Anda di halaman 1dari 12

Studi Ergonomi terhadap Rancangan … (Muhammad Nur Fajri Alfata, Yuri Hermawan, Rani Widyahantari)

STUDI ERGONOMI TERHADAP RANCANGAN RUANG KERJA KANTOR


PEMERINTAH BERDASARKAN ANTROPOMETRI INDONESIA
Ergonomics Study of Design of Government Office’s Workspace
Based on Indonesian Anthropometry
1 Muhammad Nur Fajri Alfata, 2 Yuri Hermawan, 3 Rani Widyahantari
1,2,3 Pusat Litbang Permukiman, Badan Litbang. Kementerian Pekerjaan Umum
Jl. Panyaungan, Cileunyi Wetan, Kabupaten Bandung
E-mail: ariel.alfata@puskim.pu.go.id
E-mail : siyourie@yahoo.com
E-mail : oreology@yahoo.com
Diterima : 05 April 2012; Disetujui : 17 Juli 2012

Abstrak
Makalah ini membahas hasil penelitian ergonomi ruang kantor pemerintah berdasarkan antropometri
manusia Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah mensimulasikan kebutuhan ruang kerja yang optimum
berdasarkan antropometri manusia Indonesia yang sebenarnya. Survei lapangan dilakukan untuk
mengidentifikasi aktifitas pokok, perabot dan peralatan yang digunakan di ruang kantor pemerintah di
Indonesia. Luasan ruang kerja optimum bagi pegawai/karyawan kantor untuk melakukan aktifitas sesuai
dengan kedudukannya dalam organisasi kantor diperoleh dengan simulasi komputer. Simulasi mock up
digunakan untuk memvalidasi hasil simulasi komputer. Penelitian ini menghasilkan data aktifitas pokok dan
penunjang kerja, serta perabot dan peralatan yang digunakan untuk mendukung aktifitas tersebut. Studi ini
menunjukkan bahwa luasan ruang minimum untuk staf golongan I dan II adalah 1,9 m 2, staf golongan III
dan IV adalah 2,6 m2, pejabat eselon IV adalah 10,8 m2, pejabat eselon III adalah 20,5 m2, dan pejabat eselon
II adalah 107 m2.
Kata Kunci : Antropometri, ergonomi, kantor pemerintah, luasan minimum, simulasi

Abstract
This paper presents the result of ergonomic research on government’s office based on Indonesian’s
anthropometry. The research aims to simulate in need of optimum space movement based on the real
Indonesian anthropometry. The field survey was carried out to identify the basic activities of workers,
Furnitur and equipments used by workers. Optimum workspace area for workers or staffs to perform certain
activities in accordance to their position in office organisation was obtained by computer simulation. Full
scale simulation (mock up) was carried out to validate the result of computer simulation that have been done
before.This research results data of basic and supporting activities, as well as Furnitur and equipments that
were used to support those activities. This research shows that minimum area for staff level I and II is 1.9 m2,
for level III and IV is 2.6 m2, for echelon IV is 10.8 m2, for echelon III is 20.5 m2, and for echelon II is 107.0 m2.
Keywords : Anthropometry, ergonomics, government’s office, minimum area of workspace, simulation

PENDAHULUAN atau tangan. Sementara itu, Peusner (1972)


Seiring dengan kebutuhan manusia yang terus membagi kantor ke dalam beberapa kategori, yaitu
bertambah, kebutuhan akan ruang kerja yang : kantor pemerintah, kantor komersial, kantor
nyaman untuk beraktifitas juga ikut berubah. profesional, dan kantor bisnis. Manusia dan semua
Kebutuhan dalam ruang kerja ini pada umumnya aktifitasnya dalam perkantoran, merupakan faktor
didorong oleh kemajuan teknologi, terutama utama dan terpenting dalam penentuan kebutuhan
teknologi informasi dan telekomunikasi, sehingga ruang gerak yang nyaman dalam gedung
manusia mulai membangun fasilitas-fasilitas dalam perkantoran (human centered design). Jika
ruang perkantoran. Selain itu, kebutuhan akan sebelumnya masih terpaku pada upaya
ruang pada kantor juga dipengaruhi oleh jenis peningkatan produktivitas melalui sumberdaya
pekerjaan yang sedang dilakukan. pasif (seperti misalnya mesin, alat maupun fasilitas
kerja lainnya), maka saat ini manusia ditempatkan
Paul Mahieu dalam Gie (2007) menyebutkan sebagai sumberdaya aktif yang harus dikelola
bahwa kantor adalah wadah tempat dengan baik untuk meningkatkan kinerja
berlangsungnya pekerjaan administratif suatu organisasi. Di sini, faktor yang terkait dengan fisik
badan usaha yang dapat dilakukan dengan mesin (fisiologi) maupun perilaku (psikologi) manusia

126
Jurnal Permukiman Vol. 7 No. 3 November 2012 : 126-137

saat berinteraksi dengan mesin dalam sebuah yang berbasis pada data antropometri manusia
rancangan sistem manusia-mesin dan lingkungan Indonesia hasil penelitian Pusat Litbang
kerja fisik menjadi pertimbangan utama Permukiman (2010; 2011), sehingga diperoleh
(Wignjosoebroto, 2007). ruang kantor yang efektif dan efisien dalam
pemanfaatannya, serta dapat meningkatkan
Pendekatan ergonomi perlu dilakukan dalam
produktifitas kerja.
perencanaan dan perancangan ruang kerja yang
berpusat pada manusia. Ergonomi merupakan
suatu cabang ilmu yang sistematis untuk METODOLOGI
memanfaatkan informasi mengenai sifat manusia, Disain Penelitian
kemampuan dan keterbatasan manusia untuk Disain penelitian ini adalah penelitian lapangan
merancang sistem kerja yang baik agar tujuan (survei) dan penelitian laboratorium. Survei
dapat dicapai dengan efektif, aman dan nyaman dilakukan untuk mendapatkan data primer yang
(Sutalaksana, 2006), sehingga fokus utama berupa data aktifitas pokok dan pola kerja, perabot
ergonomi dalam perancangan objek, prosedur dan peralatan yang digunakan dalam sistem kerja.
kerja dan lingkungan kerja adalah manusia itu Survei dilakukan dengan dua cara, yaitu
sendiri (Sanders dan Mc Cormick, 1992). Sebagai pengukuran lapangan dengan obyek survei berupa
sebuah sistem kerja, ruang kantor mengandung ruang kerja dan penghuninya, dan melalui
beberapa komponen kerja, dan masing-masing kuesioner kepada para pegawai. Selanjutnya, data
komponen tersebut berinteraksi satu sama lain hasil survei lapangan dianalisis lebih lanjut melalui
(Darlis, et al, 2009). Tata ruang kantor yang penelitian laboratorium dilakukan untuk
ergonomis diperoleh melalui pengaturan tata letak menganalisis data hasil melalui simulasi komputer
dan fasilitas kerja untuk mencari gerakan-gerakan dan simulasi fisik skala 1:1.
kerja yang efisien dan disesuaikan dengan aliran Populasi dan Sampel
kegiatan dan gerakan yang efisien Populasi dalam penelitian ini adalah gedung kantor
(Wignjosoebroto, 2003). pemerintah dan pegawainya, sehingga sampel
Salah satu aspek penting dalam kajian ergonomi diambil secara acak terhadap populasi tersebut.
adalah antropometri tubuh manusia. Antropometri Sampel diambil di empat kota besar di Indonesia,
diartikan sebagai suatu ilmu yang secara khusus yaitu : Jakarta, Surabaya, Makassar dan Medan,
berkaitan dengan pengukuran tubuh manusia yang dengan pertimbangan bahwa pada keempat kota
digunakan untuk menentukan perbedaan pada tersebut terdapat banyak aktifitas perkantoran
individu, kelompok, dan sebagainya (Liliana, pemerintah. Selain itu, keempat kota besar
2007). Data antropometri yang paling tepat untuk tersebut masing-masing juga merupakan ibukota
diimplementasikan adalah data yang diukur secara provinsi.
langsung terhadap populasi manusia yang nantinya Sampel gedung yang digunakan dalam penelitian
akan mengoperasikan hasil rancangan tersebut ini adalah gedung kantor pemerintah pusat dan
(Wignjosoebroto, 2000). daerah. Pemilihan sampel dilakukan secara acak,
Selama ini Indonesia belum mempunyai data dengan mempertimbangkan kemudahan akses
antropometri yang baik. Jikapun ada, sifatnya dalam melakukan survei lapangan. Sebelas
masih terbatas dan masih mengadopsi dimensi- bangunan gedung kantor pemerintah diambil
dimensi internasional yang mempunyai postur sebagai sampel, yaitu : Gedung Manggala
tubuh lebih besar dibanding dengan postur tubuh Wanabhakti (Jakarta); Gedung Keuangan Negara
orang Indonesia, seperti misalnya Neufert Sulawesi Selatan, DPRD Sulawesi Selatan, Bappeda
Architect’s Data, Human Dimension and Interior Sulawesi Selatan, dan Kantor Walikota Makassar
Standard, Anatomy of Interior Design, dan lain-lain. (Makassar); Kantor Walikota Medan, Kantor
Data antropometri dari standar internasional Gubernur Sumatera Utara (Medan); dan Kantor
tersebut dianggap kurang sesuai untuk digunakan Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Jawa Timur,
pada perancangan yang diperuntukkan bagi Dinas PU Pengairan Jawa Timur, dan Dinas PU Bina
masyarakat Indonesia (Hermawan, et al, 2011). Marga Jawa Timur (Surabaya).
Karena itu, penyesuaian antropometri untuk Pemilihan sampel ruang kerja dan pegawai
mencapai optimalisasi gerak manusia Indonesia didasarkan pada kedudukannya dalam organisasi
saat bekerja sangat diperlukan, dengan tetap pemerintahan. Pada pemerintahan pusat, sampel
memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan mulai dari jabatan paling tinggi hingga paling
tentang faktor ergonomi untuk perkantoran. rendah adalah Menteri/Wakil Menteri atau jabatan
Tulisan ini berusaha menggali permasalahan yang setara Menteri/Wakil Menteri hingga staf.
ergonomi ruang kantor pemerintah di Indonesia, Sementara itu, untuk pemerintah daerah, sampel
kemudian dilakukan perancangan ruang kantor mulai jabatan mulai Gubernur/Walikota hingga

127
Studi Ergonomi terhadap Rancangan … (Muhammad Nur Fajri Alfata, Yuri Hermawan, Rani Widyahantari)

staf. Sampel ruang kerja dan pejabat setingkat dimensions) dan jarak jangkauan (reach dimension).
Menteri dan Eselon 1 atau Kepala Daerah Kelonggaran diperlukan untuk menentukan ruang
(Gubernur/Walikota/Bupati) tidak diperoleh minimum (space) yang diperlukan orang untuk
karena kesulitan dalam akses ke ruangan serta leluasa melaksanakan aktifitas, sedangkan jarak
pejabat yang bersangkutan. Informasi tentang pola jangkauan diperlukan untuk menentukan ukuran
kerja dan aktifitas pejabat yang bersangkutan maksimum yang harus ditetapkan agar mayoritas
diperoleh dari Sekretaris Pribadi. populasi dapat menjangkau dan mengoperasikan
peralatan atau perabot. Penentuan peta aktifitas
Jumlah sampel pegawai yang diambil dalam
gerakan-gerakan yang mungkin terjadi ditentukan
penelitian ini mengacu pada pendapat Slovin :
berdasarkan pertimbangan perancangan yang
𝑵 diperoleh dari hasil professional judgements dari
𝒏 = 𝟏+(𝑵𝒆𝟐) (1)
tim peneliti. Perancangan ergonomik untuk
populasi memiliki tiga pilihan yaitu; design for
di mana n = ukuran sampel; N = ukuran populasi; extreme individuals; design for adjustable range dan
dan e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena design for average (Wignjosobroto, 2000). Dari
kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat hasil simulasi diperoleh dimensi ruang minimum
ditolerir. yang dibutuhkan berdasarkan antropometri nilai
Berdasarkan data jumlah Pegawai Negeri Sipil besar (persentil 95) atau nilai kecil (persentil 5)
(PNS) di Indonesia tahun 2010, yaitu sebesar dan jenis perabot yang digunakan. Hasil simulasi
4.732.472 orang (BKN, 2011) dan persen komputer divalidasi dengan simulasi fisik skala 1:1
kelonggaran ketidaktelitian ditentukan sebesar (mock up)
5%, maka ukuran sampel minimal yang
dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 399,99 HASIL DAN PEMBAHASAN
orang (dibulatkan menjadi 400 orang responden). Kantor pemerintah adalah wadah tempat
Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data berlangsungnya pekerjaan administrasi
Pengambilan data dilakukan melalui identifikasi kepemerintahan sesuai dengan tugas dan fungsi
fungsi ruang dalam bangunan kantor dan aktifitas dari suatu unit organisasi pemerintahan suatu
yang terjadi didalamnya. Metode yang digunakan negara. Di Indonesia, kantor pemerintah
adalah mencatat pola dan fungsi ruang, dikategorikan ke dalam bangunan gedung negara,
pengukuran ruang dan penggambaran tata ruang yang pengadaannya dibiayai oleh negara, sehingga
dalam (layout). Kemudian, data yang diperoleh dalam perencanaan maupun perancangannya
disusun dalam bentuk matrik tabulasi. dibutuhkan standar yang efektif dan efisien.
Pertimbangan dalam menentukan aktifitas adalah Standar ini diberlakukan terhadap setiap
aktifitas pokok yang dilakukan sehari-hari dan pembangunan ruang kantor, baik di tingkat pusat
frekuensi aktifitas secara kualitatif. Data aktifitas maupun daerah
pokok diperoleh melalui pengisian kuesioner dan Penelitian ini melibatkan 440 responden dari 11
identifikasi melalui jenis perabot yang digunakan. gedung kantor pemerintah di empat kota besar di
Pengambilan data pola dan fungsi ruang dilakukan Indonesia, yaitu Jakarta, Makassar, Medan dan
dengan menggambarkan pada kertas kerja, Surabaya. Berdasarkan tingkat pendidikan,
sementara pengukuran ukuran ruang kerja sebagian besar responden penelitian memiliki latar
dilakukan dengan menggunakan laser distance belakang Sarjana (S1) sebesar 46,4% (204 orang
meter. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian responden). Selanjutnya adalah berpendidikan
ini memuat beberapa pertanyaan pokok, yaitu : SMA sebesar 24,1% (106), Strata 2 sebesar 12,3%
identitas pribadi dan kedudukannya dalam (54), Diploma sebesar 9,3% (41), SMP sebesar
organisasi kantor pemerintah, aktifitas pokok 2,5% (11), dan SD sebesar 0,2% (1). Terdapat 5,2
dalam kantor tersebut serta frekuensi aktifitas % dari total responden (23) yang tidak
tersebut, peralatan dan perabot yang digunakan menyebutkan latar belakang pendidikannya.
dan yang dibutuhkan untuk mendukung kerja, Berdasarkan kedudukannya dalam organisasi,
serta evaluasi kenyamanan aktifitas kerja 82,5% dari total responden adalah staf, 4,8 %
(termasuk kesehatan dan kecelakaan kerja). adalah pejabat setingkat eselon 4 (kasubbag atau
kasubbid), dan 4,1% adalah pejabat setingkat
Analisis Data eselon 3 (kabid atau kabag). Sebanyak 7,3% dari
Analisis data menggunakan peta aktifitas yang total responden menyatakan di luar jabatan di atas,
merupakan simulasi interaksi antara perabot dan hanya 1,4% responden yang tidak menyatakan
dengan pengguna dan identifikasi gerakan yang posisinya. Penelitian ini tidak dilakukan terhadap
kemungkinan besar dilakukan. Prinsip yang pejabat setingkat eselon 2 dan 1 serta setingkat
digunakan adalah kelonggaran (clearance Menteri/Gubernur/Walikota karena keterbatasan

128
Jurnal Permukiman Vol. 7 No. 3 November 2012 : 126-137

akses dalam penggalian informasi lebih dalam pada aktifitas-aktifitas tersebut. Pada tingkatan
ruang kerja tersebut. pimpinan, aktifitas menerima telepon atau fax
merupakan aktifitas duduk, karena pesawat
Aktifitas Kerja, Ruang, Perabot dan Peralatan
telepon/fax tersedia di meja kerja. Sementara
Beberapa aktifitas pokok dalam perkantoran
untuk staf, pesawat telepon/fax merupakan
ditunjukkan dalam Tabel 1. Aktifitas pokok
aktifitas yang dilakukan pada ruang
tersebut digolongkan dalam dua aktifitas utama,
publik/komunal. Untuk aktifitas menggunakan
yaitu aktifitas duduk dan aktifitas berdiri,
mesin ketik, level pimpinan tidak menggunakan
sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 2. Tabel 1
mesin ketik tersebut. Sementara pada staf, mesin
menunjukkan bahwa rata-rata responden memiliki
ketik berada pada ruang komunal.
lima hari kerja, kecuali beberapa responden yang
bekerja lebih dari lima hari (lembur). Waktu kerja Selain aktifitas pokok, terdapat juga aktifitas
rata-rata setiap hari adalah 8,35 jam, dengan waktu penunjang seperti aktifitas makan/minum, buang
kerja minimal 6 jam dan maksimal 14 jam. Dari air besar/kecil, ibadah/shalat, istirahat, rapat, dan
beberapa aktifitas pokok perkantoran yang bersifat menerima tamu. Semua pegawai pada semua
personal, diperoleh data bahwa penggunaan tingkatan organisasi melakukan aktifitas
komputer (PC) merupakan aktifitas yang paling penunjang tersebut. Baik aktifitas pokok maupun
banyak dilakukan oleh para pekerja dengan rata- aktifitas penunjang membutuhkan ruang untuk
rata penggunaan sebesar 6,11 jam. Meskipun mewadahinya. Perbedaannya terletak pada lokasi
demikian, tidak semua responden menggunakan dan sifat ruang tersebut. Pada level pimpinan,
komputer, karena ternyata terdapat pula semua aktifitas kantor dilakukan di ruang privat
responden yang hanya menggunakan komputer (yang terintegrasi dengan ruang kerja). Terdapat
hanya 1 jam perhari, tetapi ada yang bahkan juga perbedaan antarlevel pimpinan dalam
hingga 12 jam per hari. Demikian juga dengan mewadahi aktifitas dalam ruang kerja tersebut.
pemakaian laptop dalam aktifitas pekerjaan, Semua aktifitas dalam pekerjaan, baik aktifitas
terdapat responden yang hanya menggunakannya pokok, aktifitas penunjang, maupun aktifitas publik
satu jam per hari, ada yang menggunakan hingga pada pimpinan setingkat Menteri atau Gubernur/
12 jam per hari. Rata-rata penggunaan laptop Walikota diwadahi dalam ruang kerja pribadi,
adalah 4,97 jam/hari. sementara untuk level pimpinan di bawahnya
(setara eselon 3 dan 4) terdapat beberapa aktifitas
Tabel 1 Aktifitas Kantor Responden dan Lamanya
yang diwadahi di ruang komunal. Perbedaan
Aktifitas
tersebut ditunjukkan dalam Tabel 3.
Variabel Rata-rata Min Max
Hari kerja (hari) 5,01 5 6 Rapat dilakukan oleh semua pegawai, mulai dari
Waktu kerja (jam) 8,35 6 14
Di depan komputer PC 6,11 1 12
pimpinan tertinggi hingga staf. Untuk melakukan
(jam) Laptop 4,97 1 10 aktifitas tersebut, digunakan ruang rapat. Pada
Menggunakan printer (jam) 2,98 0,5 12 umumnya ditemui dua jenis ruang rapat, yaitu
Duduk (jam) 6,05 1 12 ruang rapat pribadi dan ruang rapat besar/
Berdiri (jam) 2,55 1 18
Membaca (jam) 3,81 1 11
bersama. Ruang rapat pribadi umumnya dimiliki
Telepon (jam) 1,69 0,1 9 oleh pimpinan dan menjadi bagian yang integral
Istirahat (menit) 56,20 30 120 dari ruang kerja pimpinan. Ruang rapat pribadi
biasanya dimiliki hingga pejabat setingkat eselon 2.
Tabel 2 Kategorisasi Aktifitas Kantor Sementara untuk pejabat setingkat eselon 3 hingga
Aktifitas Pokok Aktifitas Penunjang
staf menggunakan ruang rapat bersama.
Aktifitas Duduk Makan/Minum
 Membaca Buang air besar/kecil Kebutuhan akan ruang rapat sangat tergantung
 Menulis Ibadah/Shalat pada kebutuhan jumlah peserta rapat dan
 Menggunakan komputer Istirahat frekuensi rapat yang dilakukan.
(PC/Laptop) Menerima tamu
 Menggunakan mesin ketik Rapat Sebagai konsekuensi dari perbedaan lokasi dan
Aktifitas Berdiri sifat ruang kerja, peralatan dan perabot/mebeler
 Mengambil/menyimpan yang digunakan oleh pegawai juga berbeda-beda.
berkas di lemari
Tabel 4 menunjukkan perabot/mebeler yang
 Menerima telepon
digunakan, sementara Tabel 5 menunjukkan
Kebutuhan akan ruang terkait erat dengan perbedaan perabot yang digunakan pada tingkatan
kedudukan pegawai dalam organisasi kantor. jabatan yang berbeda.
Semua level pegawai, dari level pimpinan hingga
Selain ruang dan perabot/mebeler, peralatan
staf, memiliki aktifitas pokok dalam pekerjaan
kantor juga mutlak diperlukan dalam mendukung
sebagaimana disebutkan dalam Tabel 2. Namun,
aktifitas kerja kantor. Seiring dengan
terdapat perbedaan ruang yang mewadahi
perkembangan teknologi, peralatan kantor yang

129
Studi Ergonomi terhadap Rancangan … (Muhammad Nur Fajri Alfata, Yuri Hermawan, Rani Widyahantari)

digunakan juga semakin berkembang, terutama yang dibutuhkan tetapi sifat penggunaannya
peralatan teknologi komunikasi dan informasi. berbeda. Misalnya, telepon, dispenser, kulkas,
Kebutuhan peralatan pendukung kantor berbeda- televisi pada level pimpinan bersifat personal
beda menurut perbedaan aktifitas yang didasari (pribadi) sementara pada level staf bersifat
oleh hirarki jabatan dalam organisasi kantor komunal. Bahkan, terdapat pola penggunaan
pemerintah. Kompleksitas kebutuhan peralatan peralatan di mana komputer (PC) dan semua
dan ini berkaitan erat dengan aktifitas kerja peralatan pendukungnya (printer, scanner, dsb)
masing-masing sebagaimana dijelaskan bersifat komunal.
sebelumnya. Kebutuhan alat kantor tersebut juga
Selain itu, terdapat beberapa perabot yang ada
membawa konsekuensi kebutuhan ruang untuk
tetapi tidak fungsional untuk mewadahi aktifitas.
mewadahi peralatan kantor tersebut. Beberapa
Perabot tersebut lebih berfungsi sebagai media
peralatan kantor yang diperlukan serta kebutuhan
untuk mewadahi kebutuhan estetika maupun
alat berdasarkan hirarki jabatan dalam organisasi
aktualisasi diri untuk menunjukkan kelas sosial
kantor pemerintah ditunjukkan oleh Tabel 6.
penghuninya (Halim, 2005). Beberapa perabot
Tabel 6 menunjukkan bahwa terdapat beberapa seperti lemari display (untuk souvenir), ukuran
peralatan yang sebenarnya dibutuhkan oleh meja yang besar serta bentuk kursi yang mewah,
pimpinan tetapi pemanfaatannya didelegasikan adalah salah satu perabot yang lebih berfungsi
kepada staf, seperti misalnya mesin fotokopi, sebagai identitas sosial yang berkaitan dengan
mesin ketik, scanner, dan plotter. Tabel 6 juga jabatan tertentu.
menunjukkan bahwa terdapat beberapa peralatan
Tabel 3 Tempat dan Aktifitas Pegawai Berdasarkan Kedudukannya dalam Organisasi
Ruang yang dibutuhkan
Ruang untuk aktifitas pokok Ruang aktifitas penunjang
Jabatan
Baca/ PC/ Telp/ Arsip/ Sholat/ Makan/
Print Toilet Rapat Terima tamu
Tulis Laptop Fax File Tidur Minum
Menteri/ Ruang Kerja Ruang Ruang Ruang Ruang R. Rapat R. Terima Tamu,
Gub Simpan Sholat/ Toilet Makan (privat & bersama R. Sekretaris
Tidur terbatas, besar) R. Tunggu,
R. Ajudan
R. Security
Wakil Ruang Kerja Ruang Ruang Ruang Ruang R. Rapat (privat & R. Terima Tamu,
Menteri/ Simpan Sholat Toilet Makan bersama terbatas) R. Sekretaris
Gub R. Tunggu,
R. Ajudan
Eselon 1 Ruang Kerja Ruang Ruang Ruang Ruang R. Rapat R. Terima Tamu,
Simpan Sholat Toilet Makan (privat & bersama R. Sekretaris
terbatas) R. Tunggu,
Eselon 2 Ruang Kerja Ruang Ruang Ruang Ruang R. Rapat R. Terima Tamu, R.
Simpan Sholat Toilet Makan (privat & bersama Sekretaris
terbatas) R. Tunggu,
Eselon 3 Ruang Kerja Ruang Mushola Ruang Di luar R. Rapat bersama
Simpan Toilet R. Terima Tamu
bersama komunal
Eselon 4 Ruang Kerja Ruang Mushola Ruang Di luar R. Rapat bersama Kursi hadap
Simpan Toilet
bersama Komunal
Staf
Gol 4 Ruang Kerja Bersama Ruang Mushola R Toilet Di Luar R. Rapat bersama Kursi hadap
Simpan Komunal
bersama
Gol 3 Ruang Kerja Bersama Ruang Mushola R Toilet Di luar R. Rapat bersama Kursi hadap
Simpan Komunal
bersama
Gol 2 Ruang Kerja Bersama Mushola R Toilet Di luar Di luar
Komunal
Gol 1 Ruang Kerja Bersama Mushola R Toilet Di luar Di luar
Komunal

Dengan kondisi tatanan ruang, ketersediaan luas yang sempit. Hanya sebagian kecil pegawai yang
ruang kerja, furnitur, dan alat bantu kerja yang menyatakan ketidaknyamanan beraktifitas, yang
ditemui di lapangan, para pegawai pada umumnya pada umumnya karena harus menggunakan
menyatakan “nyaman” walaupun fasilitas yang fasilitas yang disediakan secara komunal seperti
tersedia sangat terbatas, khususnya pada staf yang telepon, fotokopi, printer, bahkan komputer dan
hanya ada meja dan kursi dengan rentang sirkulasi mesin ketik. Keluhan ini disebabkan karena

130
Jurnal Permukiman Vol. 7 No. 3 November 2012 : 126-137

sirkulasi untuk menjangkau fasilitas tersebut tidak Tabel 4 Perabot/Furnitur yang Digunakan
baik dan harus bergantian dalam penggunaannya. No Aktifitas Perabot/Furnitur

Persepsi responden tentang kenyamanan tersebut 1 Pokok Kerja a. Meja dan kursi kerja
b. Meja samping
sangat subjektif, dan sangat dipengaruhi oleh Simpan c. Lemari buku, display
hierarki birokrasi yang secara psikologis tidak d. Filing cabinet
memungkinkan mereka menolak apa yang mereka e. Credenza
terima untuk menyatakan ketidaknyamanannya. 2 Penunjang Shalat f. Rak/lemari
Toilet g. Rak handuk
Karena persepsi ini sangat subyektif, maka tidak Istirahat h. Tempat tidur
bisa dijadikan acuan dalam penentuan kenyaman- Makan/minum i. Pantry, meja dan kursi
an ruang gerak. Karena itu, dalam penentuan makan
luasan minimum bagi pegawai untuk mendapatkan Rapat j. Meja dan kursi rapat
Terima tamu k. Kursi hadap, meja dan
ruang gerak, digunakan professional judgement kursi tamu
melalui simulasi ruang gerak, baik simulasi
komputer maupun simulasi fisik (mock-up).
Tabel 5 Perabot yang Digunakan untuk Mendukung Aktifitas Kantor
Furnitur yang Dibutuhkan Pegawai/Karyawan
Aktifitas Pokok Aktifitas Penunjang
Jabatan
Terima
Kerja Simpan Sholat Toilet Istirahat Makan Rapat
Tamu
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k)
Menteri Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Wakil Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Menteri
Eselon 1 Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Eselon 2 Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Eselon 3 Ada Ada Ada Ada Ada Ada* Tidak Tidak ada Tidak Ada (meja kursi Ada +
ada ada rapat pribadi)
Eselon 4 Ada Ada Ada* Ada Tidak Ada* Tidak Tidak ada Tidak Tidak ada Ada +
ada ada ada
Staf
Gol 4 Ada Ada Ada* Ada Tidak Ada* Tidak Tidak ada Tidak Tidak ada Tidak ada
ada ada ada
Gol 3 Ada Ada Ada Ada Tidak Ada* Tidak Tidak ada Tidak Tidak ada Tidak ada
ada ada ada
Gol 2 Ada Ada Ada* Ada* Tidak Tidak ada Tidak Tidak ada Tidak ada
ada ada
Gol 1 Ada Ada Ada* Tidak Tidak ada Tidak Tidak ada Tidak ada
ada ada
Keterangan:
Notasi (a), (b), dst pada kolom mengacu pada Tabel 4
* Bersifat komunal
+ Berupa kursi hadap

Tabel 6 Peralatan Kantor yang Dibutuhkan Pegawai dalam Ruang Kerja


Alat Bantu Kerja yang Dibutuhkan
Kedudukan dalam

Aktifitas Pokok Aktifitas Penunjang


Organisasi

Dispenser
Fotokopi

Telepon
Scanner

Layar &
Infocus
Printer
Laptop

Plotter

Kulkas
Mesin
ketik

TV
PC

Menteri Tidak Perlu Tidak Tidak Perlu Tidak Tidak Perlu Perlu Perlu Perlu Perlu
Wakil Menteri Tidak Perlu Tidak Tidak Perlu Tidak Tidak Perlu Perlu Perlu Perlu Perlu
Eselon 1 Tidak Perlu Tidak Tidak Perlu Tidak Tidak Perlu Perlu Perlu Perlu Perlu
Eselon 2 Perlu Perlu Tidak Tidak Perlu Tidak Tidak Perlu Perlu Perlu Perlu Perlu
Eselon 3 Perlu Perlu Perlu Tidak Perlu Tidak Tidak Perlu Perlu Perlu Tidak Perlu
Eselon 4 Perlu Perlu Perlu Tidak Perlu Tidak Tidak Perlu Perlu Perlu Tidak Perlu*
Staf
Gol 4 Perlu Tidak Tidak Perlu Perlu Perlu* Perlu* Perlu* Perlu* Perlu* Tidak Perlu*
Gol 3 Perlu Tidak Tidak Perlu Perlu Perlu* Perlu* Perlu* Perlu* Perlu* Tidak
Gol 2 Tidak Tidak Perlu Tidak Tidak Perlu* Tidak Perlu* Perlu* Perlu* Tidak
Gol 1 Tidak Tidak Perlu Tidak Tidak Perlu* Tidak Perlu* Perlu* Perlu* Tidak
Keterangan:
* Bersifat komunal

131
Studi Ergonomi terhadap Rancangan … (Muhammad Nur Fajri Alfata, Yuri Hermawan, Rani Widyahantari)

Ruang Kerja yang Ergonomis gerakan yang efektif, efisien, nyaman dan aman,
Lingkungan kerja yang ergonomis memiliki dan disesuaikan dengan kemampuan tubuh
pengaruh yang besar terhadap kinerja pegawai manusia, aktifitas kerja dan lingkungan kerja
(Kusuma, 2007). Prinsip dan langkah-langkah sehingga diperoleh kinerja yang optimal.
perancangan ruang kerja yang ergonomis sudah
Berdasarkan data antropometri, peta aktifitas kerja
banyak didiskusikan oleh beberapa penulis,
serta peralatan dan perabot yang digunakan, maka
diantaranya oleh Wignjosoebroto (2000, 2007),
dilakukan simulasi komputer untuk merancang
Liliana (2007), Sutalaksana (2006), Amali (2008),
dan merencanakan ruang kerja yang ergonomis.
Darlis et al (2009), dan lain sebagainya. Diskusi-
Kebutuhan luas minimum berdasarkan hasil
diskusi tersebut setidaknya menyimpulkan
simulasi ditunjukkan dalam Tabel 8. Tabel 8 belum
beberapa aspek penting dalam perancangan ruang
mempertimbangkan rentang toleransi kelonggaran
yang ergonomis, yaitu : data antropometri yang
jarak yang pada umumnya berada pada kisaran 10-
memadai, aktifitas dan pola/cara kerja,
15% (Neufert, 1989; Panero&Zelnik, 1979). Hasil
peralatan/mesin dan perabot yang ada dan
contoh simulasi komputer pada beberapa ruang
digunakan.
kerja pegawai dapat dilihat pada Gambar 1-3.
Aspek penting dalam perancangan ruang yang Ruang pejabat setingkat Menteri/Wakil Menteri
ergonomis adalah data antropometri yang atau Gubernur/Wakil Gubernur, dan pejabat
memadai. Data antropometri yang ada masih masih setingkat Eselon 1 (Dirjen/Kepala Badan atau
mengacu pada data antropometri internasional, Sekda) belum dapat disimulasikan karena
padahal data antropometri dari standar kekurangan data tentang aktifitas serta perabot
internasional kurang sesuai untuk digunakan pada dan peralatan yang digunakan untuk menunjang
perancangan yang diperuntukkan bagi masyarakat aktifitas kantor pejabat tersebut.
Indonesia (Hermawan, et al, 2011). Perancangan
Gambar 1 memperlihatkan hasil simulasi kebutuh-
sistem kerja yang efisien perlu dilengkapi dengan
an ruang kerja yang menggunakan komputer
data antropometri yang tepat dan akurat sehingga
berdasarkan pada antropometri tubuh manusia
bentuk dan geometris sistem dan fasilitas kerja
Indonesia. Simulasi memperlihatkan tinggi meja
yang dirancang sesuai dengan ukuran segmen-
dan kursi kerja yang sesuai dengan antropometri
segmen bagian tubuh manusia yang nantinya akan
tubuh manusia Indonesia sehingga posisi pegawai
mengoperasikan sistem tersebut. Data
mendapatkan kelonggaran (clearence dimensions)
antropometri yang paling tepat untuk
yang sesuai. Kelonggaran dirancang dengan
diimplementasikan adalah data yang diukur secara
menggunakan antropometri persentil 95 laki-laki,
langsung terhadap populasi manusia yang nantinya
sehingga diharapkan orang Indonesia dengan
akan mengoperasikan hasil rancangan tersebut
persentil dibawahnya, baik laki-laki maupun
(Wignjosoebroto, 2000). Karena itu, data
perempuan, memiliki kelonggaran yang cukup
antropometri dalam perancangan ini mengacu
untuk melakukan aktifitasnya. Sementara itu, jarak
pada data antropometri yang dihasilkan oleh
jangkauan dirancang dengan menggunakan
penelitian Pusat Litbang Permukiman tahun 2010
antropometri persentil 5 perempuan, agar
dan divalidasi pada tahun 2011, yang merupakan
persentil lain dapat menjangkau peralatan yang
hasil pengukuran secara langsung dimensi tubuh
digunakan dalam ruang kerja. Perancangan
manusia Indonesia.
ergonomis juga tetap mempertimbangkan aspek
Setelah mendapatkan data antropometri yang design for extreme individuals, design for adjustable
memadai, tahapan perancangan ruang kerja yang range dan design for average (Wignjosoebroto,
ergonomis selanjutnya antara lain : (1) 2000)
Menentukan aktifitas yang akan diwadahi dalam
Gambar 1 memperlihatkan posisi pegawai yang
kantor atau ruang kerja, (2) Menentukan peralatan
duduk tegak, kepala dan leher serta punggung
yang diperlukan untuk aktifitas tersebut, (3)
lurus, siku bersudut 90o, dan kaki menjejak ke
Menentukan ruang yang diperlukan untuk kegiatan
lantai dalam posisi yang optimum. Tinggi kursi
(aktifitas), (4) Mengintegrasikan ruang setiap
dirancang berdasarkan ukuran tinggi popliteal
kegiatan untuk menetapkan ruang gabungan
ekstrim, yaitu persentil 95 laki-laki (45 cm) dan
semua kegiatan itu dan kemudian mewadahkan
persentil 5 perempuan (34 cm). Panjang dan lebar
pada ruang bangunan yang tersedia.
meja memungkinkan pegawai mendapatkan jarak
Visualisasi rancangan perlu memperhatikan posisi jangkauan (reach dimensions) yang sesuai.
tubuh secara normal, kelonggaran (pakaian dan Peralatan kantor seperti komputer, pesawat
ruang) dan variasi gerak. Selanjutnya, pengaturan telepon, maupun tempat catatan/berkas,
tempat kerja, penyusunan perabot/mebeler dan diletakkan sedemikian rupa sehingga semua orang
peralatan pendukung harus mempertimbangkan dapat menjangkau dan mengoperasikan komputer

132
Jurnal Permukiman Vol. 7 No. 3 November 2012 : 126-137

dengan baik menjangkau ke arah peralatan kantor mengoperasikan komputer dapat dilihat dalam
seperti pesawat telepon dan printer tanpa harus tinjauan Amali (2008).
melakukan aktifitas berdiri. Jarak jangkauan yang
Gambar 1 berlaku untuk pegawai laki-laki maupun
digunakan adalah persentil 5 perempuan. Panjang
perempuan, meskipun pada kenyataannya
dan lebar ruangan dirancang berdasarkan
terdapat perbedaan dimensi tubuh antara laki-laki
jangkauan rentang tangan persentil 95 laki-laki,
dan perempuan (Hermawan, et al, 2011). Sehingga,
yaitu sekitar 170 cm. Diskusi lebih lanjut meja dan
perlu penyesuaian lebih lanjut apabila hendak
kursi ergonomis untuk komputer dapat dilihat
digunakan untuk pegawai dengan jenis kelamin
lebih jauh pada studi Sundari (2010), serta
tertentu.
bagaimana posisi tubuh yang ergonomis dalam

Gambar 1 Simulasi Ruang Kerja dengan Komputer (PC)

Aspek sirkulasi tidak dapat dikesampingkan dalam Gambar 3.b, maka ruang sirkulasi dihitung
perencanaan ruang kerja yang ergonomis. Lebar berdasarkan ukuran pantat popliteal persentil 95
sirkulasi berbeda tergantung pada penataan ruang laki-laki, yaitu 49 cm. Sirkulasi inipun juga hanya
kerja. Gambar 2 menunjukkan model penataan dapat dilalui oleh satu orang saja. Dengan kondisi
ruang kerja. Lebar ruang sirkulasi dalam ruang ini, pegawai mendapatkan keleluasaan dalam
kerja didasarkan pada ukuran lebar bahu persentil bekerja dan sikap alami dalam bekerja yang sesuai
95 laki-laki, yaitu 48 cm (Gambar 2.a). Dengan dengan ergonomi tubuh dapat terwujud, sehingga
demikian, ruang sirkulasi hanya cukup untuk kelelahan maupun keluhan muskuloskeletal karena
dilalui oleh satu orang dan harus digunakan secara kerja dapat dicegah.
bergantian. Apabila penataan ruang kerja seperti

(a) (b)
Gambar 2 Pola Penataan Ruang Kerja dan Lebar Ruang Sirkulasi

133
Studi Ergonomi terhadap Rancangan … (Muhammad Nur Fajri Alfata, Yuri Hermawan, Rani Widyahantari)

Ruang pejabat eselon IV pada dasarnya terdiri dari memiliki kecenderungan lebih sebagai simbol
satuan ruang kerja sebagaimana disimulasikan status sosial atau kedudukannya dalam organisasi
pada Gambar 1 dengan penambahan beberapa kantor. Sehingga, luas kantor sebagaimana
perabot sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 5. ditunjukkan dalam hasil simulasi dapat tidak
Demikian juga dengan pejabat setingkat eselon II sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya (Tabel
dan III. Gambar 3 menunjukkan simulasi ruang- 8).
ruang tersebut. Hasil simulasi ditunjukkan dalam
Validasi dengan menggunakan simulasi fisik 1:1
Tabel 7.
(mock up) menunjukkan hasil yang tidak jauh
Simulasi hanya mempertimbangkan aspek-aspek berbeda dengan menggunakan simulasi komputer.
ergonomis, tidak mempertimbangkan fungsi lain di Hanya terdapat perbedaan ukuran sekitar 2-3 cm.
luar ergonomi (seperti misalnya fungsi estetika Tidak terlihat adanya kesulitan maupun kelonggar-
dan kebutuhan aktualisasi diri yang cenderung an dalam proses-proses aktifitas maupun sirkulasi
kepada status sosial atau kedudukannya dalam dalam ruangan. Bahkan, terlihat tidak terdapat
kantor) (lihat Tabel 8). Meskipun demikian, kesulitan yang berarti pada model (pegawai)
penelitian lapangan menunjukkan bahwa ukuran ketika melakukan skenario emergency (kondisi
ruang kerja serta perabot dan peralatan yang darurat bahaya) (lihat Gambar 4).
digunakan pejabat setingkat eselon II dan III

(a) (b)
Gambar 3 Contoh Pola Penataan Ruang Kerja (a) Unit Eselon III dan, (b) Ruang Kerja Pejabat Eselon II

134
Jurnal Permukiman Vol. 7 No. 3 November 2012 : 126-137

Gambar 4 Simulasi Fisik Skala 1:1 untuk Validasi Simulasi Komputer pada Ruang Staf

Tabel 7 Hasil Simulasi Kebutuhan Ruang untuk Pegawai Kantor Pemerintah


Kedudukan dalam
Jenis ruang Perabot Keterangan Luas (m2)
Organisasi
Eselon II Ruang staf Meja kerja, kursi kerja, meja samping, credenza, 9,2
filing cabinet
Ruang tunggu Sofa, meja tamu Kapasitas 5 org 5,67
Display Lemari 3,8
Ruang tamu pribadi Meja dan kursi tamu Kapasitas 7 org 11,9
Ruang rapat pribadi Meja dan kursi rapat Kapasitas 12 org 13,4
Ruang kerja pribadi Meja kerja, kursi kerja, 9,6
Meja samping,
Kursi hadap, credenza,
filing cabinet
Ruang istirahat pribadi Sofa 3,4
Toilet pribadi Shower, toilet, wastafel 3,4
Ruang rapat terbatas Meja dan kursi rapat Kapasitas 30 org 46,6
Total 107,0
Eselon III Ruang kerja pribadi Meja kerja, 10,3
Meja samping,
Kursi kerja,
Credenza,
File cabinet,
Lemari buku,
Kursi hadap
Ruang tamu Meja dan kursi tamu 10,2
Total 20,5
Eselon IV Ruang kerja pribadi Meja dan kursi kerja, 10,8
Meja samping,
Credenza.
Lemari buku
Kursi hadap
Staf Golongan III Ruang kerja pribadi Meja kerja, 2,6
dan IV Meja samping,
Kursi kerja
Staf Gol. I dan II Ruang kerja pribadi Meja kerja, kursi kerja 1,9

135
Studi Ergonomi terhadap Rancangan … (Muhammad Nur Fajri Alfata, Yuri Hermawan, Rani Widyahantari)

Tabel 8 Perbandingan Luasan Minimum Hasil Simulasi yang dilakukan dengan penilaian profesional
dan Standar yang Ada melalui simulasi komputer menunjukkan bahwa
Kedudukan Dalam Kondisi Hasil kebutuhan ruang staf golongan 1 dan 2 adalah 1,9
Organisasi Kantor Lapangan Simulasi m2, staf golongan 3 dan 4 adalah 2,6 m 2, pejabat
Menteri/Gubernur/ 947,3 setara eselon 4 adalah 10,8 m2, pejabat setara
Walikota eselon 3 adalah 20,5 m2, dan pejabat setara eselon
Wagub/Wawali 157,9 2 adalah 107,0 m2 (lihat Tabel 7). Hasil simulasi
Eselon IA 185,8 menunjukkan hasil yang berbeda bila
Eselon IB
dibandingkan dengan kondisi lapangan,
Eselon IIA 95,6 107,0
Eselon IIB 67,7
sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 8.
Eselon IIIA 34,3 20,5 Berdasarkan hasil simulasi mock up, luasan
Eselon IIIB 17,3 minimun bagi pegawai sebagaimana dihasilkan
Eselon IV 20,9 10,8 oleh simulasi komputer dapat divalidasi dengan
Eselon V -
baik melalui serangkaian skenario simulasi. Tidak
Staf
terlihat adanya kesulitan maupun kelonggaran
Gol III dan IV 2,6
Gol I dan II 1,9
dalam proses-proses aktifitas maupun sirkulasi
dalam ruangan. Bahkan, terlihat tidak terdapat
kesulitan yang berarti pada model (pegawai)
KESIMPULAN ketika melakukan skenario emergency (kondisi
darurat bahaya) (lihat Gambar 4).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
perancangan tata ruang kantor yang ergonomis
UCAPAN TERIMA KASIH
antara lain : antropometri tubuh manusia
Indonesia; aktifitas pokok maupun penunjang; Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada
perabot/ furnitur yang digunakan, serta peralatan Puslitbang Permukiman yang telah membiayai
kantor yang digunakan. Aspek-aspek tersebut penelitian ini melalui APBN Tahun 2011. Ucapan
harus juga mampu mengakomodasi kemajuan terima kasih juga kami sampaikan kepada
teknologi dalam dunia perkantoran. narasumber : Dr. Iftikar Z. Sutalaksana (ITB) dan
Dr. Rumiati R. Tobing (Unpar) dan anggota tim
Perancangan sistem kerja yang efisien perlu peneliti yang membantu dalam kegiatan penelitian
dilengkapi dengan data antropometri yang tepat ini
dan akurat sehingga bentuk dan geometris sistem
dan fasilitas kerja yang dirancang sesuai dengan DAFTAR PUSTAKA
ukuran segmen-segmen bagian tubuh manusia
yang nantinya akan mengoperasikan sistem ---. 2010. Penelitian dan Pengembangan Kriteria
tersebut. Tahap perancangan ruang kerja yang Perencanaan dan Perancangan Arsitektur,
ergonomis selanjutnya adalah : (1) menentukan Struktur dan Utilitas, Subkegiatan A :
aktifitas yang akan diwadahi dalam kantor atau Penelitian Kebutuhan Ruang Gerak Di Dalam
ruang kerja, (2) menentukan peralatan yang Bangunan Hunian. Laporan Akhir. Bandung :
diperlukan untuk aktifitas tersebut, (3) Pusat Litbang Permukiman.
menentukan ruang yang diperlukan untuk kegiatan Amali, L.N. 2008. Pendekatan Ergonomi untuk
(aktifitas), dan (4) mengintegrasikan ruang setiap Mengurangi Gangguan Kesehatan Akibat
kegiatan untuk menetapkan ruang gabungan Penggunaan Komputer. Jurnal Teknik Vol. 6
semua kegiatan itu dan kemudian mewadahkan (2).
pada ruang bangunan yang tersedia. Darlis, Widagdo, S., Santoso, S., dan Rozali, B. 2009.
Pertimbangan Ergonomi pada Perancangan
Para pegawai pada umumnya menyatakan Stasiun Kerja. Sigma Epsilon Vol. 13 (4).
“nyaman” walaupun fasilitas yang tersedia sangat Gie, T. L. 2007. Administrasi Perkantoran Modern,
terbatas, khususnya pada staf yang hanya meja dan Edisi Keempat. Yogyakarta : Liberty.
kursi dengan rentang sirkulasi yang sempit. Hanya Halim, D. 2005. Psikologi Arsitektur, Pengantar
sebagian kecil pegawai yang menyatakan Kajian Lintas Disiplin. Jakarta : Penerbit
ketidaknyamanannya. Maka, penilaian profesional Grasindo.
(professional judgement) digunakan dalam proses Hermawan, Y., et al. 2011. Kebutuhan Minimum
simulasi. Ruang Gerak untuk Rumah Sederhana
Simulasi komputer ruang kerja pegawai Berdasarkan Antropometri. Proceeding
berdasarkan kedudukannya dalam organisasi Kolokium 2011 Hasil Litbang Bidang
kantor ditunjukkan dalam Gambar 1 sampai Permukiman. Bandung : Pusat Litbang
dengan Gambar 3. Luasan minimum ruang kerja Permukiman.

136
Jurnal Permukiman Vol. 7 No. 3 November 2012 : 126-137

Kusuma, A. 2007. Pengaruh Lingkungan Kerja Komputer di UPT – PSTKP Bali. Metris Vol.
terhadap Kinerja Pegawai pada BKD 11(1).
Kabupaten Lahat. Jurnal Ilmu Administrasi Vol Sutalaksana, I., et al. 2006. Teknik Perancangan
IV(4). Sistem Kerja. Bandung : Penerbit ITB.
Liliana Y.P., Widagdo, S., Abtokhi, A. 2007. Wignjosoebroto, S. 2000. Prinsip-prinsip
Pertimbangan Antropometri pada Perancangan Berbasiskan Dimensi Tubuh
Pendisainan. Prosiding Seminar Nasional III (Antropometri) dan Perancangan Stasiun
SDM Teknologi Nuklir Yogyakarta. Hal. 183 – Kerja. Makalah disampaikan dalam Lokakarya
189. Yogyakarta : Batan. IV Methods Engineering : Adaptasi ISO/TC 159
Neufert, E. 1989. Data Arsitek, Jakarta : Penerbit (Ergonomics) dalam Standar Nasional
Erlangga. Indonesia (SNI). 17 – 19 Oktober 2000.
Panero, J. dan Zelnik, M. 1979. Human Dimension Bandung : Institut Teknologi Bandung.
and Interior Space. London : The Architectural Wignjosoebroto, S. 2003. Ergonomi, Studi Gerak
Press Ltd. dan Waktu. Surabaya : Penerbit Guna Widya.
Peusner, N. 1972. Office. New York : McGraw-Hill Wignjosoebroto, S. 2007. Peran dan Kontribusi
Book Company. Perguruan Tinggi dalam Pembentukan SDM
Sanders, M., and Mc Cormick, E. J. 1992. Human Ergonomi–K3 yang Siap Bersaing di Pasar
Factors in Engineering and Design. New York : Kerja Nasional dan Internasional. Makalah
Mc. Graw-Hill Book Co. disampaikan dalam Seminar Nasional K3 :
Sundari, K.N. 2010. Tinjauan Ergonomi terhadap Revitalisasi SDM-K3 di Perusahaan dalam
Meja dan Kursi Kerja pada Operator Menghadapi Era Globalisasi dan Pasar Bebas. 9
– 10 Mei 2007. Jakarta.

137

Anda mungkin juga menyukai