Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH :
2. Fisiologi
Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus tidur atau
terjaga umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus
siang/malam. Selain siklus tidur/terjaga, tidur terjadi dalam tahapan yang
berlangsung dalam suatu kondisi siklis. Ada lima tahapan tidur. Tahap 1
hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata tidak cepat (NREM-
Non Rapid Eye Movement) dan berkisar dari kedaan tidur sangat ringan di
tahap 1 hingga keadaan tidur nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama tidur NREM,
seseorang biasanya mengalami penurunan suhu, denyut, tekanan darah,
pernapasan, dan ketegangan otot. Penurunan tuntutan fungsi tubuh dianggap
melakukan tindakan responsif, baik secara fisiologi maupun psikologi. Tahap
5 disebut tidur dengan gerak mata cepat (REM- Rapid Eye Movement). Tahap
tidur REM dikarakterisasikan dengan meningkatnya level aktivitas
dibandingkan pada tahap NREM. Manfaat tidur REM berkaitan dengan
perbaikan dalam proses mental dan kesehatan emosi. (Tarwoto dan Wartonah,
2010).
a. Non Rapid Eye Movement (NREM)
Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi
empat tahapan yaitu:
1) Tahap I
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur. Berlangsung
beberapa menit saja, dan gelombang otak menjadi lambat. Tahap I ini
ditandai dengan :
a) Mata menjadi kabur dan rileks.
b) Seluruh otot menjadi lemas.
c) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan.
d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.
e) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.
f) Dapat terbangun dengan mudah.
g) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.
2) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun.
Berlangsung 10-20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang
otak menjadi lebih lambat. Tahap II ini ditandai dengan :
a) Kedua Bola mata berhenti bergerak.
b) Suhu tubuh menurun.
c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang disebut
gelombang tidur.
3) Tahap III
Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30
menit. Tahap III ini ditandai dengan:
a) Relaksasi otot menyeluruh.
b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.
d) Sulit dibangunkan dan digerakkan.
4) Tahap IV
Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini
ditandai dengan:
a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun
pagi.
c) Tonus Otot menurun (relaksasi total).
d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.
e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekwensi 1-2
siklus/detik.
f) Gerak bola mata mulai meningkat.
g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis
(mengompol).
Gangguan
Istirahat dan Tidur
Terjaga
1) Ansietas Ketidaknyamanan
Faktor lingkungan fisik (mis., kebisingan 2) Berduka fisik
lingkungan sekitar, pajanan terhadap 3) Ketakutan
cahaya/gelap, suhu kelembaban lingkungan 4) Depresi
sekitar, tatanan yang tidak familier)
KELETIHAN
4. Klasifikasi
Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya
menyebabkan tidur terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga masalah
insomnia yaitu gerakan abnormal atau sensasi saat tidur atau ketika terbangun
di malam hari, atau kantuk yang berlebihan di siang hari (Tarwoto dan
Wartonah, 2010)
a. Insomnia
Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami
kesulitan tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur pendek atau
tidur non retoratif. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara
kualitas maupun kuantitas. Umumnya ditemui pada individu dewasa.
Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti
perasaan gundah dan gelisah. Ada tiga jenis insomnia yaitu Initial insomnia
adalah kesulitan untuk memulai tidur, Intermitten insomnia adalah kesulitan
untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga, terminal insomnia adalah bangun
terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
b. Parasomnia
Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat
seseorang tidur, dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa.
Misalnya tidur berjalan, mengigau, teror malam, mimpi buruk, nokturnal,
enuresis (mengompol), badan goyang, dan bruksisme (gigi bergemeretak).
c. Hipersomnia
Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama
pada siang hari.
d. Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba
pada siang hari. Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi seperti
nyata yang terjadi ketika seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit dibedakan
dari kenyataan. Kelumpuhan tidur, perasaan tidak mampu bergerak, atau
berbicara sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala lainnya (Guilleminault
dan Bassiri, 2005).
e. Apnea saat Tidur dan Mendengkur
Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara
melalui hidung dan mulut untuk periode 10 detik atau lebih pada saat tidur.
Ada tiga jenis tidur apnea yaitu apnea sentral, obstruktif, dan campuran. Bentuk
yang paling umum adalah apnea obstruktif atau Obstruktif Sleep Apnea (OSA).
OSA mempengaruhi 10-15% dari dewasa menengah. OSA terjadi ketika otot
atau struktur dari rongga mulut atau tenggorakan mengalami relaksasi saat
tidur. Saluran napas tersumbat sebagian atau seluruhnya, mengurangi aliran
udara hidung (hiponea) atau menghentikannya (apnea) selama 30 detik
(Guilleminault dan Bassiri, 2005). Seseorang masih mencoba untuk bernapas
karena dada dan perut terus bergerak, sehingga sering menghasilkan dengkuran
keras dan suara mendengus atau mendengkur. Ketika pernapasan menjadi
sebagian atau seluruhnya berkurang, setiap gerakan diafragma berturut-turut
menjadi kuat sampai penyumbatan terbuka. Mendengkur bukan dianggap
sebagai gangguan tidur, namun bila disertai apnea maka bisa menjadi masalah.
f. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.
5. Gejala Klinis
a. Dewasa
1) Data Mayor : Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur
2) Data Minor
a) Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
b) Perubahan mood
c) Agitasi
d) Mengantuk sepanjang hari
b. Anak
1) Gangguan pada anak sering kali dihubungkan dengan ketakutan, enuresis,
atau respons tidak konsisten dari orang tua terhadap permintaan anak
untuk mengubah peraturan dalam tidur seperti permintaan untuk tidur
larut malam.
2) Keengganan untuk istirahat, keinginan untuk tidur bersama orang tua.
3) Sering bangun saat malam hari.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Mubarak (2015), pemeriksaan diagnosis pada gangguan
istirahat dan tidur meliputi;
1. Pemeriksaan fisik:
1) Tingkat kesadaran
2) Tremor
3) Kemampuan berdiri
4) Electroencephalogram (EEG), alat yang digunakan untuk mengukur
aktivitas listrik otak dengan hasil berupa lembaran kertas.
5) Electromyogram (EMG), alat yang digunakan untuk merekam aktivitas
listrik otot rangka.
6) Electroocologram (EOG), alat yang digunakan untuk mengetahui gerakan
bola mata.
7. Komplikasi
Pasien mengeluh lemah, letargi (terjadinya penurunan kesadaran dan
pemusatan perhatian, serta kesiagaan), lingkaran hitam di sekitar mata,
kongjungtiva kemerahan, kelopak mata bengkak, apnea tidur (henti nafas atau
jeda saat tidur). Individu yang tidak menerima jumlah yang cukup tidur akan
mengalami stress, depresi, dan cemas (Carpenito, 1995).
c. Pola eliminasi
Pada pola eliminasi kaji pasien mengenai:
1) Buang air besar
a) Berapakah frekuensi setiap kali buang air besar?
b) Bagaimanakah konsistensi pasien dalam buang air besar?
2) Buang air kecil
a) Berapakah frekuensi serta jumlah urine pasien setiap buang air kecil?
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI (2016) diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan
kebutuhan istirahat tidur, yaitu:
a. Gangguan pola tidur
Definisi : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal
Penyebab :
1) Hambatan lingkungan (mis., kelembaban lingkungan sekitar, suhu
lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal
pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
2) Kurang control tidur
3) Kurang privasi
4) Restraint fisik
5) Ketiadaan teman tidur
6) Tidak familiar dengan peralatan tidur
Gejala dan Tanda Mayor (Subjektif) :
1) Mengeluh sulit tidur
2) Mengeluh sering terjaga
3) Mengeluh tidak puas tidur
4) Mengeluh pola tidur berubah
5) Mengeluh istirahat tidak cukup
Gejala dan Tanda Minor (Subjektif) :
1) Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
Kondisi Klinis Terkait :
1) Nyeri
2) Hipertiroidisme
3) Kecemasan
4) Penyakit paru obstruktif kronis
5) Kehamilan
6) Periode pasca partum
7) Kondisi pasca operasi
b. Keletihan
Definisi : Penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih
dengan istirahat
Penyebab :
1) Gangguan tidur
2) Gaya hidup monoton
3) Kondisi fisiologis (mis., penyakit kronis, penyakit terminal, anemia,
malnutrisi, kehamilan)
4) Program perawatan atau pengobatan jangka Panjang
5) Peristiwa hidup negative
6) Stress berlebihan
7) Depresi
Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif
1) Merasa energi tidak pulih walaupun telah tidur
2) Merasa kurang tenaga
3) Mengeluh lelah
Objektif
1) Tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin
2) Tampak lesu
Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif
1) Merasa bersalah akibat tidak mampu menjalankan tanggung jawab
2) Libido menurun
Objektif
1) Kebutuhan istirahat meningkat
Kondisi Klinis Terkait :
2) Anemia
3) Kanker
4) Hipotiroidisme atau Hipertiroidisme
5) AIDS
6) Depresi
7) Menopause
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Nama Pembimbing / CT
NIP.