan Sunda Kelapa berdasarkan hasil analisis proses hirarki tingkatan faktor tertinggi
dalam penentuan faktor yang mempengaruhi penurunan kegiatan pelestarian di Kawasan
Sunda Kelapa berdasarkan sudut pandang semua pakar adalah faktor aktivitas guna
lahan dengan rata-rata bobot 0.125, sedangkan aspek yang dinilai tidak terlalu
berpengaruh sebagai penyebab penurunan kegiatan pelestarian, yaitu aspek non fisik
(dasar hukum) dengan rata-rata bobot 0.050. Pelestarian terhadap bangunan kuno di
Kawasan Sunda Kelapa terdiri atas 4 (empat) tindakan, yaitu preservasi, konservasi,
rehabilitasi dan renovasi, sedangkan pelestarian terhadap lingkungan, bagi masing-
masing kawasan, yaitu rehabilitasi (galangan), konservasi (pasar ikan) dan rekontruksi
(pelabuhan).
Saran
Berdasarkan hasil temuan perlu adanya suatu penyusunan dokumen mengenai
pelestarian kawasan bersejarah pada Sunda Kelapa, perlu adanya undang-undang yang
mengatur pelestarian bangunan kuno, sebab Kawasan Sunda Kelapa merupakan
kawasan pelabuhan dengan intensitas perkembangan yang pesat, dengan adanya
perkembangan tersebut dapat mempengaruhi keberadaan bangunan-bangunan kuno.
Diperlukan pembuatan UDGL (Urban Design Guidelines) Medium Density Development
mengenai pengaturan kepadatan dan ketinggian bangunan lebih detail pada fungsi
kegiatan di tiap koridor jalan. Demikian juga perlu ada peninjauan lebih lanjut terhadap
bangunan kuno, sebab bangunan-bangunan kuno di Sunda Kelapa dapat dijadikan asset
pariwisata, yaitu sebagai wisata heritage.
Daftar Pustaka
Budiharjo, E. & Sidharta. 1989. Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah
di Surakarta. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Catanese, A. J. & James, C. 1988. Snyder. Perencanaan Kota. Jakarta:Erlangga.
Lynch, K. 1969. The Image of The City. Cambridge: MIT Press.
Zahnd, M. 2006. Perancangan Kota Secara Terpadu, Teori Perencanaan Kota dan Pen
erapannya. Yogyakarta: Kanisisus.